Anda di halaman 1dari 16

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA


MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA N 7 BANDAR LAMPUNG
(Desain dan Model Pembelajaran Geografi )

Oleh Kelompok 12 :
Nama : 1. Wimpi Afinsa Mutaalim 1513034005
2. Rendy Yolanda 1513034077
3. A.Dianitya Winantu 1543034001

P.S. : Pendidikan Geografi


Mata Kuliah : Desain dan Model Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Sugeng Widodo, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul PENERAPAN
PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA N 7 BANDAR LAMPUNG. Shalawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan
jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin guna
memenuhi tugas mata kuliah Desain dan Model Pembelajaran Geografi, juga sebagai
bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi.

Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
kegiatan studi serta semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil
dalam proses penyusunan makalah ini. Namun, penulis mohon maaf apabila bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Model Pembelajaran Discovery Learning ...................................................... 3
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning............................. 3
2.1.2. Langkah langkah Model Pembelajaran Discovery Learning ............... 5
2.1.3. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 7
2.1.4. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning ...................... 9
2.2. Motivasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Geografi ....................................... 9
2.3. Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Geografi............................................ 9
2.4. Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran Geografi .............................................. 9
2.5. Kesulitan yang Dihadapi Guru Geografi ...................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11
3.2. Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru


mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal.

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru
harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasian model-model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman
guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.terutama untuk model
pembelajaran langsung dan tidak langsung.

Pada mata pelajaran geografi, ada kalanya seorang guru mengalami masalah saat
memberikan materi kepada siswa di sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, hal yang menjadi kesulitan dalam mengajar mata pelajaran geografi salah
satunya adalah kurangnya media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG).Salah satu sekolah yang
mengalami masalah tersebut adalah SMA Negeri 7 Bandar Lampung melalui
wawancara salah satu seorang guru mata pelajaran geografi yaitu bapak Bram Rizaldi,
S.Pd, dalam hal ini beliau lebih sering menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning pada materi yang terkait.
2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas muncul rumusan masalah sebagai berikut:


a. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Discovery Learning?
b. Bagaimana motivasi siswa terhadap mata pelajaran Geografi di SMA N 7
Bandar Lampung?
c. Bagaimana minat siswa terhadap mata pelajaran geografi di SMA N 7 Bandar
Lampung?
d. Bagaimana prestasi siswa dalam mata pelajaran geografi di SMA N 7 Bandar
Lampung?
e. Apa kesulitan Guru mata pelajaran Geografi dalam menyampaikan materi?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah sebagai berikut:


a. Mengetahui apa itu model pembelajaran Discovery Learning
b. Mengetahui motivasi siswa terhadap mata pelajaran Geografi
c. Mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran geografi
d. prestasi siswa dalam mata pelajaran geografi
e. Mengetahui kesulitan guru dalam menyampaikan materi
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasian model-model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru geografi di SMA N 7 Bandar


Lampung yang bernama bapak Bram Rizaldi, S.Pd, beliau lebih sering menggunakan
Model Pembelajaran Discovery Learning dalam penerapannya didalam kelas. Selain
itu juga menggunkan metode diskusi kelompok. Hal ini karena adanya keterkaitan
lingkungan terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang


dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran

Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa


didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
4

prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J.
Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa
yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan
yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari
siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa
dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan
kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan
observasi dan membuat ekstrapolasi.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan


dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa
didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan
melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan
hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier
(Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses
semata -mata ditemukan oleh siswa sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery


learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar
penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
5

2.1.2. Langkah langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas,ada


beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum antara lain sebagai berikut :

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)


Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)


Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
(Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis


permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam
membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

c. Data Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
6

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)


berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak
disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data Processing (Pengolahan Data)


Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa
akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
7

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari


generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta
pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.1.3. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Kelebihan
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannyasendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
8

Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.


Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

b. Kelemahan
Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang
lama.
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
9

2.1.4. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan


menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika
bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa dapat menggunakan nontes.

2.2. Motivasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran Geografi

Berdasarkan wawancara dengan bapak Bram Rizaldi, S.Pd yang merupakan salah
satu guru mata pelajaran geografi di SMA N 7 Bandar Lampung. Dalam proses
pembelajaran geografi motivasi siswa dalam belajar cukup baik dikarenakan banyak
materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mudah dalam
menyampaikan dan memberi contoh yang nyata. Misalkan menjelaskan mengenai
batuan.

2.3. Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Geografi

Melalui wawancara dengan bapak Bram Rizaldi, S.Pd, dalam proses pembelajaran
geografi minat siswa belajar cukup baik karena materi karena materi geografi sendiri
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan media yang yang tersedia sudah
ada walaupun tidak semua. Salah satunya yaitu dengan adanya media seperti laptop
yang didukung dengan LCD Proyektor siswa mampu melihat dan mendeskripsikan
gambar atau pun video yang ditampilkan atau ditayangkan, sehingga daya tarik atau
minat siswa semakin tinggi.

2.4. Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran Geografi

Menurut bapak Bram Rizaldi, S.Pd bahwa dilihat dari segi penilaian atau hasil belajar
siswa di SMA N 7 Bandar Lampung lebih dari 50% siswa sudah mencapai Standar
KKM. Hal ini berarti dapat dikatakan cukup baik, Sedangkan untuk prestasi diluar
10

kegiatan belajar mengajar siswa masih belum mampu untuk mendapatkan prestasi
seperti mengikuti lomba atau olimpiade yang diselenggarakan setiap tahunya.

2.5. Kesulitan yang Dihadapi Guru Geografi

Berdasarkan wawancara dengan bapak Bram Rizaldi, S.Pd guru Geografi di SMA N
7 Bandar Lampung materi yang sulit untuk disampaikan menurut beliau dalam
pembelajaran Geografi yaitu yang berkaitan dengan materi penginderaan jauh dan
SIG. Hal ini di sebabkan karena media yang perlukan untuk pembelajaran tersebut
kurang dan fasilitasnya juga kurang, seperti tidak terdapatnya laboratorium Geografi.
Untuk mengatasi hal ini, biasanya agar mudah menyampaikan materi biasanya
menggunakan media berupa gambar, video, dan perumpamaan-perumpamaan yang
mudah untuk di mengerti. Namun, hal ini masih tetap belum optimal dalam proses
belajar mengajar karena materi-materi tersebut perlu praktek secara langsung.
11

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Model Pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan


cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan
siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat..

Dalam penerapan model Discovery Learning pada mata pelajaran geografi di SMA N
7 Bnadar Lampung dari segi motivasi dan minat terhadap mata pelajaran geografi
cukup baik artinya siswa menyukai dan tertarik dengan mata pelajaran tersebut,
namun dalam segi prestasi siswa dalam pembejaran lebih dari 50% sudah mencapai
kkm. Sedangkan kesulitan guru dalam menyampaikan materi ada pada materi
penginderaan jauh dan SIG karena belum adanya media yang cukup.

3.2. Saran

a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya guru perlu mencoba


menerapkan model discovery learning.
b. Diharapkan guru memperhatikan siswanya dan memberikan sedikit permainan
atau hal yang menarik yang bisa menarik perhatian siswanya agar dalam
kegiatan belajar siswanya tersebut tidak bosan.
c. Pada Program Studi Geografi diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam
program dan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ikhsanudin Eka. 2013. Pembelajaran Model Discovery Learning.


http://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/pembelajaran-model-discovery-
learning.html Diakses 1 Oktober 2017 pukul 22:35 WIB

Yusuf Kasmat,2012. Perencanaan pembelajaran Geografi,


http://kasmatyusufgeo10.blogspot.co.id/2012/05/perencanaan-pembelajaran-
geografi.html Diakses 1 Oktober 2017 pukul 22:49 WIB

Rofiq Elo. 2012. Model Pembelajaran Model Discovery Learning


https://www.academia.edu/8533922/MODEL_PEMBELAJARAN_DISCOVE
RY_LEARNING Diakses 1 Oktober 2017 pukul 23:30 WIB
13

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai