Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN VOKASI UNIVERSITAS NEGERI

SURABAYA

NOMOR 3 TAHUN 2021

TENTANG
PEMILIHAN UMUM RAYA
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA VOKASI,
KETUA DAN WAKIL KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA VOKASI, DAN
KETUA DAN WAKIL KETUA HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN ATAU
PROGRAM STUDI VOKASI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Menimbang : A. Bahwa pemilihan umum raya merupakan bentuk demokrasi mahasiswa dalam
organisasi kemahasiswaan dalam lingkup universitas.
B. Bahwa peraturan terdahulu yaitu Peraturan Ormawa VOKASI UNESA
Nomor 2 tahun 2019 tentang pemilihan umum raya organisasi
kemahasiswaan perlu adanya penyesuain kembali dengan kondisi
mahasiswa saat ini.
C. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf B
perlu membentuk Peraturan Ormawa VOKASI UNESA Nomor 3 tahun
2019.
D. Bahwa pentingnya Peraturan Ormawa tersebut dalam setiap pemilihan
umum raya organisasi kemahasiswaan maka perlunya diselenggarakannya
peraturan tersebut.
Mengingat : A. Paragraf 3, Organisasi Kemahasiswaan, Pasal 77 Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
B. Pasal 17 Peraturan menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 49 tahun 2014 tentang Standart Nasional Pendidikan
Tinggi;
C. Statuta Universitas Negeri Surabaya
D. UUD REMA Unesa 2015.

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA


MAJELIS PERMUSYAWARATAN
MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
Dan
KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN


FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA TENTANG PEMILIHAN UMUM RAYA ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA, KETUA DAN WAKIL KETUA
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA, DAN KETUA DAN WAKIL KETUA
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN ATAU PROGRAM STUDI
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Organisasi Kemahasiswaan FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI
Universitas Negeri Surabaya yang selanjutnya disebut Ormawa ialah wadah
organisasi kemahasiswaan yang ada di FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH
VOKASI Universitas Negeri Surabaya.
2. Dewan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disebut DPM merupakan lembaga
tertinggi di bidang Legislatif Ormawa FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH
VOKASI.
3. Badan Eksekutif Mahasiswa yang selanjutnya disebut BEM merupakan lembaga
tertinggi di bidang Eksekutif Ormawa FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH
VOKASI.
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan dan/atau Prodi yang selanjutnya disebut HMJ/P se-
VOKASI adalah lembaga Eksekutif Ormawa VOKASI UNESA yang berada di
Jurusan dan/prodi se-Vokasi.
5. Pemilihan Umum Raya yang selanjutnya disebut Pemira adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan mahasiswa untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM, anggota DPM
serta Ketua dan Wakil Ketua HM J/P .
6. Komisi Pemilihan Umum Raya FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI
UNESA yang selanjutnya disingkat KPUR F adalah lembaga independen yang
diseleksi dan ditetapkan oleh BEM U dengan pertimbangan MPM yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Pemira Fakultas.
7. Komisi Pemilihan Umum Raya Jurusan atau Prodi VOKASI UNESA yang
selanjutnya disingkat KPUR J/P adalah lembaga independen yang diseleksi dan
ditetapkan oleh HM J/P dengan pertimbangan BEM dan DPM yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Pemira Jurusan atau Prodi.
8. Bakal calon kandidat adalah seluruh mahasiswa yang mencalonkan diri untuk
menjabat sebagai pasangan Ketua dan Wakil Ketua BEM, anggota DPM, serta
pasangan Ketua dan Wakil Ketua HM J/ P .
9. Calon kandidat adalah mahasiswa VOKASI UNESA yang telah memenuhi
persyaratan dan dinyatakan lolos administratif sebagai pasangan calon Ketua dan
Wakil Ketua BEM, calon anggota DPM, serta pasangan calon Ketua dan Wakil
Ketua HM J/ P oleh KPUR F/J/P.
10. Kandidat terpilih adalah kandidat yang ditetapkan oleh KPUR F/J/P sebagai
pasangan Ketua dan Wakil Ketua BEM terpilih, anggota DPM terpilih, serta
pasangan Ketua dan Wakil Ketua HM J/ P terpilih setelah proses pemilihan umum
berakhir.
11. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut PPS, adalah panitia yang
dibentuk oleh KPUR F/J/P untuk menyelenggarakan pemilihan di tingkat Jurusan
atau Prodi.
12. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat pelaksanaan
pemungutan suara untuk pemilihan Ketua dan
Wakil Ketua BEM, anggota DPM, serta Ketua dan Wakil Ketua HM J/P di prodi
masing-masing.
13. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Fakultas/Program/Sekolah yang selanjutnya
disebut Panwaslu F adalah lembaga independen yang diseleksi oleh MPM dengan
pertimbangan BEM U yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pengawasan
Pemira ditingkat Fakultas dan ditetapkan oleh MPM.
14. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Jurusan/Prodi yang selanjutnya disebut Panwaslu
J/P adalah lembaga independen yang diseleksi oleh MPM dengan pertimbangan
BEM U yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pengawasan Pemira ditingkat
Jurusan/Prodi dan ditetapkan oleh MPM UNESA.
15. Pemilih adalah setiap mahasiswa aktif VOKASI UNESA yang terdaftar dalam daftar
pemilih tetap yang sudah disahkan oleh KPUR F/J/P.
16. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah susunan nama pemilih
yang disahkan oleh KPUR F/J/P.
17. Daerah Pemilihan yang selanjutnya disebut Dapil adalah batas wilayah dalam
pemilihan anggota DPM VOKASI untuk menjadi dasar penentuan jumlah suara
untuk menentukan calon terpilih yang mewakili jurusan atau prodi masing-masing.
18. Tim Sukses adalah mahasiswa aktif yang telah terdaftar dan disahkan oleh KPUR
F/J/P dengan identitas yang jelas sebagai pendukung salah satu kandidat.
19. Saksi adalah anggota Tim Sukses yang ditunjuk dan diberi surat mandat secara
tertulis dari kandidat yang disahkan oleh KPUR F/J/P untuk bertugas menyaksikan
pelaksanaan pemungutan suara dan perhitungan suara di TPS.
20. Kampanye Pemira merupakan sarana untuk meyakinkan para pemilih dengan
menawarkan visi, misi, dan program yang akan dilakukan oleh kandidat.
21. Masa tenang adalah waktu berakhirnya kampanye sampai Pemira dilaksanakan yang
ditetapkan KPUR F/J/P.
22. Masa pengajuan gugatan adalah waktu tenggang yang ditetapkan oleh KPUR F/J/P
sebelum penetapan kandidat terpilih untuk mengajukan gugatan dari mahasiswa
VOKASI UNESA.
23. Pelanggaran adalah segala bentuk penyimpangan atau perbuatan yang melanggar
Peraturan Organisasi Kemahasiswaan tentang Pemilihan Umum Raya Organisasi
Kemahasiswaan dan ketetapan KPUR F/J/P.
24. Sanksi adalah konsekuensi yang diakibatkan oleh pelanggaran aturan Pemira VOKASI
UNESA 2021 yang dilakukan setiap unsur yang terlibat dalam Pemira VOKASI
UNESA 2021
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2
Pemira dilaksanakan berdasarkan asas demokrasi, transparan, langsung, umum, bebas, adil,
jujur, dan rahasia serta peraturan perundang-undangan dan ketetapan KPUR F/J/P yang berlaku.

Pasal 3
Pemira dilaksanakan satu kali dalam satu periode menjelang akhir kepengurusan.

Pasal 4
Alur Pemira adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan panitia pengawas pemira f/j/p
b. Pembentukan kpur f/j/p
c. Pembentukan pps
d. Pendaftaran sebagai calon kandidat yang dilakukan di kpur f/j/p;
e. Seleksi administrasi calon kandidat;
f. Penetapan kandidat;
g. Kampanye
h. Masa tenang;
i. Pemungutan suara;
j. Perhitungan suara;
k. Masa pengajuan gugatan; dan
l. Penetapan ketua dan wakil ketua bem , anggota dpm , serta ketua dan wakil ketua hm j/p
terpilih;dan
m. Pelantikan ketua dan wakil ketua bem , anggota dpm , serta ketua dan wakil ketua hm j/p
terpilih.

Pasal 5
(1) Mekanisme pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM dapat dilangsungkan apabila kandidat
lebih dari atau sama dengan dua pasang;
b. Jika sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada pendaftar atau hanya terdapat
satu pasangan kandidat yang memenuhi persyaratan, maka dilakukan
perpanjangan pendaftaran selama 1x24 jam;
c. Jika setelah masa perpanjangan pendaftaran tetap hanya ada satu kandidat, maka
pemilihan tetap dilaksanakan dengan peraturan yang telah ditentukan;
d. Jika terdapat hanya 1 (satu) calon kandidat Ketua dan Wakil Ketua BEM serta
mendapat suara 50% (lima puluh persen) + 1 dari suara sah maka KPU F
menetapkan pasangan kandidat terpilih pada pemilihan 1 (satu) pasangan calon.
e. Jika perolehan suara pasangan calon kurang dari sebagaimana dimaksud pada
huruf d, maka akan dilaksanakan Musyawarah Mahasiswa Fakultas Luar Biasa
(MMF LUB).
(2) Mekanisme pemilihan anggota DPM adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan anggota DPM berdasarkan daerah pemilihan jurusan atau prodi
masing-masing;
b. Pemilihan pimpinan DPM dilakukan oleh internal anggota DPM terpilih dalam
sidang pleno dengan pimpinan sidang sementara yang diinisiasi oleh anggota
DPM terpilih dengan Perolehan Suara tertinggi 1, 2, dan 3;
c. Jika sampai batas waktu yang ditentukan jumlah pendaftar tiap jurusan atau prodi
belum memenuhi jumlah kuota, maka dilakukan perpanjangan pendaftaran
selama 1x24 jam;
d. Jika sampai batas waktu perpanjangan kuota kursi belum terpenuhi, maka Pemira
dapat dilangsungkan apabila terdapat minimal satu kandidat yang terdaftar dari
tiap jurusan dan/atau prodi.
(3) Mekanisme pemilihan Ketua dan Wakil ketua HM J/P adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan Ketua dan Wakil ketua HM J/P dapat dilangsungkan apabila kandidat
lebih dari atau sama dengan 2 (dua) pasang;
b. Jika sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada pendaftar atau hanya terdapat
1 (satu)pasangan kandidat yang memenuhi persyaratan, maka dilakukan
perpanjangan pendaftaran selama 1x24 jam;
c. Jika setelah masa perpanjangan pendaftaran tetap hanya ada satu kandidat, maka
pemilihan tetap dilaksanakan sesuai peraturan yang telah ditentukan;
d. Jika terdapat hanya 1 (satu) calon kandidat Ketua dan Wakil Ketua HM J/P serta
mendapat suara 50% (lima puluh persen) + 1 dari suara sah maka KPU J/P
menetapkan pasangan kandidat terpilih pada pemilihan 1 (satu) pasangan calon;
dan
e. Jika perolehan suara pasangan calon kurang dari sebagaimana dimaksud pada
huruf d, maka akan dilaksanakan MM J/P LUB.

Pasal 6
(1) Syarat kandidat terdiri dari syarat umum dan syarat khusus.
(2) Syarat umum adalah syarat yang diperuntukkan untuk seluruh calon kandidat.
(3) Syarat khusus adalah syarat yang diperuntukkan untuk masing– masing calon
kandidat.
(4) Syarat umum adalah sebagai berikut:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME;
b. Mahasiswa aktif yang dibuktikan dengan KTM yang masih berlaku dan Kartu
Rencana Studi (KRS) terbaru yang sudah ditandatangani oleh Dosen Pembimbing
Akademik;
c. Memiliki indeks prestasi kumulatif minimal 3.00 dibuktikan dengan transkrip
nilai
d. Bagi mahasiswa yang menempuh Semester 1 (satu) dan belum memiliki IPK,
mengganti dengan Surat Rekomendasi dari DPA beserta materai 10000
e. Tidak sedang menjabat sebagai anggota di organisasi kemahasiswaan Intra
Kampus; jika masih menjadi anggota di Organisasi Kemahasiswaan intra
kampus, maka yang bersangkutan harus bersedia mengundurkan diri dari
organisasi kemahasiswaan yang bersangkutan, dibuktikan dengan Surat
Pernyataan mengundurkan diri bermaterai 10000;
f. Bersedia mengikuti wawancara yang dilaksanakan oleh KPUR F/J/P; dan
g. Menerima keputusan KPUR F/J/P atas kemenangan kandidat terpilih sebagai
hasil Pemira dengan lapang dada.
(5) Syarat khusus kandidat Ketua dan Wakil Ketua BEM adalah sebagai berikut:
a. Harus didukung sekurang-kurangnya 60 suara dari mahasiswa aktif dengan
dibuktikan KTM asli yang masih berlaku dan footocopy KTM;
b. Maksimal atau sedang menempuh masa belajar semester 6 dengan dibuktikan
KTM asli yang masih berlaku dan Kartu Rencana Studi (KRS) terbaru yang
sudah ditandatangani oleh Dosen Pembimbing Akademik;
c. Pernah mengikuti Latihan Keterampilan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat
Menengah dengan menyerahkan fotocopy sertifikat pelatihan LKMM-TM yang
dilaksanakan di selingkup UNESA, dan menunjukkan sertifikat asli;
d. Apabila sertifikat yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf c hilang, maka
sertifikat tersebut dapat digantikan dengan surat keterangan asli telah mengikuti
pelatihan LKMM-TM dari pihak penyelenggara diselingkung UNESA; dan
e. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan belum menyerahkan fotocopy dan
asli sertifikat LKMM-TM yang dilaksanakan di selingkung UNESA, maka
pencalonannya dibatalkan.
(6) Syarat khusus kandidat anggota DPM adalah sebgai berikut:
a. Harus didukung sekurang-kurangnya 15 suara dari mahasiswa aktif yang berasal
dari jurusan atau prodi yang bersangkutan dengan dibuktikan KTM asli yang
masih berlaku dan footocopy KTM;
b. Maksimal atau sedang menempuh masa belajar semester 6 dengan dibuktikan
KTM asli yang masih berlaku dan Kartu Rencana Studi (KRS) terbaru yang
sudah ditandatangani oleh Dosen Pembimbing Akademik;
c. Pernah mengikuti Pelatihan Legislatif atau Latihan Keterampilan dan Manajemen
Mahasiswa Tingkat Dasar dengan menyerahkan fotocopy sertifikat Pelatihan
Legislatif selingkung Unesa atau LKMM-TD selingkung Unesa, dan
menunjukkan sertifikat asli;
d. Apabila sertifikat yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) huruf c hilang, maka
sertifikat tersebut dapat digantikan dengan surat keterangan asli telah mengikuti
pelatihan LKMM-TD selingkung Unesa atau Pelatihan Legislatif selingkung
Unesadari pihak penyelenggara; dan
e. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan belum menyerahkan fotocopy dan
asli sertifikat LKMM-TD selingkung Unesa atau Pelatihan Legislatif selingkung
Unesa, maka pencalonannya dibatalkan.
(7) Syarat khusus kandidat Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P adalah sebagai berikut:
a. Harus didukung sekurang-kurangnya 30 suara dari mahasiswa aktif yang berasal
dari jurusan atau prodi yang bersangkutan dengan dibuktikan KTM asli yang
masih berlaku dan footocopy KTM;
b. Maksimal atau sedang menempuh masa belajar semester 4 dengan dibuktikan
KTM asli yang masih berlaku dan Kartu Rencana Studi (KRS) terbaru yang
sudah ditandatangani oleh Dosen Pembimbing Akademik;
c. Calon ketua dan wakil ketua HMJ/P pernah mengikuti Latihan Keterampilan dan
Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar dengan menyerahkan fotocopy sertifikat
pelatihan LKMM-TD yang diselenggarakan di selingkup UNESA, dan
menunjukkan sertifikat asli;
d. Apabila sertifikat yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7) huruf c hilang, maka
sertifikat tersebut dapat digantikan dengan surat keterangan asli telah mengikuti
pelatihan LKMM-TD dari pihak penyelenggara; dan
e. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan belum menyerahkan fotocopy dan
asli sertifikat LKMM-TD, maka pencalonannya dibatalkan.

BAB III
DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI
Pasal 7
(1) Daerah pemilihan kandidat anggota DPM adalah seluruh wilayah
FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI yang terdiri atas 10 daerah pemilihan
mengacu pada banyaknya HMJ/P
(2) Kuota kursi dari masing-masing daerah pemilihan jurusan atau prodi dihitung secara
proporsional berdasarkan jumlah mahasiswa di tiap jurusan atau prodi dengan
perhitungan sebagai berikut:,
Kuota kursi =∑mahasiswa aktif/100
(3) Apabila setelah dibagi mahasiswa aktif lebih dari 50 maka menambah 1 kursi lagi

BAB IV
HAK MEMILIH
Pasal 8
Hak memilih pada Pemira dimiliki oleh semua mahasiswa yang pada waktu pemungutan suara
Pemira masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif dan tidak sedang dicabut hak pilihnya.
Pasal 9
(1) Untuk dapat menggunakan hak pilihnya, mahasiswa yang mempunyai hak memilih
sebagaimana Pasal 8 harus terdaftar dalam DPT;
(2) Seorang mahasiswa yang belum terdaftar dalam DPT harap segera melapor kepada
KPUR dan membawa bukti KRS
(3) Untuk dapat didaftar sebagai pemilih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mahasiswa aktif kuliah (tidak cuti, mengisi KRS, belum lulus);
b. Tidak sedang menjalani hukuman pidana;
c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya
(4) Seorang mahasiswa yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata pada saat
pemungutan suara tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat
(2) tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

BAB V
PENDATAAN PEMILIH
Pasal 10
(1) Pendataan pemilih dilakukan oleh KPUR F/J/P yang dibantu oleh PPS.
(2) Format DPT diatur oleh KPUR F/J/P.
(3) Pemilih yang telah terdaftar dimasukkan ke dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Pasal 11
Seorang pemilih hanya memiliki satu hak suara untuk memilih kandidat Ketua dan Wakil Ketua
BEM, anggota DPM, serta Ketua dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa sesuai jurusan atau
prodi masing-masing.

BAB VI
KOMISI PEMILIHAN UMUM RAYA FAKULTAS dan JURUSAN/PRODI
Pasal 12
(1) Keanggotaan KPUR F berjumlah 9 (sembilan) orang yang mengacu pada jumlah
banyaknya HMJ/P.
(2) Keanggotaan KPUR F sekurang–kurangnya terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota
c. Seorang Bendahara merangkap anggota; dan
d. Anggota.
(3) Setiap anggota KPUR F mempunyai hak suara yang sama.
(4) Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KPUR F ditentukan oleh anggota KPUR F melalui
sidang pleno KPUR F.
(5) Masa keanggotaan KPUR F berakhir satelah terselesaikannya Laporan Kinerja KPUR F.
Pasal 13
(1) Keanggotaan KPUR J/P terdiri atas 5 (lima) orang, yang terdiri dari sekurang-kurangnya
2 (dua) anggota dari angkatan berbeda
(2) Keanggotaan KPUR J/P sekurang–kurangnya terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota
c. Seorang Bendahara merangkap anggota; dan
d. Anggota.
(3) Setiap anggota KPUR J/P mempunyai hak suara yang sama.
(4) Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KPUR J/P ditentukan oleh anggota KPUR J/P melalui
sidang pleno melalui KPUR J/P.
(5) Masa keanggotaan KPUR J/P berakhir satelah terselesaikannya Laporan Kinerja KPUR
J/P.

Pasal 14
Syarat untuk menjadi calon anggota KPUR F/J/P :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa aktif dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa asli atau
Kartu Rencana Studi terbaru yang telah ditandatanganioleh Dosen Pembimbing
Akademik;
c. Tidak menjabat sebagai pengurus BEM, HM J/P, dan anggota DPM;
d. Tidak berafiliasi (memihak) kepada kandidat.

Pasal 15
(1) Pengangkatan KPUR F/J/P.
a. Anggota KPUR F dipilih melalui mekanisme seleksi oleh BEM U dan ditetapkan
oleh Ketua BEM U;
b. Anggota KPUR J/P dipilih melalui mekanisme seleksi oleh HMJ/P dan
ditetapkan oleh Ketua HMJ/P;
c. Pelantikan dan pengangkatan anggota KPUR F dilakukan segera setelah
diterbitkan surat keputusan oleh BEM F;
d. Pelantikan dan pengangkatan anggota KPUR J/P dilakukan
segera setelah diterbitkan surat keputusan oleh HM J/P.
(2) Anggota KPUR F/J/P dapat diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia;
b. Melanggar sumpah/janji;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan persyaratan
anggota; dan
d. Pemberhentian anggota kpur f/j/p sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan sepengetahuan pihak yang bersangkutan.
(3) Pengangkatan anggota baru KPUR F sebelumnya diserahkan sepenuhnya kepada BEM
F;
(4) Pengangkatan anggota baru KPUR J/P sebelumnya diserahkan sepenuhnya kepada
HMJ/P.

Pasal 16
Tugas KPUR F dan J/P dalam menyelenggarakan Pemira dari tingkat fakultas dan jurusan/prodi
meliputi:
a. Merencanakan dan menetapkan program, anggaran, dan jadwal
Pemira;
b. Mensosialisasikan Pemira;
c. Membentuk dan menetapkan PPS;
d. Mendata mahasiswa sebagai pemilih;
e. Mengesahkan Daftar Pemilih Tetap (DPT);
f. Menyeleksi, menverifikasi data, menetapkan, dan mengesahkan calon kandidat Ketua
dan Wakil Ketua BEM , Ketua dan Wakil Ketua HM J/P , dan anggota DPM ;
g. Menyiapkan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan
perhitungan suara Pemira;
h. Berkoordinasi dengan Panwaslu dalam penyelenggaraan Pemira;
i. Mengkoordinasikan dan menyelenggarakan Pemira sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
j. Melakukan rekapitulasi ulang surat suara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM ,
Ketua dan Wakil Ketua HM J/P , dan anggota DPM dari hasil rekapitulasi PPS;
k. Memberikan sanksi terhadap setiap pelanggaran sesuai dengan peraturan Pemira;
l. Menyelesaikan temuan sengketa dan perselisihan yang terjadi selama Pemira
berlangsung;
m. Dalam hal KPU F dan J/P tidak dapat menyelesaikan, maka putusan diserahkan kepada
Dekan;
n. Melakukan evaluasi setiap akhir kegiatan bersama Panwaslu; dan
o. Melaporkan pelaksanaan Pemira kepada Dekan;

Pasal 17
Hak dan Wewenang KPUR F/J/P dalam menyelenggarakan Pemira meliputi:
a. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPUR F/J/P dalam pelaksanaan Pemira sesuai
dengan peraturan yang berlaku;
b. Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap alur
penyelenggaraan Pemira berdasarkan peraturan yang berlaku;
c. Membuat peraturan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Pemira yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku; dan
d. Berkoordinasi dengan HM J/P dalam pembentukan PPS.
BAB VII
PANITIA PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 18
(1) Keanggotaan PPS terdiri atas 5 (lima) orang di setiap TPS yang terbentuk di masing–
masing jurusan/prodi selingkung FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI.
(2) Anggota PPS diangkat dan diberhentikan oleh KPUR J/P.
(3) Keanggotaan PPS sekurang–kurangnya terdiri atas:
a. Ketua merangkap anggota; dan
b. Anggota.
(4) Setiap anggota PPS mempunyai hak suara yang sama.
(5) Ketua PPS ditentukan oleh anggota PPS masing-masing.
(6) Masa keanggotaan PPS berakhir setelah penetapan seluruh kandidat terpilih dalam
Pemira.

Pasal 19
Syarat untuk menjadi calon anggota PPS:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa aktif dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa terbaru dan
Kartu Rencana Studi terbaru yang telah ditandatangani oleh Dosen Penasehat Akademik;
c. Tidak menjabat sebagai pengurus BEM F, HM J/P dan anggota DPM;
d. Tidak terdaftar sebagai anggota KPUR F/J/P;
e. Tidak berafiliasi (memihak) kepada salah satu kandidat.

Pasal 20
(1) Pengangkatan PPS.
a. Anggota PPS dipilih melalui mekanisme seleksi yang dilakukan oleh KPUR J/P;
dan
b. Pelantikan dan pengangkatan anggota PPS dilakukan setelah diterbitkan surat
keputusan anggota PPS oleh KPUR J/P.
(2) Anggota PPS dapat diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia;
b. Melanggar sumpah/janji;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan persyaratan
anggota; dan
d. Pemberhentian anggota pps sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan sepengetahuan pihak yang bersangkutan.
e. Pengangkatan anggota baru pps sebelumnya diserahkan sepenuhnya kepada kpu
j/p.

Pasal 21
Tugas PPS dalam menyelenggarakan Pemira meliputi:
a. Membantu KPUR J/P dalam melakukan pemutakhiran data pemilih dan DPT;
b. Membantu KPUR J/P dalam melakukan debat kandidat Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P
;
c. Mengumpulkan hasil perhitungan suara dari TPS;
d. Melakukan rekapitulasi hasil perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada Pasal 21
huruf c dalam rapat dan dihadiri oleh saksi masing–masing kandidat dalam Pemira;
e. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemira;
f. Menyerahkan hasil rekapitulasi suara kepada KPUR J/P; dan
g. Uraian tugas dan tata kerja PPS lebih lanjut ditetapkan oleh KPUR J/P.

Pasal 22
(1) PPS berhak untuk :
a. Mendapatkan logistik;
b. Mendapatkan surat keputusan pengangkatan; dan
c. Mendapatkan perlindungan atas nama baik.
(2) PPS berkewajiban untuk :
Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara secara luber jurdil sesuai dengan
aturan yang berlaku.

BAB VIII
PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Pasal 23
(1) Panwaslu F dipilih dan ditetapkan oleh MPM;
(2) Keanggotaan Panwaslu F berjumlah 9 (sembilan) orang yang berasal dari jurusan/prodi
yang berbeda;
(3) Setiap anggota Panwaslu F mempunyai hak suara yang sama.

Pasal 24
(1) Panwaslu J/P dipilih dan ditetapkan oleh MPM;
(2) Keanggotaan Panwaslu J/P berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari 2 (Dua) angkatan
berbeda;
(3) Setiap anggota Panwaslu J/P mempunyai hak suara yang sama.

Pasal 25
Syarat untuk menjadi calon anggota Panwaslu:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mahasiswa aktif dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa terbaru dan
Kartu Rencana Studi terbaru yang telah ditandatangani;
c. Tidak terdaftar sebagai KPUR F dan J/P;
d. Tidak sedang menjabat sebagai pengurus BEM F, anggota DPM serta HMJ/P;
e. Tidak berafiliasi (memihak) kepada salah satu kandidat; dan
f. Bersedia untuk tidak merangkap sebagai anggota kepanitiaan selain Panwaslu.

Pasal 26
(1) Pengangkatan Panwaslu :
a. Anggota Panwas F dipilih melalui mekanisme seleksi yang dilakukan oleh MPM
dengan pertimbangan BEM U serta ditetapkan dan diterbitkan surat keputusan
oleh Ketua MPM;
b. Anggota Panwas J/P dipilih melalui mekanisme seleksi yang dilakukan oleh
MPM dengan pertimbangan HMJ/P ditetapkan dan diterbitkan surat keputusan
oleh Ketua MPM;
c. Pelantikan dan pengangkatan anggota Panwaslu dilakukan setelah diterbitkan
surat keputusan anggota Panwaslu oleh DPM dengan pertimbangan BEM.
(2) Anggota Panwaslu dapat diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia;
b. Melanggar sumpah/janji;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan persyaratan
anggota;dan
d. Pemberhentian anggota panwaslu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan sepengetahuan pihak yang bersangkutan.
(3) Pengangkatan kembali anggota Panwaslu karena adanya pemberhentian anggota
Panwaslu sebelumnya melalui mekanisme pengangkatan yang telah disepakati oleh
pihak yang bersangkutan.

Pasal 27
Tugas Panwaslu dalam menyelenggarakan Pemira meliputi:
a. Mengawasi seluruh alur jalannya Pemira sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai
dengan tingkatannya;
b. Wajib menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan Pemira sesuai
dengan tingkatannya;
c. Jika terbukti melakukan pelanggaran, maka panwaslu wajib meneruskannya kepada
KPUR F/J/P sesuai dengan tingkatannya;
d. Jika yang melanggar aturan adalah KPUR F/J/P maka Panwaslu F/J/P meneruskan
laporan kepada BEM U/HMJ/P dengan sepengetahuan MPM sesuai dengan
tingkatannya.;
e. Jika yang melanggar aturan adalah PPS maka panwaslu J/P meneruskan laporan kepada
KPUR J/P sesuai dengan tingkatannya;
f. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pemira sesuai dengan
tingkatannya.;
g. Memberikan rekomendasi kepada KPUR F/J/P mengenai sanksi atas pelanggaran yang
terjadi selama Pemira sesuai dengan tingkatannya;
h. Mengawasi pelaksanaan sanksi yang telah ditetapkan atas pelanggaran yang terjadi
selama Pemira sesuai dengan tingkatannya;

Pasal 28
Hak dan Wewenang Panwaslu dalam menyelenggarakan Pemira meliputi:
a. Memberi masukan kepada KPUR F/J/P sesuai dengan tingkatanya baik diminta maupun
tidak;
b. Memberi teguran tertulis kepada pihak yang melakukan setiap pelanggaran Pemira
melalui KPUR F/J/P sesuai dengan tingkatanya sebagai fasilitator;
c. Memberikan teguran kepada pihak yang melakukan setiap pelanggaran Pemira jika
pelanggaran mendesak dan penting sesuai dengan tingkatannya;
d. Melakukan penyelidikan terhadap setiap kasus sesuai dengan tingkatannya; dan
e. Mengeluarkan surat peringatan apabila KPUR F/J/P dan PPS melakukan pelanggaran
sesuai dengan tingkatanya.

BAB IX
TIM SUKSES
Pasal 29
(1) Tim Sukses merupakan mahasiswa aktif VOKASI UNESA dibuktikan dengan KTM
yang masih berlaku dan Kartu Rencana Studi terbaru yang ditandatangani oleh Dosen
Penasehat Akademik.
(2) Tim Sukses harus terdaftar di KPUR melalui calon kandidat yang diusung;
(3) Tim Sukses wajib menggunakan tanda pengenal selama pemungutan dan perhitungan
suara.

Pasal 30
(1) Setiap anggota tim sukses hanya bisa mengusung satu calon kandidat Pemira;
(2) Setiap anggota tim sukses dalam pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM F merupakan
mahasiswa aktif VOKASI UNESA;
(3) Setiap anggota timsukses dalam pemilihan Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P dan anggota
DPM haruslah mahasiswa aktif dari Jurusan/Prodi kandidat yang diusung.

BAB X
KAMPANYE
Pasal 31
(1) Kampanye Pemira dilakukan dengan prinsip bertanggung jawab dan merupakan bagian
dari pendidikan politik kepada mahasiswa;
(2) Setiap kandidat dalam Pemira Vokasi UNESA wajib melakukan
kampanye.
(3) Materi kampanye meliputi visi, misi, dan program yang ditawarkan peserta kandidat
Pemira.
(4) Hal lain berupa teknis penyelenggaraan kampanye diatur dalam
peraturan KPUR F dan J/P.
(5) Dalam kampanye, mahasiswa mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.

Pasal 32
Tempat–tempat yang tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai ajang kampanye ialah:
a. Ruang dosen dan karyawan;
b. Sekretariat organisasi kemahasiswaan di lingkungan VOKASI UNESA ;
c. Tempat ibadah;
d. Ruang kuliah; dan
e. Tempat lain yang ditentukan oleh kpur f dan j/p.
Pasal 33
(1) Organisasi Kemahasiswaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap kandidat
untuk menggunakan fasilitas umum kecuali yang telah disebutkan dan diatur dalam Pasal
32;
(2) KPU berkoordinasi dengan Organisasi Kemahasiswaan untuk menetapkan lokasi
pemasangan alat kampanye Pemira untuk keperluan kampanye Pemira;
(3) Pemasangan alat kampanye Pemira sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh kandidat
Pemiradilaksanakan dengan mempertimbangkan etika, kebersihan dan keindahan di lingkungan
VOKASI UNESA;
(4) Alat kampanye Pemira harus sudah melalui sepengetahuan KPUR F dan J/P;
(5) Alat kampanye Pemira harus sudah dibersihkan paling lambat 1x24 jam sebelum masa
tenang;
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini, akan diatur dalam peraturan
KPUR F dan J/P.

Pasal 34
(1) Setiap kandidat yang melakukan kampanye harus disertai tim sukses;
(2) Ketentuan tentang tim sukses akan diatur lebih lanjut dalam peraturan KPUR F/J/P.

Pasal 35
Dalam melaksanakan kampanye, baik kandidat maupun tim sukses dilarang:
a. Menghina seseorang, agama, suku, ras,dan golongan;
b. Menghasut antar perseorangan maupun antara kelompok mahasiswa;
c. Mengganggu ketertiban umum;
d. Mengancam atau melakukan tindak kekerasan kepada seseorang,
sekelompok orang dan/atau kandidat pemira;
e. Merusak dan/atau menghilangkan alat kampanye kandidat lain;
f. Melibatkan dosen dan/atau karyawan serta ketua dan/atau wakil ketua ormawa di
lingkungan VOKASI UNESA.
g. Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye pemira VOKASI
UNESA, kpur f/j/p berhak menghentikan kampanye yang bersangkutan.

Pasal 36
Masa tenang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPUR F dan J/P .

BAB XI
TEKNIS PENYELENGGARAAN, PENGADAAN DAN PENDISTRIBUSIAN
PERLENGKAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA
FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
Bagian Pertama
Ketentuan Umum
Pasal 37
(1) Pengadaan surat suara elektronik beserta perlengkapan pelaksanaan
Pemira Ormawa selingkung VOKASI UNESA dilaksanakan secara cepat, tepat dan
akurat dengan mengutamakan aspek kualitas, keamanan dan hemat anggaran;
(2) Pengadaan surat suara elektronik mengutamakan sistem dari pelaksanaan Pemira
Ormawa selingkung VOKASI UNESA;
(3) Pengadaan surat suara elektronik beserta perlengkapan pelaksana PEMIRA VOKASI
UNESA dilaksanakan oleh KPUR F/J/P VOKASI UNESA;
(4) KPUR F/J/P VOKASI UNESA mengawasi dan mengamankan desain yang digunakan
untuk membuat surat suara elektronik, sebelum dan sesudah digunakan serta menyegel
dan menyimpannya; dan
(5) Tata cara pelaksanaan pengamanan terhadap pengadaan dan pendanaan surat suara
elektronik ditetapkan dengan keputusan KPUR F/J/P VOKASI UNESA.

Pasal 38
(1) Pendistribusian surat suara elektronik dilakukan oleh KPUR F/J/P VOKASI UNESA;
(2) Surat suara elektronik beserta perlengkapan pelaksanaan PEMIRA VOKASI UNESA
harus sudah siap selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pemungutan suara dan
dilaporkan kepada PANWASLU F/J/P VOKASI UNESA; dan
(3) Surat suara elektronik beserta perlengkapan pelaksanaan PEMIRA VOKASI UNESA
harus sudah diterima PPS J/P VOKASI UNESA selambat- lambatnya 1 (satu) hari
sebelum pemungutan suara.

BAB XII
PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA SERTA PENETAPAN HASIL
PEMILIHAN UMUM RAYA FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Bagian Pertama
Pemungutan suara
Pasal 39
(1) Untuk memberikan suara dalam PEMIRA VOKASI UNESA, dibuat surat suara
elektronik PEMIRA VOKASI UNESA calon kandidat DPM,BEM,HMJ/P VOKASI
UNESA;
(2) Surat suara elektronik PEMIRA VOKASI UNESA untuk calon kandidat DPM, BEM,
HMJ/P VOKASI UNESA memuat nomor urut, foto dan nama masing – masing
pasangan kandidat PEMIRA VOKASI UNESA; dan
(3) Jenis, bentuk, ukuran, dan warna surat suara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan oleh KPUR F J/P VOKASI UNESA .

Pasal 40
Tata cara pemilihan surat suara elektronik dalam PEMIRA VOKASI UNESA diatur oleh KPUR
F /J/P

Pasal 41
Pemilihan dilakukan di TPS pada hari pemungutan suara.

Pasal 42
Tata cara pemungutan suara lebih lanjut diatur oleh KPUR F/J/P VOKASI UNESA.

Pasal 43
(1) TPS ditentukan di tempat yang mudah dijangkau, serta menjamin setiap pemilih dapat
memberikan suaranya secara jujur, adil, langsung, bebas, dan rahasia.
(2) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh KPUR F/J/P VOKASI
UNESA.

Pasal 44
(1) Untuk keperluan pemungutan suara dalam PEMIRA VOKASI UNESA calon kandidat
DPM, BEM, HMJ/P VOKASI UNESA disediakan perangkat komputer untuk
pemungutan suara yang digunakan oleh pemilih
(2) Jumlah perangkat komputer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh KPUR
F/J/P VOKASI UNESA

Pasal 45
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, PPS PEMIRA VOKASI UNESA melakukan:
a. Pemeriksaan perangkat computer;
b. Pemeriksaan surat suara elektronik;
c. Pelaksanaan uji coba surat suara elektronik sekurang-kurangnya satu kali; dan
d. Perhitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan PPS VOKASI UNESA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri
oleh calon kandidat DPM, BEM, HMJ/P VOKASI UNESA dan/atau tim sukses, KPUR
F/J/P dan PANWASLU F/J/P VOKASI UNESA
(3) Kegiatan PPS VOKASI UNESA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuatkan berita
acara yang ditandatangani oleh KETUA PANWAS VOKASI UNESA.

Pasal 46
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, PPS VOKASI
UNESA memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara; dan
(2) Dalam memberikan suara, pemilih diberi nama pengguna dan kata sandi untuk masuk ke
dalam surat suara elektronik oleh PPS VOKASI UNESA

Pasal 47
(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh PPS VOKASI
UNESA; dan
(2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh KPUR F/J/P
VOKASI UNESA.

Pasal 48
(1) Suara untuk pemilihan pasangan calon kandidat DPM,BEM,HMJ/P VOKASI UNESA
dinyatakan sah apabila:
a. Tanda pilih untuk pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM dan HMJ/P
VOKASI UNESA berada pada salah satu kolom yang telah disediakan
(2) Tanda pilih untuk kandidat anggota DPM VOKASI UNESA berada pada salah satu
kolom yang telah disediakan
(3) Teknis pelaksanaan tentang keabsahan surat suara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh KPUR F/J/P VOKASI UNESA.

Bagian Kedua Perhitungan


Suara Pasal 49
(1) Perhitungan suara di tempat yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh PPS VOKASI
UNESA setelah pemungutan suara berakhir
(2) Sebelum perhitungan suara dimulai, PPS VOKASI UNESA menghitung:
a. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap
untuk TPS; dan
b. Jumlah pemilih yang mengaktifkan dan mencetak nama pengguna dan kata sandi
(3) Perhitungan suara dilakukan di tempat yang telah ditetapkan hingga selesai oleh PPS
VOKASI UNESA dan dihadiri oleh saksi kandidat PEMIRA VOKASI UNESA,
PANWASLU F/J/P VOKASI UNESA, dan mahasiswa FISH. yang kemudian disahkan
oleh KPUR F/J/P VOKASI UNESA
(4) Saksi kandidat harus membawa surat mandat dari kandidat PEMIRA VOKASI UNESA
yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada PPS VOKASI UNESA.
(5) Perhitungan suara dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi kandidat PEMIRA
VOKASI UNESA, PANWASLU VOKASI UNESA, dan mahasiswa VOKASI yang
hadir dapat menyaksikan secara jelas proses perhitungan suara
(6) Calon Kandidat PEMIRA VOKASI UNESA, satu orang saksi kandidat pemira VOKASI
UNESA dapat mengajukan keberatan sebelum jalannya perhitungan suara oleh PPS
VOKASI UNESA apabila ternyata terdapat hal- hal yang tidak sesuai dengan peraturan
PEMIRA VOKASI UNESA
(7) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi kandidat PEMIRA VOKASI UNESA atau
mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diterima oleh PPS VOKASI
UNESA yang kemudian akan melakukan pembetulan saat itu juga setelah adanya
pertimbangan
(8) PANWASLU VOKASI UNESA dapat memberikan keterangan atau hak bicara setelah
diizinkan oleh KPUR VOKASI UNESA
(9) Setelah selesai perhitungan suara di TPS, PPS VOKASI UNESA segera membuat berita
acara dan hasil perhitungan suara yang ditandatangani oleh saksi kandidat dan
PANWASLU VOKASI UNESA
(10) PPS VOKASI UNESA memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara dan hasil
perhitungan suara kepada saksi kandidat yang hadir
(11) PPS VOKASI UNESA menyerahkan berita acara, hasil perhitungan suara, salinan
presensi pemilih, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan perhitungan suara
kepada KPUR VOKASI UNESA segera setelah selesai perhitungan suara.

Pasal 50
Setelah menerima berita acara dan hasil perhitungan suara, KPUR F/J/P VOKASI UNESA
membuat berita acara penerimaan dan melakukan rekapitulasijumlah suara dan dapat dihadiri
oleh saksi calon kandidat PEMIRA VOKASI UNESA, PANWASLU F/J/P VOKASI UNESA,
dan Mahasiswa VOKASI UNESA

Bagian Ketiga
Penetapan dan Pemungutan Hasil Pemilihan Umum Pasal 51
(1) Penetapan hasil PEMIRA VOKASI UNESA pasangan Ketua dan Wakil Ketua
BEM VOKASI UNESA, HMJ/P dan Anggota DPM VOKASI UNESA dilakukan oleh
KPUR F/J/P VOKASI UNESA; dan
(2) Penetapan hasil PEMIRA VOKASI UNESA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah perhitungan suara dan disetujui oleh kandidat, PANWASLU F/J/P dan
KPUR F/J/P VOKASI UNESA.

BAB XIII
PELANGGARAN
Pasal 52
(1) Perbuatan yang dapat dikategorikan pelanggaran umum adalah:
a. Merusak, menumpuk, mencabut media kampanye pada masa kampanye;
b. Menghina, merugikan kandidat dalam bentuk lisan, tulisan,
dan/atau perbuatan;
c. Melakukan tindakan yang melanggar pasal 35; dan/atau
(2) perbuatan yang dikategorikan pelanggaran khusus adalah memalsukan persyaratan
administratif yang tercantum pada pasal 6 ayat 4, 5, 6, dan 7.

Pasal 53
Perbuatan yang dapat dikategorikan pelanggaran tim sukses adalah:
a. Berkampanye tanpa mendaftarkan tim sukses sesuai peraturan yang berlaku serta yang
telah dibuat oleh KPUR F dan J/P;
b. Berkampanye pada tempat dan waktu yang tidak diperbolehkan;
dan/atau
c. Melakukan tindakan yang melanggar Pasal 29 dan Pasal 30.

Pasal 54
Perbuatan yang dapat dikategorikan pelanggaran KPUR F/J/P dan PPS adalah:
a. Berafiliasi (berpihak) pada salah satu kandidat; dan/atau
b. Menjalankan prosedural kerja yang tidak sesuai dengan peraturan pemira.
Pasal 55
Perbuatan yang dapat dikategorikan pelanggaran Panwaslu adalah:
a. Berafiliasi (berpihak) pada salah satu kandidat; dan/atau
b. Kesalahan pelaksanaan pengawasan pemira yang tidak sesuai dengan peraturan pemira.
BAB XIV
SANKSI
Pasal 56
(1) Sanksi atas pelanggaran Pasal 42 ayat (1):
a. Siapapun yang melakukannya akan mendapat teguran lisan dari KPUR F/J/P atas
rekomendasi dari Panwaslu.
b. Jika masih dilakukan untuk kali kedua, maka yang bersangkutan akan mendapat
teguran tertulis dari Panwaslu melalui KPUR F/J/P.
c. Jika masih dilakukan untuk kali ketiga, maka KPUR F/J/P akan mencabut hak
suara dari yang bersangkutan atas rekomendasi Panwaslu.
d. Jika pelanggaran dilakukan atau didalangi oleh tim sukses, maka perolehan suara
kandidat tersebut akan dikurangi 10%.
(2) Sanksi atas pelanggaran Pasal 42 ayat (2):
a. Jika terbukti memalsukan persyaratan administratif yang tercantum pada pasal 6
ayat 4, 5, 6, dan 7 maka diberikan sanksi berupa diskualifikasi pasangan ketua
dan wakil ketua BEM, pasangan ketua dan wakil ketua HMJ/P dan anggota DPM
terpilih serta sanksi berupa penonakifan yang bersangkutan dari ormawa
VOKASI UNESA selama 1 periode kepengurusan.
b. Jika kandidat pasangan ketua dan wakil ketua BEM, pasangan ketua dan wakil
ketua HMJ/P dan anggota DPM didiskualifikasi sebagaimana yang dimaksud
ayat (5) maka kandidat yang memperoleh suara tertinggi berikutnya menjadi
kandidat terpilih.

Pasal 57
(1) Jika dilakukan satu kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran lisan dari
KPUR F/J/P atas rekomendasi dari Panwaslu.
(2) Jika dilakukan dua kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran tertulis dari
Panwaslu melalui KPUR F/J/P.
(3) Jika masih dilakukan untuk kali ketiga, maka perolehan suara kandidat tersebut akan
dikurangi 5% setelah dikeluarkannya surat teguran ke-2 (dua).
(4) Jika masih dilakukan maka kandidat akan didiskualifikasi.

Pasal 58
(1) Jika yang melakukan pelanggaran adalah KPUR F/J/P, maka yang bersangkutan akan
dikeluarkan dari keanggotaan KPUR F/J/P yang diputuskan oleh pihak yang menetapkan
berdasarkan rekomendasi dari Panwaslu dan kemudian digantikan keanggotaannya.
(2) jika yang melakukan pelanggaran adalah PPS, maka yang bersangkutan akan dikeluarkan
dari keanggotaan PPS yang diputuskan oleh KPUR J/P dengan pertimbangan KPUR
F/J/P berdasarkan rekomendasi dari Panwaslu dan kemudian digantikan keanggotaannya.
Pasal 59
(1) Apabila yang melakukan pelanggaran adalah KPUR F/J/P:
a. Jika dilakukan satu kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran lisan
dari panwaslu bersangkutan;
b. Jika dilakukan dua kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran tertulis
dari Panwaslu bersangkutan mengetahui MPM; dan
c. Jika dilakukan tiga kali maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari KPUR
F/J/P yang diputuskan oleh MPM berdasarkan rekomendasi dari Panwaslu yang
bersangkutan dan kemudian digantikan keanggotaannya.
(2) Apabila yang melakukan pelanggaran adalah PPS:
a. Jika dilakukan satu kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran lisan
dari KPUR F/J/P atas rekomendasi dari Panwaslu F/J/P;
b. Jika dilakukan dua kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran tertulis
dari Panwaslu F/J/P melalui KPUR F/J/P; dan
c. Jika dilakukan tiga kali maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari PPS yang
diputuskan oleh KPUR F/J/P Unesa berdasarkan rekomendasi dari PanwasluF/J/P
dan kemudian digantikan keanggotaannya.
Pasal 60
Jika melanggar Pasal 45 maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari tim Panwaslu oleh
MPM dengan pertimbangan BEM U atau HMJ/P dan kemudian digantikan keanggotaannya.

Pasal 61
(1) Jika dilakukan satu kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran lisan dari MPM
dengan pertimbangan BEM F atau HMJ/P;
(2) Jika dilakukan dua kali maka yang bersangkutan akan mendapat teguran tertulis dari
MPM dengan pertimbangan BEM U atau HMJ/P;
(3) Jika dilakukan tiga kali maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari tim Panwaslu
oleh MPM dengan pertimbangan BEM U atau HMJ/P dan kemudian digantikan
keanggotaannya.

Pasal 62
Barang siapa yang mengacaukan dan menghalangi pemira VOKASI UNESA yang
diselenggarakan menurut peraturan pemira VOKASI UNESA akan diselesaikan secara
persuasive oleh KPUR F/J/P dan Panwaslu. Apabila KPUR F/J/P dan panwaslu tidak bisa
menyelesaikan,maka diputuskan oleh Dekan.
BAB XV
PENGUMUMAN HASIL DAN PEMBERITAHUAN
KEPADA CALON TERPILIH
Pasal 63
(1) Pengumuman hasil pemira ketua dan wakil ketua BEM F, DPM terpilih, dan ketua dan
wakil ketua HMJ/P dilakukan oleh KPU F/J/P;
(2) Pengumuman hasil pemira ketua dan wakil ketua BEM F, DPM terpilih, serta ketua dan
wakil ketua HMJ/P sebagaimana yang dimaksud oleh ayat (1), jadwal dan waktunya
ditentukan lebih lanjut oleh KPU F/J/P;
(3) Pemberitahuan kepada calon terpilih ketua dan wakil ketua BEM F, DPM terpilih, dan
ketua dan wakil ketua HMJ/P dilakukan oleh KPU F/J/P;
(4) Pemberitahuan kepada Pemenang Pemira calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) jadwal dan waktunya ditentukan lebih lanjut oleh KPUR F/J/P.

BAB XVI SENGKETA


PEMIRA
Pasal 64
(1) Perselisihan hasil penghitungan suara pemira adalah perselisihan antara KPUR F/J/P dan
peserta pemira mengenai penetapan perolehan suara pemira VOKASI UNESA;
(2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemira sebagaimana yang dimaksud ayat
(1) adalah perselisihan penetapan calon terpilih di tingkat Fakultas dan Jurusan/prodi.

Pasal 65
(1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemira, kandidat dapat
mengajukan permohonanpembatalan hasil penghitungan suara kepada Panwaslu;
(2) Peserta mengajukan permohonan kepada Panwaslu sebagaimana yang dimaksud ayat 1
paling lama (1 x 24 jam) sejak diumumkan penetapan perolehan hasil pemira oleh KPUR
F/J/P dan diselesaikan melalui musyawarah Panwaslu, KPUR F/J/P, DPM, dan BEM
atau HMJ/P. Apabila tidak tercapai penyelesaian, maka penyelesaian perselisihan
diambil alih dan diputus oleh Dekan;
(3) KPUR F/J/P wajib menindaklanjuti sengketa pemira melalui Panwaslu F/J/P;
(4) Pelanggaran yang terjadi selama Pemira dilaporkan kepada Panwaslu F/J/P dengan
disertai bukti fisik dan saksi;
(5) Jika pelanggaran dilakukan oleh Panwaslu F/J/P, maka pelanggaran dilaporkan dan
diselesaikan oleh DPM disertai bukti fisik dan saksi. Apabila tidak tercapai penyelesaian,
maka penyelesaian perselisihan diambil alih dan diputus oleh Dekan;
(6) Pelaporan dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24 jam setelah kejadian;
(7) Setiap laporan yang masuk ke Panwaslu akan masuk berita acara pengawasan.
BAB XVII
Lain-lain
Pasal 66
(1) Apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kegagalan dalam
pelaksanaan Pemira, maka atas persetujuan Dekan, Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua
BEM F, dipilih melalui Musyawarah Mahasiswa Fakultas Luar Biasa (MMF LUB);
(2) Apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan Pemira, maka
atas persetujuan Dekan, Pemilihan Ketua dan Wakil HMJ/P, dipilih melalui Musyawarah
Mahasiswa Jurusan/Prodi Luar Biasa (MMJ/P LUB);
(3) Apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan Pemira, maka
atas persetujuan Dekan, Pemilihan anggota DPM dipilih melalui Musyawarah
Mahasiswa Fakultas Luar Biasa (MMF LUB);
(4) Apabila MMF/MMJ/P LUB mendapat persetujuan Dekan, tetapi tidak berhasil
membentuk kepengurusan, maka Dekan berhak membekukan kepengurusan tahun
berjalan;
(5) Apabila MMF/MMJ/P LUB tidak mendapat persetujuan Dekan, maka Dekan berhak
membekukan kepengurusan tahun berjalan;
(6) Pelaksanaan Musyawarah Mahasiswa Fakultas Luar Biasa (MMF LUB) sesuai dengan
ayat (1) akan diselenggarakan oleh Pengurus DPM, ketua BEM, ketua HMJ/P VOKASI
UNESA Periode sebelumnya atas persetujuan Dekan;
(7) Pelaksanaan Musyawarah Mahasiswa Jurusan/Prodi Luar Biasa (MMJ/P LUB) sesuai
dengan ayat (2) akan diselenggarakan oleh Pengurus HMJ/P VOKASI UNESA Periode
sebelumnya dengan persetujuan Dekan.

BAB XVIII KETENTUAN


PENUTUP
Pasal 67
(1) Dengan berlakunya peraturan ini maka peraturan Nomor 02 tahun 2019 Tentang
Pemilihan Umum Raya Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa dan ketua dan wakil
ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas serta ketua dan wakil ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan atau Program Studi FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI
Universitas Negeri Surabaya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam pelaksanaan pemira ini akan diatur kemudian
dalam peraturan lain oleh BEM F atau HMJ/P selama tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku.
PENJELSAN
ATAS

PERATURAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN


FAKULTAS/PROGRAM/SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG


PEMILIHAN UMUM RAYA

I. UMUM
Pasal 21A ayat (1), pasal 26 ayat (1), dan pasal 36A ayat (1) Undang- Undang Dasar
Republik Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Tahun 2015, Ketua dan Wakil Ketua
BEM-F, Dewan Perwakilan Mahasiswa, serta Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P dipilih
melalui Pemilihan Umum Raya (Pemira). Penyelenggaraan Pemira Ketua dan Wakil
Ketua BEM-F serta Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P dilaksanakan dengan tujuan untuk
memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM-F serta Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P yang
memperoleh dukungan kuat dari mahasiswa sehingga mampu menjalankan fungsi
kekuasaan penyelenggaraan organisasi kemahasiswaan masing-masing wilayah dalam
rangka tercapainya tujuan peningkatan kualitas sumber daya mahasiswa di bidang
softskill Di samping itu, pengaturan terhadap Pemira Ketua dan Wakil Ketua BEM-F
serta Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P dalam Permawa ini jika dimaksudkan untuk
menegaskan sistem kepemimpinan yang kuat dan efektif, di mana Ketua dan Wakil
Ketua BEM-F serta Ketua dan Wakil Ketua HMJ/P terpilih tidak hanya memperoleh
legitimasi yang kuat dari mahasiswa, namun dalam rangka mewujudkan efektivitas
penyelenggaraan organisasi juga diperlukan basis dukungan dari DPM.

Pemilu anggota DPM diselenggarakan dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang


artinya setiap mahasiswa dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan
yang akan menyuarakan aspirasi mahasiswa di tingkatan fakultas dalam Pemira yang
terselenggara secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil merupakan syarat
mutlak untuk mewujudkan wakil mahasiswa yang berkualitas, dapat dipercaya, dan dapat
menjalankan fungsi kelembagaan legislatif secara optimal. Penyelenggaraan Pemira yang
baik dan berkualitas akan meningkatkan derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, dan
keterwakilan yang makin kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Secara prinsipil, Permawa ini dibentuk dengan dasar memperjelas pengaturan Pemira
yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Republik Mahasiswa Universitas Negeri
Surabaya Tahun 2015. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menjawab dinamika politik
terkait pengaturan penyelenggara dan peserta Pemira, sistem pemilihan, manajemen
pemira, dan penegakan hukum di tingkat Fakultas dalam satu Perturan Ormawa, yaitu
Permawa tentang Pemilihan Umum Raya.

Dalam Permawa ini juga diatur mengenai kelembagaan yang melaksanakan_Pemira,


yakni Panwas-F, Panwas J/P, KPUR-F, KPUR J/P, serta PPS. Kedudukan kelima
lembaga tersebut diperkuat dan diperjelas tugas dan fungsinya serta disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan hukum dalam Penyelenggaraan Pemira. Penguatan
kelembagaan dimaksudkan untuk dapat menciptakan Penyelenggaraan pemira yang
lancar, sistematis, dan demokratis. secara umum Permawa iri mengatur mengenai
penyelenggara Pemira, pelaksanaan Pemira, pelanggaran Pemira dan sengketa Pemira,
serta sanksi Pemira.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai