Anda di halaman 1dari 10

DASAR ILMU TANAH

Oleh: Widianto, Iva Dewi Lestariningsih, dan Novalia Kusumarini


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

MODUL
6
Berat Isi, Berat Jenis,
dan Porositas Tanah

JANUARI, 2019
Tiga Fase dan Empat Komponen Tanah
1. Fase Padatan : (a) Bahan Mineral dan (b) Bahan Organik
2. Fase Cairan : (c) Larutan Tanah (Air Tanah)
3. Fase Gas : (d) Udara Tanah

Padatan tanah yang berisi bahan mineral dan organik (kerangka tanah) disebut Matriks
Tanah, sedangkan rongga diantara matriks tanah yang terisi air tanah dan/atau udara tanah
disebut Pori Tanah.

Untuk menyingkat dan memudahkan penyebutan komponen-komponen tanah digunakan


simbol berikut:
• Padatan tanah :P • Total tanah :T
• Larutan tanah (air) :A • Massa tanah :M
• Udara tanah :U • Volume tanah :V
• Ruang pori tanah :R
Jumlah setiap komponen tanah dapat dinyatakan dalam Massa (M) dan Volume (V). Simbol
jumlah untuk:
• Padatan tanah : MP dan VP
• Air tanah : MA dan VA
• Udara tanah : MU dan VU
• Ruang pori tanah (tanah - padatan) : VR
• Tanah (padatan + air + udara) : MT dan VT

2
Hubungan Antar Komponen Tanah

1. Kadar Air - Soil Moisture Content:

Kadar Air Massa (w) = MA / MP (g g−1)


Kadar Air Volume () = VA / VT (cm3 cm−3)

2. Berat Jenis Komponen Tanah - Particle Density (p)


Berat jenis adalah berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel padat (tidak
termasuk volume pori-pori tanah). Berat jenis dari suatu tanah menunjukkan kerapatan dari
partikel secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan sebagai perbandingan massa total dari
partikel padatan dengan total volume tidak termasuk ruang pori diantara partikel. Berat jenis
ini penting dalam penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan angin, serta
perhitungan ruang pori dalam tanah apabila bobot isinya telah diketahui. Berat jenis partikel
tanah mineral berkisar antara 2,60 - 2,70 g/cm3, sedangkan bberat jenis partikel bahan
organik berkisar 1,30 – 1,50 /cm3 (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Setiap komponen tanah (bahan mineral, bahan organik, air, dan udara) mempunyai

nilai berat jenis sendiri-sendiri: berat jenis udara (U), berat jenis air (A) dan berat jenis

padatan (p). Bahan padatan tanah terdiri dari bahan organik (O) dan bahan mineral tanah

yang tersusun dari berbagai jenis senyawa yang bisa didominasi oleh unsur tertentu, seperti
silika (Si), besi (Fe), aluminium (Al), dsb yang menentukan besarnya nilai BJ masing-masing.
Bahan padatan terdiri dari campuran berbagai mineral dan bahan organik, sehingga yang
dimaksud dengan berat jenis padatan adalah nilai rata-rata berat jenis berbagai mineral dari
bahan yang menyusunnya.

Berat jenis padatan tanah (p) = MP / VP (kg m3)

Air tanah merupakan larutan tanah dengan berbagai unsur dan zat yang terlarut dalam
air, sehingga nilai berat jenis larutan tanah sangat tergantung dari kepekatan konsentrasi zat
yang terlarut di dalamnya. Namun demikian, untuk berbagai keperluan praktis dalam bidang

fisika tanah, nilai berat jenis larutan tanah dianggap sama dengan berat jenis air, yaitu A =
1 g cm−3 atau 1.000 kg m−3. Udara tanah juga terdiri dari berbagai gas dan biasanya
komposisi udara tanah dianggap sama dengan udara atmosfer, sehingga berat jenis udara

tanah juga dianggap sama dengan berat jenis udara atmosfir, dimana U = 1,29 kg m−3.

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis tanah adalah:
a. Tekstur Tanah
Partikel-partikel tanah yang ukuran partikelnya kasar,memiliki nilai berat jenis tinggi
misalnya pasir. Ukuran partikel pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga
berat jenis pasir lebih tinggi daripada berat jenis liat.
b. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Semakin
banyak kandungan bahan organik tanah, maka semakin rendah berat jenisnya.

3. Berat Isi Tanah - Bulk Density ( b)

Berat isi tanah (b) = MP / VP (kg m−3)

Berat isi adalah perbandingan antara massa tanah dengan volume partikel ditambah
dengan ruang pori diantaranya. Berat isi yang dimaksud dalam definisi di atas seringkali

dinamakan berat isi kering (dry bulk density = b


 dry) untuk membedakan dengan istilah

berat isi basah (wet bulk density = b


 wet) yang dihitung dengan rumus yang hampir sama
kecuali pembaginya adalah massa tanah basah (MP + MA). Variabel ini sering dipakai untuk
keperluan teknik konstruksi.

Berat isi tanah: (b wet) = (MP + MA) / VP (kg m−3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat isi tanah:


a. Struktur Tanah
Tanah yang mempunyai struktur yang mantap maka berat isinya lebih tinggi daripada
tanah yang mempunyai struktur kurang mantap (Sutedjo, 1987).
b. Pengolahan Tanah
Jika suatu tanah sering diolah maka pada lapisan tanah atas (lapisan olah) akan
memiliki berat isi yang rendah karena memiliki porositas yang banyak. Sedangkan
pada lapisan tanah bawah memiliki berat isi yang tinggi karena terdapat pemadatan
tanah. Misalnya pada tanah sawah memiliki lapisan tapak bajak yang sulit untuk diolah.
c. Bahan Organik
Bahan organik lebih ringan daripada bahan mineral. Disamping itu bahan organik akan
memperbesar pori tanah. Nilai bulk density akan lebih rendah apabila bahan organik
penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat tanah dan dapat
memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan
mineral (Pairunan, 1985).

4
4. Porositas Tanah ( atau f)

Ruang pori tanah adalah rongga-rongga dalam tanah diantara padatan yang membentuk
kerangka atau matriks tanah. Rongga-rongga atau ruangan pori tanah ini selalu terisi udara
dan/atau air. Dalam keadaan di mana seluruh ruangan pori terisi udara berati air tidak ada,
maka kondisi tanah dikatakan kering mutlak. Sebaliknya, ketika seluruh ruangan pori terisi
air, artinya semua udara terusir keluar, maka kondisi tanah dikatakan jenuh air. Pada
umumnya dalam ruangan pori selalu terdapat udara dan air bersama-sama. Jika jumlah
udara sangat banyak dan air sedikit maka tanah dikatakan kering, sementara jika banyak air
yang mengisi ruangan pori maka dikatakan basah atau lembab. Derajat kekeringan atau
kelembaban tanah dinyatakan secara kuantitatif dengan kadar air tanah.

Pori Tanah Total () = (VA + VU) / VT atau (1 - VP) / VT (m3 cm−3)

Porositas tanah juga dapat dinyatakan dalam betuk persentase, dimana:

% Porositas tanah = (1 - (BI / BJ)) x 100%

Penetapan dan Pengukuran Jumlah Komponen Tanah


Untuk menentukan beberapa variabel hubungan antar komponen tanah seperti kadar
air, berat isi, berat jenis dan porositas diperlukan pengukuran jumlah (massa atau berat
dan/atau volume) dari setiap komponen tanah. Variabel jumlah ini meliputi massa dan
volume padatan tanah (MP dan VP), air tanah (MA dan VA), dan udara tanah (MU dan VU)
serta tanah dalam kondisi utuh seperti di lapangan (MT dan VT). Penetapan dan pengukuran
jumlah masing-masing komponen tanah dilakukan melalui contoh tanah yang diambil dari
lapangan. Agar contoh tanah yang diambil tidak berubah dari kondisi di lapangan, maka
dilakukan pengambilan contoh tanah secara utuh, yakni dengan mencetak tanah
menggunakan cetakan berbentuk silinder (ring) atau kotak dari besi atau bahan lainnya.
Proses pengambilan contoh tanah harus dilakukan secara ekstra hati-hati karena mulai dari
saat pengambilan contoh tanah ini sudah ada potensi kesalahan (error) yang cukup besar.
Lihat prosedur pengambilan contoh tanah.

Cara penetapan jumlah komponen tanah dari contoh tanah utuh:


1. Tanah diambil dengan cetakan yang mempunyai ukuran tertentu, artinya volume tanah
yang diambil sama dengan volume cetakan → VT dapat ditentukan sejak awal.
2. Contoh tanah ditimbang, diperoleh MT = MP + MA + MU
3. Air diusir dari contoh tanah dengan cara dikeringkan dalam oven (suhu 105⁰C selama
beberapa jam), kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat tanah kering = MP + MU
4. Selisih berat antara tanah basah dan tanah kering adalah berat air MA

5
5. Andai kata pori-pori tanah terisi air dan udara sama banyaknya (volume), maka berat air
lebih kurang 775 kali berat udara (lihat nilai berat jenis air dan udara). Untuk keperluan
praktis, berat udara bisa dikatakan sangat kecil dibandingkan dengan berat air apalagi
berat padatan, sehingga dalam hal ini berat udara (MU) dapat dianggap = 0 (nol)
6. Jika demikian, maka berat padatan (MP) adalah sama dengan berat tanah kering oven.
7. Jika MA sudah diketahui, maka volume air (VA) juga dapat dihitung dengan menganggap
bahwa berat jenis air = 1.000 kg m−3 atau 1 g cm−3.
8. Selanjutnya tinggal dua variabel yang belum bisa ditentukan, yaitu VP dan VU. Udara tidak
bisa atau sangat sulit ditangkap dan diukur, sehingga yang lebih mudah diukur adalah
padatan. Padatan tanah berupa partikel yang jumlahnya sangat banyak dan bentuknya
sangat tidak teratur sehingga menyulitkan pengukuran volumenya. Untuk itu digunakan
prinsip hukum Archimedes sebagai cara mengukur volume padatan tanah, dengan
catatan perlu teknik khusus dan cara kerja yang hati-hati. Dengan cara ini diperoleh
volume padatan (VP).
9. Terakhir VU dapat dihitung dari selisih antara volume tanah dengan volume air + padatan
= VT - (VP + VA).
10. Mengikuti langkah-langkah dari no. 1 sampai dengan no. 9 secara berurutan dapat
diperoleh VT, MT, MA, MU (=0), MP, VA, VP dan VU. Langkah berikutnya dapat dihitung
volume ruangan pori, VR = VA + VU.

6
A. Prosedur Pengukuran serta Penetapan Kadar Air Tanah, Berat Isi, Porositas dan
Komponen Tanah di Laboratorium
Alat
• Silinder atau ring (dari kuningan atau • Kaleng atau cawan
stainless steel)

• Timbangan (ketelitian sampai 0,1 g)


• Oven

• Meteran atau jangka sorong

Cara Kerja
1. Siapkan tanah utuh yang diambil dengan menggunakan ring.
2. Ukurlah tinggi dan diameter dalam ring, kemudian hitunglah volumenya (VR)
menggunakan rumus volume tabung. Volume ring sama dengan volume tanah (VT = VR).
3. Timbang tanah utuh dengan ringnya. Massa tanah + Massa ring = (MT + MR).
4. Keluarkan tanah dari dalam ring dan timbang ring kosong (tanpa tanah) tersebut sehingga
diperoleh MR = Massa ring.
5. Ambil sebagian tanah sebagai sub sampel (tanah basah) dan ukur beratnya.
6. Timbang cawan/kaleng sehingga diperoleh K.
7. Masukkan contoh tanah basah + kaleng (Tb + K) tersebut ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105⁰C. Keluarkan tanah + kaleng dari oven, lalu masukkan ke desikator
beberapa saat (sekitar 15 menit) atau letakkan pada tempat yang kering dan tunggu
hingga tanah dingin. Timbang tanah + kaleng, sehingga didapatkan massa tanah kering
oven + kaleng = (To + K).
8. Hitung massa air pada tanah sub sampel, MA = (Tb + K) - (To + K).
9. Hitung massa padatan pada tanah sub sampel, MP = (To + K) - K

7
10. Hitunglah juga kadar air massa (W) contoh tanah tersebut
MA
W = MP (g g−1)

11. Hitung kadar air volume ():

 = MA x (1V/TBJ air) (cm3 cm−3)

12. Hitung berat isi dengan rumus:

=M
b T
VT
(g cm−3)

13. Hitung pori tanah

 = MA x (1 / BJ
VT
air) + VU
(cm3 cm−3)

Tabel 1. Tabel pengukuran berat isi tanah dengan metode silinder


Tb + K To + K MA MP MR MT + MR MT VT W b

(g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (cm3) (g g−1) (g cm−3)

B. Prosedur Pengukuran Berat Jenis Tanah


Alat dan Bahan
• Timbangan (dengan ketelitian • Kaleng atau cawan
sampai 0,1 g)

• Corong
• Labu ukur (100 cm ) 3

• Botol semprot

• Gelas Ukur 100 cm3 (skala 0,1 cm3)

• Oven
• Air yang telah direbus

8
Cara Kerja
1. Siapkan tanah yang akan ditentukan berat jenisnya. Ambillah sekitar 20-50 g masukkan
dalam kaleng/cawan dan timbang beratnya (Tb + K). Sebelumnya kaleng/cawan ditimbang
dahulu (K). Keringkan tanah dalam oven pada suhu 105⁰C selama 24 jam. Contoh tanah
kering oven dapat diambil dari contoh tanah setelah dioven pada pengukuran BI.
2. Keluarkan contoh tanah dari oven, dinginkan dan timbanglah (To + K). Hitung massa
padatan (massa tanah kering), MP = (To + K) - K, sehingga MP = To.
3. Labu ukur 100 cm3 ditimbang dahulu dan didapatkan L = massa labu. Masukkan material
tanah kering oven ke dalam labu yang sudah ukur dan didapatkan (L + To). Tuangilah
dengan air sekitar ¾ volume labu. Lakukan secara perlahan-lahan sambil dikocok-kocok.
4. Perhatikan: apakah masih ada gelembung-gelembung udara yang terperangkap oleh
partikel padatan tanah yang ada dalam labu ukur selama dikocok? Jika masih ada, maka
gelembung udara itu harus diusir misalnya dengan cara memanaskan labu beserta isinya
sampai mendidih (gunakan hot plate). Setelah tidak ada gelembung udara, masukkan air
dari gelas ukur secara perlahan-lahan ke dalam labu ukur sampai tanda batas.
5. Timbang labu dan isinya (L + To + A).
6. Catat volume air yang tersisa di gelas ukur VA = (L + To + A) - (L + To). Hitung volume
padatan tanah (VP) dengan perhitungan VP = (100 cm3 - VA).
7. Berat jenis padatan tanah dihitung dengan rumus:
p
=MP
VP
(g cm−3)

Tabel 2. Tabel pengukuran berat jenis tanah


L L + To L + To + A MP VA VP p

3 3
(g) (g) (g) (g) (cm ) (cm ) (g cm3)

9
TUGAS
1. Pada analisis laboratorium berat isi tanah digunakan ring dengan tinggi 5,12 cm, diameter
5,37 cm, dan berat sebesar 93,99 gram. Massa tanah yang ditimbang bersama ring
sebesar 152,96 gram. Cawan yang digunakan seberat 6,28 gram, sedangkan berat tanah
basah dengan cawan serta berat tanah kering oven dengan cawan berturut-turut sebesar
43,46 gram dan 40,68 gram. Berdasarkan hasil tersebut berapakah kadar air massa sub
sampel dan berat isi tanah yang dianalisis? Tuliskan lampiran perhitungan dan masukkan
hasil perhitungan pada tabel seperti Tabel 1.
2. Apabila suatu analisis laboratorium berat jenis tanah menggunakan labu ukur 100 cm3
seberat 60,37 gram, dan berat labu beserta tanah kering oven di dalamnya adalah 80,37
gram, serta berat labu dengan tanah kering oven dan air di dalamnya adalah 170,68
gram, maka berapakah hasil perhitungan berat isi tanahnya? Tuliskan lampiran
perhitungan dan masukkan hasil perhitungan pada tabel seperti Tabel 2.
3. Hitunglah persentase porositas tanah dengan data BI dan BJ pada nomor 1 dan 2
(lampirkan perhitungannya).
4. Bagaimana BI dan BJ mempengaruhi tanah sebagai media tumbuh tanaman? Buat
ringkasan 1-2 halaman.
5. Resume vidio tentang pengukuran BI dan BJ pada link: https://youtu.be/bf9qTZQGNHs
dan https://youtu.be/-PcD2XoBcA8

NB: Tugas diketik menggunakan TNR 12, margin 4333, dan spasi 1,5

10

Anda mungkin juga menyukai