Anda di halaman 1dari 10

Jurnal 7 Desember 2021

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI PADI


SAWAH DI KECAMATAN
PAMONA PUSELEMBA MENGGUNAKAN
METODE NET PRESENT VALUE

Novaldi Pramudya1, Carlos Octavian Iskandar2, Rifqi Arliansyah3


Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, RT.11/RW.14, Rawamangun, Pulo Gadung, East
Jakarta City, Special Capital Region of Jakarta 13220
e-mail : Novaldi.p28@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan ekonomi usahatani padi sawah di Kecamatan
Pamona Puselemba. Indikator kelayakan ekonomi yang digunakan ialah pendapatan usahatani, R/C
Ratio, π/C Ratio, BEP penerimaan, BEP produksi, BEP harga, dan batas aman penurunan harga
produk. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey, meliputi observasi, wawancara, dan
pengisian kuisioner. Sampel penelitian ditentukan melalui teknik purposif sampling. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C Ratio, analisis π/C Ratio, analisis BEP, dan
analisis perubahan harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani padi sawah di Kecamatan
Pamona Puselemba dengan luas tanam sebesar 1 ha pada umumnya memiliki kelayakan secara
ekonomi. Rata-rata pendapatan usahatani ialah sebesar Rp 19.328.170/ha/MT, rata-rata nilai R/C
Ratio 2,62, rata-rata nilai π/C Ratio 161,65 %, rata-rata BEP penerimaan Rp 4.473.192,63, rata-rata
BEP produksi 612,40 kg, rata-rata BEP harga Rp 3.377,55/kg, dan rata-rata batas aman penurunan
harga beras sebesar 55,88 %. Tingkat produksi, harga jual beras, dan efisiensi biaya produksi
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelayakan ekonomi usahatani padi sawah.
Produksi yang lebih besar, harga jual beras yang lebih tinggi, dan biaya produksi yang efisien akan
meningkatkan kelayakan ekonomi usahatani.

Kata Kunci: pendapatan, R/C Ratio, π/C Ratio, BEP, batas aman penurunan harga

1
Jurnal 7 Desember 2021

1. PENDAHULUAN 2014). Menurut Kaparang, 2015. Karenanya


Keberlanjutan sesuatu usahatani sangat manajer usahatani dituntut untuk
didetetapkan oleh pengelolaan usahatani mengambil keputusan yang akurat dan cepat
yang dicoba oleh petani selaku manajer. serta dapat diterapkan dengan segera.
Menurut jurnal Suratiyah, 2008, Manajemen Keputusan yang diambil oleh petani
usahatani adalah kemampuan petani untuk umumnya terkait dengan hal-hal seperti
merencanakan, mengorganisir, tingkat produksi, harga produk, penggunaan
menggerakkan, dan melakukan evaluasi input, maupun waktu untuk melakukan
terhadap pemanfaatan faktor-faktor produksi proses produksi.
dengan sebaik-baiknya agar mampu Firdaus (2008) menyatakan bahwa
memberikan produksi pertanian sebagaimana pengambilan keputusan dalam usahatani
yang diharapkan. Ukuran keberhasilan didasarkan pada beberapa alat pengambil
manajemen usahatani ialah produktivitas, keputusan. Ada 2 tipe alat pengambilan
baik produktivitas dari setiap faktor produksi keputusan, yaitu alat pengambilan
maupun produktivitas dari usahatani itu keputusan non kuantitatif dan alat
sendiri. Karena itu diperlukan pengenalan pengambilan keputusan kuantitatif. Alat
petani secara utuh terhadap faktor- faktor pengambilan keputusan non kuantitatif ialah
produksi yang dimiliki dan yang dikuasai berupa intuisi, fakta, pengalaman, dan opini.
guna menjamin keberhasilan manajemen Sedangkan alat pengambilan keputusan
usahatani. kuantitatif bagi manajer agribisnis maupun
Manajemen usahatani yang baik akan usahatani ialah beberapa metode
menentukan kelayakan ekonomi usahatani. perhitungan matematis yang sering
Dewasa ini sebagian besar usahatani telah digunakan untuk menilai kelayakan
bercorak komersil, di mana kegiatan ekonomi suatu proses produksi.
usahatani lebih berorientasi pada pemasaran Beberapa alat pengambilan keputusan
hasil-hasil usahatani. Orientasi pasar ini kuantitatif yang juga berfungsi sebagai
merupakan upaya petani selaku produsen indikator kelayakan ekonomi ialah :
untuk memperoleh pendapatan dari
usahataninya. Dengan demikian, usahatani 1. Pengertian NPV( Net Present Value)
yang memiliki kelayakan ekonomi ialah Net present value merupakan selisih antara
usahatani yang memberikan keuntungan pengeluaran serta pendapatan yang sudah
finansial bagi petani dan memiliki prospek disesuaikan dengan memakai social
keberlanjutan yang tinggi. opportunity cost of capital selaku aspek
Kelayakan ekonomi usahatani berkaitan diskon. Ataupun dengan kata lain, NPV
erat dengan masalah pengambilan keputusan merupakan arus kas ditaksir pada masa yang
manajemen, karena pengambilan keputusan hendak tiba yang disesuaikan dengan dikala
secara tepat dalam pelaksanaan aktivitas ini. Secara simpel, NPV dapat dimaksud
usahatani akan meningkatkan kelayakan selaku selisih antara nilai saat ini dari arus
ekonomi usahatani tersebut (Suharyanto dkk, kas yang masuk dengan nilai saat ini dari
2013). Harus diakui bahwa pengambilan arus kas yang keluar pada periode waktu
keputusan yang menyangkut masalah tertentu.
produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh
faktor ketidakpastian (uncertainty), karena Sebutan net present value umumnya
selain usahatani dipengaruhi oleh faktor- digunakan dalam proyeksi arus kas ataupun
faktor yang dapat dikontrol (faktor internal), proyeksi untung rugi sesuatu proyek, bisnis,
usahatani juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ataupun investasi. Di mana tujuannya
di luar kontrol petani (faktor eksternal) merupakan buat mengenali nilai
(Prihtanti, peninggalan ataupun kas industri dikala ini,
yang disetarakan dari nilai kas di masa yang
hendak tiba. NPV berkaitan erat dengan
teori time value of money, ialah duit dengan
jumlah yang sama hendak mempunyai nilai
yang berbeda di periode waktu yang hendak
2
Jurnal 7 Desember 2021

tiba.
dalam melaksanakan bisnis, spesialnya
Dengan melaksanakan kalkulasi NPV saat dalam melindungi peninggalan ataupun duit
sebelum berinvestasi, diharapkan dapat industri
membagikan akibat positif buat kinerja
keuangan industri. Para direksi pula dapat
mempertanggung jawabkan usaha mereka
2. Perubahan harga salah satu wilayah yang dominan dengan
Perubahan harga, terutama penurunan harga penanaman padi sawah. Usahatani padi
produk biasanya menimbulkan kekuatiran sawah telah menjadi mata pencarian utama
pada produsen akan penurunan jumlah bagi masyarakat yang bekerja sebagai petani,
keuntungan yang akan diperoleh. Analisis bahkan telah menjadi aktivitas yang
perubahan harga bertujuan membandingkan diwariskan secara turun-temurun. Walaupun
antara harga BEP dengan harga aktual. terdapat sebagian usahatani padi sawah yang
Perbandingan tersebut akan menentukan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
batas aman penurunan harga yang dapat konsumsi keluarga, tetapi terdapat pula
ditolerir bagi produsen, di mana produsen usahatani padi sawah yang berorientasi
masih dapat memperoleh keuntungan dan pasar. Produksi yang dihasilkan sebagian
aktivitas usaha masih layak untuk dijual oleh petani guna memperoleh
dijalankan (Suratiyah, 2008). Faktor harga pendapatan untuk membiayai berbagai
merupakan indikator ekonomi yang mampu kebutuhan dalam keluarga petani. Karena itu
mendorong petani untuk mengalokasikan perlu diteliti apakah usahatani padi sawah
sumberdaya yang dimiliki, dalam hal ini memiliki kelayakan ekonomi sebagai salah
faktor-faktor produksi seoptimal mungkin satu ukuran keberhasilan petani dalam
untuk memperoleh keuntungan usahatani melaksanakan manajemen atau pengelolaan
yang maksimum (Junaidi et al, 2014). terhadap usahatani.
Kecamatan Pamona Puselemba merupakan

3. Fungsi NPV( Net Present Value)


Buat suatu bisnis, guna net present value 4. METODE PENELITIAN
merupakan buat mengukur keahlian serta Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
kesempatan suatu industri dalam Pamona Puselemba pada bulan September
melaksanakan investasinya sampai sebagian hingga November 2016. Pengumpulan data
tahun yang hendak tiba ialah kala nilai mata dilakukan melalui kegiatan survey, yang
duit berganti serta berakibat padaarus kas dilaksanakan dengan cara observasi,
industri. wawancara, dan pengisian kuisioner.
Dengan begitu, NPV bisa digunakan Penelitian dilakukan di 5 desa/kelurahan
oleh industri buat memproyeksikan investasi yang terdapat di Kecamatan Pamona
yang dijalankan di masa depan. Industri Puselemba, yaitu Kelurahan Pamona, Desa
dapat memproyeksi apakah investasi tersebut Buyumpondoli, Desa Soe, Desa Mayakeli,
hendak untung ataupun rugi. Perihal lain dan Desa Tonusu. Sampel penelitian diambil
yang pula dapat diukur merupakan seberapa sebanyak 1 orang petani dari setiap lokasi
besar margin keuntungan dari investasi dengan menggunakan teknik sampling
tersebut. purposif. Kriteria yang ditentukan bagi
Tujuan kesimpulannya supaya sampel ialah lahan yang diolah merupakan
manajemen industri ketahui apakah investasi milik sendiri, memiliki luas tanam 1 ha,
itu layak buat dijalankan serta apakah usaha menggunakan metode tanam padi secara
yang hendak dikeluarkan sebanding dengan konvensional (Tapin), dan tipe pengairan
hasilnya. Perihal ini dicoba supaya industri sawah tadah hujan. Dengan demikian
dapat mempraktikkan budget management diperoleh sampel penelitian sebanyak 5
yang efisien dalam melaksanakan usahanya. orang petani.
Oleh sebab itu, NVP( Net Present Value) Data yang dikumpulkan ialah data
pula dapat dimaksud selaku ditaksir primer dengan sumber data ialah petani
keuntungan yang didapatkan suatu usaha di responden. Data primer yang dikumpulkan
masa depan bila menanamkan modal dengan ialah : (a) Identitas responden, (b) Luas
nilai duit dikala ini tanam, (c) Penerimaan petani dari produksi
3
Jurnal 7 Desember 2021

padi sawah, biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk


(c) Harga jual padi sawah, (d) Biaya pajak usahatani padi sawah selama satu musim
lahan, (e) Peralatan usahatani yang tanam (Rp/MT), dan (i) Pendapatan, yaitu
digunakan (jenis dan jumlah alat, harga selisih antara penerimaan total dengan biaya
pembelian), (f) produksi (Rp/MT) Teknik analisis data yang
Penggunaan pupuk dan pestisida digunakan dalam penelitian ini ialah :
(kebutuhan dan biaya pembelian), (g) 1) Analisis pendapatan dengan rumus
Penggunaan tenaga kerja (asal tenaga kerja, : π = TR – TC
jumlah dan biaya tenaga kerja untuk (Rahardja dan Manurung,
berbagai kegiatan, dan (h) Biaya pembelian 2006) di mana :
sak, sewa peralatan, angkutan gabah, serta π = P. Q – TC
sewa huller. Penerimaan dan biaya dihitung π = (P1 . Q1 + P2 . Q2) – TC
selama periode 1 musim tanam (MT). Keterangan :
Variabel-variabel yang digunakan π = Pendapatan (Rp/ha/MT)
dalam penelitian ini ialah : (a) Penerimaan TR = Penerimaan total
total, yaitu penerimaan petani dari penjualan (Rp/ha/MT) TC = Biaya
beras, (Rp/MT), (b) Penerimaan petani dari produksi (Rp/ha/MT) P1 =
penjualan beras, yaitu produksi beras per Harga jual beras (Rp/kg)
MT dikalikan dengan harga jual beras per Q1 = Produksi beras (kg)
unit (Rp/MT), (c) Penerimaan petani dari P2 = Harga jual dedak
penjualan dedak, yaitu produksi dedak per (Rp/kg) Q2 = Produksi dedak
MT dikalikan dengan harga jual dedak per (kg)
unit (Rp/MT), (d) Produksi beras, yaitu 2) Analisis R/C Ratio dengan rumus :
kuantitas beras yang dihasilkan pada saat R/C Ratio = T
panen (kg/ha), (e) Harga jual beras, yaitu R

harga penjualan beras per unit dari petani T


kepada pedagang (Rp/kg), (f) Produksi C

dedak, yaitu kuantitas dedak yang (Suratiyah, 2008)


Ketentuan yang berlaku :
dihasilkan pada saat panen (kg), (g) Harga
R/C Ratio < 1 : Usahatani merugi
jual dedak, yaitu harga penjualan dedak per
unit dari petani kepada pedagang (Rp/kg), R/C Ratio = 1 : Usahatani impas
R/C Ratio > 1 : Usahatani mengalami
(h) Biaya produksi, yaitu jumlah seluruh
keuntungan
3) Analisis π/C Ratio dengan rumus (Rp/M
π
: π/C Ratio = TC T)
(Suratiyah, 2008)
Ketentuan yang berlaku : c. BEP Harga dengan rumus
Jika π/C Ratio > tingkat bunga yang berlaku : BEP Harga = TC
Q
maka usahatani memiliki kelayakan ekonomi. (Firdaus, 2008).
4) Analisis Break Even Point (BEP), d. Analisis perubahan harga untuk
terdiri dari : menentukan batas aman penurunan
a. BEP Penerimaan dengan rumus : harga, yaitu dengan
BEP Penerimaan = FC membandingkan harga produk
VC
1−TR
beras pada saat penelitian dengan
Keterangan : harga produk beras pada saat BEP
FC = Biaya tetap (Rp/MT) (Suratiyah, 2008).
VC = Biaya variabel
(Rp/MT) 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. BEP Produksi dengan rumus :
BEP Produksi = FC 1) Analisis Pendapatan
P−AVC Penerimaan total usahatani padi sawah
Keterangan : yang merupakan penerimaan dari penjualan
AVC = Biaya variabel rata-rata beras dan dedak ditunjukkan pada Tabel 1
dan Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 1. Produksi Beras dan Dedak
Produksi
4
Jurnal 7 Desember 2021

Responden Beras Dedak Sawah


(kg) Penerimaan Penjualan
A 5.320 Responden Beras
B 3.500 (Rp)
C 4.020 A 42.560.000
D 3.000 B 26.600.000
E 3.000 C 30.552.000
D 22.800.000
Tabel 2. Penerimaan Total Usahatani Padi E 22.500.000

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa membeli hasil produksi petani. Petani yang
meskipun memiliki luas tanam yang sama lokasinya lebih dekat ke pasar memperoleh
yaitu sebesar 1 ha, terdapat perbedaan harga yang lebih tinggi dibandingkan petani
penerimaan total dari ke-5 responden yang jauh dari pasar.
penelitian yang disebabkan oleh perbedaan Biaya produksi total usahatani padi
jumlah produksi beras dan dedak yang sawah terdiri atas biaya tetap (fixed cost)
dihasilkan serta perbedaan harga jual produk. dan biaya variabel (variable cost). Jumlah
Perbedaan produksi disebabkan oleh adanya biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perbedaan teknik budidaya yang diterapkan responden penelitian ditunjukkan pada
oleh masing-masing petani. Perbedaan harga Tabel 3 sebagai berikut.
disebabkan oleh perbedaan pedagang yang
Tabel 3. Biaya Produksi Total Usahatani A 3.218.400
Padi Sawah B 2.523.000
Jenis Biaya C 2.994.000
Responden Biaya D 3.380.600
Tetap (Rp) E 3.468.000

Biaya tetap usahatani padi sawah terdiri tunai dalam pembayaran jasa gilingan,
dari pajak lahan, penyusutan alat dan mesin melainkan membayar dengan natura berupa
pertanian, dan upah tenaga kerja keluarga. beras hasil penggilingan. Hanya saja dalam
Biaya variabel terdiri dari pembelian benih, perhitungan, beras yang diserahkan kepada
pupuk, pestisida, karung, BBM, sewa pemilik gilingan dinilai dengan uang.
gilingan, dan pemeliharaan mesin-mesin Pembayaran jasa penggilingan dilakukan
pertanian. Perbedaan jumlah biaya produksi dengan sistem 10 : 1, artinya dari setiap 10
yang dikeluarkan oleh setiap responden kg beras yang diperoleh maka 1 kg menjadi
ditentukan oleh jenis kegiatan atau aktivitas pembayaran bagi pemilik gilingan. Dengan
usahatani yang dilakukan, tingkat produksi, demikian semakin besar produksi beras
dan pengelolaan usahatani oleh responden. berarti pembayaran jasa penggilingan juga
Biaya yang cukup signifikan besarnya akan semakin besar.
ialah biaya pemupukan, karena dalam satu Perbedaan biaya produksi juga
musim tanam petani melakukan beberapa disebabkan oleh faktor kepemilikan modal,
kali pemupukan terhadap tanaman. Pupuk terutama peralatan mesin pertanian. Petani
yang digunakan ialah pupuk kimia sintetik yang memiliki mesin pengolah tanah
seperti Urea, SP 36, dan KCl. Kendala yang (traktor) dapat menghemat biaya sewa
dihadapi ialah seringnya terjadi kelangkaan traktor yang cukup tinggi. Demikian pula
pupuk di pasaran dan harganya yang petani yang memiliki kendaraan sendiri
semakin meningkat, yang menyebabkan untuk mengangkut hasil panen tidak perlu
biaya pemupukan juga semakin besar. mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk
Selain biaya pemupukan, biaya pengangkutan.
penggilingan gabah juga memiliki Pendapatan usahatani padi sawah pada
signifikansi dalam pengeluaran biaya masing-masing responden ditunjukkan pada
produksi oleh petani. Sebenarnya petani Tabel 4 sebagai berikut.
tidak mengeluarkan uang
Responden Penerimaan Total Biay
(Rp)
Tabel 4. Pendapatan Usahatani Padi Sawah

5
Jurnal 7 Desember 2021

A 45.220.000 Rerata 31.680.625


B 28.122.125
C 36.961.000
D 24.600.000
E 23.500.000
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata- 2) Analisis R/C Ratio
rata pendapatan usahatani ialah Rp Hasil analisis R/C Ratio usahatani padi
19.328.170/ha/ MT. Nilai pendapatan yang > sawah dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai R/C
0 berarti berarti bahwa usahatani layak Ratio menunjukkan jumlah penerimaan dari
secara ekonomis. setiap 1 unit biaya yang dikeluarkan petani.
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa R/C Ratio
usahatani padi sawah berkisar antara 1,86
hingga 3,94. Secara keseluruhan usahatani keuntungan yang lebih besar daripada
padi sawah memiliki kelayakan secara usahatani lainnya, karena semakin besar
ekonomi karena nilai R/C Ratio yang lebih nilai R/C Ratio berarti semakin besar
besar daripada 1. Walaupun demikian penerimaan yang diperoleh dibandingkan
terdapat usahatani padi sawah yang biaya produksi yang dikeluarkan.
memiliki
A 45.220.000
B 28.122.125
Tabel 5. Nilai R/C Ratio Usahatani Padi C 36.961.000
D 24.600.000
Sawah
E 23.500.000
Rerata
Responden Penerimaan Total
(Rp)

3) Analisis π/C Ratio berlaku maka akan lebih menguntungkan


Hasil analisis π/C Ratio usahatani padi bagi petani untuk menginvestasikan dana
sawah dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai π/C yang dimilikinya dalam kegiatan usahatani.
Ratio merupakan indikator produktivitas Adapun tingkat bunga bank yang berlaku
modal yang digunakan petani dalam proses pada saat penelitian ialah sebesar 8,85 %,
produksi (Polakitan dkk, 2015). Nilai π/C lebih kecil daripada nilai π/C Ratio dari
Ratio juga dapat menjadi faktor penentu kelima usahatani. Karena itu adalah lebih
keputusan petani untuk berproduksi, karena baik bagi petani untuk melakukan
jika nilai π/C Ratio lebih besar jika perputaran modal melalui investasi kegiatan
dibandingkan dengan tingkat bunga bank usahatani dibandingkan menyimpan uang di
yang bank (saving).
A 33.750.000
B 13.004.125
Tabel 6. Nilai π/C Ratio Usahatani Padi C 21.443.400
D 14.358.400
Sawah
E 14.084.925
Rerata
Responden Pendapatan
(Rp)
dibandingkan nilai penerimaan, produksi,
4) Analisis Break Even Point (BEP) dan harga aktual pada saat penelitian
Hasil analisis Break Even Point (BEP) dilakukan. Hanya saja
untuk BEP penerimaan, BEP produksi,
maupun BEP harga dapat dilihat pada Tabel
7. Hasil perhitungan nilai BEP (titik impas)
untuk penerimaan, produksi, dan harga
menunjukkan bahwa secara keseluruhan
usahatani padi sawah telah memenuhi
kelayakan ekonomi. Nilai BEP penerimaan,
produksi, dan harga lebih besar

6
Jurnal 7 Desember 2021

kerugian, dan sesudah titik impas maka


yang perlu diperhatikan ialah responden produsen akan mengalami akumulasi
yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi pendapatan. Semakin cepat produsen
(responden A) lebih cepat mencapai titik mencapai titik impas, maka akumulasi
impas pada ketiga komponen dimaksud. pendapatan seiring dengan berjalannya
Titik impas ialah titik di mana produsen waktu juga akan semakin besar (Swastika,
tidak mengalami keuntungan maupun 2004).
Tabel 7. BEP Penerimaan, BEP Produksi,
dan BEP Harga Usahatani Padi Sawah

Responden Penerimaan
(Rp)
A 3.934.474,33
B 4.570.652,17
C 4.529.500,76
D 4.688.765,60
E 4.642.570,28
Rerata 4.473.192,63

7
Jurnal 7 Desember 2021

5) Analisis Perubahan Harga perbandingan terkecil antara persentase


Hasil analisis perubahan harga harga BEP terhadap harga riil.
diperlihatkan pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan ini sangat ditentukan oleh
menunjukkan batas aman penurunan harga besarnya harga BEP yang juga merupakan
beras yang dapat ditolerir bagi produsen. harga pokok produksi. Harga pokok
Selama penurunan harga tidak melampaui produksi yang semakin kecil
batas tersebut maka produsen masih tetap mengindikasikan biaya produksi yang
akan mengalami keuntungan dari semakin kecil pula. Dengan demikian,
usahataninya. Sebaliknya penurunan harga produsen yang dapat memperkecil biaya
yang melewati batas aman akan produksi yang dikeluarkan selama proses
menimbulkan kerugian bagi produsen. produksi berlangsung akan memperoleh
Batas aman penurunan harga yang batas aman penurunan harga yang semakin
tertinggi diperoleh produsen yang memiliki besar.
A 26,95
B 56,83
Tabel 8. Batas Aman Penurunan Harga C 50,79
D 44,19
Beras pada Usahatani Padi Sawah E 41,84
Responden % Harga BEP terhadap Harga Riil Rerata 44,12
(%)

produksi oleh petani selaku produsen.


5. KESIMPULAN Tingkat produksi yang lebih tinggi, harga
Usahatani padi sawah di Kecamatan beras yang lebih menguntungkan, dan biaya
Pamona Puselemba dengan luas tanam produksi yang semakin efisien
sebesar menyebabkan tingkat kelayakan ekonomi
1 ha pada umumnya memiliki kelayakan yang semakin besar.
ekonomi yang ditunjukkan dari rata-rata
pendapatan usahatani sebesar Rp
19.328.170/ha/MT, nilai R/C Ratio rata-rata
sebesar 2,62, nilai π/C Ratio rata-rata sebesar
161,65 %, nilai BEP penerimaan rata-rata
sebesar Rp 4.473.192,63 , nilai BEP
produksi rata-rata sebesar 612,40 kg, dan
nilai BEP harga rata-rata sebesar Rp
3.377,55/kg. Batas aman penurunan harga
beras rata-rata sebesar 55,88 %. Walaupun
demikian, kelayakan ekonomi juga
ditentukan oleh tingkat produksi, harga
beras, dan penggunaan biaya
Junaidi, Zamzami, dan E. Achmad, 2014.
6. REFERENSI Analisis Produksi, Distribusi Pendapatan
Petani dan Dampak Program Optimalisasi
Firdaus, M., 2008. Manajemen Agribisnis. Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah di
Bumi Aksara. Jakarta. Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal
Perspektif Pembiayaan dan
Fitriadi, F. dan R. Nurmalina, 2008. Analisis Pembangunan Daerah. 2 (1) : 51 – 61.
Pendapatan dan Pemasaran Padi Organik
Metode System of Rice Intensification Kaparang, G., 2015. Kajian Usahatani Padi
(SRI) : Kasus di Desa Sukagalih, Sawah di Kelurahan Taratara Satu Kota
Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tomohon. Jurnal Cocos. 6 (6) : 1 – 12.
Tasikmalaya). Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 11 Lumintang, F.M., 2013. Analisis Pendapatan
(1) : 94 – 103. Petani Padi di Desa Teep Kecamatan
Langowan Timur. Jurnal EMBA. 1 (3) :

8
Jurnal 7 Desember 2021

991 – 998. Pesisir Danau Tondano


Kabupaten Minahasa. Jurnal
Polakitan, D., A.Dp. Mirah, F.H. Elly, dan Zootek. 35 (2) : 361 –
V.V.J.Panelewen, 2015. Keuntungan 367.
Usahatani Padi Sawah dan Ternak Itik di
Prihtanti, T.M., 2014. Analisis Risiko
Berbagai Luas Pengusahaan Lahan pada
Usahatani Padi Organik dan
Konvensional. Jurnal Agric. 26 (1) : 29 –
36.

Rahardja, P. dan M.Manurung, 2006. Teori


Ekonomi Mikro : Suatu Pengantar.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Jakarta.

Roidah, I.S., 2015. Analisis Pendapatan


Usahatani Padi Musim Hujan dan Musim
Kemarau (Studi Kasus Desa Sepatan
Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung). Jurnal Agribisnis
Fakultas Pertanian Unita. 11 (13) : 45 –
55.

Suharyanto, J.H.Mulyo, D.H.Darwanto, dan


S. Widodo, 2013. Analisis Efisiensi
Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah di Provinsi Bali.
Jurnal SEPA. 9 (2) : 219 – 230.

Suratiyah, K., 2008. Ilmu Usahatani.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Swastika, D.K.S., 2004. Beberapa Teknik


Analisis dalam Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. 7 (1) : 90 –

Anda mungkin juga menyukai