Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN

PANITIA PENGAWASAN PEMILIHAN RAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR 01/PANWASRA/XI/2012
TENTANG
TATA TERTIB PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN RAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN RAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

Menimbang :
1. Bahwa telah dibentuknya panitia pengawas pemilihan raya 2012 Fakultas Ilmu Sosial adan Ilmu Politik Universitas
Indonesia sebagai sarana pengawasan penyelenggara Pemilihan Raya Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia.

2. Bahwa untuk melaksanakan tugas Panitia Pengawas Pemira Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
perlu dibuat Tata Tertib sebagai pedoman pelaksanaan pengawasan oleh Panitia Pengawas Pemilihan Raya Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

3. Bahwa akan berakhirnya masa kepengurusan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia 2012 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
2012.

Mengingat :
1. Pedoman Dasar Kegiatan Kemahasiswaan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bab IX Pasal
68, Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, dan Pasal 73 tentang Suksesi Lembaga Kemahasiswaan.

2. Ketetapan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia Nomor 10/BPM FISIP
UI/IX/2012 tentang Pemilihan Raya Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERATURAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN RAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA TENTANG TATA TERTIB PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN RAYA FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2012

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, selanjutnya disebut sebagai FISIP UI, adalah tempat
dilaksanakannya Pemira.
2. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, selanjutnya disebut BPM,
adalah lembaga yang memiliki wewenang legislatif.
3. Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP UI, selanjutnya disebut BEM, adalaj lembaga yang memiliki wewenang eksekutif
4. Pemilihan Raya, selanjutnya disebut sebagai Pemira, adalah pemilihan anggota umum BPM serta Ketua dan Wakil
Ketua BEM di tingkat FISP UI
5. Panitia Pengawas Pemira, selanjutnya disebut sebagai Panwasra, adalah panitia yang mengawasi Pemira.
6. Komisi Pemilihan Raya, selanjutnya disebut sebagai KPR, adalah komisi yang diangkat oleh BPM melalui
mekanisme uji kelayakan dan kepatutan yang memiliki tugas sebagai penyelenggara Pemira.
7. Badan Kelengkapan Panitia Pengawas Pemira yang selanjutnya disebut Badan Kelengkapan adalah seorang atau
lebih yang bertugas melaksanakan fungsi operasional yang diangkat oleh Panwasra.
8. Mahasiswa FISIP UI, selanjutnya disebut sebagai mahasiswa, adalah mahasiswa S1 reguler, paralel, dan kelas
khusus internasional yang berstatus aktif dan memiliki hak pilih.
9. Masyarakat FISIP UI, selanjutnya disebut sebagai masyarakat, adalah orang selain mahasiswa.

10. Daftar Pemilih Sementara, selanjutnya disebut sebagai DPS adalah daftar nama mahasiswa yang diperoleh dari fakultas
dan memiliki hak pilih dalam Pemira;
11. Daftar Pemilih Tetap, selanjutnya disebut sebagai DPT adalah DPS yang telah melalui proses pemutakhiran data dan
ditetapkan oleh KPR;
12. Bakal Calon adalah yang mendaftar sebagai calon Anggota Umum BPM serta Ketua dan Wakil Ketua BEM, dan belum
disahkan sebagai calon.
13. Calon adalah bakal calon yang lolos verifikasi dan mengikuti rangkaian Pemira.
14. Kampanye adalah setiap kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan memaparkan visi, misi, program,
nomor urut, dan/atau slogan peserta pemira
15. Pelanggaran adalah segala jenis perbuatan yang menyalahi satu atau lebih ketentuan-ketentuan hukum yang ada di
Republik Indonesia yang dilakukan saat berlangsungnya Pemira.
16. Pelanggaran Pemira adalah segala jenis perbuatan yang menyalahi satu atau lebih ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam ketetapan BPM tentang Pemira, tata tertib KPR, dan peraturan Panwasra
17. Pelanggaran Non-Pemira adalah segala jenis perbuatan yang menyalahi satu atau lebih ketentuan-ketentuan yang ada
di luar ketetapan BPM tentang Pemira, tata tertib KPR, dan peraturan Panwasra.
18. Pelanggaran administratif Pemira adalah segala perbuatan yang dilakukan seorang atau lebih dari calon dan/atau tim
kampanye yang menyalahi ketentuan-ketentuan dalam tata tertib KPR.
19. Pelanggaran non-administratif Pemira adalah segala perbuatan yang dilakukan seorang atau lebih dari calon dan/atau
tim kampanye dan/atau KPR yang menyalahi ketentuan-ketentuan dalam ketetapan BPM tentang Pemira dan tata tertib
Panwasra.
20. Laporan adalah pemberitahuan secara lisan dan/atau tulisan yang disampaikan oleh Mahasiswa FISIP UI, Masyarakat
FISIP UI, KPR FISIP UI, Panwasra FISIP UI, dan lembaga kemahasiswaan lainnya yang tercantum dalam Pedoman Dasar
Kegiatan Kemahasiswaan FISIP UI kepada Panwasra FISIP UI tentang dugaan terjadinya pelanggaran Pemira.
21. Pelapor adalah seseorang atas nama dirinya dan/atau lembaga kemahasiswaan yang melaporkan pihak yang terindikasi
melakukan pelanggaran.
22. Terlapor adalah pihak yang disangkakan melakukan pelanggaran.
23. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai pelanggaran.
24. Penyelidik adalah Anggota Panwasra dan/atau Badan Kelengkapan yang melakukan penyelidikan atas pelanggaran
dalam Pemira FISIP UI.
25. Sidang adalah proses peradilan dengan mempertemukan antara pelapor, terlapor dengan saksi.
26. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan dan putusan tentang perkara
pelanggaran yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri, dan ia alami sendiri.
27. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam persidangan yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
perkara pelanggaran yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan
pengetahuannya itu.
28. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pelanggaran guna kepentingan pemeriksaan.
29. Hakim adalah pihak yang memutuskan perkara yang merupakan pelanggaran.
Pasal 2
(1) Peraturan ini disusun dalam rangka mengatur Pengawasan Pemira FISIP UI oleh Panwasra.
(2) Peraturan ini dikeluarkan oleh Panwasra melalui mekanisme pengambilan keputusan melalui rapat pleno.

Pasal 3
(1) Panwasra dibentuk paling lambat 1 (satu) minggu sebelum pemutakhiran data pemilih dan berakhir paling lambat 1
(satu) minggu setelah masa jabatan KPR berakhir.
(2) Anggota Panwasra dipilih melalui mekanisme perekrutan terbuka.
(3) Jika tidak ada yang mengajukan diri untuk menjadi Panwasra melalui mekanisme perekrutan terbuka, maka Panwasra
akan dipilih melalui mekanisme internal BPM.

Pasal 4
Panwasra berkedudukan di FISIP UI.

Pasal 5
(1) Keanggotaan Panwasra terdiri atas kalangan mahasiswa yang mempunyai kemampuan dalam melakukan pengawasan.
(2) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Panwasra bersifat sementara, mandiri, dan otonom.
(3) Keanggotaan Panwasra harus berjumlah ganjil minimal 3 (tiga) dan maksimal 7 (tujuh) orang.
(4) Keanggotaan Panwasra terdiri atas seorang ketua yang merangkap sebagai anggota dan anggota.
(5) Ketua Panwasra dipilih dari dan oleh anggota Panwasra.
(6) Setiap anggota Panwasra mempunyai hak suara yang sama.
(7) Masa keanggotaan Panwasra terhitung sejak disahkan oleh BPM sampai dengan paling lambat 1 (satu) minggu setelah
berakhirnya masa jabatan KPR .
(8) Pengesahan Panwasra sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan berdasarkan Ketetapan BPM.

BAB II
TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban

Pasal 6
Tugas Panwasra dalam tahapan penyelenggaraan Pemira meliputi:

1. Mengawasi proses pemutakhiran dan penetapan data pemilih dari DPS menjadi DPT;
2. Mengawasi penetapan calon Pemira;
3. Mengawasi pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota Umum BPM serta
Ketua dan Wakil Ketua BEM;
4. Mengawasi proses verifikasi;
5. Mengawasi pelaksanaan Kampanye;
6. Mengawasi perlengkapan Pemira;
7. Mengawasi pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemira;
8. Mengawasi pemindahan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara di
tempat yang akan ditentukan;
9. Mengawasi proses penetapan hasil Pemira;
10. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan mengenai Pemira;
11. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPR untuk ditindaklanjuti;
12. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang;
13. Menetapkan standar pengawasan tahapan penyelenggaraan Pemira sebagai pedoman kerja bagi pengawas
Pemira;
14. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi pengenaan sanksi kepada anggota KPR yang terbukti
melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemira yang sedang
berlangsung;
15. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemira; dan
16. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan oleh ketetapan BPM tentang Pemira.

Pasal 7
Dalam pelaksanaan tugasnya, Panwasra berwenang :

1. Menyusun dan menetapkan Tata Tertib Panwasra;


2. Memberikan rekomendasi kepada KPR untuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran administratif yang
dilakukan oleh anggota KPR, calon, dan tim kampanye;
3. Menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang terdapat dalam ketetapan BPM tentang Pemira;
4. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung
unsur tindak pidana.

Pasal 8
Panwasra berkewajiban:

1. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;


2. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan
ketetapan BPM tentang Pemira dan peraturan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemira;
3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada BPM dan KPR sesuai dengan tahapan Pemira secara periodik
dan/atau berdasarkan kebutuhan;
4. Menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada BPM selambat-lambatnya 15 hari setelah KPR menyerahkan
laporan pertanggungjawaban.
5. Melaksanakan kewajiban lain yang tercantum dalam ketetapan BPM tentang Pemira.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 9
(1) Pengawasan dilakukan oleh anggota Panwasra terhadap seorang atau lebih dari KPR dan/atau calon dan/atau Tim
kampanye dalam rangkaian kegiatan Pemira FISIP UI.
(2) Pelaksanaan yang terkait dengan ayat (1) mengenai :

1. Pengangkatan ketua KPR;


2. Penetapan daftar pemilih;
3. Pendaftaran bakal calon;
4. Verifikasi berkas;
5. Penetapan bakal calon menjadi calon;
6. Rapat pembahasan teknis;
7. Masa kampanye;
8. Masa tenang;
9. Pemungutan dan penghitungan suara;
10. Masa gugatan;
11. Penetapan dan pengumuman hasil Pemira
12. Pelantikan anggota Umum BPM serta Ketua dan Wakil Ketua BEM terpilih; dan
13. Laporan pertanggungjawaban KPR

BAB III
RAPAT PLENO

Pasal 10
(1) Rapat Pleno dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 3 (tiga) orang anggota
(2) Rapat Pleno dilakukan untuk menghasilkan keputusan Panwasra.
(3) Rapat dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu.
(4) Dalam rapat pleno Panwasra, masing-masing anggota memiliki 1 (satu) suara.
(5) Rapat Pleno dapat diselenggarakan atas usulan anggota Panwasra.

Pasal 11
(1) Dalam situasi yang penting dan segera untuk diputuskan, Panwasra dapat melakukan Rapat Pleno melalui media
telekomunikasi yang disepakati.
(2) Situasi penting dan segera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keadaan dimana Panwasra harus membuat
suatu keputusan dalam jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam, sedangkan anggota tidak dapat memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)

Pasal 12
Rapat Pleno Panwasra bersifat tertutup dan terbuka tanpa intervensi apabila diperlukan.

Pasal 13
(1) Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Panwasra;
(2) Ketua Panwasra dipilih melalui mekanisme yang demokratis oleh para anggota Panwasra;
(3) Dalam hal Ketua berhalangan hadir untuk kurun waktu tertentu dan tidak dapat menjalankan tugas memimpin rapat
pleno, rapat pleno dipimpin oleh seorang anggota yang disepakati anggota lainnya yang hadir pada saat rapat pleno
tersebut berlangsung.

Pasal 14
(1) Keputusan rapat pleno diambil melalui musyawarah mufakat.
(2) Apabila musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan rapat pleno diambil
melalui pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak.
(3) Apabila kondisi rapat pleno sebagaimana pasal 13 ayat (3) membuat rapat pleno hanya dihadiri oleh 2 orang, maka
keputusan rapat pleno harus diambil melalui musyawarah mufakat

Pasal 15
(1) Rapat pleno didukung oleh seorang sekretaris rapat pleno.
(2) Sekretaris rapat pleno bertugas mencatat dan menyusun notulensi dan berita acara rapat pleno.
(3) Berita acara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berisikan keputusan-keputusan rapat pleno.
(4) Berita acara rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diserahkan kepada Ketua dan anggota untuk
mendapatkan persetujuan.
(5) Berita acara rapat pleno yang telah disetujui oleh Ketua dan anggota yang dibuktikan dengan paraf persetujuan sesuai
dengan tata cara yang disepakati, digandakan untuk diteruskan kembali kepada Ketua dan anggota panwasra, DPM, serta
panitia KPR
(6) Dalam hal rapat pleno dilaksanakan melalui media telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1),
keputusan rapat pleno didokumentasikan dan dialihtuliskan oleh sekretaris rapat pleno yang ditunjuk oleh Ketua.
BAB IV
BADAN KELENGKAPAN

Bagian Kesatu
Perekrutan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 16
(1) Badan Kelengkapan direkrut melalui rekrutmen terbuka dan rekrutmen tertutup
(2) Syarat untuk menjadi Badan Kelengkapan adalah :

1. Sehat jasmani dan psikologis;


2. Terdaftar sebagai mahasiswa;
3. Disetujui oleh setiap anggota Panwasra.

Pasal 17
(1) Badan Kelengkapan diangkat melalui rapat pleno Panwasra.
(2) Pengangkatan Badan Kelengkapan dibuktikan dengan surat keputusan Panwasra.

Pasal 18
(1) Badan Kelengkapan diberhentikan karena hal-hal berikut;

1. Meninggal Dunia
2. Sakit yang menyebabkan orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai Badan
Kelengkapan.
3. Tidak terdaftar lagi sebagai mahasiswa
4. Mengundurkan diri
5. Melanggar ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan Panwasra

(2) Badan Kelengkapan diberhentikan melalui rapat pleno Panwasra


(3) Pemberhentian Badan Kelengkapan dibuktikan dengan surat keputusan Panwasra

Bagian Kedua
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban

Pasal 19
(1) Tugas dan wewenang Badan Kelengkapan adalah:

1. Membantu publikasi terkait Panwasra kepada masyarakat FISIP.


2. Menghadiri satu atau lebih kegiatan dalam rangkaian Pemira untuk tujuan pengawasan yang dibuktikan melalui
surat tugas Panwasra
3. Membantu Panwasra dalam melakukan pengawasan, penyelidikan, dan menjalankan fungsi-fungsi Panwasra.

(2) Kewajiban Badan Kelengkapan adalah:

1. Bertanggung jawab kepada Panwasra.


2. Badan Kelengkapan harus bersikap tidak berpihak dalam melakukan pengawasan.
3. Badan Kelengkapan menyerahkan berita acara pengawasan atas kegiatan pemira yang diawasinya paling lambat 1
x 24 jam kepada Panwasra setelah kegiatan tersebut berakhir.
4. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh Panwasra kepada Badan Kelengkapan terkait Pemira.
5. Badan Kelengkapan ikut menjaga ketertiban selama berlangsungnya Pemira.
BAB V
PELANGGARAN NON ADMINISTRATIF PEMIRA DAN SANKSI

Bagian Kesatu
Pelanggaran KPR

Pasal 20
Pelanggaran yang dilakukan oleh KPR meliputi:
(1) Penetapan daftar pemilih;

1. Memanipulasi data pemilih meliputi penghilangan dan penggelembungan DPS;


2. Tidak mempublikasikan DPS untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari elemen masyarakat minimal selama
3 (tiga) hari;
3. Tidak memutakhirkan DPS berdasarkan masukan dan tanggapan dari elemen masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, maksimal 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan masukan;
4. Memanipulasi data pemilih meliputi penghilangan dan penggelembungan DPT;
5. Tidak menetapkan DPT paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara Pemira.

(2) Verifikasi berkas;

1. Menghilangkan satu atau seluruh berkas bakal calon Anggota Umum BPM dan/atau Ketua dan Wakil Ketua BEM
FISIP UI;
2. Memanipulasi satu atau seluruh berkas bakal calon meliputi pengubahan data bakal calon Anggota Umum BPM
serta Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP UI;
3. Melakukan pengrusakan, penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi terhadap satu atau seluruh berkas
bakal calon Anggota Umum BPM serta Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP UI;

(3) Rapat pembahasan teknis;

1. Dengan sengaja, tidak menginformasikan segala hal yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan Pemira kepada
salah satu calon;
2. Dengan sengaja memberikan informasi yang salah kepada salah satu calon.

(4) Masa kampanye;

1. Mengampanyekan salah satu calon dan/atau menghasut orang lain untuk tidak memilih salah satu calon.
2. Menutupi kecurangan yang dilakukan oleh salah satu calon saat masa kampanye berlangsung;
3. Melakukan diskriminasi dalam hal publikasi dan/atau pembatasan informasi kepada salah satu calon;
4. Melakukan diskriminasi dalam hal publikasi dan/atau pembatasan informasi salah satu calon kepada publik; dan
5. Hal-hal lain yang menurut Panwasra menunjukkan indikasi keberpihakan kepada salah satu calon.

(5) Masa tenang; belum menyediakan perlengkapan pemungutan suara yang mendukung proses pemungutan dan
penghitungan suara Pemira yang terdiri atas:

1. kotak suara;
2. bilik pemungutan suara;
3. segel;
4. alat untuk memberi tanda pilihan;
5. TPS; dan
6. Perlengkapan lain yang menurut Panwasra belum memenuhi syarat untuk mendukung proses pemungutan dan
penghitungan suara.

(6) Pemungutan dan penghitungan suara;

1. Memanipulasi dan/atau menghilangkan surat suara;


2. Memanipulasi berita acara pemungutan suara, penghitungan jumlah surat suara, dan/atau hasil penghitungan
perolehan suara;
3. Memanipulasi sertifikat hasil penghitungan perolehan suara;
4. Mengganggu jalannya pemungutan dan penghitungan suara dalam lingkungan TPS;
5. Tidak menjaga ketenteraman, ketertiban, dan keamanan di setiap TPS;
6. Memalsukan tanda tangan berita acara pemungutan suara, penghitungan jumlah surat suara, hasil penghitungan
perolehan suara, dan/atau sertifikat hasil penghitungan perolehan suara.

Bagian Kedua
Pelanggaran Calon dan Tim Kampanye

Pasal 21
Pelanggaran non-administratif oleh calon dan tim kampanye yang diberlakukan selama Pemira meliputi:
(1) Verifikasi berkas;

1. Laporan pendanaan yang dilakukan berasal dari partai politik tertentu, organisasi underbow partai tertentu,
penyumbang yang tidak benar atau tidak jelas identitasnya, perusahaan rokok, perusahaan minuman keras,
perusahaan alat kontrasepsi, pihak asing, pemerintah RI, Rektorat Universitas Indonesia beserta strukturnya,
dan/atau BEM FISIP UI, BPM FISIP UI, atau Badan Otonom/Badan Semi Otonom Komunitas
2. Memalsukan segala macam berkas verifikasi data.

(2) Masa kampanye;

1. Seorang atau lebih dari calon dan/ atau Tim kampanye menjanjikan dan/ atau memberikan uang dan/atau materi
lainnya dalam rangka membeli dan/atau menyuap hak suara seseorang;
2. Seorang atau lebih dari calon dan/ atau Tim kampanye mengikutsertakan ketua lembaga kemahasiswaan dalam
kegiatan kampanye;
3. Seorang atau lebih dari calon dan/ atau Tim kampanye menggunakan fasilitas dan/atau wewenang yang terkait
dengan lembaga kemahasiswaan untuk tujuan kampanye;
4. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye menggunakan fasilitas dan/atau wewenang yang terkait
dengan dekanat FISIP UI untuk tujuan kampanye tanpa izin tertulis dan berlaku sesuai dengan mekanisme yang
berlaku di FISIP UI;
5. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye mengganggu proses berlangsungnya rangkaian acara
Pemira;
6. Seorang atau lebih dari Calon dan/atau Tim kampanye melakukan dan/atau mengeluarkan materi yang berisikan
hal yang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan; dan/atau memperolok, merendahkan,
melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama;
7. Seorang atau lebih dari Calon dan/atau Tim kampanye melakukan dan/atau mengeluarkan materi kampanye yang
memperolok, merendahkan, dan/atau melecehkan sisi personal dari salah satu pasangan calon dan/atau Tim
kampanye lain;
8. Materi kampanye media menyinggung, melibatkan, dan/atau mendukung partai politik tertentu, organisasi
underbow partai tertentu, penyumbang yang tidak benar atau tidak jelas identitasnya, perusahaan rokok,
perusahaan minuman keras, perusahaan alat kontrasepsi, pihak asing, pemerintah RI, Rektorat Universitas
Indonesia beserta strukturnya, dan/atau BEM FISIP UI, BPM FISIP UI, atau Badan Otonom/Badan Semi Otonom
Komunitas;
9. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye melakukan dan/atau menganjurkan tindakan kekerasan,
pengrusakan, dan/atau vandalisme;
10. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye memasang media kampanye tidak pada tempat dan/atau
waktu yang telah ditentukan;
11. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye membawa dan/atau menggunakan gambar dan/atau
atribut Pasangan calon lain selain dari gambar dan/atau atribut Pasangan calon yang bersangkutan;
12. Seorang atau lebih dari calon dan/ atau Tim kampanye tidak memperhitungkan etika, estetika, kebersihan,
kelestarian tanaman, dan/atau keindahan kampus atau kawasan setempat sesuai dengan peraturan KPR;
13. Pemasangan media kampanye cetak tidak mendapat izin dari pihak terkait serta tidak sesuai dengan peratursn
KPR;
14. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye merusak, menghilangkan, dan/atau menyabotase kertas
suara.

(3) Masa tenang;

1. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye berkampanye dalam media apapun;
2. Media kampanye masih ada saat masa tenang dimulai;
3. Melakukan hal sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (2) poin i dan/atau dengan sengaja menyuruh orang
lain untuk melakukannya.

(4) Pemungutan dan penghitungan suara;

1. Seorang atau lebih dari Tim kampanye dan/ atau calon menghalangi secara lisan maupun tulisan pemilih untuk
memilih saat pemungutan suara;
2. Seorang atau lebih dari Tim kampanye dan/ atau calon mengganggu kenyamanan dengan melakukan secara lisan
maupun tulisan yang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; menonjolkan unsur kekerasan,
cabul, perjudian, dan/atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan/atau antar golongan; dan/atau memperolok,
merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama;
3. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye memanipulasi jumlah suara yang ada di kotak suara.
4. Seorang atau lebih dari Calon dan/ atau Tim kampanye memboikot saat pemungutan dan perhitungan suara.

Bagian Ketiga
Sanksi KPR

Pasal 22
(1) Bagi pelanggaran pertama terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6), selain ayat (1) d dan (6) a, KPR diberikan sanksi teguran secara lisan.
(2) Jika terjadi dua kali pelanggaran oleh KPR terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 20 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), selain ayat (1) d dan (6) a, KPR akan diberikan surat peringatan pertama dan
akan dipublikasikan.
(3) Jika terjadi tiga kali pelanggaran oleh KPR terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 20 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), selain ayat (1) d dan (6) a, KPR akan diberikan surat peringatan kedua dan akan
dipublikasikan.
(4) Jika terjadi empat kali pelanggaran oleh KPR terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 20 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), selain ayat (1) d dan (6) a, dan pelanggaran tersebut sama dengan ketiga
pelanggaran sebelumnya, KPR akan diberi surat peringatan ketiga, diteruskan ke BPM, dan ketua KPR akan dicabut
mandatnya.
(5) Bagi pelanggaran pertama terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 20 ayat (1) huruf d dan ayat (6) huruf
a, akan diteruskan ke BPM dan ketua KPR akan dicabut mandatnya.

Bagian Keempat
Sanksi Calon dan Tim Kampanye

Pasal 23
(1) Bagi pelanggaran pertama terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 21 ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) huruf a dan huruf b, calon dan tim kampanye akan diberikan surat peringatan dan akan dipublikasikan.
(2) Jika terjadi dua kali pelanggaran oleh calon dan tim kampanye terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 21
ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b, maka calon dan tim kampanye akan dikenakan denda
sejumlah Rp 150.000,- dan dipublikasikan.
(3) Jika terjadi tiga kali pelanggaran oleh calon dan tim kampanye terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 21
ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b, maka calon dan tim kampanye akan didiskualifikasi
dari Pemira.
(4) Bagi pelanggaran pertama terhadap larangan yang tertuang dalam Bab V pasal 21 ayat (4) huruf c dan huruf d, calon
dan tim kampanye akan didiskualifikasi dari Pemira.
(5) Jika dalam masa Pemira calon Anggota Umum BPM serta Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP UI terbukti menerima dana
kampanye dari partai politik dan/atau organisasi underbow partai tertentu, seperti yang tertuang dalam Bab V pasal 21 ayat
(1) huruf a, calon dan tim kampanye akan didiskualifikasi dari Pemira.

Bagian Kelima
Mekanisme Pemberian Sanksi

Pasal 24
(1) Sanksi diberikan dalam sidang putusan Panwasra.
(2) Sanksi yang sebagaimana disebutkan dalam pasal 23 ayat 2 wajib dipenuhi calon dan Tim Kampanye dalam waktu
selambat-lambatnya 1x24 jam terhitung sejak sanksi diberikan.
(3) Apabila Calon dan Tim Kampanye tidak memenuhi pasal 24 ayat 2, Panwasra akan mempublikasikan kejadian tersebut
kepada mahasiswa dan masyarakat.
(4) Pembatalan sanksi dilakukan jika hasil Peninjauan Kembali membuktikan pihak yang diberikan sanksi tidak melakukan
pelanggaran administratif dan/atau non-Administratif Pemira.

BAB VI
TATA CARA PELAPORAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN

Bagian Kesatu
Pelapor, Laporan dan Terlapor

Pasal 25
(1) Pelapor adalah seseorang atas nama dirinya dan/atau lembaga kemahasiswaan yang melaporkan pihak yang
disangkakan melakukan pelanggaran .
(2) Pelapor memberikan laporan pelanggaran disertai dengan bukti yang langsung diberikan kepada anggota Panwasra.
(3) Laporan yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memuat :

1. Nama lengkap, alamat, nomor telepon, jurusan, angkatan Pelapor;


2. Waktu dan tempat kejadian perkara;
3. Nama lengkap, alamat, nomor telepon, jurusan, angkatan Pelanggar;
4. Uraian kejadian-kejadian secara jelas dan padat;
5. Melampirkan alat bukti (untuk bukti yang berupa saksi : Nama lengkap, alamat, nomor telepon, jurusan, angkatan
saksi-saksi).
Pasal 26
(1) Laporan disampaikan kepada Panwasra paling lambat 5 (lima) hari sejak terjadinya dan/atau ditemukannya
pelanggaran.
(2) Laporan dapat disampaikan kepada anggota Panwasra melalui:

1. Narahubung yang tertera di media publikasi Panwasra;


2. Secara langsung kepada anggota Panwasra.

(3) Jika pelaporan sebagaimana ditentukan di ayat (2) tidak dapat dilakukan, maka pelapor dapat menyampaikan
laporannya ke sekretariat BPM di gedung Yong Ma lantai 2 FISIP UI.
(4) Panwasra memberikan tanda terima atas laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(5) Jika tanda terima sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak diberikan maka pelapor harus meminta tanda terima tersebut
paling lambat 1 X 24 jam setelah melaporkan laporannya
(6) Panwasra mengkaji setiap laporan yang diterima dan memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti
paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima.
(7) Panwasra dapat memanggil pihak pelapor, saksi-saksi, dan/atau terlapor maupun pihak terkait lainnya untuk
memberikan klarifikasi atas laporan yang diterima selama masa pengkajian.

Bagian Kedua
Bukti dan Saksi

Pasal 27
(1) Bukti diserahkan oleh pelapor kepada anggota Panwasra secara langsung dan merujuk kepada terlapor.
(2) Bukti-bukti yang diberikan dan dilaporkan kepada anggota Panwasra harus memenuhi jenis-jenis bukti yang telah
ditetapkan oleh Panwasra.
(3) Bukti yang diberikan dan dilaporkan kepada Panwasra minimal terdapat 1 (satu) jenis bukti yang menguatkan tuduhan.
(4) Jenis bukti yang dimaksud ayat (2) adalah :

1. Surat atau tulisan;


2. Keterangan saksi;
3. Keterangan ahli; dan/atau
4. Segala bukti lain berupa informasi dan/atau media yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan.

Pasal 28
(1) Saksi adalah mahasiswa dan/atau Masyarakat FISIP UI.
(2) Saksi yang memberikan keterangan haruslah:

1. Dapat dipertanggungjawabkan kesaksiannya;


2. Berakal sehat;
3. Menghadap dipersidangan;
4. Mengangkat sumpah dipersidangan; dan
5. Tidak dalam kondisi tertekan atau sakit yang menyebabkan saksi tidak dapat hadir di persidangan.
Bagian Ketiga
Penyelidikan dan Sidang

Pasal 29
(1) Penyelidik adalah Anggota Panwasra dan/atau Badan Kelengkapan.
(2) Penyelidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) berwenang :

1. Menerima laporan dari pelapor tentang adanya Pelanggaran;


2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Memanggil pihak-pihak terkait;
4. Memanggil saksi ahli untuk memberikan keterangan.

Pasal 30
Masa penyelidikan Panwasra sesuai dengan masa kerja Panwasra yang dimulai sejak disahkan oleh BPM sampai dengan 7
(tujuh) hari setelah berakhirnya masa kerja KPR,
(1) Penyelidikan dimulai selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah adanya laporan yang disertai dengan bukti;
(2) Rentang waktu penyelidikan selambat-lambatnya adalah 5 (lima) hari;

Pasal 31
Penyelidik membuat berita acara tentang Pelanggaran Pemira setelah hasil Penyelidikan.

Pasal 32
(1) Sidang harus dihadiri oleh minimal 3 (tiga) anggota Panwasra dan berjumlah ganjil, serta dihadiri oleh terlapor
(2) Sidang dipimpin oleh hakim yang merupakan anggota panwasra
(3) Sidang bersifat terbuka
(4) Hakim berwenang untuk memberikan putusan dari hasil proses peradilan
(5) Sidang dilakukan untuk menyampaikan putusan.
(6) Sidang berlangsung dengan pembacaan laporan yang berisikan sangkaan pelanggaran terhadap terlapor diikuti alat
bukti serta pembacaan pembelaan dari terlapor dan/atau perwakilan terlapor.

Bagian Keempat
Putusan

Pasal 33
(1) Putusan sidang dapat berupa:

1. Putusan Pelanggaran;
2. Pemberian Sanksi atas pelanggaran administratif dan/atau non-administratif pemira;
3. Rekomendasi atas Sanksi admisitratif pemira.

(2) Putusan Pelanggaran yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat berupa:

1. Pelanggaran non-pemira.
2. Pelanggaran pemira.

(3) Pelanggaran pemira yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b dapat berupa:

1. Pelanggaran administratif pemira;


2. Pelanggaran non-administratif pemira.

(4) Pelanggaran non-pemira berada di luar tanggung jawab Panwasra.


(5) Pelanggaran administratif pemira dapat diselesaikan oleh Panwasra atau diteruskan kepada KPR.
(6) Pelanggaran non-administratif pemira diselesaikan oleh Panwasra.
(7) Putusan ditetapkan dengan persetujuan seluruh anggota Panwasra.
(8) Putusan akan diinformasikan kepada Masyarakat.
(9) Putusan akan dipublikasikan lewat berbagai media yang dapat digunakan.

Bagian Kelima
Peninjauan kembali

Pasal 34
(1) Dalam hal peninjauan kembali terhadap putusan Panwasra, pihak yang terkait harus mengajukan bukti baru, minimal 1
(satu) sebagaimana pasal 27 ayat (4)
(2) Waktu pengajuan peninjauan kembali maksimal 2 X 24 jam dari hari diputuskannya hasil sidang
(3) Putusan dari peninjauan kembali tidak dapat diganggu gugat.

BAB VII
Sengketa

Pasal 35
(1) Sengketa mengenai hasil penghitungan Pemira akan diselesaikan oleh BPM.
(2) Sengketa harus diajukan oleh calon dengan menyertakan bukti-bukti mengenai kecurangan dan/atau pelanggaran
yang terjadi.
(3) Pengajuan sengketa tersebut harus diberikan terlebih dahulu pada Panwasra dan kemudian akan diteruskan kepada
BPM.
(4) Mekanisme pengajuan sengketa diatur lebih lanjut dalam ketetapan BPM

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 34
Apabila terdapat kekeliruan dalam peraturan ini, Panwasra akan melakukan perbaikan dengan semestinya berdasarkan
Pedoman Dasar Kegiatan Kemahasiswaan FISIP UI dan ketetapan BPM.

BAB IX
Penutup

Pasal 35
(1) Dengan diberlakukannya ketentuan ini maka peraturan yang mengatur tentang tata tertib Panwasra atau yang serupa
dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Hal-hal yang belum diatur didalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan lain.
(3) Apabila ada ketentuan-ketentuan yang belum diatur dalam peraturan Panwasra ini akan diatur kemudian melalui
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
(4) Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Depok
Pada hari, tanggal : Senin, 5 November 2012
Pukul : 15.40 WIB
PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN RAYA 2012
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

Ketua Umum

Sya’bani Setyawan
Anggota I

Tubagus R. Ramadhan

Anggota II

Muhammad Ridha Intifadha

Anda mungkin juga menyukai