Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH USAHATANI

PROPAGASI 1

“RUANG LINGKUP DAN SEJARAH USAHA TANI”

Oleh :

Ruth Elizabeth (145040201111295)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
1. Carilah literature mengenai definisi ilmu usahatani?
Jawab:
Definisi usahatani menurut Mubyarto (1987) adalah lebih ke pertanian rakyat. Sedangkan
menurut Soekartawi (1995), Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat
mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien
bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Menurut Adiwilaga (1982), Ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau
secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki
cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan
perusahaan itu. Sebaliknya menurut Mosher (1968), Usahatani merupakan pertanian rakyat
dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu
tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang
petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Atau usahatani
adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan
untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah
itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya .
Ditinjau dari beberapa definisi usaha tani yang diungkapkan oleh para ahli di atas, ilmu
usahatani sangat penting dalam ilmu pertanian. Untuk memaksimalkan dalam pengelolaan
usahatani itu diperlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor-faktor utama dalam
usahatani. Unsur-unsur pokok yang dimaksud adalah faktor produksi (input). Proses produksi
pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor - faktor produksi pertanian untuk
menghasilkan hasil produksi pertanian (output).
2. Uraikan dengan jelas mengenai Tri Tunggal Usahatani?
Jawab:
Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga modal dasar dari
kegiatan usahatani yaitu petani, lahan dan tanaman atau tenak. Petani berkedudukan sebagai
penggerak kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan
usahatani. Sedangkan tanaman, merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan
usahatani. Berikut penjelasan mengenai masing-masing modal dasar yang terdapat di dalam tri
tunggal usahatani :
1. Petani
Bahwa yang disebut petani (Witrianto, 2011) adalah orang yang menggantungkan
hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar
terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga
menggarap lahan, dan buruh tani.
2. Lahan
Kemampuan lahan sebagai input pertanian dinilai dari : 1. kesesuaian lahan untuk
ditanami jenis tanaman tertentu. Makin banyak jenis tanaman yang sesuai ditanam di
lahan tersebut maka kemampuan lahan akan semakin tinggi; 2. kemampuan lahan untuk
berproduksi. Lahan yang subur akan mampu menghasilkan produksi tanaman yang
tinggi. Oleh karena itu lahan yang subur memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi; 3.
kemampuan lahan untuk diolah secara berlanjut. Lahan yang dirawat melalui
konservasi lahan, terutama yang letaknya di lereng-lereng pegunungan akan bernilai
lebih tinggi dibandingkan lahan tidur yang tak pernah dirawat. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi baik buruknya kelas kemampuan lahan pertanian adalah: 1.
kemiringan lereng; 2. irigasi dan drainase; 3. kedalaman tanah; 4. tekstur bawah; 5.
derajat kelembaban; 6. permeabilitas; 7. resiko kebanjiran.
3. Tanaman Atau Ternak
Adalah semua subyek usahatani dan hewan yang di budidayakan pada suatu ruang atau
media yang sesuai untuk usaha itu. Umumnya petani di Indonesia selain bercocok
tanam di lahan ataupun ladang mereka juga memiliki ternak atau ikan yang dipelihara
dalam menunjang kegiatan usahataninya.
3. Dari definisi tersebut, coba susunlah diagram yang menggambarkan Usahatani sebagai suatu
system?
Jawab:
Ilmu usahatani merupakan upaya penelaahan tritunggal yaitu manusia (petani), lahan dan
tanaman/hewan, maka ilmu ini menyangkut aspek manusia (sosial), lahan (kimia, fisika) serta
tanaman/hewan (aspek budidaya). Menurut Timmer (1947) mengatakan bahwa ilmu usahatani
itu merupakan penghubung antara ilmu teknik pertanian dengan sosial–ekonomi pertanian.
Usaha tani merupakan agrosistem yang unik yaitu suatu kombinasi sumber daya fisik dan
biologis, seperti bentuk lahan, air tumbuhan dan hewan. Dengan mempengaruhi komponen-
komponen agrosistem dan interaksinya rumah tangga petani mendapatkan hasil darinya. Untuk
menjaga proses produksi terus berlangsungnya rumah tangga itu membutuhkan input dari
dalam dan luar, diantaranya:
 Input dari dalam yang diperoleh dari usahatani sendiri .
Misal : energi matahari , air hujan , sedimen , nitrogen yang diikat dari Udara yang dihasilkan
sendiri.Contoh : Tenaga hewan, kayu, pupuk kandang, sisa tanaman, dan pupuk hijau asli.
 Input luar yang diperoleh dari luar usaha tani.
Misal : Informasi, tenaga buruh, bahan bakar minyak, pupuk buatan, biosida kimia, Benih
unggul, air irigasi, alsintan dan jasa.
Oleh karena itu, kita mempelajari ilmu usahatani sebagai upaya penelaahan tritunggal yaitu:
petani, lahan, dan tanaman. Petani sebagai manajer yang berperan dalam mengambil keputusan
bisnis dalam mengelola usahataninya. Untuk lahan merupakan sumber daya alam fisik yang
penting untuk tempat tinggal dan hidup, kegiatan pertanian, perikanan, peternakan. Maka ada
beberapa factor yang mempengaruhi baik buruknya kemampuan lokasi pertanian, diantaranya
kemiringan lereng, irigasi dan drainase, kedalaman lahan, tekstur bawah tanah, derajat
kelembaban, dan resiko kebanjiran. Sedangkan tanaman merupakan semua subjek usahatani
yang bukan hewan dan dibudidayakan pada suatu ruang atau media sesuai dengan usaha itu.
Dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1 . Hubungan Ilmu Usahatani dengan ilmu yang lainnya

Dalam analisis ilmiah konvensional, usahatani dibagi dalam berbagai macam disiplin dan
dipandang dengan sudut profesional dari ahli agronomi, nutrisi, ternak, ekonomi, sosial dan
lain-lain. Sebaliknya, petani justru tidak memiliki bidang keahlian khusus, mereka
menganggap usahatani sebagai suatu keselurahan , jika kita ingin memahami bagaimana
usahatani berfungsi dan bagaimana keputusan usahatani diambil, kita harus melihat usahatani
sebagai suatu sistem. Usahatani bukanlah sekadar kumpulan tanaman, hewan, peralatan, tenaga
kerja, namun merupakan suatu jalinan yang kompleks dengan pengaruh-pengaruh lingkungan
dan input-input yang harus dikelola petani sesuai dengan kemampuannya.

4. Ceritakan sejarah perkembangan usahatani di Indonesia, mulai dari jaman penjajahan hingga
sekarang?
Jawab:
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dan dominan dalam kehidupan bangsa
Indonesia dari sejak sebelum kemerdekaan. Sebagian besar penduduk berada di pedesaan
dan bersandar pada sektor pertanian. Produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat hampir seluruhnya dihasilkan oleh pertanian rakyat. Namun demikian selama
masa penjajahan, pertanian rakyat tidak banyak mengalami kemajuan. Pertanian di
Indonesia diawaling dengan sistem ladang berpindah, dimana masyarakat menanam apa saja,
hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kemudian sistem bersawah ditemukan, dengan
timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap di suatu lokasi dan usahatani sudah dimulai,
walaupun usahatani secara berpindah-pindah belum ditinggalkan.
Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia, kebijakan pertanian bukan untuk tujuan
memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya bagi VOC. Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda
mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam
paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul
sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921. Setelah Indonesia
merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak mengalami perubahan.
Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan
seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh
penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak
dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya
pun tak berkembang.
Sejak awal kemerdekaan, pemerintah memberikan perhatian khusus pada pembangunan
pertanian. Upaya pokok untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan
penduduk dititikberatkan pada peningkatan produktivitas usaha tani. Pada tahun 1947
melalui "Rencana Kasimo", diupayakan peningkatan produksi pangan melalui perbaikan
usaha tani. Setelah pengakuan kedaulatan ada "Rencana Kesejahteraan Istimewa" (RKI)
yang merencanakan pembangunan Balai Benih, pengelolaan dan perbaikan pengairan
perdesaan, pembangunan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD), Percobaan
Pengusahaan Tanah Kering (PPTK), perbaikan lahan kritis, serta pembangunan taman
ternak dan pusatpusat pembibitan ternak. Pada tahun 1958 didirikan "Padi Sent ra", yaitu
intensifikasi yang dipusatkan pada sentra-sentra produksi padi melalui pemberian kredit
natura dan modal kerja kepada petani. Dengan terus meningkatnya impor beras,
Kementerian Pertanian Kabinet Kerja memutuskan bahwa dalam tiga tahun sejak tahun
1959 Indonesia harus sudah swasembada beras, dan untuk itu dibentuk Komando Operasi
Garakan Makmur (KOGM). Namun upaya-upaya tersebut tidak dapat terlaksana karena
situasi politik dan keamanan yang senantiasa bergejolak dan terbatasnya dana yang dapat
disediakan untuk mendukung pelaksanaannya.
Upaya untuk membangun sektor pertanian dititik beratkan pada program intensifikasi
yang dikenal dengan Bimbingan Massal (Bimas) pada tahun 1970-an yang merupakan
pelaksanaan Panca Usaha lengkap didukung oleh bantuan kredit murah. Tujuan utama dari
program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Dengan makin
meluasnya pelaksanaan Bimas dan makin tumbuhnya kesadaran petani untuk menerapkan
teknologi anjuran, maka sejak tahun 1968 dilaksanakan program Intensifikasi Massal
(Inmas) yang merupakan program intensifikasi tanpa bantuan kredit murah.
Dalam rangka mengembangkan usaha tani kecil, pelaksanaan program intensifikasi
dilakukan melalui pendekatan kelompok. Untuk itu dibentuk kelompok tani yang
beranggota 25-30 orang, sebagai kelompok belajar dan sekaligus sebagai kelompok
usaha untuk membina kerjasama antar petani. Sejak tahun 1974 diperkenalkan
Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakan pengelolaan intensifikasi usaha tani padi pada
hamparan kelompok. Penanaman serentak pada satu hamparan tersebut dilakukan juga
dalam rangka menanggulangi ledakan hama wereng, sekaligus dibarengi dengan
penggunaan varietas unggul tahan wereng (VUTW). Di samping itu, diterapkan pula
Operasi Khusus (Opsus) untuk daerah-daerah yang belum terjangkau program
intensifikasi, khususnya di wilayah terpencil atau wilayah produksi padi gogo dan gogo
rancah. Dalam perkembangan selanjutnya digalang kerjasama antar kelompok tani dalam
satu wilayah yang luas, seperti wilayah irigasi tersier atau Wilayah Kerja Balai Penyuluhan
Pertanian (WKBPP).
Melalui berbagai pola intensifikasi, petani makin terbiasa bekerja dengan menerapkan
teknologi yang sesuai, sehingga produktivitas terus meningkat. Sementara itu dalam
rangka mempercepat peningkatan produksi padi dilaksanakan pula upaya rehabilitasi dan
pembangunan jaringan irigasi serta pencetakan sawah baru. Sawah-sawah baru tersebut
segera dimanfaatkan dalam perluasan areal intensifikasi. Upaya peningkatan produksi
melalui intensifikasi juga didukung oleh penyediaan pupuk yang diproduksi dalam negeri,
pengembangan benih -benih unggul baru, serta kebijaksanaan harga dan subsidi yang
memberikan perangsang pada petani untuk menerapkan teknologi baru. Terjadilah apa yang
disebut Revolusi Hijau, yang mengantarkan pada salah satu keberhasilan pembangunan
yang menonjol dalam PJP I, yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Pada
tahun 1984 tersebut produksi beras mencapai 25,8 juta ton dengan luas panen 9,8 juta
hektare, diantaranya luas panen intensifikasi sekitar 7,4 juta hektare, serta melibatkan
sekitar 12 juta keluarga tani. Meluasnya pelaksanaan program intensifikasi dengan
menggunakan paket sarana produksi telah mendorong meningkatnya penggunaan pestisida
secara kurang bijaksana yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan terbunuhnya
musuh-musuh alami, serta timbulnya eksplosi hama.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multi-
dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam
pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak
ada kredit yang tersedia ke pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter
membuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi”.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural Indonesia menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani.
Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang dan
tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Struktur tenaga kerja di
Indonesia sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009),
dimana sektor pertanian digunakan sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia
memperoleh penghasilan untuk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Adiwilaga. 1982. Ilmu Usahatani. Bandung: Penerbit Alumni

Koerniawati, Tatik. 2010. Catatan Kuliah - Pendahuluan.


Tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2010/01/Modul-1-Usahatani-Apel5.pdf. Diakses tanggal 9
September 2015.

Mosher. 1968. Ilmu Usahatani. Dalam Buku “Ilmu Usaha Tani” yang Disusun oleh Ir. Agustina
Shinta. Malang: UB Press.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. Jakarta : LP3ES.

Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI
Press.

Anda mungkin juga menyukai