bawah Kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa gampong/kampung/desa yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imeum Mukim/ Kepala Mukim dan berkedudukan langsung di bawah Camat 2. Imeum Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim 3. Tuha Mukim adalah alat kelengkapan mukim yang berfungsi memberi pertimbangan kepada mukim SEJARAH MUKIM • Istilah, “Mukim” berasal dari bahasa Arab “muqim” yang berarti tempat tinggal (Zakaria Ahmad 1972). “Muqimun” pula berarti “penduduk yang menetap di suatu tempat” (Kamus Dewan 2002) • Dalam konteks agama Islam, istilah “muqim” digunakan untuk menerangkan “status” tinggal menetap bagi seseorang untuk membedakannya dengan orang yang berada dalam perjalanan (musafir) • Kepada orang-orang yang mukim atau bermukim (tinggal menetap) di suatu kawasan, kepadanya diwajibkan untuk melaksanakan Shalat Jum’at • Berbeda halnya untuk orang yang sedang dalam perjalanan (bermusafir), mereka tidak diwajibkan untuk menegakkan Shalat Jum’at • Merujuk uraian di atas, warga mukim” diartikan sebagai penduduk dari sebuah mukim. Mukim juga merupakan kawasan tempat tinggal yang dipimpin seorang imuem atau imam • Kata “imuem” berasal dari bahasa Arab yang berarti “orang yang harus diikuti” atau pemimpin (Zakaria Ahmad 1972: 88) • Dalam perkembangannya kemudian, istilah Mukim di Aceh mengalami penukaran makna dari arti yang sebenarnya. Istilah Mukim kemudian menjadi sebuah konsep untuk menerangkan ruang fisik dari sesuatu kawasan yang terdiri dari beberapa Gampong yang memiliki satu mesjid bersama • Dalam perkembangan selanjutnya, istilah “Mukim” adakalanya merujuk kepada seseorang yang sedang menjabat sebagai pemimpin Mukim • Pada masa-masa awal pembentukan mukim, pada setiap hari Jum‟at, Imuem Mukim juga bertindak sebagai imam Shalat Jum’at (Ibrahim Alfian et al. 1977/1978: 66). Menurut catatan Van Langen (dalam Ibrahim Alfian et al. 1977/1978: 66), • Pada mulanya, tiap-tiap Mukim ditetapkan mesti berpenduduk 1000 orang laki-laki yang boleh memegang senjata. Hal ini lebih bertujuan untuk kepentingan politik, sehingga Mukim selain bersifat teokratik juga bersifat politik • Pada masa yang lalu Mukim pernah mendapat kedudukan hukum dalam adat Meukuta Alam. Setelah terbentuknya Negara Indonesia, keberadaan mukim tetap diakui berdasarkan pasal II aturan peralihan. Kemudian oleh residen Aceh, kedudukan mukim tetap dipertahankan melalui Karesidenan Aceh Nomor 2 dan Nomor 5 Tahun 1946. Sekalipun eksistensi mukim pernah mengalami proses reduksi bahkan melalui Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan UndangUndang Nomor 5 Tahun 1974 dihilangkan sama sekali eksistensinya, namun keberadaan Mukim secara factual tetap diakui dan dipertahankan oleh masyarakat Aceh • Mukim sebagai lembaga yang membawahi gabungan (fedeasi) Gampong menjalankan kekuasaan keluar, yaitu menangani hal-hal yang berada di luar kekuasaan pemerintahan Gampong. Kekuasaan di luar wilayah kewenangan gampong itu antara lain mengatur hubungan antar gampong, hubungan gampong dengan pihak luar dan menyelesaikan persoalan/perselisihan- perselisihan yang tidak dapat diselesaikan di Gampong • Mukim memiliki peranan yang bersifat sentral dalam sistem pemerintahan lokal Aceh yang meliputi peran administrasi pemerintahan, adat dan hukum. Dalam bidang administrasi, semua surat-surat yang berhubungan dengan jual beli tanah dikeluarkan oleh mukim atau disahkan oleh mukim, setelah terlebih dahulu memeriksa status tanah yang diperjualbelikan melalui geuchik atau lembaga adat lainnya sesuai dengan kedudukan tanah. • Dalam bidang adat, mukim merupakan rujukan dari setiap perkara adat yang belum dapat diselesaikan ditingkat gampong. Mukim juga ikut mengatur kawasan bersama berupa padang meurabe, gle, blang, dan tanoh-tanoh yang berada di bawah penguasaan mukim atau berada di luar penguasaan gampong. Dalam bidang hukum, mukim menjadi tempat penyelesaian hal-hal yang berhubungan dengan agama, seperti masalah warisan, pernikahan, perceraian, pasakh dan rujuk, serta mengurus harta umat yang berada di bawah penguasaan mukim DASAR HUKUM PEMBENTUKAN QANUN TENTANG MUKIM • Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); • Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Langsa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4110); (Khusus Kota Langsa) • Undang-Undang 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang– Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); • Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); • Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ) • Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633 ); • Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintah Mukim dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003 Nomor 17 seri D Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 20); • Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03); • Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat. (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 19); • Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Imum Mukim di Aceh (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2009 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Tahun 2009 Nomor 25); • Qanun Kota Langsa No. 5 Tahun 2010 tentang Mukim (Khusus Untuk Kota Langsa) KETENTUAN UMUM MUKIM • Harta Kekayaan Mukim adalah harta kekayaan yang dikuasai oleh mukim yang ada pada waktu pembentukan gampong dan tidak diserahkan kepada gampong serta sumber pendapatan lainnya yang sah. • Musyawarah Mukim adalah permusyawaratan dan permufakatan dalam berbagai kegiatan adat, pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dihadiri oleh para Geuchik, lembaga–lembaga adat, imeum chik, Tuha Mukim dan para imeum gampong yang dipimpin oleh imeum mukim • Qanun Mukim adalah peraturan yang dibuat oleh Tuha Mukim bersama imeum mukim • Penyelesaian Persengketaan Adat Mukim adalah permusyawaratan dalam proses penyelesaian berbagai perkara adat, perselisihan antar penduduk atau sengketa sengketa dibidang hukum adat dalam kemukiman yang dilaksanakan oleh Imeum Mukim dan Tuha Mukim. • Keuangan mukim adalah semua hak dan kewajiban mukim yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik mukim berhubung dengan pelaksanaaan hak dan kewajiban KEDUDUKAN MUKIM • Mukim berkedudukan sebagai unsur wilayah di bawah kecamatan yang membawahi gabungan (federasi) dari beberapa gampong dalam struktur mukim setempat untuk menyelenggarakan kegiatan mukim dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan berdemokrasi dalam wilayah mukim, melestarikan adat beserta adat istiadat setempat, melindungi fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam (SDA) sesuai dengan kesadaran, aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam gampong yang bergabung dalam struktur mukim. KEWENANGAN MUKIM Mukim mempunyai wewenang mengkoordinasikan penyelengaraan Pemerintahan Gampong, pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan masyarakat, melindungi adat dan adat istiadat, membina dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat mukim dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Syariat Islam • Kewenangan mukim mencakup : a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul mukim, ketentuan adat dan adat istiadat; b. Kewenangan Kota Langsa yang diserahkan pengaturannya kepada mukim; c. Kewenangan pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Aceh, dan pemerintah kota Langsa; dan d. Kewenangan pengawasan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dalam mukim setempat FUNGSI MUKIM • Mengkoordinir penyelenggaraan Pemerintahan Gampong dalam mukim setempat • Menyelenggarakan bidang pelaksanaan Syari’at Islam, kehidupan beragama, kerukunan hidup beragama di kemukiman serta kehidupan adat dan adat istiadat • Melaksanakan tugas pembantuan serta urusan pemerintahan lainnya yang berada di mukim yang belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintahan Gampong • Mengkoordinir pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan berdemokrasi secara berkeadilan yang inklusif di mukim ; • Membina dan memfasilitasi bidang pendidikan, sosial budaya, perlindungan hak–hak dasar, ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam mukim setempat; • Melaksanakan penyelesaian persengketaan secara adat dalam mukim setempat; dan • Mengawasi fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dalam mukim setempat ORGANISASI MUKIM
Organisasi mukim terdiri dari :
a. Imeum Mukim; b. Sekretariat Mukim; c. Tuha Mukim; d. Imeum Chik TUGAS DAN WEWENANG • Imeum Mukim mempunyai tugas mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan gampong, pembangunan gampong, pemberdayaan masyarakat, memelihara kehidupan adat dan adat istiadat dengan berlandaskan syari’at Islam • Wewenang Imuem Mukim adalah: a. Mengkoordinasi penyelenggaraan Pemerintahan gampong dalam mukim setempat b. Mengawasi pelaksanaan pemilihan Geuchik c. Mengajukan rancangan qanun mukim; d. Menetapkan qanun mukim yang telah mendapat persetujuan Tuha Mukim; e. Menyusun dan mengajukan rancangan qanun mukim tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Mukim (RAPBM) untuk dibahas dan mendapat persetujuan bersama Tuha Mukim; f. Memimpin penyelesaian persengketaan adat dalam mukim setempat; g. Membina perekonomian mukim dan mengkoordinasikan pembangunan gampong dalam mukim setempat secara partisipatif; h. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan mukim i. Mewakili mukim yang dipimpinnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang undangan dan j. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan HAK DAN KEWAJIBAN IMUEM MUKIM • Hak imeum mukim adalah : a. Mengusulkan pengangkatan sekretaris mukim b. Mengajukan rancangan qanun mukim c. Mengelola keuangan mukim sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan d. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, asuransi kesehatan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewajiban Imuem Mukim adalah: a. Melaksanakan syari’at Islam, memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatan Republik Indonesia b. Membina kehidupan beragama, kerukunan beragama dan antar umat beragama serta meningkatkan kualitas pelaksanaan syari’at islam dalam masyarakat c. Membina keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga adat serta hak-hak tradisional dalam pelaksanaan pemerintahan gampong d. Mengembangkan kehidupan berdemokrasi dalam masyarakat mukim setempat e. Melaksanakan dan mempertangungjawabkan pengelolaan keuangan mukim f. Membina, melestarikan dan melaksanakan nilai-nilai sosial, seni budaya, adat dan adat istiadat berlandaskan syari’at islam g. Membina dan memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam (SDA) h. Memelihara ketenteraman dan ketertiban serta sikap saling menghargai secara inklusif dalam masyarakat i. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan j. Menyelesaikan persengketaan antar gampong dalam mukim setempat k. Membuat nota tugas kepada sekretaris mukim apabila imeum mukim melaksanakan tugas luar TANGGUNG JAWAB DAN PELAPORAN 1. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, Imeum Mukim menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap tahun dan akhir masa jabatannya kepada Walikota melalui Camat atau sewaktu- waktu diminta oleh Walikota. 2. Imeum Mukim menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya kepada Tuha Mukim sekurang-kurangnya sekali dalam setahun , yaitu pada akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu diminta oleh Tuha Mukim. 3. Laporan pertanggungjawaban dan laporan keterangan pertanggungjawaban meliputi pelaksanaan tugas dan kewajiban serta pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja mukim. LARANGAN IMUEM MUKIM a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri sendiri, anggota keluarga, kroni dan atau golongan tertentu b. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya c. Merangkap jabatan sebagai ketua dan atau anggota Tuha Mukim, geuchik, perangkat gampong, tuha peuet gampong, lembaga kemasyarakatan, ketua lembaga adat, Anggota DPRA, Anggota DPRK dan jabatan lain yang melanggar ketentuan peraturan perundangan- undangan d. Membuat keputusan yang memberikan keuntungan untuk menjadi pengurus partai politik dan partai politik lokal e. Terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota f. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; g. Menyalahgunakan wewenang h. Melanggar sumpah atau janji jabatan i. Menjadi pengurus dan atau anggota partai politik atau partai politik lokal j. Melanggar norma agama, adat dan adat istiadat setempat. PEMBERHENTIAN IMUEM MUKIM
• Imeum Mukim berhenti, karena :
a. Meninggal dunia b. Permintaan sendiri c. Diberhentikan SEKRETARIAT MUKIM • Sekretariat Mukim dipimpin oleh seorang Sekretaris Mukim yang diangkat dan diberhentikan oleh Walikota. • Sekretaris Mukim diusul oleh Imeum Mukim dari unsur masyarakat setelah mendapat pertimbangan dari Walikota melalui Camat. • Untuk kelancaran tugas-tugas Sekretariat Mukim dibentuk seksi-seksi yang meliputi: a. Seksi Umum b. Seksi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat c. Seksi Keistimewaan Aceh d. Seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang diangkat dan diberhentikan oleh Imeum Mukim e. Kepala seksi bertanggung jawab kepada Sekretaris Mukim TUHA MUKIM • Tuha Mukim berfungsi membantu Imeum Mukim dalam memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada Imeum Mukim dalam rangka pelaksanaan Syariat Islam, pelestarian Adat beserta Adat Istiadat, pengawasan fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam (SDA), perekonomian dan peningkatan kesejahteraan rakyat, pembinaan kemasyarakatan, pelaksanaan Keistimewaan Aceh dan pemberdayaan perempuan serta menetapkan syarat-syarat lainnya untuk menjadi calon Imeum Mukim • Tuha Mukim terdiri dari Unsur Ulama, Tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai. • Tuha Mukim dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota yang dipilih oleh dan dari anggota Tuha Mukim. • Keanggotaan Tuha Mukim sebanyak 3 (tiga) orang. • Tuha Mukim mengadakan pertemuan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali. • Masa jabatan Tuha Mukim selama 5 (lima) tahun. TUGAS DAN WEWENANG TUHA MUKIM • Menyelenggarakan pemilihan Imeum Mukim • Membantu Imeum Mukim dalam menyelenggarakan sengketa adat • Bersama-sama dengan Imeum Mukim menyusun dan menetapkan Qanun Mukim • Bersama-sama dengan Imeum Mukim menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Mukim • Memberi pertimbangan kepada Imeum Mukim terhadap calon Sekretaris Mukim • Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat • Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Imeum Mukim • Penyelesaian persengketaan adat mukim dipimpin oleh Imeum Mukim dan dibantu oleh Sekretaris mukim bersama dengan seluruh anggota Tuha Mukim. • Proses penyelesaian persengketaan adat dilakukan atas usul Imeum Mukim guna menyelesaikan perkara- perkara yang berkaitan persoalan adat dan adat istiadat. • Penyelesaian persengketaan adat mukim berfungsi sebagai mekanisme untuk memelihara dan mengembangkan adat, menyelenggarakan perdamaian adat, menyelesaikan dan memberikan putusan-putusan adat terhadap perselisihanperselisihan dan pelanggaran adat berdasarkan prinsip-prinsip pembuktian secara adat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melaksanakan putusan-putusan penyelesaian persengketaan adat yang bersangkutan. • Penyelesaian persengketaan adat ditingkat kemukiman harus diselesaikan terlebih dahulu oleh Imeum Mukim sebelum diselesaikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. • Putusan-putusan adat dari penyelesaian persengketaan adat bersifat final dan menjadi pedoman bagi para Geuchik dalam menjalankan Pemerintahan Gampong sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku IMEUM CHIK • Imeum Chik diangkat dan diberhentikan oleh Imeum Mukim berdasarkan hasil musyawarah para imeum gampong dalam mukim setempat • Pengangkatan dan pemberhentian imeum chik ditetapkan dengan keputusan walikota • Tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian imeum chik ditetapkan dalam musyawarah mukim setiap 4 (empat) tahun sekali • Imeum Chik dapat dievaluasi dalam musyawarah mukim setiap 2 (dua) tahun sekali TUGAS IMEUM CHIK • Mengkoordinasikan kegiatan peribadatan • Mengkoordinasikan penyelenggaraan pendidikan keagamaan, pengajian, dan pelaksanaan syari’at islam • Mengkoordinasikan dan mengurus penyelenggaraan seluruh kegiatan yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pemakmuran mesjid serta perayaan hari-hari besar islam • Memberikan nasehat dan pendapat berkenaan dengan pelaksanaan syariat islam kepada imeum mukim baik diminta maupun tidak diminta • Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam masyarakat yang berkenaan dalam pelaksanaan syariat islam bersama imeum mukim • Menjaga dan memelihara nilai-nilai adat dan adat istiadat agar tidak bertentangan dengan syari’at islam • Imeum chik dalam melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada imeum mukim • Imeum chik dalam melaksanakan tugas dibantu oleh para imeum gampong • Imeum chik berhenti karena: a. Meninggal dunia b. Permintaan sendiri c. Diberhentikan • Pemberhentian imeum chik apabila : a. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berturut- turut selama 6 (enam) bulan b. Melanggar syari’at islam c. Melanggar norma adat dan adat istiadat setempat d. Tidak memenuhi persyaratan sebagai imeum chik e. Tidak berdomisili dalam mukim f. Imeum Mukim dapat diberhentikan karena melakukan perbuatan kolusi, korupsi, nepotisme, maisir, khalwat dan minuman khamar serta tindak pidana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Jenis peraturan perundang- undangan pada tingkat mukim meliputi : a. Qanun Mukim b. Peraturan Imeum Mukim dan c. Keputusan Imeum Mukim HARTA KEKAYAAN DAN KEUANGAN MUKIM
• Harta kekayaan mukim adalah harta kekayaan yang
telah ada, atau yang kemudian dikuasai Mukim, berupa tanah, mata air, kuala, paya, laut, dan lain- lain yang menjadi ulayat Mukim sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. • Jenis jumlah kekayaan mukim diinventariskan dan didaftarkan serta pemanfaatannya diatur oleh Walikota berdasarkan atas kesepakatan musyawarah mukim. • Pengawasan terhadap harta kekayaan mukim dilakukan oleh Tuha Mukim. • Pendapatan yang bersumber dari harta kekayaan mukim harus dibagi secara proporsional antara mukim dan gampong didasarkan atas prinsip keseimbangan kemampuan antar gampong dengan tujuan pemerataan kemampuan antar gampong dalam mukim setempat. • Pembagian pendapatan dilakukan atas dasar kesepakatan antara mukim dan gampong serta gabungan gampong dalam kemukiman setempat dan diatur melalui Qanun Mukim. • Pendapatan mukim terdiri dari: a. Pendapatan sendiri yang diperoleh dari hasil kekayaan mukim dan tanah ulayat mukim b. Hasil-hasil dari tanah yang dikuasai mukim c. Bantuan Pemerintah Aceh d. Bantuan Pemerintah Kota Langsa dan e. Bantuan dan sumbangan pihak lain yang sah dan tidak mengikat TEURIMONG GENASEH