Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pertanian dan Industri

Teori Pertanian

A.T Mosher (1968:19) mengartikan pertanian adalah sejenis proses produksi khas
yang didasarkan atas dasar proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-
kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana
biaya dan permintaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer.
Ia mengambil gas karbon dioksida yang ada di udara melalui daunnya. Diambilnya
air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini dengan
menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak, yang dapat
digunakan oleh manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai belahan dunia
telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan
dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air dan kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya
pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis
hewan apakah yang hidup di wilayah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu
memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan
hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di
berbagai belahan dunia.

Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti
sempit (Mubyarto, 1989; 16-17), mengemukakan bahwa pertanian dalam arti luas
mencakup:

1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit,


2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar),
3. Kehutanan,
4. Peternakan,
5. Perikanan (dalam perikanan dikaenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan
perikanan laut).

Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagi
pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksinya bahan
makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang
merupakan suatu usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan farm dalam
Bahasa Ingris.

Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang
terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah
sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani
yang memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan.
Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan
makan untuk seluruh keluarga petani sedangkan alasan menanam tanaman
perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tuiuan penggunaan hasil
penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.

Definisi Usaha Tani


Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, peerbaikan-
perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan di tempat itu dan sebagainya. Usaha tani dapat berupa usaha bercocok
tanam dan memelihara ternak.

Ciri yang sangat menonjol dalam usaha tani khususnya tanaman pangan adalah
jaringan irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik ada pada suatu wilayah antara
lain adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum suatu sistem
usaha tani di Indonesia dapat dibedakan antara lain:

1. Sistem usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama,
diselingi palawija, sayur-sayuran atau tebu.
2. Sistem usaha tani lahan kering atau tegalan dimana padi dan berbagai jenis
tanaman palawija dan holtikultura sebagai tanaman pokok.
3. Sistem usaha tani lahan dataran tinggi yang banyak ditanam berbagai sayur-
sayuran dan beberapa jenis palawija.

Definisi pembangunan Pertanian

Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi


pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan pada
sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari
yang kurang baikmenjadi lebih baik (Dr. Soekartawi, 1994; 1).

Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting terlebih dari peranan sektor


pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang
devisa negara melalui ekspordan sebagainya. Dalam pertanian tanaman pangan di
Indonesia terdapat urutan komoditas menurut kepentingannya. Tanaman padi adalah
tanaman utama. Meskipun secara ekonomis tanaman padi bukanlah tanaman yang
menguntungkan, kebanyakan petani mengutamakan padi dalam usaha taninya.

Faktor-Faktor Produksi Pertanian


Pengertian produksi secara teknis (Ir. AG Kartasapoetra, 1987;17) adalah proses
pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan mana diharapkan
terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah diberikan
(pengertian sempit). Sedangkan secara ekonomi adalah proses pendayagunaan segala
sumber yang telah tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan
kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat
diperdagangkan.
Yang termasuk dalam faktor-faktor produksi pertanian adalah : tanah, tenaga kerja,
modal, pengelolaan (management) (Yovita Hetty Indriani, 1992;62).

1. Tanah Pertanian
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah tanah. Tanah sebagai
modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam pemanfaatannya dengan
melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar yang ada dengan kegiatan yang
dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini dikarenakan lahan merupakan salah satu
syarat untuk dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian.
Definisi tanah yang sederhana yaitu sebagai suatu benda tempat tumbuhnya tanaman.
Sedangkan pengertian tanah yang lebih luas adalah suatu benda alami yang terdapat
di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan tumbuhan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Tanah adalah alat atau faktor produksi
yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peranan tanah sebagai alat
produksi pertanian adalah sebagai berikut :
1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
2. Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah tenaga kerja manusia,
tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia tediri tenaga
kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja hewan digunakan untuk pengolahan
tanah dan angkutan. Sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk pengolahan
tanah, pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik
bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga kerja manusia atau tenaga kerja ternak.
Banyak dari penduduk Indonesia merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian. Oleh
karena itu petani sebagai sumber daya manusia, memegang peranan inti di dalam
pembangunan pertanian. Peranan petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna
mendapatkan hasil-hasilnya yang bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan
metode baru yang diperlukan agar usaha taninya lebih produktif.

Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Anak-anak
berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi
usaha tani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam
uang. Memang usaha tani dapat membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam
tahap penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja
langsung.

Sedangkan tenaga kerja usaha tani di luar keluarganya diperoleh dengan cara
sebagai berikut :

1. Upahan
Cara ini bervariasi setiap tempatnya, upah umumnya tidak rasional hal ini
disebabkan daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama untuk setiap
tenaga kerja. Upah pria berbeda dengan wanita maupun anak-anak. Begitu juga
berbeda upah untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk tenaga ternak dan operatornya
berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan. Untuk upah tenaga mekanik
hampir sama dengan tenaga ternak. Pembayaran upah tersebut dapat harian atau
mingguan sesuai dengan hasil kerjanya bahkan borongan.

2. Sambatan
Sistem tolong-menolong antar petani tanpa dasar pertimbangan ekonomi.

3. Ansun tenaga kerja


Peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja pada anggota lain.
Petani sebagai petani pemilik, petani penggarap dan petani buruh. Pada umumnya
petani pemilik sebagai majikan yang tanahnya digarap oleh orang lain (petani
penggarap), sehingga ia berperan sebagai pengelola dalam usaha taninya. Sedangkan
petani buruh mempunyai keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani adalah
keterampilan tangan, otot dan mata. Salah satu faktor yang menjadi lingkaran setan
adalah faktor kemiskinan. Dari data yang dikumpulkan jelas bahwa mereka yang
mempunyai pendidikan rendah adalah golongan buruh tani yang tidak bertanah.
Demikian pula daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi, maka tingkat pendidikan
masyarakat daerah itu sangat rendah.

Dalam hubungan kerja antara majikan atau penggarap dengan buruh, ditentukan
sistem upah yang akan dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja per hari kerja,
satuan kegiatan, upah per hari kerja dan upah per satuan kegiatan. Kesepakatan
bersama antara majikan dan buruh tani cukup dilakukan secara lisan saja.
Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa-desa penelitian di Jawa dan
Sulawesi Selatan ada dua macam upah, yaitu upah borongan dan upah harian.
Pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja. Sedangkan
pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh tani bekerja. Tingkat
upah di pedesaan diduga dipengaruhi oleh kebutuhan dasar minimum (subsistence
needs) atau oleh mekanisme pasar tenaga kerja. Di negara-negara yang sudah maju,
kemajuan pertanian diukur dengan tingginya produktivitas tenaga kerja dan semua
usaha diarahkan untuk meningkatkan produktivitas itu. Sedangkan di Indonesia,
prinsip yang demikian tidak selalu cocok dengan keperluan. Kalau di negara-negara
maju tersebut faktor tenaga kerja sangat terbatas, di Indonesia banyak penduduk
sebagai tenaga kerja pada sektor pertanian. Dalam mengatasi terbatasnya tenaga
kerja, di negara-negara maju ditemukan mesin-mesin penghemat tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas pertanian pada umumnya.
Intensitas penyerapan tenaga kerja berhubungan positif dengan produktivitas tanah
pertanian. Di samping itu, untuk periode satu tahun penyerapan tenaga kerja pertanian
dipengaruhi oleh pola dan intensitas tanam.

Masalah ketenagakerjaan pedesaan di Indonesia sering menemui kesulitan karena


kerumitannya. Pekerja di pedesaan pada umumnya melakukan jenis pekerjaan lebih
dari satu sehingga tidak dapat dipisahkan secara tegas. Sebagai contoh, seorang yang
bekerja sebagai petani juga bekerja sebagai tukang, kuli dan pedagang. Sering sekali
dua pekerjaan dikerjakan pada saat yang hampir bersamaan, misalnya pedagang
barang kebutuhan sehari-hari, sambil menunggu pembeli mereka melakukan
pekerjaan menjahit atau pekerjaan lainnya.

Sebagai langkah pertama dalam menelusuri keterlibatan seseorang dalam suatu


pekerjaan, secara bertahap dibuat pembedaan antara sektor pertanian, sektor non
pertanian, dan campuran antara sektor pertanian dan non pertanian. Dengan melihat
proporsi tersebut dicoba untuk melihat besarnya keterlibatan tenaga kerja pada
masing-masing sektor.

3. Modal
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam pengertian
ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi
lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu
produksi pertanian. Pada usaha tani yang dimaksud dengan modal adalah :
a.Tanah
b.Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik, dll)
c.Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang, dll)
d.Tanaman, ternak dan ikan di kolam
e.Bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan)
f.Piutang di Bank
g.Uang tunai

Sedangkan menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua, yaitu :


1) Modal tetap artinya modal yang tidak habis pada satu periode produksi, seperti
tanah bangunan.
2) Modal bergerak meliputi alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman,
ternak dan ikan. Jenis modal ini habis atau dianggap habis dalam satu periode proses
produksi.
Besarnya modal bergerak, biasanya dapat digunakan sebagai petunjuk majunya
tingkat usaha tani. Modal dapat mengahasilkan barang baru, dengan demikian akan
mendorong minta tumbuhnya pembentukan modal. Pembentukan modal ini menjadi
keharusan untuk ditumbuhkan di kalangan petani. Sumber pembentukan modal antara
lain :
a. Milik sendiri
b. Pinjaman atau kredit, baik berasal dari bank maupun dari pelepas uang
c. Hadiah warisan
d. Dari usaha lain
e. Kontrak sewa

Dalam hal kredit petani umumnya lebih banyak lari kepada pelepas uang, hal ini
disebabkan :
a. Dapat diambil sewaktu-waktu
b. Prosedur setahun
c. Jamuan formal biasanya tidak diperlukan
d. Kepastian bagian berperan penting
e. Kelestarian hubungan usaha
f. Sering dikaitkan dengan jaminan pemasaran hasil

Untuk membantu pembentukan modal, pemerintah dan swasta telah cukup banyak
membuka kesempatan melalui berbagai kegiatan perbankan dalam bentuk kredit.
Dengan surat bukti pemilikan tanah petani dapat berurusan dengan bank untuk
mendapat kredit, namun masih langka. Bank yang banyak membantu petani adalah
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Bumi Daya. Macam kredit yang diberikan
dan direalisir oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) antara lain :
1) Kredit Investasi Besar
2) Kredit Investasi Kecil
3) Kredit Bantuan Proyek
4) Pengelolaan (Management)
4. Pengelolaan
Pengolahan usaha tani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan
mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari
keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap sektor maupun
produktivitas dari usahanya. Dengan demikian pengenalan secara utuh faktor yang
dimiliki dan faktor-faktor yang dapat dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan
pengelolaan.

Usaha tani di Indonesia umumnya dikelola oleh petani sendiri. Ia sebagai


pengelola, ia sebagai tenaga kerja dan dia pula sebagai salah satu dari konsumen
produksi usahataninya. Manusia petani, demikian citra yang ada, terbatas pendidikan
dan pengalamannya, lemah dalam posisi bersaing, lemah dalam penguasaan faktor
produksi, terutam lemah dalam modal dan pengelolaan itu sendiri. Dalam hal
prasaana dan sarana untuk pengelolaan, rumahnya sebagai kantornya, faktor produksi
yang dimilikinya adalah sarana terbesar yang dimiliki. Posisi lingkungan, status sosial
dan kepercayaan lingkungan adalah sarana pendukung yang cukup menentukan.
Dalam situasi demikian petani mulai melangkahkan kaki menjadi pengelola faktor-
faktor produksi usaha taninya.

Syarat-syarat dalam Pembangunan Pertanian

A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertaniandi banyak


negara dan menggolong-golongkan ke dalam syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat
pelancar. Terdapat lima syarat yang tidak boleh tidak ada untuk pembangunan
pertanian. Jika satu dari lima syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah
pembangunan pertanian. Pertanian dapat berjalan terus tetapi sifatnya statis.

Syarat-syarat mutlak yang haru ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965; 77) adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani,


2. Teknologi yang senantiasa berkembang,
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal,
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
5. Tersedianya perangkutan dan yang lancar dan kontinyu.

Untuk lebih jelasnya, syarat-syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan


pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Pasaran untuk Hasil Usaha Tani


Tidak ada yang lebih menggembirakan petani produsen daripada diperolehnya
harga yang tinggi pada waktu ia menjual produksinya. Harga baik atau buruk (tinggi
atau rendah) pada umumnya dilihat petani dalam hubungan dengan harga-harga saat
panen sebelumnya.

Pembangunan pertanian meningkatkan produksi hasil pertanian. Untuk hasil-hasil


itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-
biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu
memproduksikannya. Diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani (A.T
Mosher, 1965;78), yaitu: :
a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada
permintaan (demand) terhadap hasil usaha tani ini.
b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani, sistem
tataniaga.
c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu. Kebanyakan petani
harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat. Karena
itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan
sekedar untuk dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada
harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem
tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.

2. Teknologi dalam Pembangunan Pertanian yang Senantiasa Berkembang


Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan
cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235)
menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya
pembangunan pertanian.

Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun
terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya
kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit
yang semakin merajalela.

Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan


di bidang industri. Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian
sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya termasuk cara-
cara bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil
serta memelihara ternak. Termasuk pula didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-
obatan serta makanan ternak yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga.
Termasuk juga didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan
tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.

Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada produktivitas
pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu
dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal
atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk
buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi
dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih
banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan
produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam
pembangunan pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun
dapat dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi
(inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas
menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam
distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan
peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil
yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan
yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu
pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk
memberikan kesempatan kepada tanaman untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi
berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru. Sebagai contoh, penerapan bibit
karet yang unggul dalam penanaman baru adalah inovasi.

Perangsang Produksi bagi Pertanian

Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras minimum,
subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif,
perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani teladan dan lain-
lain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa, baik mengenai teknik-
teknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan-keterampilan lainnya
juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.
Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas harga-harga
hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani
untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk
meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan
produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani
untuk keluarganya.
Pembangunan Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Kalau
ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam Smith yang
berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian
baru dilahirkan pada awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi
pertanian pada tahun 1890.

1. Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia berkembang dari dua segi pandangan


(Mubyarto, 1989;2-3) adalah sebagai berikut :
Merupakan salah satu bagian atau cabang dari ilmu pertanian, yaitu bagian atau
aspek-aspek sosial ekonomi dari persoalan-persoalan yang dipelajari oleh ilmu
pertanian. Bagian ini berkembang menjadi dua bagian, terdiri dari :
a) Ilmu ekonomi pertanian, dengan cabang-cabangnya tataniaga, ekonomi
produksi pertanian dan lain-lain.
(b) Ilmu sosiologi pedesaan.

2. Bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi, ilmu ekonomi pertanian tidak lain
daripada ilmu ekonomi, yaitu ilmu ekonomi yang diterapkan pada bidang
pertanian. Dengan dasar-dasar teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro, tata
buku, statistik dan lain-lain, maka para mahasiswa mempelajari penerapan segala
teori ekonomi dan perusahaan ini pada persoalan-persoalan pertanian, hubungan-
hubungan ekonominya satu sama lain dan implikasinya bagi perekonomian
nasional.

Berdasarkan perkembangan dan manfaat penerapannya, maka ilmu ekonomi


pertanian di Indonesia dikembangkan dengan mengambil manfaat dari kedua aspek
pandangan di atas. Ilmu ekonomi pertanian akan berkembang dan perlu
dikembangkan sebagai suatu cabang ilmu kemasyarakatan yang penting yang akan
merupakan suatu alat analisa ilmiah untuk membahas dan mendalami berbagai
persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan
pembangunan ekonomi di Indonesia pada umumnya.

Ilmu ekonomi pertanian termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan


(social science), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan
antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia
secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi
mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani atau kelompok-
kelompok petani.Jadi ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan sebagai bagian dari
ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun makro (Mubyarto, 1989;4).

Ekonomi Produksi Pertanian


Ekonomi produksi pertanian adalah suatu aplikasi bidang ilmu yang dalam mana
keputusan yang telah diambil dengan berdasarkan prinsip-prinsip pilihan diterapkan
pada modal (tanah dan investasi), tenaga kerja dan manajemen produksi atau industri
pertanian jika produk-produk pertanian ini mendapat pengolahan lanjutan guna
mewujudkan komoditi yang lebih tinggi kualitasnya (Ir. AG Kartasapoetra, 1987; 7).
Tujuan ekonomi produksi pertanian (Ir. AG Kartasapoetra, 1987;11) terdiri dari:
a. Ekonomi produksi pertanian menentukan persyaratan-persyaratan bagi
pendayagunaan tanah, tanaman, modal kerja dan manajemen dalam pelaksanaan
usaha tani secara optimal.
b. Ekonomi produksi pertanian menentukan syarat-syarat agar penggunaan sumber
yang tersedia tidak mubadzir atau berada dalam penyimpangan-penyimpangan.
c. Ekonomi produksi pertanian menganalisa kemampuan-kemampuan pola produksi
dalam penggunaannya dengan sumber-sumber yang tersedia daripadanya ditunjukkan
pola-pola yang baik yang dapat mencapai optimum.
d. Ekonomi produksi pertanian mengemukakan secara gamblang tentang metode dan
sarana pendukung yang sebaiknya digunakan sehingga dapat mencapai optimum.

Pemasaran Hasil Pertanian

Menurut Kotler (1980) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran
itu penting, yakni :
1. Jumlah produk yang dijual menurun
2. Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun
3. Terjadinya perubahan yang diinginkagn konsumen
4. Kompetisi yang semakin tajam
5. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Namun untuk komoditi pertanian, pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh
lima aspek seperti yang dikemukakan oleh Kotler tersebut, tetapi oleh aspek yang lain
(Dr Soekartawi, 1991;120) yaitu :
1. Kebutuhan yang mendesak
2. Tingkat komersialisasi produsen (petani)
3. Keadaan harga yang menguntungkan, dan
4. Karena peraturan
Menurut W David Downey & Steven P Erickson (1992;278), pemasaran secara
umum adalah suatu proses yang mengakibatkan aliran produk melalui sistem dari
produsen ke konsumen. Sedangkan pemasaran secara khusus adalah telaah terhadap
produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke
konsumen.
Terdapat tiga tipe fungsi pemasaran (W David Downey & Steven Perickson,
1992;282) yang terdiri dari :
1. Fungsi pertukaran (exchange function) dimana produk harus dijual dan dibeli
sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran.
2. Fungsi fisis tertentu harus dilaksanakan, seperti pengangkutan, penggudangan dan
pemprosesan produk.
3. Berbagai fungsi penyediaan sarana harus dilakukan dalam proses pemasaran.

Bagaimanapun sekurang-kurangnya harus ada informasi pasar yang tersedia


seseorang harus menerima resiko kerugian yang mungkin terjadi; seringkali produk
harus distandarisasi atau dikelompokkan menurut mutunya untuk mempermudah
penjualan produk tersebut, dan akhirnya seseorang harus memiliki produk yang
bersangkutan dan menyediakan pembiayaan selama proses pemasaran berlangsung.
Salah satu kesalahpahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam
perusahaan agribisnis adalah pembatasannya pada fungsi penjualannya saja padahal
pada kenyataannya pemasaran di dalam suatu perusahaan meliputi berbagai aspek
keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
pelanggan guna menghasilkan laba. Proses pemasaran yang sesungguhnya
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi dan kebijaksanaan harga,
serta menetapkan sistem distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada
pelanggan.

Penetapan harga berdasarkan daya serap pasar merupakan metode lain untuk
menentukan harga produk dan jasa sangat unik. Berbagai harga dicoba ditawarkan
untuk menentukan serta membebankan harga maksimal yang dapat disanggupi oleh
para pelanggan. Metode ini seringkali digunakan dalam menetapkan harga jasa yang
sangat terspesialisasi dan bervariasi pada setiap pekerjaan, dimana setiap pekerjaan
dirundingkan secara terpisah dan komunikasi antar pelanggan tidak demikian lancar.
Sistem ini akan sangat berhasil jika manfaat produk atau jasa tersebut jauh diatas
harganya, sehingga harga tidak merupakan faktor pertimbangan yang penting. Jasa
teknis perorangan yang diberikan kepada pengusaha tani dan agribisnis termasuk ke
dalam kategori ini.

Keputusan mengenai distribusi pasar berkaitan dengan pemilik dan pengendali


produk dalam proses pemindahannya kepada pelanggan. Hal ini mempunyai
implikasi penting terhadap cara pelaksanaan fungsi pemasaran. Saluran pasar yang
dipilih sangat erat kaitannya dengan masalah distribusi fisis. Tetapi permasalahan
sehubungan dengan pemilik produk pelaksana berbagai fungsi pasar guna
memindahkan produk tersebut dari pabrik kepada pelanggan jauh lebih luas.
Pengelolaan program pemasaran dalam agribisnis dapat merupakan tugas yang rumit
khususnya pada perusahaan besar yang menangani banyak produk. Hampir semua
agribisnis menghadapi permintaan yang sangat musiman, yang mungkin akan
menyebkan ketersendatan dalam melayani pelanggan. Pola cuaca yang tidak dapat
diramalkan makin memperumit perencanaan pemasaran dan harga komoditi pertanian
yang berfluktuasi sering mengakibatkan permintaan atas bekalan dan jasa usaha tani
ikut berfluktuasi. Karena kerumitan tersebut maka program pemasaran agribisnis
perlu direncanakan secara hati-hati.

Prakiraan penjualan merupakan alat pemasaran yang sangat berguna khususnya


dalam agribisnis karena ketidakstabilan pasar pertanian. Hal tersebut biasanya
dimulai dengan prakiraan keadaan umum perekonomian dan berkembang makin
spesifik pada saat prakiraan masih diarahkan pada penjualan masing-masing produk
atau jasa.

Prospek pasar dapat dideteksi dengan mengetahui keadaan pasar. Pasar itu sendiri
berarti sekumpulan pembeli yang potensial atau pembeli yang sesungguhnya. Pasar
terdiri dari :
a. Pasar konsumen (dari petani ke ibu rumah tangga)
b. Pasar industri
c. Pasar penjualan kembali (misalnya pasar swalayan dan pasar induk)
d. Pasar pemerintah (yang dikendalikan oleh pemerintah)
e. Pasar Internasional

Besarnya kebutuhan konsumen terhadap barang tidak sama. Selain itu, waktu,
bentuk dan harganyapun berlainan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingkat sosial,
fisiologis dan psikologis tiap konsumen yang berbeda (Yovita Hety Indriani,1992;55).

Menurut Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan Direktorat Bina Usaha


Pertanian Tanaman Pangan, terdapat pelayanan informasi pasar yaitu usaha kegiatan
yang mengumumkan harga-harga sayur-mayur setiap hari di mana sasaran utamanya
adalah para petani. Tingkat harga produsen adalah harga penjualan petani kepada
pedagang borongan di daerah produksi dimana harga borongan adalah harga
penjualan pedagang besar di daerah konsumsi (bukan tingkat harga eceran).

Teori Industri

Industri adalah bagian dari proses produksi dimana bagian dari proses produksi
itu tidak mengambil bahan-bahan langsung dari alam yang kemuidian mengolahnya
hingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto, 1987).

Industri adalah usaha untuk memproduksi memproduksi barang jadi dengan


bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah
besar sehingga barang tersebut dapatdiperoleh dengan harga serendah mungkintetapi
dengan mutu setinggi-tingginya. (I made sandi, 1995; 148).
Jenis-jenis Industri

Industri di Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, berdasarkan


jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu
(Tabunan, 1993;83)

1. Industri rumah tangga jumlah pekerjanya 1 4 orang,


2. Industri kecil jumlah pekerjanya 5 19 orang,
3. Industri menengah jumlah pekerjanya 20 99 orang,
4. Industri besar jumlah pekerjanya 100 orang atau lebih.

Faktor Penunjang Pertumbuhan Industri

Terdapat beberapa faktor penunjang dalam pertumbuhan industri. Setiap usaha


mempunyai dan selalu berusaha untuk memadukan empat faktor produksi yang
menjadi dasar yang terdiri dari (Soebroto, 1979):

1. Alam, meliputi sumber material yang disediakan oleh alam seperti bahan
mentah, tembat untuk mendirikan bangunan dan sebagainya.
2. Modal, merupakan barang atau uang yang digunakan untuk mencapai tujuan
produksi.
3. Tenaga kerja, meliputi sumber tenaga (energi) untuk industri dan tenaga kerja
untuk proses produksi.
4. Keterampilan, yaitu kemampuan pengusahadalam mengelola tata laksana
usaha yang terdiri dari kepribadian, pengaturan waktu, pengetahuan,
keterampilan teknik dan sebagainya.

Pembangunan sektor industri dipengaruhi oleh beberapa faktor


penunjang yaitu (Sandi, 1985:148):
1. Tersedianya bahan mentah atau bahan baku
2. Bahan bakar atau energi
3. Pasar dan sarana untuk menjamin permintaan pasar dengan
cepat
4. Tenaga kerja yang terampil dalam industri yang bersangkutan
5. Jaringan komunikasi yang mantap
6. Suasana industri yaitu masyarakat yang tahu barang yang
dihasilkan atau suasana yang mendukung hidup produksi

Dalam mendukung suatu industri dipengaruhi oleh faktor-faktor


produksi antara lain(Partadirja, 1985) :
a. Faktor Produksi Modal, yang terdiriatas:
Modal buatanmanusia yang terdiri dari bangunan-bangunan,
mesin-mesin, jalan raya, kereta api, bahan mentah, persediaan
barang jadi dan setengah jadi. Lahan terdiri dari tanah, air,
udara, mineral di dalamnya,termasuk sinar matahari.
b. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari:
Tenaga kerja atau buruh berupa jumlah pekerja termasuk tingkat
pendidikan dan tingkat keahliannya
Menurut undang-undang RI No.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang
dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat.
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (1991: 927) tenaga kerja adalah orang yang
bekerja atau
mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja.

Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Dr. Soekartawi, 1991;2).
Peran Agribisnis menurut Dr. Soekartowi (1994;63) adalah :
1. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
2. Mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
3. Mampu meningkatkan ekspor.
4. Mampu meningkatkan tumbuhnya industri yang lain.
5. Mampu meningkatkan nilai tambah.

1. Aspek Produksi
Rendahnya produktivitas tanaman pangan per ha ini disebabkan karena sulitnya
petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi yang terbatas ini sebagian
besar disebabkan karena lemahnya permodalan dan terbatasnya keterampilan
berusahatani. Beberapa kebijaksanaan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
produktivitas antara lain adalah :
a. Meningkatkan penyuluhan pertanian dalam upaya mengaktifkan sapta usaha tani.
b. Meningkatkan koordinasi antar-Dinas yang terkait dalam kegiatan penyuluhan
pertanian.
c. Meningkatkan pelaksanaan pencetakan sawah baru untuk menunjang
pengembangan daerah yang terisolir.

2. Aspek Pengolahan Hasil


Petani umumnya memproses sendiri hasil pertanian dan sebagian lagi dijual di
sekitar tempat tinggalnya. Lambannya pengembangan industri pengolahan ini akan
terus berlangsung bila tidak diikuti dengan upaya-upaya untuk memperluas pasar.

3. Aspek Pemasaran
Mekanisme pasar yang belum sempurna cenderung petani menerima harga yang
ditetapkan oleh pihak lain dengan harga yang relatif rendah. Sehingga diperlukan
suatu lembaga yang membantu petani memasarkan hasil pertaniannya pada tingkat
harga yang memadai, misalnya KUD. Lemahnya pemasaran ini akan terus
berkelanjutan bila tidak diadakan upaya-upaya terobosan yang dilakukan dengan :
a. Pengembangan komoditi pertanian berdasarkan atas konsep keunggulan
komprehensif dan konsep perwilayahan komoditi. Misalnya di daerah itu
dikembangkan produksi hortikultura tertentu, dilakukan pengolahnnya dan
dilanjutkan dengan kegiatan ekspor.
b. Perbaikan fasilitas pemasaran.
c. Penyediaan fasilitas perbankan.

Pertimbangan pengembangan agribisnis di Indonesia (Dr. Soekartowi,1994;76)


adalah sebagai berikut :
1. Letak geografis Indonesia yang dekat dengan pasar dunia.
2. Tujuan ekspor mendukung.
3. Masih banyak sumber daya alam untuk kegiatan di sektor pertanian.
4. Semakin banyak nilai tambah dan kualitas produksi pertanian yang mampu
menerobos pasar dunia.
5. Masih besarnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian.

Menurut Dr. Soekartawi (2000,10-11) agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu
pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan
pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum
tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Ada empat proposisi utama dalam pembangunan agroindustri yang berkelanjutan,
yaitu :

1. Ketersediaan bahan baku


Bahwa ketersediaan bahan baku perusahaan agroindustri yang tersedia secara tepat
waktu, kuantitas dan kualitas serta tersedia secara berkelanjutan akan menjamin
penampilan perusahaan dalam waktu yang relatif lama, maka produk pertanian yang
dijadikan bahan baku tersebut perlu diusahakan melalui pendekatan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan (di mana sumber daya alam tersebut tidak boleh
dieksploitasi).

2. Antisipasi terhadap perubahan preferensi konsumen


Bahwa perusahaan industri yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan
dinamika pasar adalah akan berusia relatif panjang. Ini artinya bahwa produk
agroindustri, baik kuantitasnya maupun kualitasnya perlu disesuaikan dengan
berkembangnya permintaan (preferensi) konsumen yang berjalan begitu cepat
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada proses produksi.

3. Memahami karakter pesaing


Bila perusahaan agroindustri memperhatikan dan memahami para pesaingnya,
maka perusahaan tersebut akan relatif lebih mudah melakukan penyesuaian-
penyesuaian, sehingga dengan demikian perusahaan tersebut dapat bersaing secara
kompetitif dengan para pesaing tersebut. Dari berbagai literatur pemasaran, maka
beberapa variabel yang perlu diketahui dari para pesaing antara lain adalah :
a. Macam produk yang dihasilkan
b. Strategi penentuan harga
c. Volume produksi yang dihasilkan dan yang dijual
d. Pasar dan pangsa (share) yang dikuasai
e. Strategi product mix
f. Cara pemasarannya
g. Cara distribusi produk dan strategi promosinya

4. Kualitas Sumber Daya Manusia


Kemampuan perusahaan dalam mengantisipasi perubahan pasar, yaitu bahwa
kondisi internal perusahaan, khususnya kualitas menajerial sumber daya manusianya,
yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika pasar dan pesaing
sehingga mampu pula menghasilkan produk yang didasarkan pada keinginan dan
kebutuhan konsumen adalah mendukung penampilan perusahaan yang lebih
kompetitif. Pengertian kompepetitif di sini adalah kemampuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar (market share) secara lebih
menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan definisi seperti ini maka di dalam
keunggulan kompetitif tersebut sudah termasuk keunggulan komparatif yaitu
keunggulan yang hanya mendasarkan diri pada faktor harga yang relatif lebih murah
tetapi menjamin adanya perolehan peningkatan pangsa pasar.

B. Kawasan Pertanian dan Perindustrian di Provinsi Lampung

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pertanian terbagi dalam beberapa beberapa
sektor diantaranya pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan, maka pertanian di provinsi Lampung pun membagi masing masing sektor
pertanian tersebut.

1. Pertanian Rakyat di Provinsi Lampung


Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis seluas 103.245 ha, sawah,
irigasi setengah teknis 24.164 ha, dan lahan sawah irigasi non teknis seluas 244.008
ha. Total saluran irigasi mencapai 371.417 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006
menghasilkan 2.129.914 ton padi (gabah keringgilingGKG), terdiri atas 1.959.426 ton
padi sawah dan 170.488 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas
padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi mencapai 2.091.996 ton
sementara pada 2005 mencapai 2.124.144 ton, Semua itu belum termasuk produksi
ubi kayu rotan 2006 mencapai lebih dari 5.473.283 ton, dan produksi jagung
1.183.982 ton. Dengan demikian ketahanan pangan di provinsi ini cukup kuat.

2. Kehutanan di Provinsi Lampung


Kawasan hutan mencapai 1.004.735 ha atau sekitar 30,43 % dari luas wilayah
provinsi, terdiri atas hutan lindung 317.615 ha, hutan suaka alam dan hutan
wisatataman nasional 462.030 ha hutan produksi terbatas 33.358 ha dan hutan
produksi tetap 91.732 ha. Dalam rangka mendukung pembangunan berwawasan
lingkungan yang berkesinambungan, produksi kehutanan kini lebih diarahkan kepada
hasil hutan non kayu dan potensi ekowisatanya. Hasil hutan pada 2006 berupa kayu
bulat sebanyak 3.4121.171 m, kayu gergajian 145.732,25 m dan kayu lapis
82.714.45 m, Sedangkan produksi basil hutan non kayu berupa damar mata kucing
sebanyak 5.454,17 ribu ton, damar batu 1.351,30 ton, arang 30.347 rotan manau
3.000 batang, dan rotan lilin 1.293,24 ton.
Luas Kawasan Hutan menurut Fungsinya di Provinsi
Lampung, 2014 (Hektar)
Luas
Fungsi Hutan
( Hektar )
(1) (2)
1. Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan 462 030
lestarian
2. Hutan Lindung / 317 615
3. Hutan Produksi
33 358
Terbatas /
4. Hutan Produksi
191 732
Tetap /
Jumlah 1 004 735

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

3. Perikanan di Provinsi Lampug


Dari laut dan sungai sungainya yang besar pada 2006 Lampung menikmati hasil
tangkapan laut hingga 133.503,4 ton, sedangkan tangkapan perairan umum mencapai
10.345,4 ton. Produksi budidaya tambaknya mencapai 164.264,8 ton, budidaya air
tawar mencapai 17.448,9 ton dan hasil budidaya laut sebanyak 1.569,7 ton.

4. Peternakan di Provinsi Lampung


Daerah berlahan kering yang mencapai 89,88% dari total luas provinsi adalah
tempat yang sangat cocok untuk mengembangkan sapi potong. Dengan potensi ini,
Lampung memiliki perusahaan penggemukan sapi potong (feedlotters) terbesar di
Indonesia dengan total populasi sapi potong mencapai 428 ribu ekor atau sama
dengan 60% dari total populasi sapi potong nasional di feedlotter. Provinsi ini juga
dikenal sebagai penghasil jagung, ubi kayu, dan dedak halus sebagai bahan baku
pembuat konsentrat yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Dengan dukungan potensi
bahan baku ini, Lampung mampu menghasilkan produksi 23 juta ekor ayam potong
pada 2006, meningkat dibandingkan dengan produksi 2005 yang mencapai 21 juta
ekor ayam potong.

Populasi Ternak di Provinsi Lampung Tahun 2013 - 2014

2013 2014
Jenis
Ternak Kelamin Kelamin
Jumlah Jumlah
Jantan Betina Jantan Betina
(1) (26) (27) (28) (29) (30) (31)
217 355 191 396
573 483 587 827
Sapi 733 750 808 019
Kerbau 5 979 6 648 12 627 6 325 19 888 26 213
Sapi
268
Perah 46 222 - - -
469 783 1253 475 775 1250
Kambing 538 615 153 313 510 823
Domba 29 755 59 250 89 005 24 828 46 108 70 936
Babi 15 816 27 697 43 513 16 775 29 822 46 597

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung

5. Perkebunan di Provinsi Lampung


Perekonomian di Provinsi Lampung juga sangat didukung oleh produksi
perkebunan seperti kopi, lada, karet, kelapa, dan tebu. Produksi kopi pada tahun 2006
mencapai 143.050 ton, produksi kakao 22.976 ton, lalu diikuti produksi kelapa dalam
lebih dari 112.631 ton, lada 24.011 ton, karet 54.461 ton, kelapa sawit 367.840 ton,
dan tebu 693.613 ton. Dari hasil produksi tebu itu Lampung memberi kontribusi 35%
dari total produksi gula nasional, meningkat dibanding kontribusi 2005 yang
mencapai 20%.

Perkebunan Besar Swasta di Provinsi Lampung, 2014

Jenis Tanaman Komposisi Luas Areal (Ha) Jumlah Produks


i
TBM TM TR (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kopi 173 131
1. 16 439 148 857 8 374
Robusta 670 501
Kopi
2. 104 29 16 149 16
Arabika
60
3. Lada 8 285 47 625 4 570 23 350
480
4. Cengkeh 2 247 4 117 1 118 7 482 897
158
5. Karet 94 975 62 589 1 435 52 050
999
Kelapa 119 107
6. 13 887 101 939 3 829
Dalam 655 870
12
7. Tebu 12 002 - 75 124
- 002
8. Tembakau - 533 - 533 407
9. Vanilli 64 226 117 407 63
Kayu
10. 355 859 62 1 276 563
Manis
11. Kapuk 294 899 104 1 297 187
Kelapa
12. - 1 939 265 2 204 1 301
Hybrida
68
13. Kakao 35 014 32 057 1 081 28 067
152
Kelapa 97 172
14. 33 678 63 752 454
Sawit 884 427
15. Aren 455 780 183 1 418 216
Jambu
16. 12 56 1 69 12
Mete
17. Kemiri 297 290 31 618 91
Jarak
18. 327 580 165 1 072 196
Pagar
19. Nilam - 163 - 163 31
20. Pala 463 194 11 668 59
21. Pinang 300 731 87 1 118 188
22. Cabe Jamu 102 469 100 671 228

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Lampung.

Keterangan:
TBM : Tanaman Belum Menghasilkan
TM : Tanaman menghasilkan
TR : Tanaman Rusak
6. Industri di Provinsi Lampung
Keanekaragaman sumberdaya mineral di provinsi itu meliputi mineral logam,
bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan galian konstruksi. Pada 2006,
dari galian industrinya berhasil diproduksi 1.980.000.000 m andesit, 389.000.000 m
felspar dan 590.000.000 m granit dengan mutu terjamin. Untuk cadangan zeolit
sebesar 2.145.000 m3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8.000.000 m, baik
untuk kebutuhan domestik maupun ekspor, Bahan galian logam yang ada di provinsi
ini meliputi emas, mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari
potensi ini yang telah dikelola. Saat ini Provinsi Lampung memiliki pabrik etanol
berbahan tebu terbesar di Indonesia.

C. Masalah dalam Bidang Pertanian dan Industri Provinsi Lampung

1. Masalah Sektor Pertanian Provinsi Lampung

KBRN, Bandar Lampung: Gubernur Lampung, M. Ridho Ficardo, pada acara


Seminar Nasional Masyarakat Statistik yang mengangkat tema Reorientasi
Pembangunan Pertanian Untuk Kesejahteraan Kamis (25/9/2014) pagi mengatakan,
setidaknya ada 8 faktor yang menjadi masalah pertanian di Provinsi Lampung yaitu
konversi lahan pertanian ke non-pertanian dimana konversi lahan pertanian di
Lampung terjadi 3-6% pertahun, terjadinya konversi itu karena lahan pertanian secara
ekonomi masih kalah dibandingkan jika dikonversi untuk keperluan lainnya.

Kemudian langkanya SDM pertanian yang terdidik dan perpengalaman juga


menjadi problema, karena kebanyakan para petani hanya mengenyam pendidikan
sebatas sekolah dasar. Lalu menurut Ridho menurunnya minat generasi muda terjun
ke pertanian juga menjadi penyebab utama, hal ini karena generasi muda lebih senang
berkecimpung di sektor usaha karena lebih cepat menghasilkan dan hasil yang
diperoleh lebih baik. Yang tidak kalah penting tambah Ridho adalah perubahan iklim
global yang saat ini semakin sulit diprediksi dan tidak bisa dihindari.

Kurangnya lahan yang dimiliki petani dan rusaknya infrastruktur seperti irigasi
juga menjadi masalah pertanian, dimana kebanyakan infrastruktur irigasi di Lampung
merupakan peninggalan zaman kolonial yang sudah tidak berfungsi secara maksimal.
"Hal-hal yang mendasar seperti ketersedian bibit dan pupuk ditambah juga penerapan
teknologi pertanian yang belum optimal juga selalu menjadi masalah klasik pertanian
di Lampung," ujar M. Ridho Ficardo. Masalah-masalah tersebut menurut Ridho,
merupakan pekerjaan rumah Pemprov Lampung yang secara bertahap akan terus
diperbaiki sehingga pertanian nantinya dapat menjadi tulang punggung penggerak
perekonomian di Lampung, apalagi Lampung merupakan daerah agraris dan sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai petani. (AG/AKS).

2. Analisis Masalah Bidang Pertanian di Provinsi Lampung dengan Metode


5W + 1H

1. Apa yang faktor yang menjadi masalah dalam bidang pertanian di provinsi
Lampung?
Ada 8 faktor yang menjadi masalah pertanian di Provinsi Lampung yaitu
a. Konversi lahan pertanian ke non-pertanian,
b. Langkanya SDM pertanian yang terdidik,
c. Kurangnya minat generasi muda terjun ke pertanian,
d. Perubahan iklim global yang saat ini semakin sulit diprediksi,
e. Kurangnya lahan yang dimiliki petani,
f. Rusaknya infrastruktur seperti irigasi,
g. Ketersedian bibit dan pupuk, dan
h. Penerapan teknologi pertanian yang belum optimal.

2. Siapa yang mengemukakan masalah pertanian di provinsi Lampung tersebut?


Gubernur Lampung, M. Ridho Ficardo.

3. Kapan masalah tersebut dikemukakan?


Pada acara Seminar Nasional Masyarakat Statistik yang mengangkat tema
Reorientasi Pembangunan Pertanian Untuk Kesejahteraan Kamis (25/9/2014).

4. Dimana masalah tersebut ditujukan?


Di seluruh wilayah provinsi Lampung.

5. Mengapa masalah pertanian di provinsi Lampung perlu diperbaiki?


Karena Lampung merupakan daerah agraris dan sebagian besar penduduknya
berprofesi sebagai petani, dan diperbaikinya sektor pertanian provinsi Lampung
dengan harapan nantinya dapat menjadi tulang punggung penggerak
perekonomian di Lampung.

6. Bagaimana memperbaiki masalah pertanian di provinsi Lampung?


Yaitu dengan memperbaiki 8 faktor yang menjadi masalah sektor pertanian di
provinsi lampung yaitu:
1) Mengurangi tingkat konversi lahan pertanian ke non-pertanian,
2) Meningkatkan SDM pertanian yang terdidik,
3) Meningkatkan minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian,
4) Menambah jumlah lahan pertanian,
5) Memperbaiki infrastruktur pertanian,
6) Menambah ketersediaan bibit dan pupuk, serta
7) Mengoptimalkan teknologi pertanian.

1. Masalah Bidang Industri di Provinsi Lampung

Keberadaan industri kerupuk udang di Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo


Kabupaten Lampung Tengah ini, didirikan oleh Bapak Soleh pada tahun 1996. Pada
tahun 2012 jumlah pengusaha kerupuk udang di Desa Purwodadi bertambah menjadi
7 pengusaha industri (observasi prasurvei 21 Maret 2012). Industri kerupuk udang di
Desa Purwodadi termasuk kedalam golongan industri kecil samapi industri sedang,
karena setiap industri memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 samapi 20 orang.

Keberadaan industri ini memiliki dampak yang positif bagi perekonomian


masyarakat di kecamatan Trimurjo yaitu:

Dampak positif adanya industri kerupuk di Trimurjo:


1. Sebagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
2. Seabagai salah satu lauk dapat di beli saat tidak punya banyak uang
3. Masyarakat tidak perlu pergi jauh untuk membeli kerupuk, karena pabriknya
dekat dan terdapat banyak warung-warung.

Dalam pengemabangan usaha kerupuk ini pengusaha memiliki banyak masalah-


masalah yang harus dihadapi dalam persaingan pasar yang ada. Untuk menyelesaikan
pemecahan masalah maka penguasaha harus menentukan strategi-strategi yang tepat
agar industri mampu bertahan dan meningkatkan kualitasnya dalam produksi
sehingga mampu bersaing dengan industri-industri lainnya.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya indsutri kerupuk di Kecamatan


Trimurjo adalah limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber
pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi
menurut jumlah industrinya. Contohnya adalah industri kerupuk dan tepung terigu
mengandung banyak bahan organik dan pdatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton
kerupuk atau tepung dihasilkan limbah sebanyak 1.000-3.000 liter. Sumber limbah
cair pabrik kerupuk berasal dari proses perendaman, dan pemilahan sampai proses
akhir.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan
sistem biologis, hal ini karena polutanya merupakan bahan organik seperti
karbohidrat, viamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara
biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian
besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk menyisihkan
unsur hara (nutrein) berupa hidrogen dan fosfor.
Pabrik kerupuk seringkali belum ditangani secara baik sehingga menimbulkan
dampak terhadap lingkunan. Salah satunya dampak limbah-bau limbah cair dan
padat. Limbah kerupuk mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya
menimbulkan gas buang berupa Amoniak, Nitrogen dan Sulfur yang tidak sedap dan
mengganggu kesehatan. Sampai saat ini resiko bau ini masih belum ada jalan
keluarnya sedangkan di sisi lainnya produk kerupuk sudah merupakan makanan
favorit yang hampir harus selalu ada dalam konsumsi masyarakat kecil samapai
dengan masyarakat golongan atas. Dampak negatif yang ditimbulkan pabrik kerupuk
ini mengancam keberlangsungan usaha dan lebih lanjut terhadap ketersediaan
kerupuk bagi masyarakat, karena terancam tutup/dilarang beroperasi. Jalan lain yang
dapat dilakukan biasanya dengan melakukan relokasi pabrik yang berakibat pada
meningkatnya biaya produksi dan harga kerupuk.

Limbah industri kerupuk adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
kerupuk maupaun pada saat pencucuian bawang putih. Limbah yang dihasilkan
berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap
lingkungan karena dapat diamanfaatkan untuk makanan, tetapi limbah cair akan
mnegakibatkan bau busuk dan bila di buang langsung ke sungai akan menyababkan
tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi
maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menghasilkan zat beracun atau menciptalan media untuk tumbuhnya kuman dimana
kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik
pada kerupuk itu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah
akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berabu busuk. Bau busuk ini
akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit
gatal, diare, dan penyakit lainnya.

Untuk mengatasi pencemaran tersebut maka air limbah industri kerupuk harus
diolah terlebih dahulu dan salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah lahan
basah buatan atau rawa buatan. Sistem pengolahan air limah ini menggunakan
teknologi sederhana dengan pendekatan baru untuk menurunkan pencemaran
lingkungan berdasarkan pemanfaatan tumbuhan air dan mikroorganisme. Proses
pengolahan air tercemar pada rawa buatan merupakan sistem yang termasuk
pengolahan alami, dimana terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer
gel, absorbsi, pengolahan kimiawi dan biologis, karena aktivitas mikroorganisme
dalam tanah dana aktivitas tumbuhan.

Selain pencemaran air, ternyata di daerah tersebut juga terjadi pencemaran udara.
Penyebab-penyebab pencemaran udara dari pabrik kerupuk tarsebut antara lain:
1. Asap dari penggorengan kerupuk.
2. Asap dari kayu bakar.

Akibat-akibat yang muncul dari pencemaran udara, antara lain:


1. Terganggunya pernapasan.
2. Dinding pabrik berubah warna menjadi hitam akibat asap pembakaran kayu.
3. Menyebabkan sesak napas, mual, dan lain-lain.

Limbah padat berasal dari kulit bawang putih, limbah padat ini masih dapat diolah
menjadi karya seni atau dapat dimanfaatkan sebagai hiasan rumah seperti lukisan
tempel dari kulit bawang putih dan lain sebagainya. Sedangkan limbah cair yang
berasal dari air rendaman bahan baku pembuatan karupuk maupun air dari sisa
pencucian alat-alat yang telah dipakai.

2. Analisis Masalah Industri Kerupuk di Kecamatan Trimurjo dengan


Metode 5W + 1H

1. Apa yang menjadi masalah pada industri di kecamatan Trimurjo?


Adanya industri kerupuk di kecamatan Trimurjo menimbulkan beberapa
dampak negatif.

2. Dimana letak tempat industri tersebut?


Di Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

3. Siapa yang menyebabkan masalah indutri kerupuk di kecamatan Trimurjo?


Para pengusaha pemilik industri kerupuk di Kecamatan Trimurjo.

4. Kapan masalah Industri kerupuk di Kecamatan Trimurjo mulai muncul?


Sejak mulai berdirinya industri kerupuk di kecamatan Trimurjo yaitu mulai
tahun 1996.

5. Mengapa masalah industri kerupuk di kecamatan Trimurjo dapat terjadi?


Pabrik kerupuk seringkali belum ditangani secara baik sehingga menimbulkan
dampak terhadap lingkunan.

6. Bagaimana cara mengatasi masalah industri di kecamatan trimurjo?


Untuk mengatasi pencemaran tersebut maka air limbah industri kerupuk harus
diolah terlebih dahulu dan salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah
lahan basah buatan atau rawa buatan.
Daftar Pustaka

Mosher A.T. 1968. Menggerakan dan Membangun Pertanian: Sjarat-sjarat Mutlak


Pembangunan dan Modernisasi. Yasaguna: Djakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke-tiga LP3S: Jakarta.

Yovita Hetty, Indriyani. 1992. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai dengan Kondisi
Lingkungan dan Pasar. Penabur Swadaya: Jakarta.

Bintarto, R. 1989. Buku Geografi Sosial. UP Spring: Yogyakarta.

Sandi, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Puri Magasari: Jakarta.

Tabunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Salemba


Empat: Jakarta.

Soebroto, Thomas. 1979. Pengantar Tekhnik Berusaha. EFFAR Co.I.td: Semarang.

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kartasapoetra, G., A. G. Kertasapoetra, dan M. M. Sutedjo. 1987. Teknologi


Konserfasi Tanah dan Air. PT. Bina Aksara: Jakarta.

Downey W David dan Steven P. Ericson. 1992. Managemen Agribisnis, Alih Bahasa
Kochidayat dan A. Sirait, Cetakan Kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta

Pemerintah Provinsi Lampung., 2014, Sumber Daya Alam, [online],


(http://www.lampungprov.go.id.halaman-12-sumber-daya-alam, diakses tanggal 2
Mei 2016)

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung., 2016, Pertaian dan Pertambangan, [pdf],
(http://lampung.bps.go.id/, diakses tanggal 2Mey 2016)
Agung, Ghazaldi., 2014, Ridho: Ada 8 Faktor Utama Masalah Pertanian Di Lampung,
[online], (http://www.rri.co.id/bandar-
lampung/post/berita/106335/daerah/ridho_ada_8_faktor_utama_masalah_pertanian_d
i_lampung.html, diakses tanggal 2 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai