Anda di halaman 1dari 35

PERATURAN MAHASISWA

UNIVERSITAS MATARAM
NOMOR 01 TAHUN 2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MAHASISWA
UNIVERSITAS MATARAM
NOMOR 003 TAHUN 2022 TENTANG PEMILIHAN UMUM RAYA

MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Menimbang:
a. Bahwa masa bakti kepengurusan setiap organisasi kemahasiswaan yang
berkedudukan di Universitas Mataram adalah 1 (satu) tahun;
b. Bahwa masa bakti kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Perwakilan
Mahasiswa Universitas Mataram tahun 2023 akan segera berakhir;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
perlu menetapkan perubahan atas Peraturan Mahasiswa Universitas Mataram Nomor
007 tentang Pemilihan Umum Raya Mahasiswa;

Mengingat:
1. Peraturan Rektor Universitas Mataram Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman
Organisasi Kemahasiswaan;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
UNIVERSITAS MATARAM

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
PERATURAN MAHASISWA UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 001 TAHUN
2023 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MAHASISWA UNIVERSITAS
MATARAM NOMOR 003 TAHUN 2022 TENTANG PEMILIHAN UMUM RAYA
MAHASISWA
BUKU KESATU
KETENTUAN UMUM

BAB I
PENGERTIAN ISTILAH

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Universitas adalah Universitas Mataram.
2. Rektor adalah Rektor Universitas Mataram.
3. Wakil Rektor III yang selanjutnya disebut WR III adalah Wakil Rektor III Universitas
Mataram.
4. Badan Eksekutif Mahasiswa yang selanjutnya disingkat BEM adalah Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas Mataram.
5. Dewan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disingkat DPM adalah Dewan
Perwakilan Mahasiswa Universitas Mataram.
6. Unit Kegiatan Universitas yang selanjutnya disingkat UKM adalah Unit Kegiatan
Mahasiswa yang berkedudukan di Universitas Mataram.
7. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas yang selanjutnya disingkat BEM F adalah
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas di tingkat Fakultas Universitas Mataram.
8. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas yang selanjutnya disingkat DPM F adalah
Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas di tingkat Fakultas Universitas Mataram.
9. Himpunan Mahasiswa Jurusan/Diploma/Program Studi yang selanjutnya disingkat
HMJ/HMD/HMPS adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan/Diploma/Program Studi
yang berkedudukan di setiap Fakultas Universitas Mataram.
10. Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas yang selanjutnya disingkat UKMF adalah Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas di tingkat Fakultas Universitas Mataram.
11. Pemilihan Umum Raya Mahasiswa yang selanjutnya disebut PEMIRA adalah sarana
kedaulatan mahasiswa untuk memilih ketua dan sekretaris BEM dan serta anggota
DPM, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam wilayah Universitas Mataram.
12. Penyelenggaraan PEMIRA adalah pelaksanaan tahapan PEMIRA oleh penyelenggara
PEMIRA.
13. Penyelenggara PEMIRA adalah lembaga yang menyelenggarakan PEMIRA yang
terdiri dari Komisi Pemilihan Umum Raya Mahasiswa dan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Raya Mahasiswa sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan
PEMIRA untuk memilih Ketua dan Sekretaris BEM dan serta anggota DPM secara
langsung oleh mahasiswa.
14. Komisi Pemilihan Umum Raya Mahasiswa yang selanjutnya disingkat KPRM adalah
lembaga penyelenggara PEMIRA yang bersifat mandiri dan sementara dalam
melaksanakan PEMIRA yang dibentuk oleh DPM dan dikukuhkan melalui Surat
Keputusan Rektor.
15. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat KPPS adalah
kelompok yang dibentuk oleh KPRM dan diberikan mandat untuk melaksanakan
pemungutan serta perhitungan suara di tempat pemungutan suara.
16. Badan Pengawas Pemilihan Umum Raya Mahasiswa yang selanjutnya disebut
BAWASRA adalah lembaga penyelenggara PEMIRA yang bersifat mandiri dan
sementara dalam mengawasi penyelenggaraan PEMIRA yang dibentuk oleh DPM dan
dikukuhkan melalui Surat Keputusan Rektor.
17. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut Pengawas TPS adalah
petugas yang dibentuk oleh BAWASRA untuk mengawasi tempat pemungutan suara.
18. Daerah Pilihan yang selanjutnya disingkat DAPIL adalah lokasi pemilihan yang
bertempat pada setiap Fakultas.
19. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
20. Peserta PEMIRA adalah Calon yang mendaftar secara mandiri maupun yang
diusulkan oleh UKM untuk PEMIRA anggota DPM serta Pasangan Calon yang
mendaftar secara mandiri maupun yang diusulkan oleh UKM atau gabungan dari
UKM untuk PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM.
21. Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM adalah Peserta PEMIRA yang mendaftar
secara mandiri maupun yang diusulkan oleh UKM atau gabungan dari UKM yang
telah memenuhi persyaratan.
22. Calon anggota DPM adalah Peserta PEMIRA yang mendaftar secara mandiri maupun
yang diusulkan oleh UKM yang telah memenuhi persyaratan.
23. Pemilih adalah mahasiswa Universitas Mataram yang terdaftar pada tahun akademik
berjalan pada saat penyelenggaraan PEMIRA.
24. Kampanye PEMIRA adalah setiap kegiatan Peserta PEMIRA atau pihak lain yang
ditunjuk Peserta PEMIRA untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi,
program dan/atau citra diri Peserta PEMIRA.

BAB II
ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN

Pasal 2
PEMIRA dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pasal 3
1. Dalam menyelenggarakan PEMIRA, penyelenggara PEMIRA harus
menyelenggarakan PEMIRA berdasarkan pada asas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 dan penyelenggaraannya harus memenuhi prinsip mandiri:
a. jujur;
b. adil;
c. berkepastian hukum;
d. tertib;
e. terbuka;
f. proporsional;
g. akuntabel;
h. efektif; dan
i. efisien.
2. Yang dimaksud pada pasal 1 adalah:
a. jujur adalah sebuah sifat yang membutuhkan kesesuaian sikap antara perkataan
yang diucapkan dan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
b. adil secara terminologi bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi dan
ketidakjujuran.
c. berkepastian hukum adalah asa yang menyatakan bahwa hukum harus jelas bagi
subjek-subjeknya supaya mereka bisa menyesuaikan perbuatan mereka dengan
aturan yang ada serta agar negara tidak sewenang-wenang dalam menjalankan
kekuasaan.
d. tertib adalah tertata dan terlaksana dengan rapi atau menurut aturan yang telah
ditentukan. Tertib merupakan aturan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan
teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung
jawab tanpa paksaan dari siapapun.
e. terbuka adalah tidak terbatas pada orang tertentu saja atau tidak dirahasiakan.
f. proporsional adalah keseimbangan.
g. akuntabel adalah sesuatu hal yang dapat dipertanggungjawabkan.
h. efektif berarti menimbulkan akibat, manjur, berhasil dan berlaku. Dari kata
tersebut efektif bisa dibilang sebagai suatu akibat yang mengarah positif dan
berhasil.
i. efisien adalah melakukan pekerjaan dengan tepat dan mampu menjalankan tugas
dengan cermat, dan berdaya guna atau kata lain usaha yang mengharuskan
penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat, dan memuaskan.

Pasal 4
Pengaturan penyelenggaraan PEMIRA bertujuan untuk:
a. memperkuat sistem pemerintahan organisasi mahasiswa yang demokratis;
b. mewujudkan PEMIRA yang adil dan berintegritas;
c. menjamin konsistensi pengaturan sistem PEMIRA;
d. memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan PEMIRA;
dan
e. mewujudkan PEMIRA yang efekif dan efisien.

Pasal 5
Mekanisme

1. Pemilihan Ketua dan Sekretaris BEM Universitas dan Ketua dan Sekretaris BEM
Fakultas dilakukan secara langsung.

2. Pemilihan calon anggota DPM Universitas dan calon anggota DPM Fakultas
dilakukan secara langsung.

BUKU KEDUA
PENYELENGGARA PEMIRA
BAB I
KPRM UNRAM

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
KPRM UNRAM
Bagian Kedua
Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan

Pasal 7
(1) KPRM UNRAM berkedudukan di UNRAM.
(2) Wilayah kerja KPRM UNRAM meliputi seluruh wilayah UNRAM.
(3) Dalam menyelenggarakan PEMIRA, KPRM UNRAM bebas dari pengaruh pihak
manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Pasal 8
(1) Susunan KPRM UNRAM terdiri dari ketua dan anggota.
(2) Jumlah anggota KPRM ditentukan oleh DPM didasarkan pada jumlah mahasiswa dan
luas wilayah UNRAM.
(3) Setiap anggota KPRM mempunyai hak suara yang sama.
(4) Masa jabatan anggota KPRM adalah selama proses Penyelenggaraan PEMIRA paling
lama 31 Desember setelahnya dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa
jabatan pada Penyelenggaraan PEMIRA di tahun berikutnya.

Pasal 9
Ketua KPRM mempunyai tugas:
(1) Memimpin rapat pleno dan setiap kegiatan KPRM;
(2) Bertindak untuk dan atas nama KPRM;
(3) Memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan KPRM; dan
(4) Menandatangani seluruh peraturan dan keputusan KPRM berdasarkan kesepakatan
bersama.

Bagian Ketiga
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban

Pasal 10
KPRM bertugas:
a. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal;
b. menyusun tata kerja KPRM
c. menyusun peraturan KPRM untuk melaksanaan tahapan-tahapan PEMIRA;
d. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengendalikan, dan memantau semua
tahapan PEMIRA;
e. menyusun, menetapkan, dan mengumumkan daftar pemilih tetap pada masing-masing
TPS;
f. membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara serta wajib
menyerahkannya kepada saksi Peserta PEMIRA dan BAWASRA;
g. mengumumkan Calon Anggota DPM dan Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
serta membuat berita acaranya;
h. menindaklanjuti dengan segera putusan BAWASRA atas temuan atau laporan adanya
dugaan pelanggaran atau sengketa proses PEMIRA;
i. mensosialisasikan penyelenggaraan PEMIRA dan/atau yang berkaitan dengan tugas
dan wewenang KPRM kepada mahasiswa UNRAM;
j. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan PEMIRA;
dan
k. melaksanakan tugas lain dalam Penyelenggaraan PEMIRA sesuai dengan ketentuan
peraturan dan/atau keputusan yang berlaku.

Pasal 11
KPRM berwenang:
a. menetapkan tata kerja KPRM
b. menetapkan peraturan KPRM untuk melaksanakan tahapan-tahapan PEMIRA;
c. menyusun, menetapkan, dan mengumumkan daftar pemilih tetap di setiap TPS;
d. menetapkan peserta PEMIRA;
e. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara;
f. menerbitkan keputusan KPRM untuk mengesahkan hasil PEMIRA dan
mengumumkannya;
g. menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan;
h. melaksanakan wewenang lain dalam Penyelenggaraan PEMIRA sesuai dengan
ketentuan peraturan dan/atau keputusan yang berlaku.

Pasal 12
KPRM berkewajiban:
a. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan PEMIRA
b. melakukan koordinasi secara aktif sesama KPRM baik di tingkat Universitas maupun
di tingkat Fakultas;
c. memperlakukan Peserta PEMIRA secara adil dan setara;
d. menyampaikan semua informasi Penyelenggaraan PEMIRA kepada mahasiswa
UNRAM;
e. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran kepada DPM;
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen PEMIRA serta menyerahkannya
kepada DPM setelah proses Penyelenggaraan PEMIRA selesai;
g. melaksanakan putusan BAWASRA mengenai sanksi atas pelanggaraan administratif
dan sengketa proses PEMIRA;
h. melakukan pemutakhiran dan memelihara daftar pemilih tetap dengan memperhatikan
data mahasiswa aktif pada Sub-bagian Akademik di setiap Fakultas UNRAM;
i. menyediakan data hasil PEMIRA kepada mahasiswa UNRAM; dan
j. melaksanakan kewajiban lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan dan/atau
keputusan yang berlaku.

Bagian Keempat
Persyaratan

Pasal 13
Syarat untuk menjadi ketua KPRM adalah:
a. mahasiswa aktif UNRAM;
b. minimal semester 5 dan maksimal semester 7;
c. bukan merupakan atau bersedia mengundurkan diri dari jabatan Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Menteri, dan Kepala/Koordinator Departemen/Bidang/Divisi/Badan
/Komisi BEM, DPM, UKM, HMJ, HMD, HMPS, dan UKMF;
d. bukan merupakan atau bersedia mengundurkan diri sebagai anggota BEM dan DPM;
e. tidak berniat mencalonkan diri sebagai Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
dan serta anggota DPM;
f. mampu bersikap netral;
g. mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi dalam menyelenggarakan PEMIRA.;
h. menyerahkan pas foto formal berwarna latar belakang merah dengan ukuran 3x4
dengan mengenakan jas almamater; dan
i. tidak terikat atau tidak menjadi anggota partai politik.

Pasal 14
Syarat untuk menjadi anggota KPRM adalah:
a. mahasiswa aktif UNRAM;
b. minimal semester 3 dan maksimal semester 7;
c. bukan merupakan atau bersedia mengundurkan diri dari jabatan Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Menteri, dan Kepala/Koordinator Departemen/Bidang/Divisi/Badan
/Komisi BEM, DPM, UKM, HMJ, HMD, HMPS dan UKMF;
d. bukan merupakan atau bersedia mengundurkan diri sebagai anggota BEM dan DPM;
e. tidak berniat mencalonkan diri sebagai Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
dan serta anggota DPM;
f. mampu bersikap netral;
g. mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi dalam menyelenggarakan PEMIRA;
h. menyerahkan pas foto formal berwarna latar belakang merah dengan ukuran 3x4
dengan mengenakan jas almamater; dan
i. tidak terikat atau tidak menjadi anggota partai politik.

Bagian Kelima
Pembentukan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Pasal 15
(1) KPRM dibentuk setiap 1 (satu) tahun sekali.
(2) Pembentukan KPRM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh DPM.
(3) Setelah membentuk KPRM, DPM mengajukan permohonan penerbitan Surat
Keputusan kepada Rektor untuk mengukuhkan KPRM sebagai Penyelenggara
PEMIRA.
(4) KPRM diangkat dan diberhentikan melalui Surat Keputusan Rektor.

Bagian Keenam
Mekanisme Pengambilan
Keputusan
Pasal 16
Pengambilan keputusan KPRM dilakukan dalam rapat pleno.

Pasal 17
(1) Jenis rapat pleno KPRM terdiri atas:
a. rapat pleno terbuka; dan
b. rapat pleno tertutup.
(2) Rekapitulasi penghitungan suara dan penetapan hasil PEMIRA dilakukan oleh KPRM
dalam rapat pleno terbuka.

Pasal 18
(1) Rapat pleno KPRM sah jika dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota KPRM yang dibuktikan dengan daftar hadir.
(2) Keputusan rapat pleno KPRM sah jika disetujui oleh lebih dari 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota yang hadir.

Bagian Ketujuh
Peraturan dan Keputusan KPRM

Pasal 19
(1) Untuk menyelenggarakan PEMIRA sebagaimana diatur dalam peraturan ini, KPRM
membentuk Peraturan KPRM dan menetapkan keputusan KPRM.
(2) Peraturan KPRM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelaksanaan
peraturan ini.
(3) Dalam hal KPRM membentuk Peraturan KPRM yang berkaitan dengan tahapan
pelaksanaan Pemira, KPRM wajib berkonsultasi dengan DPM melalui rapat dengar
pendapat.

Bagian Kedelapan
Pertanggungjawaban dan
Pelaporan

Pasal 20
(1) Dalam menjalankan tugasnya, KPRM melaporkan kepada DPM mengenai
pelaksanaan tahapan PEMIRA secara periodik dalam setiap tahapan Penyelenggaraan
PEMIRA sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
(2) Setelah menjalankan tugasnya KPRM wajib membuat laporan pertanggungjawaban
dan profil kegiatan kemudian menyerahkannya kepada DPM sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.

BAB II
KPRM Fakultas

Pasal 21
KPRM Fakultas

Pasal 22
Kedudukan
(1) KPRM Fakultas berkedudukan di Fakultas.
(2) Wilayah kerja KPRM Fakultas meliputi wilayah di setiap Fakultas.
(3) Dalam menyelenggarakan PEMIRA, KPRM Fakultas bebas dari pengaruh
pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Pasal 23
Segala bentuk yang tidak diatur dalam peraturan ini, disesuaikan pada tingkat fakultas
masing-masing.

BAB III
PENGAWAS PEMIRA UNRAM

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 24
(1) Pengawasan Penyelenggaraan PEMIRA UNRAM dilakukan oleh
BAWASRA UNRAM.

Bagian Kedua
Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan

Pasal 25
(1) BAWASRA UNRAM berkedudukan di UNRAM.
(2) Wilayah kerja BAWASRA meliputi seluruh wilayah UNRAM.
(3) Dalam mengawasi Penyelenggaraan PEMIRA, BAWASRA UNRAM bebas dari
pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.

Pasal 26
(1) Susunan BAWASRA terdiri dari ketua dan anggota.
(2) Jumlah anggota BAWASRA ditentukan oleh DPM didasarkan pada jumlah
mahasiswa dan luas wilayah pengawasan.
(3) Setiap anggota Bawasra mempunyai hak suara yang sama.
(4) Masa jabatan anggota BAWASRA adalah selama proses Penyelenggaran PEMIRA
sampai dengan 31 Desember setelahnya dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu)
kali masa jabatan pada Penyelenggaran Pemira di tahun berikutnya.

Pasal 27
Ketua BAWASRA mempunyai tugas:
(1) Memimpin rapat pleno dan setiap kegiatan BAWASRA;
(2) Bertindak untuk dan atas nama BAWASRA;
(3) Memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan BAWASRA; dan
(4) Menandatangani seluruh peraturan dan keputusan BAWASRA berdasarkan keputusan
bersama.
Bagian Ketiga
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban

Pasal 28
BAWASRA bertugas:
a. menyusun standar tata laksana pelaksanaan pengawasan BAWASRA;
b. melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:
1. pelanggaran PEMIRA; dan
2. sengketa proses PEMIRA;
c. mengawasi persiapan Penyelenggaraan PEMIRA, yang terdiri atas:
1. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan PEMIRA;
2. perencanaan pengadaan logistik oleh KPRM;
3. sosialisasi Penyelenggaraan PEMIRA; dan
4. pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan PEMIRA sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
d. mengawasi persiapan Penyelenggaraan PEMIRA, yang terdiri atas:
1. penetapan daftar pemilih tetap;
2. pencalonan sampai dengan penetapan Peserta PEMIRA;
3. pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
4. pengadaan logistik PEMIRA dan pendistribusiannya;
5. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil PEMIRA di TPS;
6. pergerakan suara masuk, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari KPPS ke KPRM;
7. rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPRM; dan
8. penetapan hasil PEMIRA;
e. menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggaraan PEMIRA kepada
DPM;
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen pengawasan PEMIRA serta
menyerahkannya kepada DPM setelah proses Penyelenggaran PEMIRA selesai;
g. mengevaluasi pengawasan PEMIRA;
h. mengawasi pelaksanaan Peraturan KPRM; dan
i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Pasal 29
(1) Dalam melakukan pencegahan pelanggaran PEMIRA dan pencegahan sengketa
proses PEMIRA sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf b, BAWASRA
bertugas:
a. mengidentifikasi dan memetakan potensi kerawanan serta pelanggaraan
PEMIRA;
b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan mengevaluasi
Penyelenggaraan PEMIRA;
c. berkoordinasi dengan pihak terkait; dan
d. meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pengawasan PEMIRA.
(2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran PEMIRA sebagaimana dimaksud dalam
pasal 25 huruf b, BAWASRA bertugas:
a. menerima, memeriksa, dan mengkaji dugaan pelanggaraan PEMIRA;
b. menginvestigasi dugaan pelanggaraan PEMIRA;
c. menentukaan dugaan pelanggaraan administrasi Pemira dan/atau pelanggaraan
kode etik Penyelenggaran PEMIRA; dan
d. memutus pelanggaraan administrasi PEMIRA.
(3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemira sebagaimana dimaksud dalam
pasal 25 huruf b, BAWASRA bertugas:
a. menerima permohonan penyelesaian sengketa proses PEMIRA;
b. memverifikasi permohonan penyelesaian sengketa proses PEMIRA;
c. melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa; dan
d. memutus penyelesaian sengketa proses PEMIRA.

Pasal 30
BAWASRA berwenang:
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan yang mengatur tentang PEMIRA;
b. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi PEMIRA;
c. menerima, memeriksa, memediasi, dan memutus penyelesaian sengketa PEMIRA;
d. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka
pencegahan dan penindakan pelanggaraan administrasi, pelanggaraan kode etik, dan
sengketa proses PEMIRA;
e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Pasal 31
BAWASRA berkewajiban:
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang;
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas
PEMIRA;
c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada DPM;
d. mengawasi pemutakhiran dan penetapan daftar pemilih tetap dengan memperhatikan
data mahasiswa aktif pada Sub-bagian Akademik di setiap Fakultas; dan
e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Bagian Keempat
Persyaratan

Pasal 32
1. Syarat untuk menjadi Ketua BAWASRA adalah sama dengan syarat untuk menjadi
Ketua KPRM sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf a hingga huruf g.
2. Syarat untuk menjadi anggota BAWASRA adalah sama dengan syarat untuk menjadi
anggota KPRM sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a hingga huruf g.

Bagian Kelima
Pembentukan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Pasal 33
Mekanisme pembentukan, pengangkatan, dan pemberhentian BAWASRA adalah sama
dengan mekanisme pembentukan, pengangkatan, dan pemberhentian KPRM sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) hingga ayat (4).

Bagian Keenam
Mekanisme Pengambilan Keputusan

Pasal 34
Pengambilan keputusan BAWASRA dilakukan dalam rapat pleno.

Pasal 35
(1) Jenis rapat pleno BAWASRA terdiri atas:
a. rapat pleno terbuka; dan
b. rapat pleno tertutup.

Pasal 36
(1) Rapat Pleno BAWASRA sah jika dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota BAWASRA yang dibuktikan dengan daftar hadir.
(2) Keputusan rapat pleno BAWASRA sah jika disetujui oleh lebih dari 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota yang hadir.

Bagian Ketujuh
Peraturan dan Keputusan BAWASRA

Pasal 37
(1) Untuk melaksanakan pengawasan PEMIRA sebagaimana diatur dalam peraturan ini,
BAWASRA membentuk Peraturan BAWASRA dan menetapkan keputusan
BAWASRA.
(2) Peraturan BAWASRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelaksanaan
peraturan ini.
(3) Dalam hal BAWASRA membentuk Peraturan BAWASRA terkait, BAWASRA wajib
berkonsultasi dengan DPM melalui rapat dengar pendapat.

Bagian Kedelapan
Pertanggungjawaban dan
Pelaporan

Pasal 38
(1) Dalam menjalankan tugasnya, BAWASRA melaporkan kepada DPM mengenai
pelaksanaan pengawasan seluruh tahapan PEMIRA secara periodik dalam setiap
tahapan Penyelenggaraan Pemira sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
(2) Setelah menjalankan tugasnya BAWASRA wajib membuat laporan
pertanggungjawaban dan profil kegiatan kemudian menyerahkannya kepada DPM
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

BAB IV
PENGAWAS PEMIRA FAKULTAS

Pasal 39
Umum
(1) Pengawasan Penyelenggaraan PEMIRA Fakultas dilakukan oleh
BAWASRA Fakultas.
(2) BAWASRA Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. BAWASRA
Pasal 40
Kedudukan
(1) BAWASRA Fakultas berkedudukan di Fakultas.
(2) Wilayah kerja BAWASRA Fakultas meliputi seluruh wilayah di setiap Fakultas
masing-masing.
(3) Dalam mengawasi Penyelenggaraan PEMIRA, BAWASRA Fakultas bebas dari
pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.

Pasal 41
Segala bentuk yang tidak diatur dalam peraturan ini, disesuaikan pada tingkat Fakultas
masing-masing.
BUKU KETIGA
PELAKSANAAN PEMIRA

BAB I
UMUM

Pasal 42
(1) PEMIRA diselenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali, pencoblosan mendekati akhir
masa bakti kepengurusan.
(2) Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara PEMIRA ditetapkan dengan keputusan
KPRM.
(3) Tahapan penyelenggaraan PEMIRA meliputi:
a. pembentukan dan penetapan lembaga Penyelenggara PEMIRA;
b. perencanaan program dan anggaran serta penyusunan peraturan pelaksanaan
Penyelenggaraan PEMIRA;
c. penyusunan dan penetapan daftar pemilih tetap;
d. pendaftaran dan verifikasi peserta PEMIRA;
e. penetapan peserta PEMIRA;
f. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
g. masa kampanye PEMIRA;
h. debat Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
i. masa tenang;
j. pemungutan dan penghitungan suara; dan
k. penetapan hasil PEMIRA.

BAB II
PERSYARATAN PESERTA PEMIRA

Bagian Kesatu
Persyaratan Peserta PEMIRA Sebagai Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM

Pasal 43
Persyaratan Peserta PEMIRA sebagai Pasangan Calon Ketua dan sekretaris BEM adalah:
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermoral Pancasila;
b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dan pelanggaran
kode etik mahasiswa;
c. mahasiswa aktif dan terdaftar pada tahun akademik berjalan;
d. mahasiswa duduk paling rendah pada semester 5 dan paling tinggi semester 7;
e. memiliki jiwa kepemimpinan;
f. memiliki integritas, kepribadian dan budi pekerti luhur serta tidak pernah terlibat
(bebas) dari narkoba;
g. berpandangan luas dan mengutamakan kepentingan almamater;
h. memiliki IPK minimal 2.75;
i. pernah menjadi pengurus organisasi kemahasiswaan intra Perguruan Tinggi;
j. membuat pernyataan kesediaan secara tertulis menjadi ketua/sekretaris BEM;
k. belum pernah menjabat sebagai Ketua BEM pada masa bakti kepengurusan
sebelumnya;
l. tidak sedang mencalonkan diri atau diusulkan sebagai calon anggota DPM;
m. bukan termasuk anggota KPRM dan BAWASRA.
n. bersedia mengundurkan diri sebagai badan pengurus harian di Organisasi
Kemahasiswaan di tingkat Fakultas maupun Universitas di Universitas Mataram jika
terpilih sebagai ketua dan sekretaris BEM sampai akhir masa bakti kepengurusan
dengan bukti surat pernyataan kesiapan mengundurkan diri;
o. memiliki visi, misi, dan program dalam menjalankan tugas sebagai Ketua dan
Sekretaris BEM; dan
p. membuat motivation latter.

Bagian Ketiga
Persyaratan Calon Anggota DPM

Pasal 44
Persyaratan Peserta PEMIRA sebagai calon anggota DPM adalah:
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermoral Pancasila;
b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dan pelanggaran
kode etik mahasiswa;
c. mahasiswa aktif dan terdaftar pada tahun akademik berjalan;
d. mahasiswa duduk paling rendah pada semester 3 dan paling tinggi semester 7;
e. memiliki jiwa kepemimpinan;
f. memiliki integritas, kepribadian dan budi pekerti luhur serta tidak pernah terlibat
(bebas) dari narkoba;
g. berpandangan luas dan mengutamakan kepentingan almamater;
h. memiliki IPK minimal 2.75;
i. membuat pernyataan kesediaan secara tertulis menjadi anggota DPM;
j. tidak sedang mencalonkan diri atau diusulkan sebagai pasangan calon Ketua dan
Sekretaris BEM; dan
k. bersedia mengundurkan diri sebagai pengurus inti organisasi kemahasiswaan baik di
tingkat Fakultas maupun Universitas di Universitas Mataram sampai akhir masa bakti
kepengurusan jika terpilih sebagai anggota DPM dengan bukti surat pernyataan
kesiapan mengundurkan diri.

BAB III
PENDAFTARAN ATAU PENGUSULAN BAKAL CALON PESERTA PEMIRA

Bagian Kesatu
Pendaftaran atau Pengusulan Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM

Pasal 45
(1) Pendaftaran atau pengusulan Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
dilakukan secara berpasangan.
(2) Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dapat mendaftar secara mandiri
atau diusulkan oleh UKM yang telah terdaftar dalam SK Rektor.
(3) Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM yang mendaftar secara mandiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan dukungan minimal dari 1500
(seribu lima ratus) mahasiswa UNRAM yang terdaftar sebagai pemilih dengan bukti
fotokopi KTM.
(4) Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM yang diusulkan oleh UKM
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan dukungan minimal dari 3
(tiga) UKM dengan bukti surat pernyataan dukungan.
Bagian Kedua
Pendaftaran atau Pengusulan Bakal Calon Anggota DPM

Pasal 46
(1) Bakal calon anggota DPM dapat atau diusulkan oleh UKM yang telah terdaftar dalam
SK Rektor.
(2) Bakal Calon DPM yang mendaftar secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mendapatkan dukungan minimal dari 50 (lima puluh) mahasiswa UNRAM
yang terdaftar sebagai pemilih dengan bukti fotokopi KTM
(3) Bakal calon anggota DPM yang diusulkan oleh UKM sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus mendapatkan dukungan minimal dari 1 (satu) UKM dengan bukti surat
pernyataan dukungan.
(4) Bakal calon anggota DPM yang diusulkan oleh DPM Fakultas

BAB IV
JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN ANGGOTA DPM

Pasal 47
Jumlah kursi anggota DPM ditetapkan sebanyak 5 (lima) perwakilan ditiap-tiap DAPIL.

Pasal 48
(1) Daerah pemilihan anggota DPM adalah Fakultas yang berkedudukan di UNRAM.
(2) Jumlah kursi terpilih pada setiap daerah pemilihan anggota DPM adalah paling
sedikit 1 (satu) dan paling banyak 5 (lima) kursi.
(3) Daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Fakultas Ekonomi dan Bisnis;
b. Fakultas Pertanian;
c. Fakultas Hukum
d. Fakultas Keguruan Ilmu Pengetahuan;
e. Fakultas Kedokteran;
f. Fakultas Peternakan;
g. Fakultas MIPA;
h. Fakultas Teknik; dan
i. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Pangan

BAB V
VERIFIKASI, PENETAPAN, DAN PENGUMUMAN PESERTA PEMIRA

Bagian Kesatu
Verifikasi Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan
Bakal Calon Anggota DPM

Pasal 49
(1) KPRM melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan persyaratan
administratif Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan Bakal Calon
Anggota DPM.
(2) Dalam hal persyaratan administratif Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM
dan Bakal Calon Anggota DPM belum lengkap, KPRM memberikan kesempatan
kepada yang bersangkutan untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
persyaratan administratif dimaksud selambat-lambatnya pada hari terakhir masa
verifikasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan KPRM.

Bagian Kedua
Pengawasan Atas Verifikasi Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan
Bakal Calon Anggota DPM

Pasal 50
(1) BAWASRA melakukan pengawasan atas verifikasi kelengkapan dan keabsahan
persyaratan administratif Bakal Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan Bakal
Calon Anggota DPM yang dilaksanakan oleh KPRM.
(2) Dalam hal BAWASRA menemukan kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan
verifikasi kelengkapan dan keabsahan persyaratan administratif Bakal Pasangan
Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan Bakal Calon Anggota DPM, maka BAWASRA
menyampaikan temuan tersebut kepada KPRM.
(3) Temuan BAWASRA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib ditindaklanjuti oleh
KPRM.

Bagian Ketiga
Penetapan dan Pengumuman Peserta PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM dan
Peserta PEMIRA Anggota DPM

Pasal 51
(1) KPRM menetapkan dalam sidang pleno KPRM tertutup Bakal Pasangan Calon Ketua
dan Sekretaris BEM dan Bakal Calon Anggota DPM yang telah memenuhi syarat
sebagai Peserta PEMIRA Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dan Calon
Anggota DPM, 1 (satu) hari setelah verifikasi.
(2) Penetapan nomor urut Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM dilakukan secara
undi dalam sidang pleno terbuka dan dihadiri oleh seluruh Pasangan Calon, 1 (satu)
hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penetapan nomor urut calon anggota DPM dilakukan secara berurutan mengikuti
urutan pendaftaran atau pengusulan pada masing-masing daerah pemilihan, 1 (satu)
hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) KPRM mengumumkan secara luas nama dan nomor urut Pasangan Calon Ketua dan
Sekretaris BEM dan Calon Anggota DPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) kepada mahasiswa UNRAM melalui media cetak dan digital.

Bagian Keempat
Keadaan Luar Biasa Sebelum dan Sesudah Penetapan dan Pengumuman
Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM

Pasal 52
(1) Dalam hal tidak terdapat bakal calon Ketua dan Sekretaris BEM yang lolos verifikasi
sampai akhir masa verifikasi, maka dapat dilakukan perpanjangan masa pendaftaran
selama 3 (tiga) hari.
(2) Dalam hal setelah perpanjangan masa pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), tetap tidak terdapat Bakal Calon Ketua dan Sekretaris BEM yang lolos verifikasi,
maka mekanisme pemilihanan Ketua dan Sekretaris BEM dilaksanakan melalui
Musyawarah Mahasiswa.

Pasal 53
Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) bakal calon Ketua dan Sekretaris BEM yang lolos
verifikasi sampai akhir masa verifikasi, maka yang bersangkutan dinyatakan sebagai Ketua
dan Sekretaris BEM terpilih dan tidak dilaksanakan pemungutan suara PEMIRA Ketua dan
Sekretaris BEM.

Pasal 54
(1) Dalam hal terdapat bakal calon Ketua atau bakal calon Sekretaris BEM yang
berhalangan tetap atau mengundurkan diri sebelum penetapan dan pengumuman
Peserta PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM, maka pasangannya diperkenankan
mencari pengganti paling lama 3 (tiga) hari sebelum penetapan dan pengumuman
pasangan calon Ketua dan Sekretaris BEM.
(2) Dalam hal terdapat bakal calon Ketua atau bakal calon Sekretaris BEM yang
berhalangan tetap atau mengundurkan diri setelah penetapan dan pengumuman
Peserte PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM, maka status Pasangan Calon
bersangkutan sebagai Peserta Pemira dicabut.
(3) Ketentuan mengenai keadaan luar biasa sebelum dan sesudah penetapan dan
pengumuman Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM diatur lebih lanjut dalam
peraturan KPRM.

Bagian Kelima
Keadaan Luar Biasa Sebelum dan Sesudah Penetapan dan Pengumuman
Calon Anggota DPM

Pasal 55
(1) Dalam hal tidak terdapat Bakal Calon Anggota DPM yang lolos verifikasi sampai
akhir masa verifikasi, maka dapat dilakukan perpanjangan masa pendaftaran selama 3
(tiga) hari.
(2) Dalam hal setelah perpanjangan masa pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), tetap tidak terdapat Bakal Calon Anggota DPM yang lolos verifikasi, maka
mekanisme pemilihan anggota DPM dilaksanakan melalui permintaan delegasi dari
masing-masing daerah pemilihan.
(3) Pendelegasian dari masing-masing daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan oleh DPM Fakultas dan Himpunan jurusan di bawah Rektor.
(4) Pendelegasian dari masing-masing daerah pemilihan oleh DPM Fakultas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat mengikut sertakan anggota KPRM dan/atau
BAWASRA.

Pasal 56
(1) Dalam hal jumlah Bakal Calon yang lolos verifikasi kurang dari jumlah kursi anggota
DPM yang telah ditetapkan dalam peraturan ini sebagaimana dimaksud dalam pasal
49, maka yang bersangkutan dinyatakan sebagai anggota DPM terpilih.
(2) Kekurangan jumlah kursi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan melalui
mekanisme permintaan delegasi dari daerah pemilihan yang kekurangan jumlah kursi
anggota DPM.
(3) Pendelegasian dari daerah pemilihan yang kekurangan jumlah kursi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh DPM.
(4) Pendelegasian dari daerah pemilihan yang kekurangan jumlah kursi oleh DPM
Fakultas bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengikut sertakan
anggota KPRM dan/atau BAWASRA.
Pasal 57
Dalam hal jumlah Bakal Calon yang lolos verifikasi sama dengan jumlah kursi anggota DPM
yang telah ditetapkan dalam peraturan ini sebagaimana dimaksud dalam pasal 45, maka yang
bersangkutan dinyatakan sebagai anggota DPM terpilih dan tidak dilaksanakan pemungutan
suara PEMIRA anggota DPM.

Pasal 58
(1) Dalam hal terdapat bakal calon anggota DPM yang berhalangan tetap atau
mengundurkan diri setelah penetapan dan pengumuman Peserta PEMIRA anggota
DPM, maka status calon bersangkutan sebagai Peserta PEMIRA dicabut.
(2) Ketentuan mengenai keadaan luar biasa sebelum dan sesudah penetapan dan
pengumuman calon anggota DPM diatur lebih lanjut dalam peraturan KPRM.

BAB VI
HAK MEMILIH

Pasal 59
(1) Mahasiswa UNRAM mempunyai hak memilih.
(2) Untuk dapat menggunakan hak memilih, mahasiswa UNRAM harus terdaftar sebagai
Pemilih kecuali yang ditentukan lain dalam tatip KPRM.

BAB VII
PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Bagian Kesatu
Data Mahasiswa UNRAM

Pasal 60
Sub-bagian Akademik di setiap Fakultas menyediakan data mahasiswa aktif Fakultas
bersangkutan pada tahun akademik berjalan pada saat diselenggarakannya PEMIRA.

Bagian Kedua
Daftar
Pemilih

Pasal 61
(1) KPRM menggunakan data mahasiswa aktif UNRAM pada tahun akademik berjalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 untuk menyusun daftar pemilih tetap.
(2) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
nama, Nomor Induk Mahasiswa, Program Studi, dan Tahun Angkatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan daftar Pemilih tetap diatur
dalam Peraturan KPRM.

BAB VIII
KAMPANYE PEMIRA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 62
(1) Kampanye PEMIRA merupakan bagian dari pendidikan politik mahasiswa dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab.
(2) Kampanye PEMIRA dilaksanakan secara serentak antara kampanye PEMIRA Ketua
dan Sekretaris BEM dengan kampanye PEMIRA anggota DPM.

Pasal 63
(1) Kampanye PEMIRA dilaksanakan oleh pelaksana kampanye.
(2) Kampanye PEMIRA diikuti oleh peserta kampanye.

Pasal 64
(1) Pelaksana kampanye PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM terdiri atas pengurus
UKM/HMJ/HMD/HMPS/UKMF atau gabungan UKM/HMJ/HMD/HMPS/UKMF
pengusul, perseorangan, dan/atau organisasi kemahasiswaan yang ditunjuk oleh
Peserta PEMIRA pasangan calon Ketua dan Sekretaris BEM.
(2) Dalam melaksanakan kampanye PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM, pasangan
calon membentuk tim kampanye.

Pasal 65
Pelaksana kampanye PEMIRA anggota DPM terdiri atas pengurus
UKM/HMJ/HMD/HMPS/UKMF pengusul, calon anggota DPM, juru kampanye PEMIRA,
perseorangan, dan organisasi kemahasiswaan yang ditunjuk oleh Peserta PEMIRA anggota
DPM.

Pasal 66
(1) Pelaksana kampanye PEMIRA dan tim kampanye sebagaimana dimaksud dalam pasal
61 dan pasal 62, wajib didaftarkan kepada KPRM sebelum pelaksanaan kampanye.
(2) Pendaftaran pelaksana kampanye dan tim kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditembuskan kepada BAWASRA.

Pasal 67
Peserta kampanye PEMIRA terdiri atas mahasiswa UNRAM.

Bagian Kedua
Materi Kampanye

Pasal 68
(1) Materi kampanye terdiri dari visi, misi, program, dan/atau citra diri Peserta PEMIRA.
(2) Dalam rangka pendidikan politik, KPRM wajib memfasilitasi penyebarluasan materi
kampanye PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM yang meliputi visi, misi, dan program
Pasangan Calon melalui media KPRM.

Bagian Ketiga
Metode Kampanye

Pasal 69
(1) Kampanye PEMIRA dapat dilakukan melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. penyebaran bahan kampanye PEMIRA kepada peserta PEMIRA;
c. pemasangan alat peraga kampanye di wilayah Fakultas dan Universitas;
d. media sosial;
e. iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
f. rapat umum;
g. debat Pasangan Calon tentang materi kampanye Pasangan Calon; dan
h. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye PEMIRA
dan ketentuan peraturan yang berlaku.
(2) Alat peraga kampanye PEMIRA sebagaimana dimaksud pada pasal 69 ayat (1) huruf
d terdiri atas pamflet, poster, spanduk, baliho, dan alat lainnya yang dapat dipasang
dan dicabut kembali dan/atau stiker elektronik yang bisa dipertanggungjawabkan.
(3) Kampanye PEMIRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g difasilitasi oleh
KPRM.

Pasal 70
Kampanye PEMIRA sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1) berakhir ketika
dimulainya Masa Tenang.
Pasal 71
(1) Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada pasal 67 ayat (1) huruf g
dilaksanakan 1 (satu) kali.
(2) Debat Pasangan Calon sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
KPRM dan terbuka untuk semua peserta kampanye secara langsung.
(3) Moderator debat Pasangan Calon dipilih oleh KPRM dari kalangan profesional dan
akademisi yang mempunyai integritas tinggi, jujur, simpatik, dan tidak memihak
kepada salah satu Pasangan Calon.
(4) Materi debat Pasangan Calon adalah visi UNRAM dan aspirasi mahasiswa UNRAM.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan debat Pasangan Calon ditetapkan oleh
KPRM.
Pasal 72
(1) Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 berlangsung selama 3 (tiga) hari
sebelum hari pemungutan suara.
(2) Selama Masa Tenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pelaksana, peserta,
dan/atau tim kampanye PEMIRA dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan
kepada Pemilih untuk:
a. tidak menggunakan hak pilihnya; dan
b. memilih Pasangan Calon atau Calon tertentu.

Pasal 73
Ketentuan lebih lanjut mengenai metode kampanye diatur oleh KPRM berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban KPRM dengan memerhatikan asas dan prinsip Penyelenggaraan
PEMIRA.

Bagian Keempat
Larangan Kampanye
Pasal 74
(1) Pelaksana, peserta, dan tim kampanye PEMIRA dilarang:
a. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, dan/atau Peserta PEMIRA
yang lain;
b. menghasut dan mengadu domba perseorangan atau organisasi kemahasiswaan;
c. mengganggu ketertiban umum;
d. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, organisasi kemahasiswaan, dan/atau kepada
Peserta PEMIRA yang lain;
e. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta PEMIRA; dan
f. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
kampanye PEMIRA.
(2) Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan PEMIRA dilarang
mengikut sertakan:
a. pimpinan dan pelaksana akademik Universitas dan Fakultas;
b. ketua BEM dan sekertaris BEM Universitas dan Fakultas;
c. ketua DPM dan Anggota DPM Universitas dan Fakultas;
d. organisasi non-kemahasiswaan;
e. partai politik; dan
f. mahasiswa yang tidak memiliki hak pilih.

Bagian Kelima
Sanksi Atas Pelanggaran Larangan Kampanye

Pasal 75
(1) Pelaksana dan/atau tim kampanye yang berdasarkan putusan BAWASRA telah
terbukti melakukan pelanggaran terhadap larangan kampanye sebagaimana dimaksud
dalam pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) dikenai sanksi oleh KPRM berupa teguran secara
tertulis.
(2) Dalam hal pelaksana dan/atau tim kampanye yang berdasarkan putusan BAWASRA
terbukti tidak melakukan perbaikan dan/atau kembali melakukan pelanggaran
terhadap larangan kampanye setelah diberikan sanksi berupa teguran secara tertulis
oleh KPRM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka terhadap Peserta PEMIRA
bersangkutan dikenai sanksi oleh KPRM berupa pembatalan status sebagai Peserta
PEMIRA.
Bagian Keenam
Pemasangan dan Pembersihan Alat Peraga Kampanye

Pasal 76
(1) Pemasangan alat peraga kampanye oleh pelaksana dan/atau tim kampanye PEMIRA
dilaksanakan dengan memerhatikan etika, estetika, kebersihan, dan ketertiban umum.
(2) Alat peraga kampanye PEMIRA harus sudah dibersihkan oleh Peserta PEMIRA
paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasangan dan pembersihan alat peraga kampanye
PEMIRA diatur dalam Peraturan KPRM.

Bagian Ketujuh
Pengawasan Atas Pelaksanaan Kampanye PEMIRA
Pasal 77
(1) BAWASRA melakukan pengawasan atas pelaksanaan kampanye PEMIRA.
(2) Dalam hal BAWASRA menemukan atau menerima laporan terkait dengan adanya
dugaan pelanggaran terhadap larangan kampanye PEMIRA, maka BAWASRA wajib
menindaklanjuti dan memutus dugaan pelanggaraan tersebut paling lama 3 (tiga) hari
setelah ditemukan atau dilaporkan.
(3) BAWASRA memutus dugaan pelanggaran terhadap larangan kampanye PEMIRA
sebagai pelanggaran terhadap larangan kampanye PEMIRA jika terdapat alat bukti.
(4) BAWASRA memutus dugaan pelanggaran terhadap larangan kampanye PEMIRA
sebagai bukan pelanggaran terhadap larangan kampanye PEMIRA jika tidak terdapat
alat bukti.
(5) Putusan BAWASRA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disampaikan
kepada pelapor dan KPRM paling lama 1 (satu) hari setelah diputuskan.
(6) KPRM wajib menindaklanjuti putusan BAWASRA sebagaimana dimaksud pada ayat
(5).
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan atas pelaksanaan kampanye PEMIRA
diatur dalam Peraturan BAWASRA.

Bagian Kedelapan
Dana Kampanye PEMIRA

Pasal 78
(1) Dana kampanye Peserta PEMIRA menjadi tanggung jawab Peserta PEMIRA.
(2) Dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. Peserta PEMIRA;
b. UKM Pengusul; dan
c. Sumber pendanaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
(3) Dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa uang, barang,
dan/atau jasa.
(4) Dana kampanye berupa barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud ayat (3) dicatat
pada nilai wajar.
(5) Dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam pembukuan
khusus dana kampanye yang dapat mencerminkan sumber dan penggunaan dana
kampanye.

Pasal 79
Dana kampanye yang bersumber dari sumber pendanaan lainnya yang sah dan tidak mengikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c tidak dapat berasal dari:
a. pimpinan dan pelaksana akademik Universitas dan Fakultas;
b. partai politik;
c. organisasi non-kemahasiswaan; dan
d. pihak yang tidak jelas.

Pasal 80
(1) Peserta PEMIRA melaporkan sumber dan penggunaan dana kampanye kepada KPRM
sebagaimana dimaksud pada pasal 78 ayat (5) paling lama 3 (tiga) hari sebelum hari
pemungutan suara.
(2) KPRM meneruskan laporan sumber dan penggunaan dana kampanye Peserta
PEMIRA kepada BAWASRA paling lama 1 (satu) hari setelah laporan sumber dan
penggunaan dana kampanye diterima.
(3) Dalam hal berdasarkan putusan BAWASRA sumber pendanaan dana kampanye
Peserta PEMIRA terbukti berasal dari sumber pendanaan yang tidak diperkenankan
sebagaimana dimaksud pada ayat 82 huruf a hingga huruf d, maka KPRM
memberikan sanksi kepada Peserta PEMIRA bersangkutan berupa pembatalan status
sebagai Peserta PEMIRA.
BAB IX
PEMUNGUTAN SUARA

Bagian Kesatu
Perlengkapan Pemungutan Suara

Pasal 81
(1) KPRM bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta
kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
(2) Perlengkapan pemungutan suara terdiri dari:
a. kotak suara;
b. surat suara;
c. tinta;
d. bilik pemungutan suara;
e. segel;
f. alat untuk mencoblos pilihan; dan
g. perlengkapan lainnya yang mendukung.
(3) Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a hingga
huruf b sudah diterima KPPS paling lambat 1 (satu) hari sebelum pemungutan suara.
(4) Jumlah, bentuk, ukuran, dan spesifikasi teknis lainnya mengenai perlengkapan
pemungutan suara ditetapkan oleh KPRM.

Bagian Kedua
Pemungutan Suara

Pasal 82
(1) Pemungutan suara PEMIRA diselenggarakan secara serentak ditingkat Universitas
dan Fakultas.
(2) Hari, tanggal dan waktu pemungutan suara ditetapkan dengan keputusan KPRM.

Pasal 83
1. Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara secara langsung adalah memiliki
KTM dan KRS Aktif sedang berjalan.
2. Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara secara online adalah pemilik NIM
dan password sesuai dengan SSO atau SIAKAD UNRAM yang telah terdaftar pada
DPT.

Pasal 84
(1) Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS adalah:
a. pemilik Kartu Tanda Mahasiswa atau Kartu Rencana Studi sesuai
dengan Fakultas yang terdaftar pada daftar pemilih tetap di TPS
bersangkutan.
b. pemilik Kartu Tanda Mahasiswa atau Kartu Rencana Studi sesuai dengan
Fakultas yang tidak terdaftar pada daftar pemilih tetap.
(2) Pemilik Kartu Tanda Mahasiswa atau Kartu Rencana Studi sesuai dengan Fakultas
yang tidak terdaftar pada daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dapat memilih di TPS daerah pemilihan menggunakan Kartu Tanda
Mahasiswa atau Kartu Rencana Studi sesuai dengan Fakultas.

Pasal 85
Ketentuan teknis lainnya mengenai pemungutan suara diatur oleh KPRM berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban KPRM dengan memperhatikan asas dan prinsip Penyelenggaraan
PEMIRA.

BAB X
PENGHITUNGAN SUARA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 86
(1) KPRM melaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPS secara
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) KPRM wajib menyimpan, menjaga, dan mengamankan hasil penghitungan suara dari
seluruh TPS.
(3) Pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara peserta PEMIRA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah
penghitungan suara di seluruh TPS selesai.
(4) Pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara dan
dibuatkan sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan suara.
(5) Berita acara dan sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) wajib diserahkan kepada saksi Peserta PEMIRA dan
BAWASRA.

Bagian Kedua
Penghitungan Suara di
TPS

Pasal 87
(1) Penghitungan suara Peserta PEMIRA dilaksanakan oleh KPPS.
(2) Penghitungan suara Peserta PEMIRA disaksikan oleh saksi Peserta PEMIRA.
(3) Penghitungan suara Peserta PEMIRA diawasi oleh Pengawas TPS.
(4) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus membawa mandat tertulis dari
Peserta PEMIRA untuk menjadi saksi di TPS yang bersangkutan.

Pasal 88
Penghitungan suara dilaksanakan setelah pemungutan suara berakhir.

Pasal 89
Sebelum melaksanakan penghitungan suara, KPPS menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap;
dan
b. jumlah pemilih yang tidak memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih
tetap.

Pasal 90
Ketentuan mengenai pedoman teknis pelaksanaan pemberian suara diatur oleh
KPRM.

Pasal 91
(1) KPPS melakukan penghitungan suara di tempat yang kondusif dan memadai.
(2) Penghitungan suara dicatat dan/atau ditampilkan di papan tulis dengan tulisan yang
jelas dan terbaca.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penghitungan suara diatur oleh KPRM.

Pasal 92
(1) KPPS mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS.
(2) Hasil penghitungan suara di TPS dituangkan dalam berita acara pemungutan dan
penghitungan suara dan dibuatkan sertifikat hasil penghitungan suara PEMIRA
dengan format yang ditentukan KPRM.
(3) KPPS menyegel, menjaga, dan mengamankan berita acara dan sertifikat hasil
pemungutan suara setelah penghitungan suara.
(4) KPPS menyerahkan berita acara pemungutan dan penghitungan suara, serta sertifikat
hasil penghitungan suara kepada KPRM pada hari yang sama dan/atau sebelum
dilaksanakannya rekapitulasi hasil penghitungan suara.

Pasal 93
Ketentuan teknis lainnya mengenai penghitungan suara diatur oleh KPRM berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban KPRM dengan memerhatikan asas dan prinsip Penyelenggaraan
PEMIRA.
BAB XI
PENETAPAN HASIL PEMIRA

Pasal 94
(1) Hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM terdiri atas perolehan suara Pasangan
Calon.
(2) Hasil PEMIRA anggota DPM terdiri atas perolehan suara Calon.
(3) KPRM menetapkan hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM dan hasil PEMIRA
Anggota DPM.
Pasal 95
(1) Perolehan suara peserta PEMIRA ditetapkan oleh KPRM dalam sidang pleno terbuka.
(2) KPRM menetapkan hasil PEMIRA secara keseluruhan dan hasil perolehan suara
Peserta PEMIRA paling lama 1 (satu) hari setelah hari pemungutan suara.

Pasal 96
Ketentuan teknis lainnya mengenai penetapan hasil PEMIRA diatur oleh KPRM berdasarkan
tugas, wewenang, dan kewajiban KPRM dengan memerhatikan asas dan prinsip
Penyelenggaraan PEMIRA.
BAB XII
PENETAPAN PASANGAN CALON TERPILIH DAN CALON TERPILIH

Bagian Kesatu
Penetapan Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM Terpilih

Pasal 97
(1) Pasangan Calon Ketua dan Sekretaris BEM terpilih adalah Pasangan Calon yang
memperoleh suara terbanyak.
(2) Dalam hal terjadi perolehan suara yang sama banyak antara 2 (dua) Pasangan Calon
dari 3 (tiga) atau lebih Pasangan Calon yang mengikuti pemungutan dan
penghitungan suara, maka terhadap 2 (dua) Pasangan Calon yang bersangkutan
dilakukan pemungutan dan penghitungan suara ulang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme, hari, waktu, dan tempat pemungutan
dan penghitungan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
peraturan KPRM.
Pasal 98
(1) Pasangan Calon terpilih sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (1) ditetapkan
oleh KPRM dan dituangkan dalam berita acara hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris
BEM.
(2) Berita acara hasil pemira Ketua dan Sekretaris BEM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan kepada:
a. Rektor;
b. WR III;
c. DPM;
d. Ketua BEM;
e. UKM atau gabungan UKM yang mengusulkan Pasangan Calon; dan
f. Ketua dan Sekretaris BEM terpilih.

Bagian Kedua
Calon Anggota DPM Terpilih

Pasal 99
Calon anggota DPM terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak secara berurutan
sampai dengan terpenuhinya jumlah kursi anggota DPM yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada pasal 97.

Pasal 100
(1) Calon terpilih sebagaimana dimaksud dalam pasal 104 ditetapkan oleh KPRM dalam
sidang pleno dan dituangkan dalam berita acara hasil PEMIRA anggota DPM.
(2) Berita acara hasil pemira anggota DPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada:
a. Rektor;
b. WR III;
c. DPM;
d. Ketua dan Sekretaris BEM;
e. DPM Fakultas yang mengusulkan calon; dan
f. Anggota DPM terpilih.

BAB XIII
PEMIRA LANJUTAN DAN PEMIRA SUSULAN

Pasal 101
(1) Dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah UNRAM terjadi kerusuhan masyarakat,
gangguan keamanan atau perang, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan sebagian tahapan Penyelenggaraan PEMIRA tidak dapat
dilaksanakan, maka dilakukan PEMIRA lanjutan.
(2) Pelaksanaan PEMIRA lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
tahap Penyelenggaraan PEMIRA yang terhenti.

Pasal 106 102


(1) Dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah UNRAM terjadi kerusuhan, gangguan
keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh
tahapan Penyelenggaraan PEMIRA tidak dapat dilaksanakan, maka dilakukan
PEMIRA susulan.
(2) Pelaksanaan PEMIRA susulan dilakukan untuk seluruh tahapan Penyelenggaraan
PEMIRA.

Pasal 103
(1) PEMIRA lanjutan dan PEMIRA susulan dilaksanakan setelah ada penetapan
penundaan pelaksanaan PEMIRA.
(2) Penetapan penundaan pelaksanaan PEMIRA dilakukan oleh KPRM.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan waktu pelaksanaan PEMIRA lanjutan
atau PEMIRA susulan diatur dalam Peraturan KPRM.

BUKU KEEMPAT
PELANGGARAN PEMIRA SENGKETA PROSES PEMIRA, DAN
PERSELISIHAN HASIL PEMIRA

BAB I
PELANGGARAN PEMIRA

Bagian Kesatu
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran PEMIRA

Pasal 104
(1) Pelanggaran PEMIRA berasal dari temuan pelanggaran PEMIRA dan laporan
pelanggaran PEMIRA.
(2) Temuan pelanggaran PEMIRA merupakan hasil pengawasan aktif BAWASRA dan
Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan PEMIRA.
(3) Laporan pelanggaran PEMIRA merupakan laporan langsung mahasiswa UNRAM
yang mempunyai hak pilih, Peserta PEMIRA, dan Pengawas TPS pada setiap tahapan
Penyelenggaraan PEMIRA.
(4) Laporan pelanggaran PEMIRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
disampaikan secara tertulis dan paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat pelapor;
b. pihak terlapor;
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. uraian kejadian.
(5) Temuan dan laporan pelanggaran PEMIRA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (4) yang telah dikaji dan terbukti kebenarannya wajib ditindaklanjuti oleh
BAWASRA dan Pengawas TPS.

Pasal 105
(1) Temuan dan laporan pelanggaran PEMIRA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
ayat (5) yang merupakan:
a. Pelanggaran Kode Etik KPRM, diteruskan oleh BAWASRA kepada DPM
dan diputus oleh DPM; dan
b. Pelanggaraan administratif PEMIRA diproses dan diputus oleh BAWASRA.
(2) Pelanggaraan Kode Etik KPRM merupakan pelanggaraan terhadap etika
penyelenggara PEMIRA yang berdasarkan pada persyaratan sebelum menjalankan
tugas sebagai Penyelenggara PEMIRA;
(3) Pelanggaran administratif PEMIRA meliputi pelanggaran terhadap tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan PEMIRA
dalam setiap tahapan Penyelenggaraan PEMIRA; dan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan temuan dan laporan pelanggaraan
PEMIRA diatur dalam Peraturan BAWASRA.

BAB II
SENGKETA PROSES PEMIRA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 106
Sengketa proses PEMIRA meliputi sengketa yang terjadi antar-Peserta PEMIRA dan
sengketa Peserta PEMIRA dengan Penyelenggara PEMIRA sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan KPRM.
Bagian Kedua
Penanganan Permohonan Penyelesaian Proses Sengketa PEMIRA

Pasal 107
(1) BAWASRA menerima permohonan penyelesaian sengketa proses PEMIRA
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPRM.
(2) Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemira sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan oleh calon Peserta PEMIRA dan/atau Peserta PEMIRA.
(3) Permohonan penyelesaian sengketa proses PEMIRA sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan secara tertulis dan paling sedikit memuat:
a. nama dan NIM pemohon;
b. pihak termohon; dan
c. keputusan KPRM yang menjadi sebab sengketa.
(4) Permohonan penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
paling lama 2 (dua) hari kerja sejak tanggal penetapan keputusan KPRM yang
menjadi sebab sengketa.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Proses PEMIRA di BAWASRA

Pasal 108
(1) BAWASRA berwenang menyelesaikan sengketa proses PEMIRA.
(2) BAWASRA memeriksa dan memutus sengketa proses PEMIRA paling lama 3 (tiga)
hari sejak diterimanya permohonan.
(3) BAWASRA melakukan penyelesaian sengketa proses PEMIRA melalui tahapan:
a. menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian sengketa proses PEMIRA;
dan
b. mempertemukan pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan melalui
mediasi atau musyawarah dan mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang bersengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b, BAWASRA menyelesaikan sengketa proses
PEMIRA melalui mekanisme Musyawarah Mahasiswa.

Pasal 109
(1) Putusan BAWASRA mengenai penyelesaian sengketa proses PEMIRA wajib
ditindaklanjuti oleh KPRM.
(2) Seluruh proses pengambilan putusan BAWASRA wajib dilakukan melalui proses
yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa proses PEMIRA
diatur dalam Peraturan BAWASRA.

BAB III
PERSELISIHAN HASIL PEMIRA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 110
(1) Perselisihan hasil PEMIRA meliputi perselisihan antara KPRM dan Peserta PEMIRA
mengenai penetapan perolehan suara hasil PEMIRA.
(2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM
meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat memengaruhi penetapan
hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM.
(3) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil PEMIRA anggota DPM meliputi
perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat memengaruhi perolehan kursi
anggota DPM.

Bagian Kedua
Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hasil PEMIRA

Pasal 111
(1) Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil PEMIRA antara
KPRM dan Peserta PEMIRA, Peserta PEMIRA bersangkutan dapat mengajukan
keberatan kepada DPM paling lama 1 (satu) hari setelah penetapan hasil PEMIRA.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya terhadap hasil PEMIRA yang
dapat memengaruhi penetapan hasil PEMIRA Ketua dan Sekretaris BEM atau dapat
memengaruhi perolehan kursi anggota DPM sebagaimana dimaksud dalam pasal 109
ayat (2) dan ayat (3).
(3) DPM memutus perselisihan yang timbul akibat keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan keberatan
Peserta PEMIRA.
(4) Sebelum memutus perselisihan yang timbul akibat keberatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), DPM wajib melakukan rapat dengar pendapat dengan BEM/UKM/dan Organisasi
Fakultas bersangkutan.
(5) KPRM wajib menindaklanjuti putusan DPM.
(6) DPM menyampaikan putusan perselisihan hasil PEMIRA kepada:
a. Ketua BEM;
b. KPRM;
c. Peserta PEMIRA; dan
d. UKM yang mengusulkan Peserta PEMIRA.

BUKU KELIMA
PENUTUP

Pasal 112
1) Hal lain yang belum diatur dalam Undang-Undang Pemira ini akan ditentukan kemudian dan
disetujui oleh (½ +1) dari jumlah peserta penuh yang berasal dari anggota DPM Universitas.
2) Undang-Undang Pemira mulai berlaku pada hari ini, tanggal dan waktu ditetapkannya.

Mataram,

Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Mataram 2023

Ketua Komisi I Legislasi Sekretaris Komisi I Legislasi


DPM Unram DPM Unram

Juwita Anjani Revani Yuranda


NIM. L1C020097 NIM. L1B020091

Mengetahui
Penanggung Jawab Dewan Perwakilan Mahasiswa
Universitas Mataram

Muhammad Rozi Saputra


NIM. D1A019398
KONSIDERAN
KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS
MATARAM NO : 003/TAP/DPM/UM/X/2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MAHASISWA
UNIVERSITAS MATARAM

Menimbang
a. Bahwa Pemilihan Raya Mahaiswa merupakan sarana memilih wakil mahasiswa
untuk mewujudkan kedaulatan mahasiswa dalam rangka keikutsertaan mahsiswa
dalam pemyelenggaraan organisasi mahasiswa ;
b. Bahwa Pemilihan Raya Mahsiswa bukan hanya bertujua unutk memilih wakil
wakil mahasiswa yang duduk dalam organisasi mahasiswa, melainkan juga sarana
untuk mewujudkan penyusunan tata kehidupan kampus yang demokratis
berdasarkan Peraturan Rektor No. 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Oraganisasi
Mahasiswa ;
c. Bahwa untuk lebih mewujudkan kedaulatan ditangan mahasiswa yang telah
dilakukannya penataan undang – undang dibidang politik, perlu menata lagi
penyelenggaraan pemilihan mahasiswa secara demokratis dan transparan, jujur dan
adil;
d. Tata Tertib Internal Dewan Perwakila Mahasiswa Universitas Mataram NOMOR :
002/TAP/S.PARIPURNA/DPM/UM/i/III/2023

Mengingat :
1. Pasal 28 Uud Nkri Tahun 1945 Tentang Kebebasab Berserikat, Berkumpul,
Dan Menyampaikan Pendapat ;
2. Peraturan Rector No. 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Organisasi Mahasiswa
3. Tata Tertib Dewan Perwakilan Universitasn Mataram
NOMOR : 002/TAP/S.PARIPURNA/DPM/UM/i/III/2023
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS
MATARAM TENTANG PEMILU RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS MATARAM

Ditetapkan Di :

Pada Tanggal :
Pukul :

Ketetapan ini dapat diubah dan ditinjau Kembali apabila terdapat kekeliruan
didalamnya.

Dewann Perwakilan Mahsiswa Universitas Mataram

Pimpinan Sidang I Pimpinan Sidang II Pimpinan Sidang


III

NIM : NIM : NIM :

Anda mungkin juga menyukai