Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARNYA EVAPORASI

Untuk memenuhi tugas Matakuliah Hidrologi yang dibimbing oleh:


Fatiya Rosyida, M.Pd

Disusun oleh:
Mochamad Azis
Raihan Firdaus

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
MARET
2017
A. TOPIK PRAKTIKUM
Pengukuran besarnya evaporasi diwilayah Malang dengan pembagian lokasi praktikum
atau titik yang menyebar.

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum evaporasi ini adalah sebagi berikut:
1. Menganalisis sebaran evaporasi di wilayah Malang
2. Menganalisis perbedaan evaporasi air bersih dan air tercemar
3. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan dengan evaporasi

C. DASAR TEORI
Evaporasi (penguapan) menurut para ahli adalah perubahan air menjadi uap air. Airyang
ada di bumi bila terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air.Evaporasi dapat
terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam,waduk, sungai ataupun laut. Proses
evaporasi dapat terjadi pada benda yangmengandung air, lahan yang gundul atau pasir yang basah,
Suhardianto (1999) dalam artikel online. Sedangkan menurut(Lakitan, 1994) Evaporasi adalah
salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa menguapnya air dari permukaan air,
tanah,dan bentuk permukaan bukan dari vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan
air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air
Evaporasi juga dapat diartikan sebagai salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa
menguapnya air dari sumber-sumber air yang ada baik dipermukaan tanah dan bentuk permukaan
lainya yang bukan vegetasi.
Evaporasi merupakan bagian dari siklus hidrologi atau siklus air. Siklus hidrologi akan
dimulai dari penguapan terlebih dahulu. Penguapan tersebut dapat berasal dari sumber air yang
ada dibumi, seperti samudera, laut, danau, rawa, sungai, dan bendungan, dan diarea lain yang ada
sumber airnya. Semua air tersebut akan berubah menjadi uap air karena adanya radiasi atau panas
dari matahari. Evaporasi akan mengubah bentuk air menjadi gas. Karena wujudnya gas maka maka
hal ini dimungkinkan bahwa gas tersebut dapat naik ketas karena terbawa oleh angin. Semakin
banyak panas matahari yang diterima maka semakin banyak gas atau uap air yang terbawa ketas
(atmosfer).
Dari pemaparan sebelumnya dapat diketahui bahwa evaporasi merupakan faktor yang
penting dalam siklus hidrologi, evaporasi juga mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas
waduk, besarnya kapasitas bendungan, pompa untuk irigasi, dan penggunaan komsumtif tanaman.
Laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan
permukaan dan hal ini juga berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh matahari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat evaporasi:
1. Radiasi Matahari
Proses evaporasi terjadi di siang hari dan kerap kali juga malan hari. Perubahan eujud cair menjadi
gas membutuhkan energi berupa panas. Sumber energi utama tersebur adalah matahari.
Semakinkesempatan penyinaran panas oleh matahari didapatkan maka evaporasi akan semakin
tinggi. Biasanya sinar matahari tidak langsung diterima dibawah karena awan yang
menghalanginya.
2. Angin.
Ketika air menguap ke atmosfir, maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh
dengan uap air, sehingga proses evaporasiberhenti. Agar proses evaporasi dapat terus berjalan,
maka udara tersebut haruslah diganti dengan udara kering. Pergantian tersebut dapat
dimungkinkan jika terjadi angin, jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses
evaporasi.
3. Kelembaban relatif.
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah
kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif ini naik, kemampuannya
untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan
menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan
udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk
memperbesar laju evaporasi.
4. Suhu/ temperatur.
Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus.
Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan
jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas tersedia. Karena kemampuan
udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara memiliki efek
ganda terhadap besarnya evaporasi, sedangkan suhu tanah dan air mempunyai efek tunggal.

Air yang ada dibumi ini apabila mengalami proses evaporasi maka akan hilang menuju ke
atmosfer menjadi uap air. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air, lahan
yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi mengakibatkan tanah
menjadi kering dan dapat mempengaruhi tanaman yang tumbuh ditanah tersebut. Proses evaporasi
sebenarnya terdiri dari dua peristiwa yang berkelanjutan, yaitu:
1. Interface evaporation yaitu transformasi dari air menjadi uap air yang berada di permukaan air.
2. Vertical Vaportransfer yaitu pemindahan udara yang kenyang uap air dariinterface ke atmosfer.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penguapan adalah kelembapan udara, tekanan udara,
kecepatan angin, lama penyinaran matahari, temperatur air, luas permukaan air, kualitas air,
topografi, dan iklim.

Besarnya nilai evaporasi dapat diperoleh baik dengan cara pengukuran langsung maupun secar
empiris. Pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan alat atmometer, lysimeter, dan
Evaporation Pan. Sedangkan perhitungan evaporasi secara empiris dengan menggunakan
model/rumus yang ditemukan olehpara ahl hidrologi/meteorologi. Salah satu rumus empiris yang
cukup populer dan sering digunakan adalah rumus Thornweite (Utaya, 2001:12).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Bahan
 Air Jernih (bersih).
 Air tercemar (kotor).
2. Alat
 topes plastik dengan diameter 20 cm dan tinggi 20 cm
 Alat tulis

E. Langkah Kerja
1. Menentukan lokasi praktikum evaporasi. Lokasi diambil di Universitas Negeri Malang.
2. Menyiapkan 2 buah rantang untuk mengukur besarnya evaporasi.
3. Menyiapakan 2 macam sampel air (air bersih dan air kotor) dan dimasukan kedalam dua buah
rantang evaporasi. Masing-masing rantang menampung air setinggi 3 cm.
4. Meletakan dua rantang untuk pengukuran evaporasi dengan sampel air tersebut di tempat yang
ditetapkan, pada pukul 06:00 WIB dengan jarak antar panci yang berhimpitan.
5. Setelah 11 jam tepatnya pukul 17:00 WIB, rantang diambil dan di identifikasi seperti Menghitung
penyusustan ketinggian air pada kedua rantang tersebut.
6. Setelah diketahui hasil penyusutanya maka akan dilanjutkan dengan pengolahan data.

F. Hasil Praktikum
1. Rekapitulasi Data
Tabel 1 Rekapitulasi Data Hasil Praktikum Evaporasi Offering K 2019
evaporasi (mm/hari) kondisi lingkungan
Kelompok Lokasi air bersih air tercermar luas (m²) pohon keterbukaan jenis lantai
1 Graha Rektorat 9.0 9.0 2,794 3 Semi Terbuka Plester
2 Asrama Putri UM 12.0 16.0 4,528 10 Terbuka Paving
3 Graha Rektorat 10.0 11.0 2,794 3 Semi Terbuka Plester
4 Lapangan A2 12.0 10.0 3,600 10 Terbuka Tanah
5 Graha Rektorat 10.0 12.0 2,794 3 Semi Terbuka Plester
6 Graha Rektorat 13.0 15.0 2,794 3 Semi Terbuka Plester
7 Graha Rektorat 10.0 13.0 2,794 2 Terbuka Plester
8 Lapangan A2 9.0 10.0 3,600 10 Terbuka Paving
9 Lapangan A2 9.0 11.0 3,600 10 Terbuka Paving
10 Tengah Sawah 11.0 12.0 5,374 0 Terbuka Beton
11 Lapangan A2 10.0 11.0 3,600 10 Terbuka Tanah
12 Lapangan A2 16.0 15.0 3,600 10 Terbuka Plester
13 Asrama Putri UM 11.0 11.0 4,528 10 Terbuka Paving
14 Lapangan A2 8.0 9.0 3,600 10 Terbuka Plester
15 Area persawahan 9.0 9.0 5,374 0 Terbuka Beton
16 Graha Rektorat 12.0 9.0 2,400 3 Semi Terbuka Paving
17 Graha Rektorat 10.0 9.0 2,794 2 Terbuka Plester
18 Jl. Bandulan Baru 6.2 8.1 520 2 Semi Terbuka Tanah
19 Graha Rektorat 15.0 16.0 2,794 3 Semi Terbuka Plester
Rata-rata 10.64210526 11.37368421
Nilai Minimum 6.2 8.1
Nilai Maksimum 16.0 16
Berdasarkan Hasil praktikum diatas apabila dilihat dari Rata-rata yang dihasilkan
mengidentifikasikan bahwa air tercemar lebih banyak mengalami evaporasi dibandingan dengan
air bersih. Hal tersebut dikarenakan dalam air tercemar mengandung ion-ion bermuatan apabila,
air tercemar terkena sinar matahari maka ion-ion tersebut akan bergerak lebih cepat sehingga suhu
air menjadi lebih tinggi dan penguapan menjadi lebih besar. Untuk nilai minimum pada hasil
praktikum diatas berbanding lurus dengan rata-rata penguapan, yaitu nilai minimum air tercemar
lebih tinggi daripada air bersih. Kemudian nilai maksimum antara air tercemar dan air bersih sama
besarnya
2. Rata-rata Hasil Praktikum
Tabel 2.1 Rata-rata Evaporasi Total

Evaporasi (mm)/ hari


Kelompok Air Bersih Air Kotor
1 21.6 21.6
2 28.8 38.4
3 24.0 26.4
4 28.8 24.0
5 24.0 28.8
6 31.2 36.0
7 24.0 31.2
8 21.6 24.0
9 21.6 26.4
10 26.4 28.8
11 24.0 26.4
12 38.4 36.0
13 26.4 26.4
14 19.2 21.6
15 21.6 21.6
16 28.8 21.6
17 24.0 21.6
18 14.9 19.4
19 36.0 38.4
Rata-Rata 25.541 27.297
Tabel 2.2 Rata-rata Evaporasi Menurut Waktu

Rata-rata
Suhu Air Bersih Air Tercemar
Nomor Waktu (°C) (mm) (mm)
1 06.30 22.21 0.00 0.00
2 08.30 27.52 1.34 1.33
3 10.30 31.57 2.98 2.50
4 12.30 33.00 2.73 3.22
5 14.30 32.37 2.84 3.34
6 16.30 27.84 0.75 1.66

Berdasarkan data hasil praktikum diatas dapat dilihat besarnya evaporasi berdasarkan waktu
sebagai berikut:
a. Pukul 6.30
Dilihat dari data diatas belum terjadi evaporasi terhadap air bersih maupun air
tercemar. Hal tersebut dikarenakan pada waktu tersebut baru memulai praktikum.
Selain itu, pada pukul 6.30 suhu masih rendah sehingga tidak dimungkinkan untuk
terjadinya evaporasi.
b. Pukul 8.30
Dilihat dari data diatas telah terjadi evaporasi sebesar 1.34mm terhadap air bersih dan
1.33mm terhadap air tercemar. Hal tersebut dikarenakan, pada rentang waktu 6.30-
8.30 telah terjadi penyinaran matahari sehingga suhu air mengalami peningkatan dan
menyebabkan evaporasi. Suhu pada saat itu sebesar 2.52°C.
c. Pukul 10.30
Pada pukul 10.30 evaporasi sebesar 2.98mm terhadap air bersih dan 2.50mm terhadap
air tercemar. Pada pukul 10.30 air bersih mengalami evaporasi paling besar atau
evaporasi maksimum, meskipun belum mengalami suhu maksimum. Hal tersebut
dikarenakan suhu bukanlah satu-satunya faktor evaporasi.
d. Pukul 12.30
Dilihat dari data diatas telah terjadi evaporasi sebesar 2.73mm pada air bersih dan
3.22mm pada air tercemar. Pada pukul 12.30 rata-rata suhunya sebesar 33°C dimana
suhu tersebut merupakan suhu tertinggi pada saat praktikum. Sehingga menyebabkan
proses pemanasan pada air maksimal.
e. Pukul 14.30
Dilihat dari data diatas telah terjadi evaporasi sebesar 2.84mm pada air bersih dan
3.34mm pada air tercemar. Rata-rata suhu sebesar 32.37°C. Pada air tercemar terjadi
evaporasi maksimum karena mengalami pemanasan air paling besar, sehingga proses
terjadinya evaporasi cepat.
f. Pukul 16.30
Dilihat dari data diatas telah terjadi evaporasi sebesar 0.75mm pada air bersih dan
1.66mm pada air tercemar. Rata-rata suhu sebesar 27.84°C. Evaporasi pada pukul
16.30 mengalami penurunan karena terjadi penurunan suhu sejak pukul 14.30-16.30
dan berkurangnya intensitas cahaya matahari.
3. Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Tabel 3.1 Besarnya Evaporasi terhadap Luas Wilayah pada Air Bersih

Air Bersih
Evaporasi
(mm) 14,9 - 22,8 - 30,7 -
Luas (m²) 22,7 30,6 38,4
520 - 2.138 1 0 0
2.139 - 3.756 1 3 0
3.757 - 5.374 4 7 2
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang paling luas
yakni 3.757-5.374m². Serta besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm. Data tersebut meyatakan
bahwa semakin luas suatu wilayah atau tempat maka evaporasi terhadap air bersih semakin besar
luasnya tempat tersebut menyebabkan besarnya intensitas sinar matahari yang masuk dan
menyinari tempat tersebut, begitu juga sebaliknya.
Tabel 3.2 Besarnya Evaporasi terhadap Luas Wilayah pada Air Tercemar

Air Tercemar
Evaporasi
(mm) 19,4 - 25,8 - 32,2 -
Luas (m²) 25,7 32,1 38,4
520 - 2.138 1 0 0
2.139 - 3.756 1 2 1
3.757 - 5.374 6 5 3
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang paling
luas yakni 3.757-5.374m². Serta besarnya evaporasi antara 19.4-25.7mm. Data tersebut
menyatakan bahwa semakin luas suatu wilayah atau tempat maka evaporasi terhadap air
tercemar semakin besar. Luasnya tempat tersebut menyebabkan besarnya intensitas sinar
matahari yang masuk dan menyinari tempat tersebut, begitu juga sebaliknya.
Tabel 3.3 Besarnya Evaporasi terhadap Jumlah Pohon pada Air Bersih

Air Bersih
Evaporasi
(mm)
Jumlah 14,9 - 22,8 - 30,7 -
Pohon 22,7 30,6 38,4
0–3 3 6 2
4–7 0 0 0
8 – 10 3 4 1
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang memiliki
jumlah pohon yang sedikit ( 0-3 ). Serta besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm. Data tersebut
menyatakan bahwa semakin sedikit pohon pada suatu wilayah maka evaporasi terhadap air
bersih semakin besar. Jumlah pohon mempengaruhi intentsitas cahaya yang menyinari tempat
evaporasi tersebut.
Tabel 3.4 Besarnya Evaporasi terhadap Jumlah Pohon pada Air Tercemar

Air Tercemar
Evaporasi
(mm)
Jumlah 19,4 - 25,8 - 32,2 -
Pohon 25,7 32,1 38,4
0–3 5 4 2
4–7 0 0 0
8 – 10 3 3 2

Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang memiliki
jumlah pohon yang sedikit (0-3). Serta besarnya evaporasi antara 19.4-25.7mm. Data tersebut
menyatakan bahwa semakin sedikit pohon pada suatu wilayah maka evaporasi terhadap air
tercemar semakin besar. Jumlah pohon mempengaruhi intentsitas cahaya yang menyinari tempat
evaporasi tersebut.
Tabel 3.5 Besarnya Evaporasi terhadap Keterbukaan pada Air Bersih

Air Bersih
Evaporasi
(mm) 14,9 - 22,8 - 30,7 -
Keterbukaan 22,7 30,6 38,4
Terbuka 4 7 1
Semi Terbuka 2 3 2
Tertutup 0 0 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang terbuka
(tidak tertutupi oleh tembok atau bangunan). Serta besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm. Data
tersebut menyatakan bahwa semakin sedikit tutupan tembok pada suatu wilayah maka evaporasi
terhadap air bersih semakin besar. Jumlah tembok mempengaruhi intentsitas cahaya yang
menyinari tempat evaporasi tersebut.

Tabel 3.6 Besarnya Evaporasi terhadap Keterbukaan pada Air Tercemar

Air Tercemar
Evaporasi
(mm) 19,4 - 25,8 - 32,2 -
Keterbukaan 25,7 32,1 38,4
Terbuka 5 5 2
Semi Terbuka 3 2 2
Tertutup 0 0 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang terbuka
(tidak tertutupi oleh tembok atau bangunan). Serta besarnya evaporasi antara 19.4-25.7mm. Data
tersebut menyatakan bahwa semakin sedikit tutupan tembok pada suatu wilayah maka evaporasi
terhadap air tercemar semakin besar. Jumlah tembok mempengaruhi intentsitas cahaya yang
menyinari tempat evaporasi tersebut.

Tabel 3.7 Besarnya Evaporasi terhadap Jenis Lantai pada Air Bersih

Air Bersih
Evaporasi
(mm) 14,9 - 22,8 - 30,7 -
Jenis Lantai 22,7 30,6 38,4
Tanah 1 2 0
Paving 2 3 0
Plester 2 4 3
Beton 1 1 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang memiliki
lantai dasar berupa plesteran semen hal tersebut dikarenakan semen cepat menyerap suhu panas
dan cepat melepaskan suhu panas, sehingga suhu disekitar air bersih menjadi lebih panas
daripada jenis lantai lainnya, serta besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm.

Tabel 3. 8 Besarnya Evaporasi terhadap Jenis Lantai pada Air Tercemar

Air Tercemar
Evaporasi
(mm) 19,4 - 25,8 - 32,2 -
Jenis Lantai 25,7 32,1 38,4
Tanah 2 1 0
Paving 2 2 1
Plester 3 3 3
Beton 1 1 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang memiliki
lantai dasar berupa plesteran semen hal tersebut dikarenakan semen cepat menyerap suhu panas
dan cepat melepaskan suhu panas, sehingga suhu disekitar air tercemar menjadi lebih panas
daripada jenis lantai lainnya, serta besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm.

Anda mungkin juga menyukai