Anda di halaman 1dari 10

-1-

RANCANGAN QANUN ACEH


NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI ACEH
TAHUN 2019-2039

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR ACEH,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan industri Aceh


yang
maju, dibutuhkan penguatan struktur industri yang
mandiri, sehat dan berdaya saing dengan mendayagunakan
sumber daya secara optimal dan efisien, serta mendorong
perkembangan industri ke seluruh wilayah Aceh dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
Aceh yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan
nilai -nilai kearifan lokal dengan mengutamakan
keistimewaan dan kekhususan Aceh;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintahan Aceh yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan Aceh.
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, disebutkan bahwa Rencana Pembangunan
Industri Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Provinsi setelah dievaluasi oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk
Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Industri Aceh
Tahun 2019-2039;
-2-

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan
Perubahan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1103);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 -
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun
2019-2039 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5671);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
-3-

Tahun 2015 Nomor 365, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5806);
11. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Aceh Tahun 2005-2025
(Lembaran Aceh Tahun 2012 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Aceh Nomor 46);
12. Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Aceh Tahun 2013-2033 (Lembaran Aceh
Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan Lembaran Aceh Nomor
62);
-4-

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH
dan
GUBERNUR ACEH

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : QANUN ACEH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI ACEH TAHUN 2019-2039.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan:
1. Aceh adalah Daerah Provinsi yang merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi
kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang
Gubernur.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Kepala Pemerintahan Aceh yang dipilih
melalui suatu proses demokratis yang dilakukan
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
4. Kabupaten/Kota adalah bagian dari daerah provinsi sebagai
suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan
khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang dipimpin oleh seorang Bupati/Walikota.
5. Perangkat Aceh adalah unsur pembantu Gubernur dan
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Aceh.
6. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber
daya industri sehingga menghasilkan barang yang
-5-

mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,


termasuk jasa industri.
7. Industri Unggulan Aceh adalah Industri yang ditetapkan
menjadi Industri unggulan dan utama di Aceh.
8. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun
2015-2035 yang selanjutnya disebut RIPIN adalah pedoman
bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan
dan pembangunan Industri.
9. Kebijakan Industri Nasional yang selanjutnya disingkat KIN
adalah arah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional.
10. Rencana Pembangunan Industri Aceh Tahun 2019-2039
yang selanjutnya disebut RPIA 2019-2039 adalah dokumen
perencanaan yang menjadi acuan dalam pembangunan
industri di Aceh.
11. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disingkat RPIK adalah dokumen peresncanaan
yang menjadi acuan dalam pembangunan industri di
kabupaten/kota.

Pasal 2
Qanun ini bermaksud sebagai:
a. pedoman operasional bagi Perangkat Aceh dan
Kabupaten/Kota dalam menunjang pelaksanaan program
pembangunan industri prioritas Aceh secara komplementer
dan sinergis;
b. pedoman Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPIK;
c. pedoman pembangunan industri bagi Pemerintah Aceh dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, pelaku industri, pengusaha
dan/ atau institusi terkait;
d. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatan
pembangunan Industri antar sektor, antar instansi vertikal
terkait, Aceh dan Kabupaten/Kota; dan
e. informasi dalam menggalang dukungan masyarakat dan
kontrol sosial atas pelaksanaan kebijakan pembangunan
Industri Unggulan Aceh.

Pasal 3
Qanun ini bertujuan:
a. mewujudkan Industri Aceh sebagai bagian dari
pembangunan Industri nasional;
b. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri
Aceh;
c. mewujudkan Industri Aceh yang mandiri, berdaya saing dan
maju, serta memiliki paradigma sebagai Industri hijau;
-6-

d. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,


serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh
satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
masyarakat di Aceh;
e. membuka kesempatan berusaha, menanggulangi
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja dengan
memprioritaskan pekerja lokal Aceh;
f. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri Aceh guna
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan
g. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
Aceh secara berkeadilan.

Pasal 4
Ruang lingkup pengaturan dalam Qanun ini meliputi:
a. Industri Unggulan Aceh;
b. RPIA 2019-2039;
c. pelaksanaan RPIA 2019-2039;
d. pengawasan dan Pengendalian; dan
e. peran serta masyarakat.

BAB II
INDUSTRI UNGGULAN ACEH
Pasal 5
(1) Industri Unggulan Aceh terdiri atas:
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit, yakni:
1) crude palm oil;
2) stearin;
3) minyak goreng;
4) oleokimia;
5) biodiesel;
6) refinery dan oleokimia;
7) asam amino;
8) metil ester;
9) asam lemak;
10) fat powder;
11) surfaktan; dan
12) confectioneries.
b. Industri Pangan, yakni:
1) industri prosesing padi;
2) industri rumput laut;
3) industri kelapa;
-7-

4) industri olahan durian ;


5) industri olahan pisang;
6) industri olahan rambutan;
7) industri olahan mangga ; dan
8) industri olahan pepaya.
c. Industri Hulu Agro Perikanan, yakni:
1) ikan beku;
2) fillet;
3) ikan asin;
4) fresh fish;
5) ikan kaleng ;
6) tepung ikan; dan
7) minyak ikan.
d. Industri Hulu Agro Perkebunan, yakni:
1) industri olahan kakao, terdiri atas:
a) powder; dan
b) butter.
2) industri olahan kopi, terdiri atas:
a) coffee bean sangray; dan
b) kopi instant.
3) industri olahan karet.
e. Industri Hulu Agro Pertanian, terdiri atas:
1) industri olahan jagung;
2) industri olahan kedelai;
3) industri olahan ubi kayu;
4) industri olahan padi;
5) pakan ternak;
6) produk fermentasi dan non fermentasi; dan
7) minyak atsiri.

f. Industri Kreatif, terdiri atas:


1) periklanan;
2) desain;
3) video;
4) film dan fotografi;
5) musik;
6) kuliner;
-8-

7) televisi dan radio;


8) penerbitan dan percetakan; dan
9) kerajinan.
g. Industri Batu Mulia, Logam Dasar dan Bahan Galian
Bukan Logam, terdiri atas:
1) Industri emas;
2) Industri biji besi;
3) Industri pengolahan pasir kuarsa;
4) Industri pengolahan gemstone; dan
5) pupuk magnesium.
(2) Selain Industri Prioritas Aceh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), di Aceh dikembangkan Industri lain yang potensial
dan merupakan prioritas Kabupaten/Kota.
(3) Pengembangan Industri prioritas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan dalam
RPIK.

BAB IV
RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI ACEH 2019-2039
Pasal 6
(1) RPIA 2019-2039 ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun.
(2) RPIA 2019-2039 sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat
(1) memuat:
a. visi, misi, dan strategi pembangunan industri;
b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan industri;
c. pembangunan sumber daya industri;
d. pembangunan sarana dan prasarana industri;
e. perwilayahan industri; dan
f. kebijakan afirmatif industri kecil dan industri menengah.
(3) RPIA 2019-2039 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Qanun ini.

Pasal 7
RPIA 2019-2039 sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1)
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun.
-9-

BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 8
(1) RPIA 2019-2039 sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat
(1) merupakan pedoman bagi pemangku kepentingan dalam
perencanaan dan pembangunan industri.
(2) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Aceh;
c. Pemerintah Kabupaten/Kota;
d. swasta;
e. perguruan tinggi;
f. lembaga penelitian dan pengembangan; dan
g. lembaga kemasyarakatan lainnya.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 9
(1) Gubernur melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPIA.
(2) Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RPIK paling lambat
1 (satu) tahun sejak Qanun ini diundangkan.
(3) Pemerintah Kabupaten/Kota membuat laporan kepada
Gubernur atas pelaksanaan RPIK 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 10
(1) Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan RPIA 2019-2039 dan melaporkan kepada
Menteri yang menangani bidang perindustrian.
(2) Laporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pertumbuhan industri, kontribusi sektor industri
terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB),
penyerapan tenaga kerja sektor industri, realisasi investasi
sektor industri dan ekspor produk industri termasuk
permasalahan dan langkah-langkah penyelesaian di sektor
industri.
-10-

BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 11
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan Industri di
Aceh.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diwujudkan dalam bentuk:
a. pemberian saran, pendapat dan usul; dan/atau
b. penyampaian informasi dan/atau laporan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Aceh.

Ditetapkan di Banda Aceh

pada tanggal, 2019 M


1440 H

Plt. GUBERNUR ACEH,

Diundangkan di Banda Aceh NOVA IRIANSYAH


Pada tanggal, 2019 M
1440 H

SEKRETARIS DAERAH ACEH,

……………..

LEMBARAN ACEH TAHUN 2019 NOMOR ...

NOMOR REGISTER QANUN ACEH (...../...../2019)

Anda mungkin juga menyukai