PEMBAHASAN
Teori Pertanian
A.T Mosher (1968:19) mengartikan pertanian adalah sejenis proses produksi khas
yang didasarkan atas dasar proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-
kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana
biaya dan permintaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer.
Ia mengambil gas karbon dioksida yang ada di udara melalui daunnya. Diambilnya
air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini dengan
menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak, yang dapat
digunakan oleh manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai belahan dunia
telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan
dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air dan kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya
pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis
hewan apakah yang hidup di wilayah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu
memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan
hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di
berbagai belahan dunia.
Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti
sempit (Mubyarto, 1989; 16-17), mengemukakan bahwa pertanian dalam arti luas
mencakup:
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagi
pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksinya bahan
makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang
merupakan suatu usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan farm dalam
Bahasa Ingris.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang
terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah
sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani
yang memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan.
Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan
makan untuk seluruh keluarga petani sedangkan alasan menanam tanaman
perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tuiuan penggunaan hasil
penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
Ciri yang sangat menonjol dalam usaha tani khususnya tanaman pangan adalah
jaringan irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik ada pada suatu wilayah antara
lain adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum suatu sistem
usaha tani di Indonesia dapat dibedakan antara lain:
1. Sistem usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama,
diselingi palawija, sayur-sayuran atau tebu.
2. Sistem usaha tani lahan kering atau tegalan dimana padi dan berbagai jenis
tanaman palawija dan holtikultura sebagai tanaman pokok.
3. Sistem usaha tani lahan dataran tinggi yang banyak ditanam berbagai sayur-
sayuran dan beberapa jenis palawija.
1. Tanah Pertanian
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah tanah. Tanah sebagai
modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam pemanfaatannya dengan
melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar yang ada dengan kegiatan yang
dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini dikarenakan lahan merupakan salah satu
syarat untuk dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian.
Definisi tanah yang sederhana yaitu sebagai suatu benda tempat tumbuhnya tanaman.
Sedangkan pengertian tanah yang lebih luas adalah suatu benda alami yang terdapat
di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan tumbuhan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Tanah adalah alat atau faktor produksi
yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peranan tanah sebagai alat
produksi pertanian adalah sebagai berikut :
1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
2. Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah tenaga kerja manusia,
tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia tediri tenaga
kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja hewan digunakan untuk pengolahan
tanah dan angkutan. Sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk pengolahan
tanah, pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik
bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga kerja manusia atau tenaga kerja ternak.
Banyak dari penduduk Indonesia merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian. Oleh
karena itu petani sebagai sumber daya manusia, memegang peranan inti di dalam
pembangunan pertanian. Peranan petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna
mendapatkan hasil-hasilnya yang bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan
metode baru yang diperlukan agar usaha taninya lebih produktif.
Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Anak-anak
berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi
usaha tani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam
uang. Memang usaha tani dapat membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam
tahap penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja
langsung.
Sedangkan tenaga kerja usaha tani di luar keluarganya diperoleh dengan cara
sebagai berikut :
1. Upahan
Cara ini bervariasi setiap tempatnya, upah umumnya tidak rasional hal ini
disebabkan daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama untuk setiap
tenaga kerja. Upah pria berbeda dengan wanita maupun anak-anak. Begitu juga
berbeda upah untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk tenaga ternak dan operatornya
berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan. Untuk upah tenaga mekanik
hampir sama dengan tenaga ternak. Pembayaran upah tersebut dapat harian atau
mingguan sesuai dengan hasil kerjanya bahkan borongan.
2. Sambatan
Sistem tolong-menolong antar petani tanpa dasar pertimbangan ekonomi.
Dalam hubungan kerja antara majikan atau penggarap dengan buruh, ditentukan
sistem upah yang akan dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja per hari kerja,
satuan kegiatan, upah per hari kerja dan upah per satuan kegiatan. Kesepakatan
bersama antara majikan dan buruh tani cukup dilakukan secara lisan saja.
Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa-desa penelitian di Jawa dan
Sulawesi Selatan ada dua macam upah, yaitu upah borongan dan upah harian.
Pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja. Sedangkan
pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh tani bekerja. Tingkat
upah di pedesaan diduga dipengaruhi oleh kebutuhan dasar minimum (subsistence
needs) atau oleh mekanisme pasar tenaga kerja. Di negara-negara yang sudah maju,
kemajuan pertanian diukur dengan tingginya produktivitas tenaga kerja dan semua
usaha diarahkan untuk meningkatkan produktivitas itu. Sedangkan di Indonesia,
prinsip yang demikian tidak selalu cocok dengan keperluan. Kalau di negara-negara
maju tersebut faktor tenaga kerja sangat terbatas, di Indonesia banyak penduduk
sebagai tenaga kerja pada sektor pertanian. Dalam mengatasi terbatasnya tenaga
kerja, di negara-negara maju ditemukan mesin-mesin penghemat tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas pertanian pada umumnya.
Intensitas penyerapan tenaga kerja berhubungan positif dengan produktivitas tanah
pertanian. Di samping itu, untuk periode satu tahun penyerapan tenaga kerja pertanian
dipengaruhi oleh pola dan intensitas tanam.
3. Modal
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam pengertian
ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi
lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu
produksi pertanian. Pada usaha tani yang dimaksud dengan modal adalah :
a.Tanah
b.Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik, dll)
c.Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang, dll)
d.Tanaman, ternak dan ikan di kolam
e.Bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan)
f.Piutang di Bank
g.Uang tunai
Dalam hal kredit petani umumnya lebih banyak lari kepada pelepas uang, hal ini
disebabkan :
a. Dapat diambil sewaktu-waktu
b. Prosedur setahun
c. Jamuan formal biasanya tidak diperlukan
d. Kepastian bagian berperan penting
e. Kelestarian hubungan usaha
f. Sering dikaitkan dengan jaminan pemasaran hasil
Untuk membantu pembentukan modal, pemerintah dan swasta telah cukup banyak
membuka kesempatan melalui berbagai kegiatan perbankan dalam bentuk kredit.
Dengan surat bukti pemilikan tanah petani dapat berurusan dengan bank untuk
mendapat kredit, namun masih langka. Bank yang banyak membantu petani adalah
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Bumi Daya. Macam kredit yang diberikan
dan direalisir oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) antara lain :
1) Kredit Investasi Besar
2) Kredit Investasi Kecil
3) Kredit Bantuan Proyek
4) Pengelolaan (Management)
4. Pengelolaan
Pengolahan usaha tani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan
mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari
keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap sektor maupun
produktivitas dari usahanya. Dengan demikian pengenalan secara utuh faktor yang
dimiliki dan faktor-faktor yang dapat dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan
pengelolaan.
Syarat-syarat mutlak yang haru ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965; 77) adalah:
Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun
terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya
kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit
yang semakin merajalela.
Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada produktivitas
pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu
dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal
atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk
buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi
dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih
banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan
produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam
pembangunan pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun
dapat dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi
(inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas
menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam
distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan
peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil
yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan
yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu
pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk
memberikan kesempatan kepada tanaman untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi
berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru. Sebagai contoh, penerapan bibit
karet yang unggul dalam penanaman baru adalah inovasi.
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras minimum,
subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif,
perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani teladan dan lain-
lain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa, baik mengenai teknik-
teknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan-keterampilan lainnya
juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.
Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas harga-harga
hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani
untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk
meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan
produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani
untuk keluarganya.
Pembangunan Ekonomi Pertanian
Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Kalau
ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam Smith yang
berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian
baru dilahirkan pada awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi
pertanian pada tahun 1890.
2. Bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi, ilmu ekonomi pertanian tidak lain
daripada ilmu ekonomi, yaitu ilmu ekonomi yang diterapkan pada bidang
pertanian. Dengan dasar-dasar teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro, tata
buku, statistik dan lain-lain, maka para mahasiswa mempelajari penerapan segala
teori ekonomi dan perusahaan ini pada persoalan-persoalan pertanian, hubungan-
hubungan ekonominya satu sama lain dan implikasinya bagi perekonomian
nasional.
Menurut Kotler (1980) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran
itu penting, yakni :
1. Jumlah produk yang dijual menurun
2. Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun
3. Terjadinya perubahan yang diinginkagn konsumen
4. Kompetisi yang semakin tajam
5. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Namun untuk komoditi pertanian, pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh
lima aspek seperti yang dikemukakan oleh Kotler tersebut, tetapi oleh aspek yang lain
(Dr Soekartawi, 1991;120) yaitu :
1. Kebutuhan yang mendesak
2. Tingkat komersialisasi produsen (petani)
3. Keadaan harga yang menguntungkan, dan
4. Karena peraturan
Menurut W David Downey & Steven P Erickson (1992;278), pemasaran secara
umum adalah suatu proses yang mengakibatkan aliran produk melalui sistem dari
produsen ke konsumen. Sedangkan pemasaran secara khusus adalah telaah terhadap
produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke
konsumen.
Terdapat tiga tipe fungsi pemasaran (W David Downey & Steven Perickson,
1992;282) yang terdiri dari :
1. Fungsi pertukaran (exchange function) dimana produk harus dijual dan dibeli
sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran.
2. Fungsi fisis tertentu harus dilaksanakan, seperti pengangkutan, penggudangan dan
pemprosesan produk.
3. Berbagai fungsi penyediaan sarana harus dilakukan dalam proses pemasaran.
Penetapan harga berdasarkan daya serap pasar merupakan metode lain untuk
menentukan harga produk dan jasa sangat unik. Berbagai harga dicoba ditawarkan
untuk menentukan serta membebankan harga maksimal yang dapat disanggupi oleh
para pelanggan. Metode ini seringkali digunakan dalam menetapkan harga jasa yang
sangat terspesialisasi dan bervariasi pada setiap pekerjaan, dimana setiap pekerjaan
dirundingkan secara terpisah dan komunikasi antar pelanggan tidak demikian lancar.
Sistem ini akan sangat berhasil jika manfaat produk atau jasa tersebut jauh diatas
harganya, sehingga harga tidak merupakan faktor pertimbangan yang penting. Jasa
teknis perorangan yang diberikan kepada pengusaha tani dan agribisnis termasuk ke
dalam kategori ini.
Prospek pasar dapat dideteksi dengan mengetahui keadaan pasar. Pasar itu sendiri
berarti sekumpulan pembeli yang potensial atau pembeli yang sesungguhnya. Pasar
terdiri dari :
a. Pasar konsumen (dari petani ke ibu rumah tangga)
b. Pasar industri
c. Pasar penjualan kembali (misalnya pasar swalayan dan pasar induk)
d. Pasar pemerintah (yang dikendalikan oleh pemerintah)
e. Pasar Internasional
Besarnya kebutuhan konsumen terhadap barang tidak sama. Selain itu, waktu,
bentuk dan harganyapun berlainan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingkat sosial,
fisiologis dan psikologis tiap konsumen yang berbeda (Yovita Hety Indriani,1992;55).
Teori Industri
Industri adalah bagian dari proses produksi dimana bagian dari proses produksi
itu tidak mengambil bahan-bahan langsung dari alam yang kemuidian mengolahnya
hingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto, 1987).
1. Alam, meliputi sumber material yang disediakan oleh alam seperti bahan
mentah, tembat untuk mendirikan bangunan dan sebagainya.
2. Modal, merupakan barang atau uang yang digunakan untuk mencapai tujuan
produksi.
3. Tenaga kerja, meliputi sumber tenaga (energi) untuk industri dan tenaga kerja
untuk proses produksi.
4. Keterampilan, yaitu kemampuan pengusahadalam mengelola tata laksana
usaha yang terdiri dari kepribadian, pengaturan waktu, pengetahuan,
keterampilan teknik dan sebagainya.
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Dr. Soekartawi, 1991;2).
Peran Agribisnis menurut Dr. Soekartowi (1994;63) adalah :
1. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
2. Mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
3. Mampu meningkatkan ekspor.
4. Mampu meningkatkan tumbuhnya industri yang lain.
5. Mampu meningkatkan nilai tambah.
1. Aspek Produksi
Rendahnya produktivitas tanaman pangan per ha ini disebabkan karena sulitnya
petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi yang terbatas ini sebagian
besar disebabkan karena lemahnya permodalan dan terbatasnya keterampilan
berusahatani. Beberapa kebijaksanaan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
produktivitas antara lain adalah :
a. Meningkatkan penyuluhan pertanian dalam upaya mengaktifkan sapta usaha tani.
b. Meningkatkan koordinasi antar-Dinas yang terkait dalam kegiatan penyuluhan
pertanian.
c. Meningkatkan pelaksanaan pencetakan sawah baru untuk menunjang
pengembangan daerah yang terisolir.
3. Aspek Pemasaran
Mekanisme pasar yang belum sempurna cenderung petani menerima harga yang
ditetapkan oleh pihak lain dengan harga yang relatif rendah. Sehingga diperlukan
suatu lembaga yang membantu petani memasarkan hasil pertaniannya pada tingkat
harga yang memadai, misalnya KUD. Lemahnya pemasaran ini akan terus
berkelanjutan bila tidak diadakan upaya-upaya terobosan yang dilakukan dengan :
a. Pengembangan komoditi pertanian berdasarkan atas konsep keunggulan
komprehensif dan konsep perwilayahan komoditi. Misalnya di daerah itu
dikembangkan produksi hortikultura tertentu, dilakukan pengolahnnya dan
dilanjutkan dengan kegiatan ekspor.
b. Perbaikan fasilitas pemasaran.
c. Penyediaan fasilitas perbankan.
Menurut Dr. Soekartawi (2000,10-11) agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu
pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan
pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum
tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Ada empat proposisi utama dalam pembangunan agroindustri yang berkelanjutan,
yaitu :
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pertanian terbagi dalam beberapa beberapa
sektor diantaranya pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan, maka pertanian di provinsi Lampung pun membagi masing masing sektor
pertanian tersebut.
2013 2014
Jenis
Ternak Kelamin Kelamin
Jumlah Jumlah
Jantan Betina Jantan Betina
(1) (26) (27) (28) (29) (30) (31)
217 355 191 396
573 483 587 827
Sapi 733 750 808 019
Kerbau 5 979 6 648 12 627 6 325 19 888 26 213
Sapi
268
Perah 46 222 - - -
469 783 1253 475 775 1250
Kambing 538 615 153 313 510 823
Domba 29 755 59 250 89 005 24 828 46 108 70 936
Babi 15 816 27 697 43 513 16 775 29 822 46 597
Keterangan:
TBM : Tanaman Belum Menghasilkan
TM : Tanaman menghasilkan
TR : Tanaman Rusak
6. Industri di Provinsi Lampung
Keanekaragaman sumberdaya mineral di provinsi itu meliputi mineral logam,
bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan galian konstruksi. Pada 2006,
dari galian industrinya berhasil diproduksi 1.980.000.000 m andesit, 389.000.000 m
felspar dan 590.000.000 m granit dengan mutu terjamin. Untuk cadangan zeolit
sebesar 2.145.000 m3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8.000.000 m, baik
untuk kebutuhan domestik maupun ekspor, Bahan galian logam yang ada di provinsi
ini meliputi emas, mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari
potensi ini yang telah dikelola. Saat ini Provinsi Lampung memiliki pabrik etanol
berbahan tebu terbesar di Indonesia.
Kurangnya lahan yang dimiliki petani dan rusaknya infrastruktur seperti irigasi
juga menjadi masalah pertanian, dimana kebanyakan infrastruktur irigasi di Lampung
merupakan peninggalan zaman kolonial yang sudah tidak berfungsi secara maksimal.
"Hal-hal yang mendasar seperti ketersedian bibit dan pupuk ditambah juga penerapan
teknologi pertanian yang belum optimal juga selalu menjadi masalah klasik pertanian
di Lampung," ujar M. Ridho Ficardo. Masalah-masalah tersebut menurut Ridho,
merupakan pekerjaan rumah Pemprov Lampung yang secara bertahap akan terus
diperbaiki sehingga pertanian nantinya dapat menjadi tulang punggung penggerak
perekonomian di Lampung, apalagi Lampung merupakan daerah agraris dan sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai petani. (AG/AKS).
1. Apa yang faktor yang menjadi masalah dalam bidang pertanian di provinsi
Lampung?
Ada 8 faktor yang menjadi masalah pertanian di Provinsi Lampung yaitu
a. Konversi lahan pertanian ke non-pertanian,
b. Langkanya SDM pertanian yang terdidik,
c. Kurangnya minat generasi muda terjun ke pertanian,
d. Perubahan iklim global yang saat ini semakin sulit diprediksi,
e. Kurangnya lahan yang dimiliki petani,
f. Rusaknya infrastruktur seperti irigasi,
g. Ketersedian bibit dan pupuk, dan
h. Penerapan teknologi pertanian yang belum optimal.
Limbah industri kerupuk adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
kerupuk maupaun pada saat pencucuian bawang putih. Limbah yang dihasilkan
berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap
lingkungan karena dapat diamanfaatkan untuk makanan, tetapi limbah cair akan
mnegakibatkan bau busuk dan bila di buang langsung ke sungai akan menyababkan
tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi
maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menghasilkan zat beracun atau menciptalan media untuk tumbuhnya kuman dimana
kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik
pada kerupuk itu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah
akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berabu busuk. Bau busuk ini
akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit
gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Untuk mengatasi pencemaran tersebut maka air limbah industri kerupuk harus
diolah terlebih dahulu dan salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah lahan
basah buatan atau rawa buatan. Sistem pengolahan air limah ini menggunakan
teknologi sederhana dengan pendekatan baru untuk menurunkan pencemaran
lingkungan berdasarkan pemanfaatan tumbuhan air dan mikroorganisme. Proses
pengolahan air tercemar pada rawa buatan merupakan sistem yang termasuk
pengolahan alami, dimana terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer
gel, absorbsi, pengolahan kimiawi dan biologis, karena aktivitas mikroorganisme
dalam tanah dana aktivitas tumbuhan.
Selain pencemaran air, ternyata di daerah tersebut juga terjadi pencemaran udara.
Penyebab-penyebab pencemaran udara dari pabrik kerupuk tarsebut antara lain:
1. Asap dari penggorengan kerupuk.
2. Asap dari kayu bakar.
Limbah padat berasal dari kulit bawang putih, limbah padat ini masih dapat diolah
menjadi karya seni atau dapat dimanfaatkan sebagai hiasan rumah seperti lukisan
tempel dari kulit bawang putih dan lain sebagainya. Sedangkan limbah cair yang
berasal dari air rendaman bahan baku pembuatan karupuk maupun air dari sisa
pencucian alat-alat yang telah dipakai.
Yovita Hetty, Indriyani. 1992. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai dengan Kondisi
Lingkungan dan Pasar. Penabur Swadaya: Jakarta.
Sandi, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Puri Magasari: Jakarta.
Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Downey W David dan Steven P. Ericson. 1992. Managemen Agribisnis, Alih Bahasa
Kochidayat dan A. Sirait, Cetakan Kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung., 2016, Pertaian dan Pertambangan, [pdf],
(http://lampung.bps.go.id/, diakses tanggal 2Mey 2016)
Agung, Ghazaldi., 2014, Ridho: Ada 8 Faktor Utama Masalah Pertanian Di Lampung,
[online], (http://www.rri.co.id/bandar-
lampung/post/berita/106335/daerah/ridho_ada_8_faktor_utama_masalah_pertanian_d
i_lampung.html, diakses tanggal 2 Mei 2016)