Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANAJEMEN AGRIBISNIS

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS

Oleh :

Nama : Abdur Rasyid


NIM : C1M016002
Kelas :A
Mata kuliah : Manajemen Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
MANAJEMEN PRODUKSI

A. Pendahuluan
Produksi agribisnis diartikan sebagai prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan
produk agribisnis. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka manajemen produksi agribisnis
diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan hingga evaluasi. Manajemen
produksi memiliki fungsi personalia, keuangan, penelitian, pengembangan dan penyimpanan.

Manajemen produksi terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran, volume, tata letak,
pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta mutu produk. Manajemen produksi
memerlukan perencanaan yang cermat, faktor pertimbangan yang terlibat antara lain lokasi,
fasilitas, ukuran pabrik, dan pengendalian produksi.

B. Penyajian
1. Manajemen produksi dalam usaha perikanan
Usaha produksi perikanan sangat variatif tergantung jenis komoditas yang
diusahakan.
a. Perencanaan produksi perikanan
Perencanaan merupakan usaha penyusunan program yang spesifik dan umum
untuk jangka panjang atau pendek. Faktor yang harus dipertimbangkan: jenis
komoditas, lokasi, fasilitas, dan skala usaha.
 Pemilihan komoditas perikanan
Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi harus menjadi sasaran utama,
tapi perlu juga pertimbangan pemasarannya. Komoditas yang akan dipilih
kemudian diteteapkan jenisnya sesuai iklim lokasi yang direncanakan.
 Pemilihan lokasi produksi & penempatan fasilitas
Untuk usaha skala kecil, pemilihan lokasi tidak terlalu penting. Namun
usaha berskala besar harus memilih lokasi yang tepat guna kelangsungan
usaha. Hal yang menjadi pertimbangan adalah tenaga kerja, sarana/
prasarana, pemasaran, dan insentif wilayah.
Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifikasi, dan mutu serta
tingkat uoah regional. Peraturan-peraturan ketenagakerjaan juga
berpengaruh pada kewajiban perusahaan perihal pemanfaatan tenaga kerja.
Ketersediaan sarana dan prasarana meliputi transportasi, komunikasi,
dan penerangan serta sumber air. Produk perikanan biasanya tidak tahan
lama dan perlu distribusi. Namun seiring dengan perkembangan teknologi
hal ini tidak terlalu menjadi masalah.
Insentif wilayah terkait dengan kebijakan wilayah terkait. Kebijakan
yang dimaksud seperti pajak, upah regional, investasi, pelayanan publik,
dsb.
 Skala usaha perikanan
Skala usaha berkaitan dengan input dan pasar. Ketersediaan input
berkaitan dengan modal, tenaga, bibit, peralatan, dan fasilitas penunjang.
Skala usaha yang besar akan menghasilkan economic of scale yang tinggi.
Setelah ketiga hal di atas ditentukan, langkah selanjutnya adalah
merencanakan proses produksi. Hal-hal yang oerlu diperhatikan adalah:
Biaya produksi, pembiayaan produksi oleh perusahaan agar usaha
dapat berjalan lancar.
Penjadwalan proses produksi, penjadwalan produksi dimulai dari
pembukaan lahan hingga pasca panen. Masa panen harus disesuaikan
dengan waktu permintaan komoditas sedang tinggi.
Pola produksi, memegang peranan penting dalam penjadwalan, input,
tenaga kerja, dan pembiayaan produksi
pengadaan input/ sarana produksi, identifikasi ssaran input produksi
yang dibutuhkan. Setelah itu disusun rencana pengadaannya.
b. Pengorganisasian input usaha perikanan
Pengorganisasian bertujuan untuk efisiensi kegiatan produksi. Pengorganisasian
menyangkut alokasi input dan fasilitas produksi yang akan digunakan.
Pencapaian efisiensi mencakup optimasi penggunaan sarana guna mendukung
produksi.
c. Kegiatan produksi perikanan
Kegiatan produksi merupakan proses transformasi input menjadi output/
produk. Proses produksi memegang kunci penting dalam suatu usaha. Dengan
begitu kegiatan produksi harus dilakukan dengan selektif dan efisien.
d. Pengawasan produksi perikanan
Pengawasan meliputi pengawasan anggaran, proses, masukan, jadwal kerja
hingga mutu produk. Pengawasan dilakaukan agar semua yang telah
direncanakan dapat berjalan lancar.
e. Evaluasi produksi perikanan
Evaluasi dilakukan secara berkala mulai dari awal hingga akhir proses produksi.
f. Pengendalian produksi perikanan
Pengendalian berfungsi untuk menjamin proses produksi berjalan sesuai
rencana.
2. Manajemen produksi dalam usaha perikanan
a. Perencanaan agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha yang akan
dilakukan.
 Pemilihan teknologi teknologi harus sesuai dan tepat guna untuk
produksi dan pemasaran.
 Pemilihan lokasi pemilihan lokasi harus mempertimbangkan bahan
baku, tenaga kerja, dan pasar. Pemilihan lokasi yang buruk hanya
memboroskan biaya produksi.
 Fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan
pergudangan, pengangkutan, dan aspek finansial.
 Perencanana bahan pelengkap produksi bahan pelengkap merupakan
bahan lain yang dibutuhkan dalam pengolahan. Bahan bahan pelengkap
beragam tergantung jenis usaha yang ditekuni.
 Perencanaan desain produksi desain produksi tergantung pada
ukursan usaha, jenis usaha, teknologi, modal, dan tenaga kerja.
b. Pengorganisasian input dan sarana pengolahan
Semua sumber daya produksi diorganisasikan dengan baik sesuai fungsinya.
Pengorganisasian meliputi tata letak mesin & alokasi fasilitas produksi sesuai
kebutuhan.
c. Kegiatan pengolahan
Pada tahap ini, input-input dimasukkan ke proses produksi sesuai jadwal, jenis,
serta urutan yang ada.
d. Pengawasan pengolahan
Fungsi pengawasan adalah untuk menghindari penyimpangan sehingga proses
produksi terlaksana dengan baik.
e. Evaluasi pengolahan
Fungsi evaluasi merupakan penilaian terhadap pelaksanaan produksi dan
mengkaji kelemahan & kelebihan produk yang dihasilkan.
f. Pengendalian pengolahan
Fungsi pengendalian menekankan pada upaya umpan-balik terutama jika
terdapat penyimpangan dalam fungsi pengawasan.
3. Analisis kelayakan finansial dalam perencanaan produksi
Analisis kelayakan merupakan evaluasi atas bisnis guna mengetahui besarnya
modal yang akan dikeluarkan, besarnya pendapatan. Hasil analisis dapat dijadikan
untuk perkembangan lebih jauh.
a. Break Even Point (BEP)
BEP merupakan titik keseimbangan antara penerimaan pada volume
produksi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Pada titik
ini usaha tidak disebut untung maupun rugi.
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
1−
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
b. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan hasil kali antara arus kas dengan faktor diskon untuk
menghitung nilai bersih arus kas yang diperoleh saat investasi
1
𝐷𝐹(𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟) =
(1 + 𝑟)𝑛

r= tingkat suku bunga


n= tahun
c. Ratio Cost Ratio (R/C Ratio)
Rasio adalah jumalh nilai present arus tunai masuk dengan jumlah nilai
present arus tunai keluar atau perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan.
𝑁𝑃𝑉 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛/𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑅/𝐶 − 𝑅 =
𝑁𝑃𝑉 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

- R/C-R>1: usaha untung


- R/C-R=1: usaha tidak untung dan tidak rugi
- R/C-R<1: usaha rugi
d. Analisis keuntungan (ᴨ)
Analisis keuntungan merupakan keuntungan dari proyek yang
dijalankan. Besarnya keuntungan adalah hasil dari pengurangan dari jumlah
nilai sekarang produksi total dengan jumlah nilai sekarang biaya.
- ᴨ = 0  usaha hanya kembali pokok
- ᴨ 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 usaha menguntungkan
- ᴨ 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 usaha mengalami kerugian
e. Benefit/Cost Ratio
Analisis B/C Ratio melihat perbandingan laba usaha atau keuntungan
usaha terhadap modal usaha.
- B/C Ratio> 0 : usaha menguntungkan
- B/C Ratio= 0: usaha tidak untung dan tidak rugi
- B/C Ratio< 0: usaha merugi
f. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat keuntungan yang dapat dicapai selama masa usaha
yang dinyatakan dalam %. IRR merupakan angka dalam % yang diperoleh saat
NPV=0
𝑁𝑃𝑉𝑃1 (𝐷𝐹𝑃2 − 𝐷𝐹𝑃1 )
𝐼𝑅𝑅 = 𝐷𝐹𝑃1 +
𝑁𝑃𝑉𝑃1 − 𝑁𝑃𝑉𝑃2

IRR= Internal Rate of Return


𝐷𝐹𝑃1 = suku bunga percobaan 1
𝐷𝐹𝑝2 = suku bunga percobaan 2
𝑁𝑃𝑉𝑃1= NPV pada suku bunga percobaan 1
𝑁𝑃𝑉𝑃2= NPV pada suku bunga percobaan 2

Anda mungkin juga menyukai