Anda di halaman 1dari 69

PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA (PEMIRA)

KETUA - WAKIL KETUA BEM F,


KETUA-WAKIL KETUA HMJ DAN
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

DEWAN PERWAKILAN
MAHASISWA FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA 2019
PENDAHULUAN

Perjalanan kehidupan politik Organisasi Kemahasiswaan


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
mengalami dinamika yang besar ketika diputuskan untuk
melaksanakan pemilihan umum secara langsung untuk
memilih Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
dan Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa FIP.
Pengalaman dalam pemilihan ketua dan wakil ketua
BEM-F serta anggota DPM-F secara langsung pada Pemira
2019 telah melahirkan keberhasilan sebagai babak baru dalam
demokrasi intra kampus. Sekalipun demikian masih ada yang
mempertanyakan apakah keberhasilan Pemilihan umum itu
sudah didukung oleh sistem pemilihan umum dan aturan-
aturan yang signifikan dalam memenuhi standar untuk
dikatakan demokratis. Demikian pula halnya dengan
keberhasilan tersebut dapatkah menjadi referensi bagi
pengaturan ketentuan mengenai Pemira bagi penyempurnaan
Peraturan Pemira Tahun 2019 Pengalaman Pemilihan Umum
Tahun 2019 dengan Peraturan Pemira Tahun 2019 belum
memiliki legitimasi yang kuat, dan berkualitas sesuai dengan
semangat reformasi dan keinginan seluruh mahasiswa.

PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA 2019


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA | FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 2
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Pemira 2019 melalui Peraturan Nomor:
03/TAP/Paripurna IV/DPM FIP Unesa /XI/2019 tentang
Pemira diharapkan dapat mengklaim diri sebagai perwujudan
keinginan mahasiswa karena pemilihan dilakukan secara
langsung yang merupakan sarana bagi mahasiswa dengan
memberikan suaranya langsung kepada pasangan calon ketua
dan wakil ketua BEMF, calon ketua dan wakil ketua HMJ
serta anggota DPMF sesuai dengan keinginannya. Demikian
pula ruang kekuasaaan otoriter untuk menentukan kandidat
ketua dan wakil ketua sudah diminimalisasi. Hal ini sejalan
dengan semangat demokrasi one person one vote yang berarti
suara mayoritas pemilihlah (mahasiswa) yang menentukan
siapa yang akan menjadi pemimpin. Secara konstitusional visi
dan misi serta program pasangan calon dalam masa kampanye
menjadi kewajiban pasangan calon ketua dan Wakil ketua
BEMF, calon ketua dan wakil ketua HMJ serta anggota DPM
F untuk diwujudkan dalam masa jabatannya.
PERATURAN
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
Nomor:03/TAP/Paripurna-IV/DPM FIP Unesa /XII/2019

TENTANG
PEMILIHAN UMUM KETUA-WAKIL KETUA BEM F,
KETUA-WAKIL KETUA HMJ
DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIDIKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA,

Menimbang:
a. Bahwa Pemira merupakan sarana untuk mewujudkan
kedaulatan mahasiswa dalam rangka keikutsertaan
mahasiswa dalam penyelenggaraan Organisasi
Kemahasiswaan;
b. Bahwa berdasarkan Undang-undang Republik Mahasiswa
Organisasi Kemahasiswaan Unesa adalah organisasi yang
berkedaulatan mahasiswa;
c. Bahwa untuk lebih mewujudkan kedaulatan di tangan
mahasiswa dan dengan telah dilakukannya revisi peraturan
Pemira tahun 2019 maka perlu menata kembali
penyelenggaraan pemilihan umum raya yang selanjutnya
disebut Pemira secara demokratis dan transparan, jujur
dan adil, dengan mengadakan pemberian dan pemungutan
suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan tentang pemilihan umum Ketua-Wakil Ketua
Bem F, Ketua-Wakil Ketua HMJ Dan Anggota Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendididikan
Universitas Negeri Surabaya.

Mengingat:
1. Undang-undang No. 02 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. PP. No.30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi beserta
perubahannya.
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
155/U/1998 tentang pedoman Umum Organisasi
Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
4. Statuta Universitas Negeri Surabaya.
5. Undang-undang Dasar REMA Unesa Tahun 2015.
6. Undang-undang No. 02/TAP/Paripurna II/DPM FIP
Unesa/VI/2019 tentang Organisasi Kemahasiswaan FIP
Unesa.
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
dan
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA DAN HIMPUNAN
MAHASISWAJURUSAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA
KETUA-WAKIL KETUA BEM F, KETUA-WAKIL
KETUA HMJ
DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila terjadi
kekeliruan akan ditinjau kembali.
Ditetapkan : Ruang sidang O5 Lt. 1
Hari/Tanggal : Kamis 6 desember 2019
Pukul : 21.32 WIB

Pimpinan Sidang
Presidium I

Presidium II Presidium III


in dayatulloh
15010664059
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya yang selanjutnya disebut
ORMAWA FIP Unesa ialah organisasi Legislatif dan
Eksekutif yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan.
2. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
yang selanjutnya disebut DPM FIP adalah Organisasi
Kemahasiswaan Tertinggi yang memiliki fungsi legislatif
dalam struktur Organisasi Kemahasiswaan FIP.
3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
yang selanjutnya disebut BEM FIP adalah Organisasi
Kemahasiswaan Tertinggi yang memiliki fungsi
Eksekutif dalam struktur Organisasi Kemahasiswaan FIP.
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan yang selanjutnya disebut
HMJ adalah Organisasi Kemahasiswaan Tertinggi di
tingkat jurusan.
5. Pemilihan Umum Raya FIP yang selanjutnya disebut
Pemira-F adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
mahasiswa dalam kampus Tingkat Falkutas dalam rangka
memilih ketua-wakil ketua BEMF (eksekutif) dan
anggota dewan perwakilan mahasiswa (Legislatif).
6. Pemilihan Umum Raya Jurusan yang selanjutnya disebut
Pemira-J adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
mahasiswa dalam kampus Tingkat Jurusan dalam rangka
memilih ketua-wakil ketua HMJ.
7. Pemira-F maupun Pemira-J diselenggarakan
menggunakan surat suara yang berbentuk kertas.
8. Pemira-F maupun Pemira-J diselenggarakan secara
demokratis dan transparan, jujur dan adil, dengan
mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia.
9. Pemira-F dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali pada
hari aktif kuliah secara serentak di seluruh wilayah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
10. Pemira-F dilaksanakan untuk memilih Ketua dan Wakil
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dan Anggota Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan.
11. Pemira-J dilaksanakan untuk memilih Ketua dan Wakil
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan.
12. Tahapan penyelenggaraan Pemira adalah rangkaian
kegiatan Pemira yang dimulai dari pendaftaran pemilih,
penetapan jumlah kursi anggota legislatif, pendaftaran
peserta Pemira, penetapan peserta Pemira, kampanye,
pemungutan dan penghitungan suara, penetapan hasil
Pemira.
13. Pada tahapan penyelenggaraan Pemira-F ketua dan wakil
ketua BEM FIP berserta ketua dan wakil ketua DPM FIP
periode yang sebelumnya bersifat Demisioner.
14. Pemberian suara dalam Pemira-F adalah hak setiap
mahasiswa yang masih aktif sebagai mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan.
15. Pemberian suara dalam Pemira-J adalah hak setiap
mahasiswa yang masih aktif sebagai mahasiswa Jurusan
di Lingkup Fakultas Ilmu Pendidikan.
16. Pemira untuk anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa FIP
dilaksanakan berdasarkan jumlah mahasiswa yang
terwakili.
17. Pemira-F maupun J menggunakan sistem dukungan
kolektif dan wadah kelompok mahasiswa yang
terorganisir (Asosiasi) dan/atau sistem independen.
18. Komisi Pemilihan Umum Raya FIP yang selanjutnya
disebut KPU-F adalah lembaga yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan pemira diseluruh wilayah Fakultas
Ilmu Pendidikan yang bersifat Independen.
19. Komisi Pemilihan Umum Raya Jurusan yang selanjutnya
disebut KPU-J adalah lembaga yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan pemira diseluruh wilayah jurusan
di lingkup Fakultas Ilmu Pendidikan yang bersifat
Independen.
20. Badan Pengawas Pemilihan Umum Raya FIP yang
selanjutnya disebut Banwas-F adalah Badan Pengawas
Pemilihan Umum Raya Fakultas, yang melakukan
pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan
Pemilihan Umum Raya Fakultas.
21. Badan Pengawas Pemilihan Umum Raya J yang
selanjutnya disebut Banwas-J adalah Badan Pengawas
Pemilihan Umum Raya Jurusan, yang melakukan
pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan
Pemilihan Umum Raya Jurusan.
22. Panitia Pemungutan Suara Fakultas selanjutnya disebut
PPS-F adalah Panitia yang bertanggungjawab atas
penyelenggaraan Pemira diseluruh lingkungan Fakultas
Ilmu Pendidikan.
23. Panitia Pemungutan Suara Jurusan selanjutnya disebut
PPS-J adalah Panitia yang bertanggungjawab atas
penyelenggaraan Pemira dimasing-masing Jurusan
Fakultas Ilmu Pendidikan.
24. Mahasiswa FIP adalah civitas akademika yang masih
aktif kuliah di masing-masing jurusan di Fakultas Ilmu
Pendidikan dan masih terdaftar di bagian akademik
Universitas Negeri Surabaya.
25. Pemilih adalah seluruh mahasiswa FIP yang masih aktif
dan terdaftar secara akademik.
26. Peserta pemira adalah wadah kelompok mahasiswa yang
terorganisir (asosiasi) dan atau calon independen.
27. Asosiasi peserta pemira adalah wadah kelompok
mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan sebagai
peserta pemira.
28. Calon Eksekutif independen adalah pasangan calon
eksekutif yang telah memenuhi persyaratan sebagai
peserta pemira.
29. Calon legislatif independen adalah perseorangan calon
anggota legislatif yang telah memenuhi persyaratan
sebagai peserta pemira.
30. Kampanye Pemira adalah kegiatan peserta Pemira untuk
meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi-misi
dan program-programnya.
31. Tempat Pemungutan Suara selanjutnya disebut TPS
adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari
pemungutan suara di masing-masing tempat yang telah
ditentukan.
32. Masa tenang adalah waktu yang telah ditetapkan oleh
KPU ketika tidak ada aktivitas kampanye dari setiap
kandidat calon atau tim kampanye.
33. Pelanggaran adalah segala bentuk penyimpangan atau
perbuatan yang melanggar peraturan yang telah
ditetapkan
34. Sanksi adalah konsekuensi yang diberikan atas
pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan.

Pasal 2
Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pemilihan Umum
Raya didasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi yang dijiwai
semangat organisasi intra kampus.

BAB II
PESERTA PEMILIHAN UMUM RAYA
ASOSIASI DAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF
INDEPENDEN
BAGIAN I
ASOSIASI
Pasal 3
Syarat-Syarat Asosiasi
1. Asosiasi dapat menjadi peserta Pemira apabila memenuhi
syarat:
a. Diakui keberadaannya di lingkungan FIP dengan
membuktikan AD/ART serta keanggotaan yang jelas;
b. Memiliki anggota di masing-masing jurusan dan;
c. Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1/20 (satu per
dua puluh) dari jumlah mahasiswa se-Fakultas Ilmu
Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam huruf b
yang dibuktikan dengan kartu tanda mahasiswa yang
asli;
d. Kartu tanda mahasiswa yang sah yang dimaksudkan
dalam ayat (1) huruf c adalah kartu tanda mahasiswa
melakukan registrasi terbaru;
e. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dibuktikan dengan Nama, NIM, jurusan,tanda
tangan, dan Kartu Tanda Mahasiswa yang asli;
Peserta dapat diverifikasi berdasarkan data mahasiswa
aktif dari fakultas dan jurusan.
f. Kartu Tanda Mahasiswa yang digunakan mendukung
lebih dari satu asosiasi dinyatakan tidak sah;
g. Mengajukan nama dan tanda gambar asosiasi kepada
KPU.
2. Asosiasi yang telah terdaftar, tetapi tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak
dapat menjadi peserta Pemira.
3. KPU F maupun KPU J menetapkan tata cara verifikasi
dan melaksanakan verifikasi keabsahan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4. Penetapan tata cara verifikasi, pelaksanaan verifikasi, dan
penetapan keabsahan kelengkapan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
KPU dan bersifat final.
5. Asosiasi dapat berkoalisi setelah dinyatakan lolos
verifikasi asosiasi peserta pemira.

Pasal 4
Kualisi Asosiasi
Dalam mengajukan nama calon ketua dan wakil ketua BEM
dapat di dukung oleh lebih dari satu asosiasi (kualisi), kualisi
dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
1. Apabila calon persyaratan legislatif tidak terpenuhi.
2. Apabila calon ketua dan wakil eksekutif dirasa tidak
terpenuhi.
3. Adanya kesepakatan diantara pihak yang terkait.
4. Dan diverifikasi oleh KPU.
Pasal 5
Logo dan Nama Asosiasi
Dalam mengajukan nama dan logo asosiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e, asosiasi dilarang
menggunakan nama dan logo yang sama dengan:
a. Bendera atau lambang partai politik;
b. Lambang lembaga negara atau lambang pemerintah;
c. Bendera kebangsaan negara asing dan nama, bendera, atau
lambang lembaga/badan internasional;
d. Lambang organisasi ekstra kampus;
e. Nama dan gambar seseorang;
f. Nama dan logo yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan nama dan logo
asosiasi lain.

Pasal 6
1. Jadwal waktu pendaftaran asosiasi untuk menjadi peserta
Pemira ditetapkan oleh KPU.
2. Penetapan nomor urut asosiasi sebagai peserta Pemira
dilakukan melalui undian oleh KPU dan dihadiri oleh
perwakilan seluruh asosiasi Peserta Pemira.
BAGIAN II
CALON KETUA DAN WAKIL KETUA BEM-F
INDEPENDEN
Syarat-Syarat Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM-F
Pasal 7
1. Untuk dapat menjadi calon Ketua dan Wakil Ketua ,
peserta Pemira dari independen harus memenuhi syarat
dukungan dengan ketentuan memperoleh dukungan
kolektif minimal 1/8 dari jumlah mahasiswa aktif fakultas
ilmu pendidikan dengan keterwakilan minimal 50
pendukung perjurusan yang dibuktikan dengan kartu tanda
mahasiswa, atau bukti pembayaran registrasi terakhir atau
surat keterangan aktif kuliah .
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan Nama, NIM, jurusan dan Kartu Tanda
Mahasiswa yang asli atau bukti pembayaran registrasi
terakhir atau surat keterangan aktif kuliah Peserta dapat
diverifikasi berdasarkan data mahasiswa aktif dari fakultas
dan jurusan.
3. Dukungan yang diberikan kepada lebih dari satu pasang
calon dinyatakan tidak sah.
4. Jadwal waktu pendaftaran peserta Pemira ditetapkan oleh
KPU F.
Pasal 8
1. Independen yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) tidak dapat menjadi peserta Pemira.
2. KPU menetapkan keabsahan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
dan penetapan dimaksud bersifat final.
3. KPU menetapkan tata cara verifikasi dan melaksanakan
verifikasi keabsahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).

BAGIAN III
CALON ANGGOTA LEGISLATIF INDEPENDEN
Pasal 9
Syarat-Syarat Calon Anggota Legislatif Independen
1. Untuk dapat menjadi calon anggota legislatif, peserta
Pemira dari independen harus memenuhi syarat dukungan
dengan ketentuan memperoleh dukungan kolektif minimal
1/10 mahasiswa jurusan masing-masing yang dibuktikan
dengan kartu tanda mahasiswa, atau bukti pembayaran
registrasi terakhir atau surat keterangan aktif kuliah.
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan Nama, NIM, jurusan dan Kartu Tanda
Mahasiswa yang asli atau bukti pembayaran regestrasi
terakhir atau surat keterangan aktif kuliah
3. Dukungan yang diberikan kepada lebih dari satu orang
calon anggota legislatif dinyatakan tidak sah.
4. Jadwal waktu pendaftaran peserta Pemira calon anggota
Legislatif ditetapkan oleh KPU F.

Pasal 10
1. Independen yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) tidak dapat menjadi peserta Pemira.
2. KPU menetapkan keabsahan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
dan penetapan dimaksud bersifat final.
3. KPU menetapkan tata cara verifikasi dan melaksanakan
verifikasi keabsahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).

BAB III
HAK MEMILIH
Pasal 11
Mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Pendidikan pada waktu Pemira
mempunyai hak memilih.
Pasal 12
1. Untuk dapat menggunakan hak memilih seorang
mahasiswa harus terdaftar sebagai pemilih.
2. Untuk dapat menggunakan hak suara didaftar sebagai
pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mahasiswa
harus memenuhi syarat:
a. Menunjukkan kartu tanda mahasiswa yang asli, atau
bukti pembayaran registrasi terakhir atau surat
keterangan aktif kuliah atau siakad online;
b. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang ada;
c. Pencabutan hak pilih sebagaimana yang dimaksud
pada pasal 12 ayat (2) huruf b ditetapkan oleh KPU F
maupun KPU J.
3. Seorang mahasiswa yang telah terdaftar dalam daftar
pemilih ternyata pada saat pemungutan suara tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

Pasal 13
Setiap anggota KPU F atau KPU J, PPS F atau PPS J, dan
Banwas memiliki hak suara yang sama.
BAB IV
PENCALONAN KETUA-WAKIL KETUA HMJ,
KETUA-WAKIL KETUA BEMF, CALON
ANGGOTA LEGISLATIF DARI ASOSIASI DAN
CALON ANGGOTA PERWAKILAN INDEPENDEN
Pasal 14
1. Setiap asosiasi peserta Pemira F dapat mengajukan calon
anggota Legislatif dan pasangan kandidat ketua-wakil
ketua BEM-F.
2. Setiap asosiasi peserta Pemira J dapat mengajukan
pasangan kandidat ketua-wakil ketua HMJ.
3. Asosiasi peserta Pemira wajib mengajukan nama-nama
calon anggota Legislatif, sekurang-kurangnya 25% dari
jumlah kursi yang telah ditetapkan di jurusan.
4. Apabila ada jurusan yang tidak dapat memenuhi jumlah
kursi yang telah ditetapkan sebagaimana pada ayat 3
(tiga). Maka, jumlah kursi tersebut harus dipenuhi oleh
jurusan lain dengan ketentuan maksimal satu jurusan
yang tidak dapat dipenuhi
5. Calon anggota Legislatif independen peserta Pemira
dapat langsung mengajukan diri kepada KPU F.
6. Calon-calon yang diajukan oleh masing-masing asosiasi
serta calon Legislatif independen mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

Pasal 15
Syarat-syarat Pencalonan
Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM F
Pasangan calon ketua-wakil ketua BEM F dari asosiasi
maupun independen harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa FIP yang masih aktif;
c. Tidak pernah mencemarkan nama baik lembaga, Jurusan,
Fakultas dan Universitas yang dibuktikan oleh Surat
Keterangan Kelakuan Baik dari jurusan;
d. Mampu jasmani dan rohani dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban;
e. Minimal menempuh semester III dan maksimal
menempuh semester VI pada saat pemilihan;
f. Memiliki IPK minimal 3,30 pada saat pemilihan yang
dibuktikan dengan Transkip nilai akademik terbaru;
g. Pasangan calon ketua dan wakil BEM F harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : ditunjang kemampuan
manajerial menurut kaderisasi di Organisasi
Kemahasiswaan FIP dengan menunjukkan sertifikat
LKMMTD, LKMMTM dan berpengalaman di Organisasi
Kemahasiswaan yang di sertai dengan Surat Keputusan
pengangkatan sesuai dengan REMA 2015
h. Calon ketua atau wakil BEM F ditunjang wawasan
legislatif yang dibuktikan dengan sertifikat Pelatihan
Legislatif atau Sekolah Legislatif Selingkung UNESA
i. Pasangan calon ketua dan wakil BEM F tidak boleh
mencalonkan lebih dari 2 kali periode kepemimpinan;
j. Lulus fit and propare test yang dilakukan oleh KPU F;
k. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
KPU F yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
l. Tidak sedang menjalani hukuman pidana;
m. Bagi calon ketua dan wakil ketua BEM F yang masih
memiliki tanggung jawab dan wewenang diharuskan
untuk melimpahkan tanggungjawab dan wewenangnya
sebagai pengurus ORMAWA kepada pengurus yang
memiliki jabatan dibawahnya.
Pasal 16
Syarat-syarat Pencalonan
Calon Ketua dan Wakil Ketua HMJ
Pasangan calon ketua-wakil ketua HMJ dari asosiasi maupun
independen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa FIP yang masih aktif;
c. Tidak pernah mencemarkan nama baik lembaga, Jurusan,
Fakultas dan Universitas yang dibuktikan oleh Surat
Keterangan Kelakuan Baik dari jurusan;
d. Mampu jasmani dan rohani dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban;
e. Minimal menempuh semester III dan maksimal menempuh
semester VI pada saat pemilihan;
f. Memiliki IPK minimal 3,30 pada saat pemilihan yang
dibuktikan dengan Transkip nilai akademik terbaru;
g. Pasangan calon ketua dan wakil HMJ ditunjang
kemampuan manajerial menurut kaderisasi di Organisasi
Kemahasiswaan FIP dengan menunjukkan sertifikat
LKMMTD dan Surat Keputusan pengangkatan sesuai
dengan REMA 2015
h. Calon ketua atau wakil HMJ/P ditunjang wawasan
legislatif yang dibuktikan dengan sertifikat Pelatihan
Legislatif atau Sekolah Legislatif
i. Pasangan calon ketua dan wakil HMJ tidak boleh
mencalonkan lebih dari 2 kali periode kepemimpinan;
j. Lulus fit and propare test yang dilakukan oleh KPU J;
k. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
KPU J yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
l. Tidak sedang menjalani hukuman pidana;
m. Bagi calon ketua dan wakil ketua HM J yang masih
memiliki tanggung jawab dan wewenang diharuskan untuk
melimpahkan tanggungjawab dan wewenangnya sebagai
pengurus ORMAWA kepada pengurus yang memiliki
jabatan dibawahnya.

Pasal 17
Syarat-syarat Pencalonan
Calon Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa
Calon anggota Legislatif dari asosiasi dan calon Legislatif
independen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa FIP yang masih aktif;
c. Tidak pernah mencemarkan nama baik lembaga Jurusan,
Fakultas dan Universitas yang dibuktikan oleh Surat
Keterangan Kelakuan Baik dari jurusan;
d. Mampu jasmani dan rohani dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban;
e. Minimal menempuh semester III dan maksimal menempuh
semester VI pada saat pemilihan;
f. Memiliki IPK minimal 3,00 pada saat pemilihan yang
dibuktikan dengan Transkip nilai akademik terbaru;
g. Calon Legislatif ditunjang kemampuan manajerial menurut
kaderisasi di Organisasi Kemahasiswaan FIP dengan
menunjukkan sertifikat LKMMTD dan Surat Keputusan
pengangkatan sesuai dengan REMA 2015
h. Setiap calon legislatif dari asosiasi ditunjang wawasan
legislatif yang dibuktikan dengan sertifikat Pelatihan
Legislatif atau Sekolah Legislatif.
i. Calon Legislatif dari independen ditunjang wawasan
legislatif yang dibuktikan dengan sertifikat Pelatihan
Legislatif atau Sekolah Legislatif.
j. Lulus fit and propare test yang dilakukan oleh KPU F;
k. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
KPU F yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
l. Tidak sedang menjalani hukuman pidana;
m. Bagi calon anggota dewan perwakilan mahasiswa yang
masih memiliki tanggung jawab dan wewenang diharuskan
untuk melimpahkan tanggungjawab dan wewenangnya
sebagai pengurus ORMAWA kepada pengurus yang
memiliki jabatan dibawahnya.

Pasal 18
Setiap asosiasi Peserta Pemira wajib mengajukan calon
anggota legislatif dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan.
Pasal 19
1. Asosiasi Peserta Pemira yang mengajukan calon Ketua-
Wakil Ketua BEM-F maupun Ketua-Wakil Ketua HMJ
wajib menyerahkan:
a. Surat pencalonan yang ditandatangani oleh Ketua
asosiasi;
b. Surat pernyataan kesediaan menjadi calon Ketua-
Wakil Ketua BEMF maupun Ketua-Wakil Ketua HMJ
c. Daftar riwayat hidup dan riwayat organisasi setiap
calon;
d. Tanda bukti surat aktif kuliah asli yang dimiliki setiap
calon dari Fakultas kepada KPU;
e. Keterangan/data berkenaan dengan dukungan pemilih.
2. Calon anggota legislatif dari asosiasi dan independen yang
mencalonkan diri wajib menyerahkan:
a. Surat pencalonan dari pimpinan asosiasi bagi calon
legislatif dari asosiasi
b. Surat pencalonan bermaterai Rp. 3.000,00 bagi calon
legislatif independen dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan;
c. Daftar riwayat hidup dan organisasi;
d. tanda bukti surat aktif kuliah asli yang dimiliki setiap
calon dari Jurusan kepada KPU F;
e. keterangan/data berkenaan dengan dukungan pemilih.
3. Format pengisian data pencalonan anggota Perwakilan
serta ketua-wakil ketua BEMF akan ditetapkan oleh KPU
F.
4. Format pengisian data pencalonan ketua-wakil ketua HMJ
akan ditetapkan oleh KPU J.
5. Apabila seorang calon ditolak karena tidak memenuhi
syarat calon sebagaimana dimaksud dalam pasal 12,
penolakannya diberitahukan secara tertulis kepada Peserta
Pemira yang mengajukan calon dan kepada yang
bersangkutan disertai alasan-alasan yang jelas, dan
kepadanya diberi kesempatan untuk melengkapi dan atau
memperbaiki syarat calon sampai batas waktu 1 x 24 jam.

BAB V
PENYELENGGARAAN DAN ORGANISASI
PEMIRA
BAGIAN I
KPU F dan KPU J
Pasal 20
1. Penyelenggaraan Pemira dilakukan oleh KPU F maupun
KPU J yang bersifat independen, yang terdiri dari
perwakilan masing-masing jurusan yang dipilih.
2. KPU F maupun KPU J bertanggung jawab atas
penyelenggaraan Pemira.
3. KPU F berkedudukan di Kesekretariatan ORMAWA-F
yang juga disebut kesekretariatan KPU sementara.
4. KPU J berkedudukan di Kesekretariatan ORMAWA-J
yang juga disebut kesekretariatan KPU J sementara.
5. Pembentukan KPU F ditetapkan oleh BEM F dan atas
pertimbangan dari DPM F.
6. Pembentukan KPU J ditetapkan oleh HMJ dan atas
pertimbangan dari DPM F.
7. Dalam melaksanakan tugasnya, KPU F menyampaikan
laporan pertanggung jawaban berupa hasil
penyelenggaraan Pemira kepada pengurus DPM F dan
BEMF periode sebelumnya, Ketua-Wakil Ketua BEMF
terpilih, Anggota Legislatif terpilih, Wakil Dekan bidang
kemahasiswaan dan alumni dalam acara Musyawarah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan.
8. Dalam melaksanakan tugasnya, KPU J menyampaikan
laporan pertanggung jawaban berupa hasil
penyelenggaraan Pemira kepada pengurus DPMF dan
HMJ periode sebelumnya, Ketua-Wakil Ketua HMJ
terpilih, anggota legislatif terpilih dari jurusan tersebut,dan
Kemahasiswaan dalam acara Musyawarah Mahasiswa
Jurusan.

Pasal 21
Keanggotaan
1. Keanggotaan KPU F terdiri dari 2 (dua) orang wakil dari
masing-masing jurusan melalui sistem Rekomendasi
dengan alur sebgai berikut :
a. Melakukan pendaftaran diri, formulir disediakan
oleh pelaksana recrutment
b. seleksi tahap 1 adalah wawancara 1 (ketua dan
wakil ketua BEM F periode menjabat)

PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA 2019


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA | FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 31
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
c. seleksi tahap 2 adalah wawancara 2 (Departemen
terkait)
d. Pengumuman hasil disampaikan kepada publik.
2. Anggota KPU F minimal menempuh semester III dan
maksimal semester VI pada saat Pembentukan.

3. Anggota KPU F harus menyerahkan surat pernyataan


bahwa tidak terkait dalam Asosiasi manapun bermaterai
3000.
4. Pemilihan ketua KPU F dipilih dari dan oleh anggota KPU
terpilih.
5. KPU F terdiri dari BPH dan anggota.
6. Masa kerja KPU F adalah 60 (enam puluh) hari setelah
pelantikan.
7. Tata kerja KPU F disusun dan ditetapkan oleh KPU F .
8. Anggota KPU F diangkat dan diberhentikan oleh ketua
BEM F periode menjabat.
9. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota KPU F secara
teknis operasional bertanggungjawab kepada ketua KPU
F.
10. Setiap anggota KPU F mempunyai hak suara yang sama.
11. KPU F memiliki hak memilih dalam pelaksanaan Pemira.
12. Keanggotaan KPU J minimal 4 (empat) orang Wakil dari
masing-masing delegasi angkatan.
13. Keanggotaan KPU J minimal menempuh semester III dan
maksimal semester VI pada saat pembentukan.

14. Anggota KPU J harus menyerahkan surat pernyataan


bermaterai 3000 bahwa tidak terkait dalam Asosiasi
manapun.
15. KPU J terdiri dari BPH dan anggota
16. Ketua KPU J dipilih dari dan oleh anggota KPU terpilih.
17. Masa kerja KPU J adalah 60 (enam puluh) hari setelah
pelantikan.
18. Tata kerja KPU J disusun dan ditetapkan oleh KPU J
19. Anggota KPU J diangkat dan diberhentikan oleh ketua
HMJ periode menjabat.
20. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota KPU J secara
teknis operasional bertanggung jawab kepada ketua KPU
J.
21. Setiap anggota KPU J mempunyai hak suara yang sama.
22. KPU J memiliki hak memilih dalam pelaksanaan Pemira.

Pasal 22
Ketua KPU
Syarat untuk menjadi ketua KPU F maupun KPU J :
a. Mahasiswa aktif kuliah di FIP atau jurusan di lingkup
FIP.
b. Menyerahkan daftar riwayat hidup dan riwayat
organisasi.
c. Bersedia untuk tidak lulus kuliah hingga penyerahan
LPJ Pemira kepada DPM FIP.
d. Bukan termasuk pengurus partai politik atau asosiasi.
e. Tidak sedang cuti kuliah atau terancam DO (Drop
Out).

f. Berkomitmen mensukseskan pemira.


g. Integritas tinggi.

Pasal 23
Tugas dan Kewajiban KPU
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemira;
2. KPU F menerima, memverifikasi, dan menetapkan
Asosiasi, calon Ketua-Wakil Ketua BEMF, calon
Legislatif dari asosiasi dan calon Legislatif independen
sebagai peserta Pemira di tingkat Fakultas;
3. KPU J menerima, memverifikasi, dan menetapkan calon
Ketua-Wakil Ketua HMJ sebagai peserta Pemira di tingkat
jurusan;
4. KPU F Membentuk Panitia Pemungutan Suara yang
selanjutnya disebut PPS melalui open recrutment, dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemira FIP mulai dari
tingkat jurusan sampai di Tempat Pemungutan Suara yang
selanjutnya disebut TPS sesuia dengan ketetapan KPU F ;
5. KPU J Membentuk Panitia Pemungutan Suara yang
selanjutnya disebut PPS melalui open recrutment, dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemira tingkat jurusan
sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
disebut TPS sesuia dengan ketetapan KPU J ;

6. KPU F membuat syarat administratif bagi calon anggota


legilatif independen, ketua dan wakil ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa, dan calon Legislatif sesuai dengan
UU Pemira.
7. KPU J membuat syarat administratif bagi calon ketua dan
wakil ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan.
8. Mengumpulkan dan mendokumentasikan bahan-bahan
serta data hasil pemira;
9. Membuat berita acara perhitungan suara dan wajib
menyerahkan kepada saksi dan Banwas;
10. Menetapkan dan mengumumkan keseluruhan hasil
pemira;
11. Memimpin tahapan kegiatan Pemira;
12. Bertanggungjawab atas ketertiban dan keamanan selama
proses kampanye berlangsung.
13. KPUF maupun KPU J melaksanakan sosialisasi
penyelenggaraan pemira F kepada seluruh lingkungan
Fakultas maupun lingkungan Jurusan.
14. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemira
kepada Penanggung Jawab Sementara (PJS) DPM
maksimal 1 bulan setelah penetapan hasil pemira FIP
maupun pemira J.

Pasal 24
Kewenangan KPU
1. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran tata tertib
Pemira FIP atas pertimbangan banwas.
2. Membuat peraturan pemira berdasarkan UU REMA
Unesa dan Peraturan Pemira yang ditetapkan dan
dikeluarkan oleh DPM FIP.
3. Melarang pihak-pihak yang tidak berkepentingan supaya
tidak terlibat dalam pemira FIP maupun pemira J.
4. Berhubungan dengan pihak yang lain yang dianggap
perlu serta tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku di FIP.

Pasal 25
Syarat-Syarat Anggota KPU
1. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;
2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang dibuktikan
dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa yang asli,
atau bukti pembayaran registrasi terbaru atau surat
keterangan aktif kuliah
3. Mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur, dan adil;
4. Mempunyai komitmen dan dedikasi terhadap suksesnya
Pemira, tegaknya demokrasi dan keadilan di Fakultas
Ilmu Pendidikan;
5. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang sistem
asosiasi, sistem dan proses pelaksanaan Pemira, sistem
Perwakilan mahasiswa, serta memiliki kemampuan
kepemimpinan;
6. Sehat jasmani dan rohani;
7. Tidak menjadi pengurus asosiasi dan memihak salah satu
asosiasi;
8. Tidak pernah menjalani hukuman pidana;
9. Tidak sedang menduduki jabatan badan pengurus harian
BEM, DPM dan HMJ;
10. KPU F tidak boleh merangkap jabatan di KPU J

Pasal 26
Untuk menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas, KPU
menyusun kode etik yang bersifat mengikat serta wajib
dipatuhi oleh KPU.
Pasal 27
Keuangan KPU bersumber dari anggaran-anggaran yang
diupayakan oleh unsur-unsur yang terkait dengan Pemira.

Pasal 28
1. Sebelum menjalankan tugas, anggota KPU, PPS, dan
Banwas mengucapkan sumpah/janji.
2. Sumpah/janji anggota KPU, PPS, dan Banwas adalah
sebagai berikut:
“Demi Tuhan saya bersumpah:
a. bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya
sebagai anggota KPU, PPS, dan Banwas dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
b. bahwa saya akan menyelenggarakan Pemira sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
c. bahwa saya dalam menjalankan tugas dan kewajiban
tidak akan tunduk pada tekanan dan pengaruh apa pun
dari pihak mana pun yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
d. bahwa saya dalam menjalankan tugas dan
kewenangan, akan bekerja dengan sungguh-sungguh,
jujur, adil, dan cermat demi suksesnya Pemira,
tegaknya demokrasi dan keadilan, serta
mengutamakan kepentingan Organisasi
Kemahasiswaan daripada kepentingan pribadi atau
golongan”.
3. Pengambilan sumpah/janji anggota KPU, dan Banwas
tingkat fakultas dilakukan oleh BEM F periode
berlangsungnya pemira.
4. Pengambilan sumpah/janji anggota KPU, dan Banwas
tingkat jurusan dilakukan oleh HMJ periode
berlangsungnya pemira.
5. KPU, dan Banwas dilantik dan ditetapkan bersamaan.
6. PPS di tingkat fakultas dilantik dan ditetapkan oleh KPU
F
7. PPS di tingkat jurusan dilantik dan ditetapkan oleh KPU J

Pasal 29
Kewajiban KPU
1. Memperlakukan peserta Pemira secara adil dan setara,
guna menyukseskan Pemira;
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa
yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemira;
3. Memelihara arsip dan dokumen Pemira serta mengelola
barang inventaris KPU;
4. Menyampaikan informasi kegiatan Pemira kepada
seluruh mahasiswa FIP;
5. Melaporkan penyelenggaraan Pemira fakultas kepada
BEM F selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah
penyelenggaraan pemira;
6. Melaporkan penyelenggaraan Pemira jurusan kepada
HMJ selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah
penyelenggaraan pemira;
7. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang
diterima kepada BEMF maupun HMJ dan DPMF periode
berlangsungnya pemira; dan
8. Melaksanakan kewajiban lain yang diatur di Peraturan
Pemira.

Pasal 30
Larangan KPU
1. Membuat persyaratan dan/atau merubah ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Pemilihan Umum Raya.
Kecuali proses mediasi dengan banwas.
2. Memihak salah satu asosiasi, calon ketua-wakil BEM F,
calon ketua-wakil HMJ, dan calon anggota legislatif.
3. Mencemarkan nama baik peserta Pemira
4. Larangan berhenti/ mengundurkan diri pada saat pemira
Pasal 31
Sanksi KPU
1. Diberhentikan keanggotaannya.
2. Tidak diperbolehkan mengikuti keanggotaan KPU
pengganti (Reshuffle).
3. Tidak diperbolehkan menjadi pengurus ORMAWA
selama satu periode
4. Melakukan permintaan maaf secara resmi kepada pihak
yang dirugikan

BAGIAN II
PPS
Pasal 32
Keanggotaan
1. Keanggotaan PPS F/J terdiri dari wakil dari masing-
masing jurusan melalui sistem Open Recruitment yang
telah ditetapkan oleh KPU F/J

2. Anggota PPS F/J harus menyerahkan surat pernyataan


bahwa tidak terkait dalam Asosiasi manapun bermaterai
3000.
3. Pemilihan ketua PPS F/J dipilih dari dan oleh anggota PPS
terpilih.

4. Masa kerja PPS F/J ialah sampai selesainya kegiatan

PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA 2019


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA | FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 42
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PEMIRA
5. Tata kerja PPS F/J disusun dan ditetapkan oleh PPS F/J .
6. Anggota PPS F/J diangkat dan diberhentikan oleh ketua
KPU F/J periode menjabat.
7. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota PPS F/J secara
teknis operasional bertanggungjawab kepada ketua PPS
F/J.
8. Setiap anggota PPS F/J mempunyai hak suara yang sama.
9. PPS F/J memiliki hak memilih dalam pelaksanaan Pemira.

Pasal 33
Tugas dan Kewenangan PPS
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemungutan suara di TPS
yang telah ditentukan;
2. Menghitung hasil pemungutan suara di TPS masing-
masing;
3. Melaporkan hasil pemungutan suara di TPS masing-
masing kepada KPU;

Pasal 34
1. pendistribusian alat perlengkapan pemira dilaksanakan
secara cepat, tepat, dan akurat dengan mengutamakan
aspek kualitas, keamanan, efektifitas serta efisien

PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA 2019


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA | FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 43
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2. Pengadaan perlengkapan pelaksanaan pemira
dilaksanakan oleh KPU

Pasal 35
1. Pendistribusian alat perlengkapan dilakukan oleh KPU.
2. Alat perlengkapan pelaksanaan pemira harus diterima
PPS selambat-lambatnya 30 menit sebelum pemungutan
suara berlangsung.
3. Tata cara dan teknis pendistribusian alat perlengkapan
pemira kepada PPS ditetapkan oleh keputusan KPU

Pasal 36
Larangan PPS
1. Membuat persyaratan dan/atau merubah ketentuan yang
telah ditetapkan dalam peraturan pemira. Kecuali proses
mediasi
2. Memihak salah satu asosiasi, calon ketua-wakil BEM F,
calon ketua-wakil HMJ, dan calon anggota legislatif.
3. Mencemarkan nama baik peserta Pemira
4. Larangan berhenti/ mengundurkan diri pada saat pemira
5. Larangan melakukan kecurangan dalam tindak apapun
selama kegiatan dan proses PEMIRA
Pasal 37
Sanksi PPS
1. Diberhentikan keanggotaannya.
2. Tidak diperbolehkan menjadi pengurus ORMAWA
selama satu periode
3. Melakukan permintaan maaf secara resmi kepada pihak
yang dirugikan

BAB VI
BADAN PENGAWAS PEMIRA
Pasal 38
Keanggotaan
1. Dalam rangka mengawasi penyelenggaraan pemira,
dibentuk Badan Pengawas Pemira yang disebut dengan
Banwas.
2. Banwas sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk di
Tingkat Fakultas oleh DPM FIP UNESA.
3. Sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) Keanggotaan
Banwas yang dibentuk oleh DPM FIP UNESA tidak
boleh mencalonkan diri sebagai peserta PEMIRA dan
tidak memihak serta tidak terikat Asosiasi maupun
peserta PEMIRA
4. Keanggotaan Banwas minimal berjumlah 2 (dua) orang
di setiap TPS
5. Untuk memenuhi ke anggotaan Banwas sejumlah 16
anggota diadakan open recrutmen sesuai Ketetapan Open
recrutmen Banwas yang dibentuk oleh Ketua dan wakil
ketua DPM FIP UNESA beserta komisi yang terkait
6. Ketua Banwas dipilih dari dan oleh anggota Banwas.

Pasal 39
Tugas dan Kewajiban Banwas
1. mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemira F/J
2. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan
Pemira F/J
3. tidak diskriminatif dalam melaksanakan tugas dan
wewenang.
4. Menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan tentang
Pemira F/J.
5. Menyelidiki sesuai dengan peraturan serta memberikan
sanksi rekomendasi pada KPU.

Pasal 40
Kewenangan
1. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap
peraturan mengenai Pemira F/J.
2. Memberikan rekomendasi terhadap oknum atas
pelanggaran Peraturan tentang Pemira FIP kepada KPU.

3. Memperoleh seluruh informasi mengenai Pemira F/J.


4. Menerima laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan Pemira.

BAB VII
DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI
Pasal 41
1. Daerah pemilihan calon Ketua-Wakil Ketua BEMF dan
calon anggota Legislatif adalah seluruh wilayah FIP.
2. Jumlah kursi anggota Legislasif ditetapkan berdasarkan
1/100 pada jumlah mahasiswa aktif di jurusan, Jika sisa
hasil setelah dibagi lebih dari 50 mahasiswa maka
ditambah 1 kursi.
3. Jumlah kursi anggota Legislatif di masing-masing
Daerah Pemilihan ditetapkan aturan tertulis oleh KPU.

BAB VIII
KAMPANYE PEMIRA
Pasal 42
1. Dalam penyelenggaraan Pemira dapat diadakan
kampanye Pemira.
2. Dalam kampanye Pemira sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mahasiswa mempunyai kesempatan dan
kebebasan untuk menghadirinya.
3. Pelaksanaan kegiatan kampanye Pemira dilakukan sejak
selesainya pengumuman Daftar Calon Tetap Ketua-Wakil
ketua BEMF, calon anggota Legislatif sampai dengan 3
(tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.
4. Pelaksanaan kegiatan kampanye Pemira dilakukan sejak
selesainya pengumuman daftar Calon Tetap Ketua-Wakil
ketua HMJ sampai dengan 3 (tiga) hari sebelum hari
pemungutan suara.
5. Peserta Pemira mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama selama melaksanakan kampanye
Pemira.
6. Tata cara dan jadwal waktu kampanye Pemira diatur oleh
KPU.
7. Pihak birokrasi FIP dilarang membuat keputusan atau
tindakan yang menguntungkan dan/atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa waktu kampanye.
8. Waktu kampanye ditetapkan oleh KPU.

Pasal 43
Larangan
1. Mempersoalkan ideologi negara Pancasila dan UUD
1945;
2. Merusak citra Tri Darma Perguruan Tinggi.
3. Menghina seseorang, agama, suku ras, golongan, asosiasi
serta calon kandidat lainnya;
4. Menghasut dan mengadu domba kelompok-kelompok
mahasiswa;
5. Mengganggu ketertiban umum;
6. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang
atau sekelompok anggota mahasiswa dan asosiasi yang
lain;
7. Mengancam atau menganjurkan penggunaan kekerasan
untuk mengambil alih kekuasaan dari Organisasi
Kemahasiswaan FIP yang sah.
8. Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan
pelaksanaan kampanye Pemira sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai ayat (6), dapat berakibat
dihentikannya pelaksanaan kampanye oleh KPU.
9. Mengancam/ menjatuhkan lewat medsos.
10. Menggunakan politik uang serta bagi – bagi jabatan selama
masa PEMIRA

Pasal 44
Tempat Terlarang
Tempat- tempat terlarang yang digunakan sebagai kontestasi
kampanye ialah:
a. Tempat ibadah;
b. Ruang dosen dan karyawan;
c. Ruang sekretariat lembaga kemahasiswaan;
d. Tempat-tempat lain yang ditentukan oleh KPU.

Pasal 45
Tahapan Kampanye
Kampanye Pemira dilakukan melalui:
a. Kampanye dialogis;
b. Pertemuan terbatas;
c. Monologis;
d. Penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik;
e. Penyebaran bahan kampanye kepada mahasiswa FIP;
f. Pemasangan alat peraga di lingkungan kampus
dengan mengutamakan estetika dan etika;
g. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan serta perijinan di lingkungan
kampus.

Pasal 46
1. KPU memberikan kesempatan yang sama kepada peserta
Pemira untuk menyampaikan tema dan materi kampanye
Pemira.
2. KPU memberikan kesempatan yang sama kepada peserta
Pemira untuk memasang iklan Pemira dalam rangka
kampanye.
3. Semua pihak yang hadir dalam pertemuan terbatas yang
diadakan oleh peserta Pemira hanya dibenarkan
membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau
atribut peserta Pemira yang bersangkutan.
4. KPU berkoordinasi dengan pihak kampus baik fakultas
maupun Jurusan untuk menetapkan lokasi pemasangan
alat peraga untuk keperluan perijinan kampanye Pemira.
5. Pemasangan alat peraga atribut kampanye sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) oleh peserta Pemira dilaksanakan
dengan mempertimbangkan etika, estetika, dan
kebersihan, atau sesuai kawasan setempat.
6. Alat peraga kampanye Pemira harus sudah dibersihkan
paling lambat 2 (dua) hari sebelum hari tenang.
7. Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan ketentuan
pasal ini ditetapkan oleh KPU.

Pasal 47
Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan
kampanye Pemira dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh KPU. Serta berkordinasi dengan
Banwas

BAB IX
PEMUNGUTAN SUARA DAN PENGHITUNGAN
SUARA
Pasal 48
1. Pemungutan suara untuk Pemira calon ketua-wakil ketua
BEMF serta anggota Legislatif di tempat pemungutan
suara, dilaksanakan secara serentak pada tanggal yang
ditetapkan oleh KPU F.
2. Pemungutan suara untuk Pemira calon ketua-wakil ketua
HMJ di tempat pemungutan suara, dilaksanakan secara
Kondisional pada tanggal yang ditetapkan oleh KPU J.

Pasal 49
1. PPS menetapkan jumlah dan letak TPS sedemikian rupa,
sehingga pemungutan suara dapat dilaksanakan secara
mudah dan lancar.
2. Tempat pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan di masing-masing jurusan dan dapat
dijangkau dengan mudah serta menjamin setiap pemilih
dapat memberikan suaranya secara bebas dan rahasia.
Pasal 50
1. Proses pengumutan suara ditiap TPS dilakukan secara
akses.
2. Yang dimaksud akses sesuai ayat 1 adalah untuk
penyandang disabilitas.

Pasal 51
1. Untuk keperluan pemungutan suara dalam Pemira calon
ketua-wakil ketua BEMF serta calon anggota legislatif
dibuat surat suara oleh KPU F;
2. Untuk keperluan pemungutan suara dalam Pemira calon
ketua-wakil ketua HMJ dibuat surat suara oleh KPU J;
3. Jumlah alat perlengkapan Pemira pada setiap daerah
pemilihan disesuaikan dengan keperluan setiap TPS;
4. Apabila ada kerusakan alat perlengkapan Pemira maka
harus diganti atau diperbaiki oleh KPU.

Pasal 52
1. Teknis pelaksanaan tentang ketentuan Pemira ketua-wakil
ketua BEMF dan calon legislatif diatur lebih lanjut oleh
KPU F.
2. Teknis pelaksanaan tentang ketentuan Pemira ketua-wakil
ketua HMJ diatur lebih lanjut oleh KPU J.
Pasal 53
1. Pemilih yang telah memberikan suara ditempat
pemungutan suara, oleh PPS diberi tanda khusus.
2. Tanda khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh KPU.

Pasal 54
Penghitungan Suara
1. Penghitungan suara untuk Pemira ketua dan wakil ketua
BEM F serta calon anggota Legislatif dilakukan secara
serentak.
2. Penghitungan suara untuk Pemira ketua dan wakil ketua
HMJ dilakukan sesuai jurusan masing-masing.
3. Tata cara penghitungan suara sebagaimana yang dimaksud
ayat (1) diatur dengan ketetapan KPU F.
4. Tata cara penghitungan suara sebagaimana yang dimaksud
ayat (2) diatur dengan ketetapan KPU J.

BAB X
PENETAPAN HASIL PEMIRA
Pasal 55
1. Penetapan hasil penghitungan suara untuk ketua dan wakil
ketua BEMF dan anggota Legislatif dilakukan oleh KPU F.
2. Penetapan hasil penghitungan suara untuk ketua dan wakil
HMJ dilakukan oleh KPU J.

Pasal 56
1. Penghitungan suara untuk menentukan ketua dan wakil
ketua BEMF serta anggota Legislatif dilakukan oleh KPU
F didasarkan atas seluruh hasil suara yang diperoleh di
setiap TPS
2. Perhitungan suara untuk menentukan ketua dan wakil
ketua HMJ dilakukan oleh KPU J didasarkan atas hasil
suara yang diperoleh di tingkat Jurusan masing-masing.

Pasal 57
1. Penentuan calon terpilih ketua dan wakil ketua BEMF
serta Anggota Legislatif dari masing-masing peserta
Pemira dengan mengacu kepada suara terbanyak yang
diperoleh Calon tersebut di lingkungan FIP.
2. Tata cara Pengesahan calon ketua dan wakil ketua BEMF
terpilih serta anggota Legislatif diatur oleh Banwas.
3. Penentuan calon terpilih ketua dan wakil ketua HMJ dari
masing-masing peserta Pemira Jurusan dengan mengacu
pada suara terbanyak yang diperoleh calon tersebut di
lingkungan Jurusan.
4. Tata cara Pengesahan calon ketua dan wakil ketua HMJ
terpilih diatur oleh HMJ terpilih disaksikan oleh Banwas
dari jurusan tersebut.

BAB XI
PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN DAN
PEMBERITAHUAN KEPADA CALON TERPILIH
Pasal 58
1. Pengumuman hasil Pemira ketua dan wakil ketua BEMF
serta Anggota Legislatif dilakukan oleh KPU F.
2. Pengumuman hasil Pemira ketua dan wakil ketua BEMF
dan Anggota Legislatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), jadwal dan waktunya ditentukan lebih lanjut oleh KPU
F.
3. Pengumuman hasil Pemira ketua dan wakil ketua HMJ
dilakukan oleh KPU J.
4. Pengumuman hasil Pemira ketua dan wakil ketua HMJ
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), jadwal dan
waktunya ditentukan lebih lanjut oleh KPU J.
Pasal 59
1. Pemberitahuan kepada calon terpilih ketua dan wakil ketua
BEMF serta Anggota Legislatif dilakukan secara tertulis
oleh KPU F
2. Pemberitahuan kepada pemenang Pemira calon terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jadwal dan
waktunya ditentukan lebih lanjut oleh KPU F.
3. Pemberitahuan kepada calon terpilih ketua dan wakil ketua
HMJ dilakukan secara tertulis oleh KPU J.
4. Pemberitahuan kepada pemenang Pemira calon terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), jadwal dan
waktunya ditentukan lebih lanjut oleh KPU J

BAB XII
SENGKETA PEMIRA
BAGIAN I
PERSELISIHAN HASIL PEMIRA
Pasal 60
1. Perselisihan hasil Pemira FIP adalah perselisihan antara
KPU F dan peserta pemira FIP mengenai penetapan
perolehan suara Pemira FIP.
2. Perselisihan penenetapan perolehan suara hasil Pemira FIP
sebagaimana di maksud pada ayat (1) adalah perselisihan
penetapan suara yang dapat mempengaruhi penetapan
calon terpilih di tingkat Fakultas.
3. Perselisihan hasil Pemira J adalah perselisihan antara KPU
J dan peserta pemira HMJ mengenai penetapan perolehan
suara PemiraJ.
4. Perselisihan penenetapan perolehan suara hasil PemiraJ
sebagaimana di maksud pada ayat (3) adalah perselisihan
penetapan suara yang dapat mempengaruhi penetapan
calon terpilih di tingkat Jurusan.

BAGIAN II
PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMIRA
Pasal 61
Pelanggaran administrasi Pemira F dan Pemira J adalah
pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan ini dan ketentuan
lain yang diatur dalam peraturan dan/atau ketetapan KPU F
dan KPU J.

Pasal 62
1. Pelanggaran administrasi Pemira F diselesaikan oleh KPU
F.
2. Tata cara mengenai penyelesaian pelanggaran sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketetapan
KPUF.
3. Pelanggaran administrasi Pemira J diselesaikan oleh KPU
J
4. Tata cara mengenai penyelesaian pelanggaran sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (3) diatur dengan ketetapan KPU
J.

BAGIAN III
Pengajuan Banding
Pasal 63
1. Dalam hal yang terjadi perselisihan penetapan perolehan
suara hasil Pemira FIP peserta Pemira FIP dapat
mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
perhitungan suara Kepada Banwas.
2. Peserta Pemira FIP mengajukan permohonan kepada
Banwas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama
2 x 24 jam sejak diumumkan penetapan perolehan hasil
pemira oleh KPU F.
3. KPU F wajib menindaklanjuti sengketa Pemira melalui
Banwas dengan didampingi oleh Penanggung Jawab
Sementara DPM FIP UNESA.
4. Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara
hasil Pemira J peserta Pemira dapat mengajukan
permohonan pembatalan penetapan hasil perhitungan suara
Kepada Banwas.
5. Peserta Pemira J mengajukan permohonan kepada Banwas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) paling lama 2 x 24
jam sejak diumumkan penetapan perolehan hasil pemira
oleh KPU J.
6. KPU J wajib menindaklanjuti sengketa Pemira melalui
Banwas dengan didampingi oleh Penanggung Jawab
Sementara DPM FIP UNESA.

BAB XIII
KETENTUAN SANKSI UMUM
Pasal 64
Barang siapa dengan sengaja memberikan keterangan yang
tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang
sesuatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih,
diberikan teguran secara lisan dan bilamana masih
mengulangi hal tersebut, maka diberikan sanksi lain yang
ditetapkan oleh KPU.

Pasal 65
1. Barang siapa dengan sengaja mengacaukan, menghalangi
atau mengganggu dan merusak jalannya Pemira yang
diselenggarakan menurut Peratuan Pemira ini, dan
menyebabkan keadaan yang diluar kehendak mahasiswa
sehingga tidak dapat dilaksanaakannya pemira
sebagaimana mestinya akan diserahkan keWakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni selaku bidang
Kemahasiswaan.
2. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswana dan Alumni hanya
sekedar menyelesaikan masalah yang tercantum pada ayat
1 apabila KPU dan BANWAS tidak dapat menyelesaikan
masalah tersebut
3. Barang siapa pada waktu diselenggarakannya Pemira
menurut peraturan ini dengan pemberian atau janji
menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak
menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu, maka hasil
suara akan dikurangi sebanyak 30% dari jumlah hasil
perolehan suara.
4. Barang siapa pada waktu diselenggarakan Pemira menurut
Peraturan Pemira ini melakukan tipu muslihat yang
menyebabkan suara seseorang pemilih menjadi tidak
berharga atau yang menyebabkan peserta Pemira tertentu
mendapatkan tambahan suara, maka hasil suara akan
dikurangi sebanyak 30% dari jumlah hasil perolehan suara.
5. Barang siapa memberikan suaranya lebih dari yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemira ini dalam satu Pemira,
maka hilanglah hak suara yang dimilikinya.

Pasal 66
Dalam menjatuhkan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 surat-surat yang dipergunakan dalam tindak
kecurangan, beserta benda-benda dan barang yang menurut
sifatnya diperuntukkan guna meniru atau memalsu surat-surat
itu, maka akan diambil alih oleh Banwas, meskipun barang
bukti tersebut bukan milik tersangka.

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 67
Apabila di suatu daerah pemilihan setelah diadakan verifikasi
ternyata terdapat kekeliruan atau hal-hal lain yang
mengakibatkan terganggunya penghitungan suara dengan
memperhatikan ketentuan jadwal waktu yang ditetapkan, atas
sepengetahuan Badan Pengawas, KPU, PPS, dan Perwakilan
Peserta Pemira dapat mengadakan pemungutan suara ulang di
tempat yang bersangkutan.
Pasal 68
Apabila di suatu Jurusan pada waktu yang telah ditetapkan
tidak dapat diselenggarakan Pemira atau penyelenggaraannya
terhenti disebabkan oleh keadaan yang memaksa, maka
sesudah keadaan memungkinkan, segera diadakan Pemira
susulan atau Pemira ulang di tempat yang sama dengan
memperhatikan ketentuan Batas waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 69
Pelaksanaan pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 dan pelaksanaan Pemira susulan atau Pemira
ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 dilakukan
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak hari hasil keputusan
sengketa.

Pasal 70
1. Apabila dalam pelaksanaan pemira hanya terdapat satu
pasangan calon ketua dan wakil ketua BEMF, maka pemira
tetap dilaksanakan dengan lawan calon kosong pasangan
ketua dan wakil ketua BEMF.
2. Apabila dalam pelaksanaan pemira hanya terdapat satu
pasangan calon ketua dan wakil ketua HMJ, maka pemira
tetap dilaksanakan dengan lawan calon kosong pasangan
ketua dan wakil ketua HMJ.

Pasal 71
1. Calon tunggal pasangan ketua dan wakil ketua BEMF
dinyatakan sebagai pemenang Pemira apabila mendapat
suara terbanyak dari lawan kosong calon pasangan ketua
dan wakil ketua BEMF.
2. Calon tunggal pasangan ketua dan wakil ketua HMJ
dinyatakan sebagai pemenang Pemira apabila mendapat
suara terbanyak dari lawan kosong calon pasangan ketua
dan wakil ketua HMJ.

Pasal 72
1. Apabila calon tunggal pasangan ketua dan wakil ketua
BEMF tidak bisa memenangkan Pemira maka pemilihan
ketua dan wakil ketua BEMF dipilih melalui forum
Musyawarah Anggota.
2. Apabila calon tunggal pasangan ketua dan wakil ketua
HMJ tidak bisa memenangkan Pemira maka pemilihan
ketua dan wakil ketua HMJ dipilih melalui forum
Musyawarah Anggota.
Pasal 73
Apabila tidak ada calon legislatif sesuai peraturan pemira
maka pemilihan umum tidak dapat dilaksanakan.

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74
Peserta Pemira (Asosiasi dan calon Legislatif independen)
dalam penyelenggaraan Pemira FIP harus mendaftar
sebagai peserta Pemira setelah adanya kebijakan dari KPU.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Hal-hal yang belum diatur dan dijelaskan dalam Peraturan
Pemira ini dimuat dalam ketentuan-ketentuan tersendiri yang
tidak bertentangan dengan Peraturan Pemira yang telah di
tentukan oleh DPM FIP 2019.

Pasal 76
Segala sesuatu yang belum diatur di dalam peraturan ini diatur
sesuai kebutuhan.
Pasal 77
Peraturan pemira ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkanya,
agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan peraturan pemira ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Dengan persetujuan bersama antara:
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
dan
KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA DAN
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN/PRODI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN TENTANG PEMILIHAN UMUM


KETUA-WAKIL KETUA BEM, KETUA-WAKIL
KETUA HMJ/P
DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIDIKAN
PERATURAN PEMILIHAN UMUM RAYA (PEMIRA)
KETUA - WAKIL KETUA BEM F,
KETUA-WAKIL KETUA HMJ DAN
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai