1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
Abstrak
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat analisis Break Even Point dalam perencanaan
laba perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2014-2017.Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data kualitatif. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan dari populasi sebanyak 18 perusahaan manufaktur
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap
yang dipublikasikan mulai dari tahun 2014-2017. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunggah
laporan keuangan yang diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id metode analisis data yang digunakan
adalah pengujian statistik deskritif.Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian akan analisis break evan point
sebagai alat perencanaan laba menunjukkan bahwa besar kecilnya biaya tetap maupun biaya variabel yang
digunakan setiap perusahaan untuk oprasional kegiatan perusahaan berpengaruh terhadap laba yang diperoleh
perusahaan tersebut.
Kata Kunci ; Break even point, Margin of safety
Abstract
The purpose of this study was to determine the use of the Break Even Point analysis tool in planning profit
manufacturing of food and beverage sub-sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2017.Processing
data in this study uses qualitative data processing techniques. The sample used in this study is as many as 10
companies from a population of 18 food and beverage sub-sector manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange and have complete financial reports published starting from 2014-2017. Secondary data collection
is done by uploading financial reports obtained from the internet through the www.idx.co.id site. The data analysis
method used is descriptive statistical testing.The results showed that the study of the evan point break analysis as a
profit planning tool showed that the size of fixed costs and variable costs used by each company for operational
activities of the company had an effect on the profits obtained by the company.
1
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
volume aktifitas tertentu. Biaya tetap per anggaran yang disusun berderet (seri)
unit berubah dengan adanya perubahan yang merupakan perbandingan antara
volume aktivitas, besarnya biaya tetap beberapa tingkatan volume kapasitas
dipengaruhi oleh kondisi perubahan dimana anggaran digolongkan ke dalam
jangka panjang, teknologi dan metode anggaran biaya tetap dan anggaran biaya
disertai strategi manajemen. variabel. Anggaran biaya tetap jumlah
2. Biaya variabel totalnya akan konstan didalam jarak
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah kapasitas tertentu, sedangkan anggaran
totalnya berubah sebanding dengan biaya variabel jumlah totalnya akan
perubahan volume aktivitas. Biaya berubah secara proposional dengan
variabel per unit konstan (tetap) dengan perubahan tingkat kapasitas.
adanya perubahan volume aktivitas.
3. Biaya semi variabel Hubungan Antara Perencanaan Laba
Biaya semi variabel adalah biaya yang dan Analisis BEP
jumlah totalnya berubah tidak sebanding Perencanaan laba membuat pihak
dengan perubahan volume aktivitas. manajer industri akan mudah dalam
Biaya ini memiliki unsur tetap dan pengambilan keputuan, dapat
variabel didalamnya. Unsur biaya yang memperkirakan anggaran yang dibutuhkan,
tetap merupakan jumlahbiaya minimum mengetahui kesalahan yang mungkin
untuk menyediakan jasa sedangkan semi muncul. Hal itu dapat dilihat dari
variabel merupakan bagian dari biaya pengalaman masalalu serta dengan
semi variabel yang dipengaruhi oleh perencanaan laba yang dapat merangsang
peubahan volume aktivitas. atau memacu menuju persaingan yang lebih
ketat melalui efektivitas dan efisien.
Perencanaan Laba Anggaran merupakan masalah utama yang
Tujuan utama perusahaan adalah dibahas dalam perencanaan laba sebab
mencapai laba yang seoptimal mungkin. anggaran tersebut meliputi seluruh biaya-
Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka biaya yang ada dalam industri, harga jual
diperlukan suatu perencanaan laba yang yang harus ditentukan dan beberapa volume
baik, sehingga kemampuan yang baik, penjualan produk tertentu. Diantara tiga hal
sehingga kemampuan yang dimiliki oleh itu yang meliputi biaya, harga jual, dan
perusahaan dapat terkoordinir dan volume penjualan tidak bisa dipisahkan
terkendali. antara satu dengan yang lain, sebab harga
1. Fixid or satic budget ( anggaran tetep / jual ditafsirkan bedasarkan biaya dan
anggaran statis) Anggaran tetap volume penjualan yang dihasilkan pada
didasarkan kepada estimasi satu harga jual walaupun juga harus melihat
tingkatan volume kapasitas tertentu yang bagaimana situasi pasar tetapi pasar tersebut
sifatnya konstan yang akan dicapai oleh juga melihat harga jual yang ditetapkan
perusahaan dalam periode tertentu, oleh industri.
karena itu anggaran penghasilan dan
biaya didasarkan kepada satu tingkat Analisa BEP dengan perencanaan
volume kapasitas tertentu tersebut. laba mempunyai hubungan kuat sebab
2. Flexible budget or slinding scale analisa BEP dan perencanaan laba sama-
budget(anggaran fleksibel atau anggaran sama berbicara dalam hal anggaran atau di
skala naik turun) Anggaran fleksible dalamnya mencakup anggaran yang meliputi
2
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
biaya, harga produk, dan volume penjualan, jumlah pendapatan dan jumlah bebannya
yang kesemua itu mengarah ke perolehan sama, tidak ada laba maupun rugi bersih.
laba. Untuk itu dalam perencanaan perlu
penerapan atau menggunakan analisa BEP Dapat disimpulkan bahwa Break
untuk perkembangan ke arah masa datang Even Point merupakan suatu kondisi dimana
dan perolehan laba. Selain itu analisa BEP perusahaan pada saat ini penghasilan yang
dapat dijadikan tolak ukur untuk menaikkan diterima sama dengan biaya yang
laba atau untuk mengetahui penurunan laba dikeluarkan dengan mempelajari hubungan
yang tidak menakibatkan kerugian pada antara biaya tetap, biaya variable,
industri. keuntungan dan volume kegiatan dari
Menurut Jumingan, (2011 : 212) komposisi produk yang diperlukan selama
Margin of Safety Sebuah perusahaan dapat periode tertentu.
diketahui sedang dalam keadaan impas
Menurut L.M Samryn (2012), beberapa
dapat juga dilihat dari batas keamanan yang
manfaat yang bisa dianalisis dengan
telah dicapai oleh perusahaan tersebut.
menggunakan konsep Break Even Point
“Batas keamanan atau yang sering dikenal
antara lain :
dengan istilah margin of safety (mos),
merupakan hubungan antara volume 1. Perencanaan penjualan atau produksi
penjualan yang dibudgetkan dengan volume Pada awal perusahaan sudah harus
penjualan pada titik impas” . mempunyai perencanaan produksi dan
penjualan. Rencana produksi dan
Perhitungan margin of safety : penjualan bisa direncanakan dengan
menggunakan konsep BEP. Penjualan
yang direncanakan perusahaan tentunya
MoS = T. Penjualan – P. Titik Impas disertai dengan target laba yang
diinginkan.
Total Penjualan 2. Perencanaan harga jual normal
Salah satu keputusan yang harus diambil
Pada tingkat margin of safety yang oleh manajer keuangan adalah
lebih tinggi lebih baik dari pada yang penuntuan harga jual. Harga jual
rendah, karena dengan hasil margin of safety merupakan sejumlah uang yang
yang tinggi berarti kemungkinan perusahaan dibayarkan pembeli untuk memperoleh
akan menderita kerugian itu sangat kecil, barang/jasa yang diinginkan. Bagi
begitu sebaliknya semakin kecil mos maka perusahaan harga jual harus bisa
semakin cepat perusahaan akan menderita menutup semua biaya dan target
kerugian ( Jumingan, 2011:213 ) keuntungan. Apabila tidak bisa menutup
target laba, apabila biaya yang
Break Even Point dikeluarkan, berarti perusahaan dalam
Menurut L.M. Samryn (2012 : kondisi rugi. Dalam membuat rencana
174)Break Even Point (Titik Imbas) harga jual, perusahaan mendasarkan
merupakan tingkat aktivitas di mana suatu pada proyeksi penjualan yang telah
organisasi tidak mendapatkan laba dan juga direncanakan, serta target laba pada
tidak menderita kerugian. Selanjutnya periode yang bersangkutan.
Menurut Simamora (2012:170), BEP atau 3. Perencanaan metode produksi
titik impas adalah volume penjualan dimana
3
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
Analisis break even point ini juga sering (Unit Price X Q) – (Q X Unit VC+ FC)
digunakan untuk menentukan alternative =0
pemilihan metode produksi atau mesin (Unit Price X Q) – (Q X Unit VC) – FC
produksi. Ada mesin produksi yang =0
memiliki karakteristik biaya tetap rendah Q X (Unit Price – Unit VC) = FC
tetapi biaya variabel tinggi (padat karya)
atau biaya tetap tinggi tetapi biaya Q= FC
variabel rendah (padat modal). Dari dua (Unit Price – Unit VC)
pilihan tersebut, mana yang akan dipilih
apakah debganpadat karya atau padat Sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :
modal. Untuk memilih mana alternative
BEP (Q) = FC
terbaik, bisa digunakan analisis biaya,
P – VC
laba dan volume
4. Titik tutup pabrik Keterangan :
Apabila kondisi perusahaan sudah FC = Biaya tetap
menunjukan biaya total melebihi VC = biaya variable
penjualan totalnya, yang artinya P = harga jual perunit
perusahan beroperasi dibawah titik break S = penjualan
even, apakah sebaiknya perusahaan tutup BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang
atau tetap dipertahankan. Untuk itu dihasilkan impas dalam rupiah
manajemen harus menganalisis apakah BEP (Q) = jumlah untuk produk yang
kondisiyang demikian akan berlanjut dihasilkan impas dalam unit.
dalam waktu yang relatif lama atau
tidak. Perubahan Titik Brek Even Point
Metode Perhitungan Break Even Point
Dalam analisis Brek Even Point
Rumus perhitungan pada BEP (Break Even terdapat beberapa asumsi yang harus
Point) dibagi menjadi dua, ialah perhitungan dipenuhi seperti telah dicantumkan pada
BEP dalam unit dan juga perhitungan BEP poin diatas. Apabila asumsi-asumsi tersebut
dalam rupiah. Menurut Ari dan Darsono tidak terpenuhi, maka titik Brek Even
(2013:247) Rumus untuk menghitung BEP = Pointakan mengalami perubahan. Menurut
titik impas. Indrianto dan Nur Bambang (2013)
Menggunakan faktor-faktor yang
Atas dasar rupiah menyebabkan perubahan sebagai berikut :
4
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan total biaya tetap dengan biaya variabel per
yang terus menerus mengakibatkan variasi tahunnya dari setiap perusahaan. dapat
data tinggi sekali. dilihat ditabel berikut ini :
Menurut Mulyadi dalam Okti (2012)
KODE TAHUN TOTAL TOTAL BIAYA
Analisis Break Even Point adalah suatu
teknik analisis untuk mengetehui penjualan PERUS PENJUA BIAYA VARIA
minimum agar suatu usaha tidak menderita AHAAN LAN TETAP BEL
rugi, tetapi juga belum memperoleh laba
(dengan kata lain labanya sama dengan nol).
Menurut Kasmir (2011:332) Analisis titik
Impas adalah suatu keadaan dimana AISA 2014 5.139,974 1.129,634 1.170,86
6
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
7
2017 7.0186618 22.516.14 8.628,14
4
2016 3.263,311 629,440 1.070,22
5
MYOR 2014 14.169,08 2.704,178 11.630,7
0 82
perhitungan break even point dan perkiraan tahun 2017 laba mengalami penurunan
laba pada tahun 2014 95% dan tahun 2015 menjadi 5 %. Untuk PT. Ultra Jaya Milk
sampai 2017 laba yang didapat 94% kondisi Industry And Tranding Compony Tbk pada
laba perusahaan masih dapat dikatakan tahun 2014 mengalami kerugian sebesar -6
stabil karena hanya mengalami penurunan %, sedangkan pada tahun 2015 perusahaan
sebesar 1%. Untuk PT. Delta Djakarta, Tbk mampu memperoleh laba sebesar 5 % dan
tahun 2014 mengalami laba sebesar 80 %, ditahun 2016 perusahaan mengalami laba
tahun 2015 mengalami penurunan menjadi sebesar 64 % dan tahun 2017 laba
62 %, sedangkan tahun 2016 mengalami perusahaan mengalami penurunan menjadi
kerugian -44 % dan tahun 2017 mengalami 62 %.
penaikan menjadi -9,064 %. Untuk PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami Dari hasil analisa break even point
naik turun laba tahun 2014 ke tahun 2014 dan margin of safety yang dilakukan
45% sedangkan tahun 2015 menurun terhadap 10 perusahaan sub sector makanan
menjadi 36% lalu tahun 2015 mengalami dan minuman yang terdaftar di BEI dapat
kenaikan 65% dan tahun 2017 menurun dilihat pada tabel 4.2 hasil perhitungan
menjadi 63 % tetapi masih dibisa disebut break even point dan margin of safety bahwa
labanya stabil karena tidak ada penurunan titik impas setiap perusahaan mengalami
yang sangat signifikan yang mengarah fase dimana perusahaan tersebut mengalami
kepada kerugian. PT. Multi Bintang laba yang bersifat naik turun dan ada
Indonesia, Tbk tahun 2014 laba perusahaan beberapa perusahaan yang mengalami
77 %, tahun 2015 laba menurun menjadi 55 kerugian namun tidak mempengaruhi break
% tahun 2016 laba menaik menjadi 71 % even point dari setiap perusahaan. Sehingga
dan tahun 2017 mengalami penurunan dapat disimpulkan bahwa perusahaan masih
menjadi 70 %. PT. Mayora Indonesia, Tbk megalami keuntungan sesuai dengan break
untuk tahun 2014 laba perusahaan event point yang diinginkan oleh perusahaan
mengalami kerugian -7 % tahun 2015 tersebut, apabila nilai persen dari margin of
menaik menjadi 74 % , tahun 2016 menurun safety tinggi atau besar maka perusahaan
menjadi 18 % dan tahun 2017 mengalami akan mendapatkan keuntungan begitu juga
kenaikan laba perusahaan menjadi 34 %. PT. sebaliknya namun apabila perusahaan
Prashida Aneka Niaga Tbk, empat tahun mengalami margin of safety rendah atau
berturut-turut tidak mengalami keuntungan, menurun maka keuntungan yang diperoleh
hal ini dapat diketahui pada tahun 2014 -29 perusahaan juga akan semakin sedikit.
% sedangkan tahun 2015 -96 % tahun 2016
PENUTUP
menjadi -50% dan tahun 2017 menurun
menjadi -35 %. PT. Nippon Indosari Kesimpulan
Corporindo, tbk tidak mengalami
keuntungan untuk tahun 2014 -26 % Berdasarkan hasil penelitian akan
sedangkan tahun 2015 menjadi -50% tahun analisis break evan point sebagai alat
2016 mengalami keuntungan laba sebesar 40 perencanaan laba pada perusahaan
% dan tahun 2017 menjadi -75 %. PT. Sekar manufaktur sub sektor makanan dan
Bumi, tbk tahun 2014 mengalami minuman yang terdaftar di Bursa Efek
keuntungan laba sebesar 59 % untuk tahun Indonesia tahun 2014-2017 menunjukkan
2015 dan 2016 menurun 54 % ke 33 % dan bahwa besar kecilnya biaya tetap maupun
8
Measurement , Vol.13 No. 1 : 1 - 10
Juni 2019
P-ISSN 2252-5394
www.idx.co.id
10