Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN

Ada empat faktor produksi pertania yaitu:

1. Alam

2. Tenaga kerja

3. Modal

4. Pengelolaan (manajemen).

Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi
modal dan pengolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literature menambahkan faktor produksi
Teknologi sebagai faktor ke lima. Namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, dia
hadir atau meresap masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan
dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan
demikian faktor-faktor produksi tetap empat.

1. FAKTOR PRODUKSI ALAM

Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan faktor lingkungan disekitarnya. Faktor
tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan
ketersediaan air,suhu, dan lain sebagainya.

a. Faktor iklim

Iklim adalah keaadan cuaca rata-rata di suatu tempat. Iklim erupakan salah satu sumber daya alam yang
memegang peranan penting dalam bidang pertanian. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tergantung
kepada lingkungan, tanah, dan iklim. Dalam keaadan pembukaan daerah pertanian baru, untuk peranan
tertentu diperlukan data tentang iklim daerah tersebut. Hal tersebut berguna dalam penentuan kebijakan
perencaaan penanaman komoditi tertentu di daerah tersebut. Iklim berpengaruh nyata pada setiap fase
kegiatan pertanian.

Unsur-unsur iklim terdiri dari radiasi, suhu, kelembaban udara, awan, curah hujan, penguapan, tekanan
udara, dan angina. Unsur-unsur tersebut berbeda dari tempat ke tempat dan dri waktu ke waktu
disebabkan adanya pengedalian iklim adalah radiasi surya, suhu udara, kelembaban, angun, altitude
(ketinggian suatu tempat di atas permukaan air laut), penyebaran dataran dan lautan, perbedaan tekanan
pada masing-masing daerah, arus laut, dan ganguuan atmosfer. Iklim dari suatu tempat ditentukan oleh
kombinasi dari berbagai unsur dan dipengaruhi oleh faktor pengendali. Hal ini memungkinkan dua tempat
mempunyai iklim yang berbeda.

Klasifikasi iklim menurut Koppen didasarkan pada zona-zona vegetasi. Koppen menyataan vegetasi-
vegetasi alamiah merupakan ekspresi dari keseluruhan iklim dan memiliki hubungan erat dangan sifat-
sifat suhu dan kandungan uap air daerah tersebut. Tipe-tipe utama iklim menurut koppen antara lain:

 Tipe A daerah hujan tropis

 Tipe B daerah iklim kering

 Tipe C derah iklim sedang berhujan


1
 Tipe D daerah iklim hutan dingin

 Tipe E daerah iklim kutub

b. Faktor tanah

Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dalam bentuk profil. Tanah terdiri dari berbagai campuran mineral
pecah lapuk dan organic pengurai, sebagai lapisan tipis penutup permukaan bumi, serta menjamin
tumbuhnya tumbuhan, hewan dan manusia.

Dalam substansi tanah,terdapat empat komponen utama yang mendukung kemungkinan hidupnya
tumbuhan, yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Posisi dan keadaan komponen tersebut
sangat menentukan kesuburan tanah atau penguunaan tanah untuk macam-macam usaha tani.

Tumbuhan alamiah disuatu tempat biasanya telah sesuai dengan persediaan air dan zat-zat hara dari tanah
tertentu yang terdapat didalamnya. Tanah ang baik mampu menghidupi tanaman budi daya secara intensif,
akan tettapi apabila tanah dieksploitasi maka air dan zat-zat hara alam harus diatambabh dengan pengairan
dan/atau pemupukan. Dengan cara ini, tanah dapat dikelola dan di ubah secara efektif. Tanah sebagai salah
satu faktor produksi merupakan tempat produksi tanaman berlangsung.

Pegaruh tanah dalam pertanian dapat dibedakan secara makro dan mikro. Secara makro tanah sangat
menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh di suatu daerah. Dalam panangan makro tanah dibagi atas
dasar topografi, kesesuaian penggunaan, ekologi lahan, dan jenis tanah.

Menurut topografinya, lahan dibedakan kemiringannya menjadi empat, antara lain:

1. Lahan dengan lereng 0-3% : datar, termasuk rawa-rawa, untuk tanaman padi atau perkebunan kelapa

2. Lahan dengan lereng 3-8% : baik untuk tanaman setahun tertentu apabila dibuat teras ata kontur

3. Lahan dengan lereng 8-15% : baik untuk tsnsmsn rumput sehingga cocok untuk peternakan.

4. Lahan dengan lereng > 15 %: baik untuk tsnsmsn ksyu sehingga cocok dijadikan area perkebunan atau
kehutanan.

Peranan tanah sebagai faktor produksi dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Hubungan Tanah dan Manusia

Hubungan tanah dengan manusia terbagi dalam tiga tingkat dari yang terkuat sampai yang terlemah yaitu
hak milik, hak sewa, dan hak bagi hasil (sakap). Perbedaan hubungan tersebut akan berpengaruh pada
kesediaan petani dalam meningkatkan produksi memperbaiki kesuburan tanah dan intensifikasi.

2. Letak Tanah

Letak tanah usaha tani ada umumnya tidak mengelompok dalam suatu tempat , tetapi berpencar dalam
beberapa lokasi. Sebagai contoh seorang petani dengan luas garapan 1 ha terdiri atas 0,3ha disebelah barat
desa, 0,4ha disebelah timur desa, 0,2ha di sebelah selatan desa dan 0,1ha di utara desa. Keadaan seperti itu
disebut fragmentasi

3. Intensifikasi
2
Semakin banyak modal dan tenaga yang dicurahkan pada tanah maka semakin tinggi intensif. Dengan
demikian akan memberikan hasil yang lebih tinggi pula. Intensifikasi atau peningkatan produksi per
satuan luas tanah dilakukan apabila lahan atau tanah untuk usaha tani sangat sulit untuk diperluas,
misalnya tanah-tanah pertanian yang ada di pulau jawa.

4. Tingkat Kesuburan tanah

Tanah yang subur, baik fisik maupun kimiawi, lebih menguntungkan dalam usahatani. Kesuburan tanah
secara fisik dan kimiawi dapat diperbaiki melalui pengelolaan yang baik, rotasi tanam yang tepat,
pemupukan, pembuatan teras dan sebagainya

5. Luas Lahan

Dipandang dari sudur efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan
pendapatan per satuan luasnya. Penukuran luas usaha tani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal
sebagai berikut:

a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada di dalam usaha tani ermasuk sawah,
perkaranan, jalan, saluran, dan sebagainya

b. Luas lahan pertanian adalah umlah seluruh tanah yang dapat ditanam/diusahakan. Dipandang dari
sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan
pendapatan persatuan luasnya.

c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada saat itu

6. Lokasi Lahan

Lokasi lahan usahatani menentukan kealancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana prasarana
transportasi dapat memperburuk usaha tani tesebut dari aspek ekonomi

7. Fasilitas

Keberadaan fasilitas fasilitas lain berupa pengaoran dan drainase sangat membatu dalam pertumbuhan
tanaman sehingga meningkatkan produksi

2. FAKTOR PRODUKSI TENAGA KERJA

Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk menghasilkan suatu
produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar
keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan dan sambatan. (tolong-menolong,
misalnya arisan dimana setiap peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada
anggota lainnya).

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan
hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan
dan
pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak fungsi dan kedudukan atas perannya, antara lain
 Petani sebagai pribadi

3
 Petani sebagai kepala keluarga
 Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
 Petani sebagai pengelola usahatani
 Petani sebagai warga sosial, kelompok
 Petani sebagai warga Negara

a. Karakteristik Tenaga Kerja dalam Usahatani


Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga jerja dalam usaha
di bidang lain. Karakteristik tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:
1) Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan tidak merata
2) Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas
3) Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan
4) Beraneka ragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain

Karakteristik tersebut di atas akan memerlukan sistem-sistem manajerial tertentu yan harus dipahami
sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini, khususnya di Indonesia, sistem manjerial
usahatani biasanya masih sangat sederhana.

b. Peran petani

Tenaga kerja usahatani keluarga biasanya terdiri atas petani beserta keluarganya dan tenaga luar yang
kesemuanya berperan dalam usahatani. Menurut Mosher (1980) petani berperan sebagai manajer, juru
tanim dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan
berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus
menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan diusahakan, menentukan cara-cara berproduksi,
pembelian sarana produksi, menghadapu persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan, dan
sebagainya. Untuk itu, diperlukan ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh
dalam proses pengambilan keputusan. Dalam kenyataannya, untuk memilih usaha yang akan dilakukan,
terdapat kompromi di antara anggota keluarga petani.

Petani sebagai juru tani harus dapat mengatur, melaksanakan dan mengawasi kegiatan usahataninya, baik
secara teknis maupun ekonomis. Di samping itu, tersedianya sarana produksi dan peralatan akan
menunjang keberhasilan petani sebagai juru tani.

Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu berusaha
memenuhi kebutuhan keluarganya. Di samping itu, petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan
masyarakat juga. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat sekelilingnya. Besar
kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat sekelilingnya tergantung pada teknologi yang digunakan
dan sifat masyarakat setempat.

c. Tenaga Kerja Keluarga dan Luar Keluarga

Peranan anggota keluarga juga sebagai tenaga kerja disamping tenaga luar yang diupah. Banyak
sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda, tergantung konsep usahatani yang

4
dijalankan. Banyak sedikitnya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan tergantung juga pada dana yang
tersedia untuk membiayai tenaga kerja luar tersebut.

Kegiatan tenaga kerja luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamamya waktu kerja, kehidupan sehari-hari,
kecapakapan, keahlian, dan umur tenaga kerja. Sistem pengupahan biasanya dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1) Upah borongan
Adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja tanpa
memperhatikan lamamya waktu kerja. Sistem ini menunjukkan kecenderungan pekerjaan cepat
terselesaikan, tetapi terkadang meninggalkan prinsip kualitas pekerjaan.

2) Upah waktu
Adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem pengupahan ini cenderung
membuat pekerja memperlama menyelesaikan pekerjaannya agar mendapatkan upah yang lebih
banyak.

3) Upah premi
Adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktifitas dan prestasi kerja. Seorang
tenaga kerja yang bisa memberikan produktivitas dan prestasi kerja yang tinggi, akan mendapatkan
imbalan yang lebih besar sebagai upah dan tambahan insentif yang diberikan oleh pemberi
pekerjaan.
Lamanya waktu kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh keadaaan dan kemampuan fisik seseorang dalam
melakukan pekerjaan. Dalam usahatani, membutuhkan curahan fisik kerja yang cukup berat terutama
dalam kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Kegiatan usahatani biasanya
dimulai dari fajar hanya hingga siang dikarenakan kegiatan pertanian di lahan sangat menguras tenaga
secara fisik ditambah dengan teriknya sinar matahari siang yang menyebabkan tenaga kerja pertanian
mudah lelah.

Kecakapan dan ketrampilan seorang tenaga kerja pertanian sangat menentukan hasil kerjanya. Kegiatan
usahatani terdiri dari banyak kegiatan yang membutuhkan ketrampilan yang berbeda. Ada kegiatan yang
menguras fisik seperti pengolahan tanah dan pengaturan irigasi, dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.
Sedangkan kegiatan yang relatif lebih ringan secara fisik tetapi membutuhkan ketelatenan yang tinggi
seperti penanaman dan pemupukan, dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Kecakapan dan ketrampilan
yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan terutama
pengalaman dalam kurun waktu yang lama.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat suatu pekerjaan
dalam usahatani, semakin membutuhkan tenaga kerja yang kuat. Tenaga kerja yang kuat sangat
dipengaruhi oleh umur seseorang. Semakin tua umur seseorang, semakin menurun kemampuannya untuk
bekerja. Sehingga untuk pekerjaan yang relatif berat biasanya dikerjakan oleh pekerja yang berumur
antara 25-45 tahun.

3. FAKTOR PRODUKSI MODAL

Modal secara harfiah berarti segala sesuatu hasil karya pemikiran manusia baik secara fisik dan
nonfisik yang digunakan untuk kegiatan ekonomi atau produksi agar tujuan tercapai lebih baik
5
(efektif dan efisien). Sedangkan dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan untuk
menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai berikut: Segala jenis
barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan itu
sebagian untuk konsumsi dan sebagian untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebut
modal masyarakat atau modal sosial. Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan
dalam bermacam arti, yaitu modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang dan modal dapat
mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas dari kerjanya.
Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:
 Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi yang dapat
digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal itu tandas atau habis juga, tetapi sama sekali
tidak terhisap dalam hasil. Contoh modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian.
 Modal bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai
dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan mentah.

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal
sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik
perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan.
Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret
adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung,
mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak
memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan
hak merek.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal
individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan
bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank.
Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah
dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit
umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Terakhir, Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan kedalam: modal tetap dan modal
lancar (variabel). Modal tetap terkait dengan modal yang tidak bisa diubah dalam jangka pendek,
diantaranya tanah (sudah dibahas tersendiri diatas), alat-alat pertanian, bangunan dan sebagainya.
Sedangkan modal lancar (variabel) adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek seperti
bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan sebagainya. Pelaksanaan usahatani memerlukan modal
sehingga tidak terlepas dari masalah pendanaan dan pengelolaaan (manajemen) keuangan.

Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari bank, dari
koperasi dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal dari kontrak
sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat mengembalikan, sehingga
angsuran (biasanya tanah, rumah dll) menjadi dan dikuasai pemilik modal.

4. FAKTOR PRODUKSI PENGELOLAAN

6
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya
sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan restrukturisasi
produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan
kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani
kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi,
pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam penyediaan
modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain:
1. Memberikan penyuluhan/informasi

2. Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber
permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.

Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga pendapatan yang
diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di Jatim (Kecamatan Senduro,
Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Kecamatan Pacet, Mojokerto), umumnya juga dicirikan pemilikan
lahan sawah, tegal atau pekarangan yang sempit. Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya
petani merangkap bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam
selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja di luar usahatani.
Dengan melihat kondisi seperti diatas, muncul sederetan pertanyaan mengenai masalah itu: siapakah
yang mengurus usahataninya sehari-hari? Bagaimana produksi dan kualitas hasilnya jika usaha tidak
ditunggui? Bagaimana penerapan teknologi pada usahataninya? Apakah produknya dapat bersaing
pada era globalisasi saat ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, paling tidak ada tiga hal yang harus
diperbaiki, yaitu:

Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Tani :


a. Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan meningkatkan
mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan dan efisien guna meningkatkan
daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. Peningkatan
produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan teknologi maju ,cara lain untuk
meningkatkan usahatani adalah dengan perluasan areal tanam. Peningkatan Intensitas
Pertanaman (PIP) baik dari intensitas pertanaman (IP) 100 menjadi IP 200 maupun dari IP
200 menjadi IP 300 pada berbagai tipologi lahan. Penambahan baku lahan (PBL) yang
diupayakan melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial, terutama diluar Jawa.

b. Peningkatan Nilai Tambah, upaya pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai
tambah bagi petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya
bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Untuk itu
perlu dilakukan upaya-upaya antara lain:
1. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
2. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
3. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
4. Pemanfaatan peluang kredit

7
Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan diarahkan untuk
menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan produktifitas,
perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan pemasaran hasil, melalui upaya-upaya
antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi
dilapangan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan berusahatani

2. Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait


dalam melakukan pengembangan sarana dan prasarana

Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem pemasaran yang efisien
dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan
kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu produk, pengamanan harga,
kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.

c. Pengembangan kelembagaan

Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik kelembagaan


petani maupun pemerintah sebagai berikut:
a. Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya dari
aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan
kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang menjadi kelompok usaha baik
dalam bentuk koperasi maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.

b. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan


mengembangkan pola kemitran.

c. Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan


melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani melalui
peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit dan
pelatihan.

d. Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun Brigade
proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama
petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus operasional dan
admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar petugas lapangan dan intansi terkait
melalui forum konsultasi dan konsolidasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.

Suratiyah, 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta


Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cimanggis-Depok. Indonesia

Suratiyah, Ken, 2015. Ilmu Usahatani (Edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta

Hanafie,Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi. Yogyakarta

Darwis, Khaeriyah, 2017. Ilmu Usaha Tani : Teori dan Penerapan. CV. Inti Mediatama. Makassar

Anda mungkin juga menyukai