Anda di halaman 1dari 9

Sains Peternakan Vol.

9 (2), September 2011: 100-108


ISSN 1693-8828

Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Sleman


Shanti Emawati

Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret


Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta, 57126
Email : shanti_uns@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profitabilitas atas investasi usahatani sapi
perah rakyat di Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan
Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah
survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari dinas terkait
serta wawancara dengan menggunakan kuesioner. Responden diambil secara purposive
sampling. Analisis finansial untuk menilai profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah
menggunakan kriteria investasi benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV), internal
rate of return (IRR) dan payback period (PPC). Hasil analisis finansial berdasarkan umur
investasi 5 tahun dengan discount factor 12%/tahun pada saat ini menunjukkan nilai NPV =
Rp. 15.710.080,00; BCR = 2,10; IRR = 41,79% dan PPC = 2,6 tahun. Usahatani sapi perah
rakyat di Kabupaten Sleman secara finansial layak untuk dijalankan peternak.

Kata kunci: sapi perah, usahatani, investasi, profitabilitas

Profitability of Dairy Cattle Farm in Sleman District

ABSTRACT

The research was conducted to determine the profitability of investment on dairy


cattle farm in Sleman District. Research was done from Juni to July 2009, located in Sleman
District. Survey method was done to collect primary data at the farm level and secondary
data from related institution and interview with questioner. Purposive sampling was applied
to select farmers’ respondent. Criteria used to analyze profitability of investment were
consisted of Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR) and Payback Period (PPC). The result of analysis based on 5 years investment and
12% annual discount factor showed that the value of NPV = Rp. 15,710,080.00; BCR = 2.10;
IRR = 41.79% and PPC = 2.6 years. Dairy cattle farm in Sleman District was financially
feasible.

Key words: dairy cattle, farm, investment, profitability

100
PENDAHULUAN manajemen produksi. Berdasarkan hal
tersebut, maka permasalahan utama yang
Di Indonesia pada kurun waktu 5 perlu dipecahkan adalah bagaimana koperasi
tahun terakhir pertumbuhan populasi dan sapi perah dalam jangka pendek dapat
produksi susu masing-masing sebesar 7,45% meningkatkan pendapatan peternak sapi
dan 14,6%. Jawa Timur merupakan propinsi perah. Peningkatan pendapatan peternak erat
yang memiliki kontribusi terbesar dalam kaitannya dengan biaya produksi dan
pertumbuhan dan produksi susu di Indonesia manajemen usaha.
yaitu masing-masing sebesar 14,6% dan Hasil produksi perusahaan sapi perah
24,3% (Soetanto, 2011). merupakan hasil gabungan dari berbagai
Permasalahan yang dihadapi dalam faktor produksi yang digunakan untuk
usaha sapi perah terbagi dalam tiga sektor menghasilkan produksi susu. Produksi susu
hulu, tengah dan hilir. Di sector hulu akan optimal apabila penggunaan faktor-
permasalahannya anatra lain produktivitas faktor produksi dapat dialokasikan secara
rendah, bibit sapi perah kurang, biaya pakan efisien dengan mengunakan input-input
tinggi, skala pemilikan rendah dan mutu produksi secara optimum. Efisiensi
SDM rendah. Problem di sektor tengah dimaksudkan agar daya guna input produksi
meliputi teknis budidaya dan system rata-rata maksimum sehingga diperoleh
recording rendah, ketersediaan lahan untuk keuntungan yang maksimum pula.
produksi pakan menurun, konversi lahan Berdasarkan latar belakang di atas maka
pertanian ke non pertanian, modal usaha dari perlu dilakukan penelitian mengenai analisis
perbankan masih rendah serta kerjasama finansial untuk menilai profitabilitas
lintas sektoral belum terpadu. Di sector hilir usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman.
antara lain harga susu segar dan konsumen Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
masih rendah serta harga jual pedet/sapi menentukan profitabilitas atas investasi
perah tidak stabil (Soetanto, 2011). usahatani sapi perah rakyat di Kabupaten
Selama ini pemeliharaan sapi perah Sleman.
pada peternak rakyat masih bersifat
sederhana, artinya peternak masih MATERI DAN METODE
menggunakan teknologi yang sederhana
dalam pemeliharaan sapi perah, dimana Penelitian dilaksanakan mulai bulan
pengetahuan pemeliharaan sapi perah Juni sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi
peternak masih didapat secara turun- di Kabupaten Sleman. Metode penentuan
temurun, dan merupakan usaha sambilan. lokasi penelitian ditentukan secara sengaja,
Setiap usaha mengharapkan keuntungan dengan lokasi contoh penelitian di Koperasi
yang dapat diperoleh dengan menggunakan UPP Kaliurang dengan pertimbangan bahwa
faktor-faktor produksi yang dimiliki di lokasi tersebut terdapat beberapa
peternak. kelompok tani ternak yang tergabung dalam
Pemerintah telah mengupayakan Koperasi UPP Kaliurang, Kabupaten
pengembangan sapi perah dalam rangka Sleman. Metode penelitian yang digunakan
untuk meningkatkan produksi dan adalah survei untuk mengumpulkan data
produktivitas. Upaya tersebut antara lain primer dari responden dan data sekunder
pemberian kredit sapi perah melalui koperasi dari dinas terkait dengan metode
dan pemasaran susu diatur melalui industri pengambilan sampel adalah purposive
pengolahan susu (IPS) sejak tahun 1982- sampling. Pemilihan secara purposive berarti
1997 (Gayatri et al., 2005), namun kebijakan sampel dipilih dan ditetapkan berdasarkan
sistem perkoperasian sapi perah oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
pemerintah belum menyejahterakan peternak sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono,
karena kurang memperhatikan strategi 2006).

Profitabilitas Usahatani Sapi Perah ...(Emawati) 101


Analisis Data Keterangan :
NPV’ = NPV yang positif
Analisis kriteria kelayakan (Becker et al., NPV” = NPV yang negatif
2007) i’= tingkat bunga yang menghasilkan NPV
1. Benefit cost ratio (BCR). Rumus yang positif
digunakan : i” = tingkat bunga yang menghasilkan NPV
Discounted gross benefit negatif
BCR = Suatu usaha apabila nilai IRR >
Discounted total cost social discount rate, maka usaha tersebut
akan layak dan apabila nilai IRR < social
(Gittinger, 1986) discount rate, maka proyek tersebut tidak
akan layak (Pudjosumartono, 1995).
Suatu usaha apabila nilai net B/C
ratio > 1, maka usaha layak dijalankan, 4. Payback period. Rumus yang
sedangkan untuk nilai net B/C ratio < 1, digunakan untuk menghitung payback
maka proyek tidak layak dijalankan period adalah :
(Prawirokusumo, 1990). Investasi
————————————
2. Net present value (NPV). Rumus yang Rerata net benefit tiap tahun
digunakan :
(Choliq et al., 1999)
NPV= n
Bt − Ct
∑ (1 + i )
t =1
t Batasan Operasional

Keterangan : 1. Peternak yang diambil sebagai


Bt = Benefit / keuntungan kotor yang responden adalah petani peternak
diperoleh pada tahun t sapi perah yang berlokasi di
Ct = Cost / biaya yang dikeluarkan pada Kabupaten Sleman yang memiliki
tahun t ternak sapi perah minimal 1 ekor sapi
i = tingkat diskonto laktasi dan telah dipelihara minimal
n = umur ekonomi proyek (tahun) selama 1 tahun
2. Perhitungan analisis finansial
Suatu proyek apabila nilai NPV > 0, ditetapkan dalam jangka waktu
maka proyek tersebut layak dijalankan. Jika selama 5 tahun dengan menggunakan
NPV = 0, berarti proyek tersebut dasar perhitungan proyeksi dari data-
mengembalikan persis sebesar social data penelitian
opportunity cost of capital. Jika NPV < 0, 3. Perhitungan analisis kelayakan usaha
proyek supaya ditolak artinya adanya dilakukan dengan penggunaan
penggunaan lain yang lebih menguntungkan tingkat bunga (discount rate) 12%
untuk sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan tingkat bunga yang
proyek (Kadariah et al., 1999). berlaku pada usahatani ternak
tersebut.
3. Internal rate of return (IRR). Rumus 4. Nilai yang dimasukkan dalam cash
yang digunakan : flow hanya merupakan nilai tunai
NPV’ yang ada
IRR = i’+ –––––––––– X (i” - i’) 5. Tenaga kerja keluarga adalah
NPV’ + NPV” anggota keluarga yang turut
mengelola usaha sapi perah dan tidak
(Soekartawi, 2006) dimasukkan dalam perhitungan

102     Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


analisis, sehingga pendapatan sistem usahataninya. Sebagian menjadikan
termasuk opportunity cost dari ternak sapi sebagai tabungan yang bisa
tenaga kerja keluarga diuangkan sewaktu-waktu, namun ada yang
6. Upah tenaga kerja luar keluarga/sewa menjadikan ternaknya sebagai salah satu
dihitung berdasarkan tingkat upah sumber pendapatan yang mendukung
yang berlaku di lokasi penelitian perekonomian rumah tangganya. Sifat-sifat
7. Produksi susu dihitung dari produksi usaha yang demikian menyebabkan
harian kemudian dikonversikan produktivitas ternak potong tidak dapat
dalam produksi selama satu masa berproduksi optimal.
laktasi menurut dasar perhitungan
Yapp dan Nevens (1955) cit Tingkat pendidikan peternak
Pudiarifinanto (2006) Berdasarkan penelitian menunjukkan
8. Penghitungan satuan ternak dari bahwa peternak sebagian besar
satuan ekor ke unit ternak menurut berpendidikan cukup rendah karena 63,33%
Brown (1979) cit Pudiarifinanto mengenyam pendidikan sekolah dasar.
(2006) adalah sebagai berikut : a). Tingkat pendidikan peternak tersebut
satu ekor sapi perah betina laktasi berpengaruh terhadap manajemen
yang telah dikawinkan (laktasi/tidak peternakan yang dilakukan. Pendidikan
laktasi) dihitung I UT, b). satu ekor peternak menggambarkan kemampuan
sapi perah jantan dewasa berumur 2 mengelola ternak sapi. Menurut Mosher
tahun dan sudah pernah kawin (1987), tingkat pendidikan memiliki peran
dihitung 1 UT, c). sapi perah muda penting dalam memahami penggunaan
atau umur 2 tahun atau lebih dihitung teknologi untuk dapat meningkatkan
1 UT, d). sapi perah muda umur 1 produktivitas usaha pertanian karena dengan
tahun hingga 2 tahun dihitung 2/3 semakin tinggi tingkat pendidikan maka
UT dan e). sapi perah umur kurang akan lebih mudah memahami dan
dari 1 tahun dihitung 1/3 UT. menerapkan teknologi baru. Pendidikan
dipandang tidak hanya meningkatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN keahlian dan ketrampilan, melainkan juga
dapat memperbaiki sikap dan menambah
Identitas Peternak pengetahuan sumber daya manusia, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan
Umur Peternak produktivitas (Sutawi, 2007).
Umur peternak sapi perah di lokasi
penelitian berkisar antara 31 – 70 tahun Pekerjaan peternak
dengan rata-rata 51 tahun. Umur peternak Penduduk di Kabupaten Sleman
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu memiliki jenis pekerjaan beranekaragam.
petani taruna yang berusia antara 15 – 25 Menurut Sukamdi dan Muntiyah (1997)
tahun, petani muda yang berusia antara 25 – mengemukakan bahwa di pedesaan masih
44 tahun dan petani dewasa yang berusia banyak anggota rumah tangga yang bekerja
diatas 45 tahun (Soegiharto, 2004). lebih dari satu jenis pekerjaan artinya
Berdasarkan penelitian bahwa 86,67 % mereka mempunyai pekerjaan pokok dan
peternak berusia di atas 45 tahun. Menurut sampingan. Pekerjaan pokok atau pekerjaan
Soegiharto (2004), sektor pertanian utama merupakan mata pencaharian yang
menunjukkan tren aging agriculture, yaitu membutuhkan waktu curahan kerja yang
suatu kondisi dimana tenaga kerja yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan
berada di pertanian adalah tenaga kerja pekerjaan sampingan (Yoga, 2007).
berusia lanjut. Peternak menjadikan ternak Pekerjaan pokok masyarakat sebagian besar
sapi sebagai salah satu dari sumber adalah peternak sebesar 70%. Peternak
penghidupan dan merupakan komponen dari mengusahakan sapi perah untuk membantu

Profitabilitas Usahatani Sapi Perah ...(Emawati) 103


menambah penghasilan keluarga sehingga kemarau, peternak mengganti pakan hijauan
dapat meningkatkan taraf hidup peternak. dengan limbah pertanian yang dibeli berupa
jerami padi atau tebon. Selain itu ternak-
Aspek Teknis Sapi Perah ternak sapi juga diberikan konsentrat berupa
dedak, bekatul, dan konsentrat buatan pabrik
Kandang, pakan dan manajemen yang dibeli di kios-kios sapronak seharga
pemeliharaan Rp 70.000,00-Rp 75.000,00/sak (50 kg).
Pada umumnya sapi-sapi dipelihara Pakan yang diberikan pada ternak
secara intensif yaitu dikandangkan sapi cukup bervariasi. Pengetahuan tentang
sepanjang hari dengan disediakan pakan pakan diperoleh peternak dari berbagai
yang cukup. Kandang merupakan bagian sumber seperti petugas dari instansi
penting dalam usaha sapi perah. Kandang pemerintahan yang pernah memberikan
yang dibangun oleh peternak sapi sangat layanan penyuluhan dan adanya proyek-
variatif, mulai dengan yang sangat proyek bantuan modal ternak yang
sederhana, bahan kandang terbuat dari memberikan informasi tentang pemberian
bambu dan kayu sebagai kerangkanya, pakan ternak, sehingga hampir sebagian
hingga kandang yang terbuat dari bahan ternak diberi konsentrat, namun demikian
bangunan permanen berdinding batako, pemberian pakan tambahan yang dibeli
namun pada prinsipnya bentuk bangunan tergantung pada modal yang mereka miliki.
kandang hampir sama, didalamnya terdapat Dilihat dari syarat pemberian pakan,
tempat pakan pada bagian depan, tempat pemberian pakan ternak tidak
menyimpan pakan pada bagian sampingnya mempertimbangkan kebutuhan ternak baik
atau pada bagian atas kandang. Kandang secara kualitas maupun kuantitas meskipun
induk dan dara dibangun menjadi satu, tetapi mereka juga memberi pakan tambahan
kandang pedet dipisah dari kandang berupa konsentrat.
induknya. Pemerahan dilakukan dengan
Biaya pembuatan kandang bervariasi menggunakan tangan. Kegiatan pemerahan
mulai dari Rp 500.000,00 - Rp dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi
35.000.000,00, tergantung pada kemampuan hari sekitar jam 05.00 dan siang hari sekitar
peternak dan rencana usahanya yang terkait jam 13.00. Produksi susu yang dihasilkan
dengan modal. Kapasitas tampung peternak disetorkan ke koperasi melalui
untuk masing-masing kandang umumnya kelompok peternak dan selanjutnya
hampir sama yaitu antara 2 – 6 ekor ternak dipasarkan ke Industri Pengolahan Susus
dewasa. Sebagian besar ruang pada setiap (IPS) yaitu PT. Sari Husada.
kandang digunakan sebagai tempat Pengawasan kesehatan ternak sangat
menyimpan pakan, tempat menampung diperlukan agar tidak merugikan peternak.
kotoran dan sisa pakan untuk pupuk Petenak melakukan pemeriksaan kesehatan
kandang, sedangkan untuk ternaknya sendiri secara berkala setiap 3 bulan sekali, 6 bulan
umumnya hanya menempati ruang sekitar sekali atau setahun sekali. Biaya yang
sepertiga bagian kandang. dikeluarkan sebesar Rp 3.000,00 – Rp
Setiap peternak mencari pakan 1 – 2 5.000,00 per peternak. Demikian pula untuk
kali perhari. Pada pagi dan sore hari pemeriksaan kebuntingan induk, dilakukan
peternak umumnya datang ke kandang secara berkala.
masing-masing untuk memberikan pakan
dan melakukan perawatan lainnya, termasuk Calving interval dan service per conception
mendeteksi birahi. Peternak dalam (S/C)
memberikan pakan, harus mengambil Calving interval merupakan ukuran
hijauan dari tempat mereka menanamnya. kemampuan ternak untuk memberikan hasil
Hijauan berupa rumput Gajah, Kolonjono, berupa pedet. Sapi perah milik peternak
Setaria dan rumput Lapangan. Pada musim rata-rata memiliki jarak beranak (calving

104     Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


interval) 15 bulan, dengan rentang antara 14 Sleman di Kabupaten Sleman dapat dilihat
bulan sampai 20 bulan. Tingginya calving pada Tabel 1.
interval tersebut kemungkinan disebabkan
oleh kurang baiknya peternak dalam Profitabilitas Usahatani Sapi Perah
mendeteksi birahi karena jarak rumah
peternak dengan lokasi kandang tidak Profitabilitas atas investasi usahatani sapi
berdekatan. Selain itu, kemungkinan waktu perah
dikawinkan setelah beranak cukup lama. Analisis investasi usahatani pada
S/C adalah jumlah perkawinan per penelitian ini menggunakan umur investasi 5
kebuntingan. S/C merupakan salah satu tahun. Pada penelitian ini, peternak
komponen biaya dalam usaha sapi perah. memelihara induk berkisar antara 2,5 sampai
Semakin kecil S/C maka biaya semakin 9 tahun. Lama waktu memelihara induk
besar. S/C pada sapi perah milik anggota tergantung kepada kondisi ternak dan
koperasi susu Usaha Peternakan dan kepentingan sosial peternak. Hal ini berarti
Pemerahan (UPP) Kaliurang di Kabupaten apabila peternak membutuhkan uang tunai,
Sleman adalah 3. Umumnya peternak peternak yang tidak memiliki pedet atau
mengawinkan sapinya dengan cara IB. ternak jantan lainnya akan menjual induk
Keterlambatan penanganan dapat miliknya, namun ada juga peternak yang
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam tetap mempertahankan induk miliknya
IB, sehingga untuk menghasilkan karena memiliki produktivitas yang dirasa
kebuntingan 1 ekor induk harus melakukan cukup baik.
IB lebih dari 3 kali. Hal tersebut Biasanya ternak dijual untuk
mengakibatkan S/C menjadi tinggi. Oleh keperluan biaya sekolah, biaya pengobatan
karena itu diperlukan peran serta instansi dan biaya untuk acara keluarga.
terkait untuk memberikan penyuluhan dalam Diasumsikan umur produktif induk 5 tahun
rangka meningkatkan produktivitas ternak adalah berdasarkan pengalaman peternak
dengan cara memperpendek calving interval untuk induk-induk berkualitas baik dapat
dan S/C. mereka pelihara hingga lebih kurang 9
Betina induk umumnya dapat tahun. Berdasarkan kemampuan biologis
menghasilkan pedet hingga tujuh kali, ternak sapi bahwa seekor sapi betina rata-
kemudian peternak akan melakukan rata memiliki umur afkir kurang lebih 10
replacement. Berdasarkan kondisi biologis tahun (Soekardono, 2006).
tentunya seekor induk memiliki kemampuan
berproduksi yang ada batasnya (optimalnya), Analisis cash flow
setelah itu produktivitas akan menurun Analisis cash flow memperhitungkan
sejalan dengan umur ternak, bagi peternak nilai aliran penerimaan uang tunai dan
yang memiliki induk sapi yang baik, nontunai yang dinilai uangkan dengan
terkadang enggan untuk menjual ternaknya opportunity cost (input cash flow) serta
cepat-cepat, karena masih ingin memperoleh aliran biaya yang semua dinilai uangkan
produksi susu dan hasil pedet yang baik. (outflow cash flow). Berdasarkan hasil
penelitian, nilai cumulatif net cash flow
Koefisien Teknis Sapi Perah untuk sapi perah cukup tinggi. Hal ini
disebabkan tingginya nilai penjualan susu
Koefisien teknis dan sapi perah sehingga menghasilkan
Koefisien teknis calving interval dan keuntungan.
umur penjualan pedet akan berpengaruh Semakin besar nilai cumulatif net
pada penerimaan dan biaya produksi (Suzuki cash flow yang diperoleh menunjukkan
et al., 2006). Koefisien teknis usahatani sapi bahwa usahatani sapi perah yang dijalankan
perah pada kondisi peternak anggota peternak mendapatkan keuntungan. Tetapi
koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten perhitungan tersebut belum dapat digunakan

Profitabilitas Usahatani Sapi Perah ...(Emawati) 105


Tabel 1. Koefisien teknis usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP
Kaliurang di Kabupaten Sleman di Kabupaten Sleman
Koefisien teknis Sapi perah
Calving interval 15 bulan
Umur penjualan pedet 3 bulan
Sumber : Data primer terolah, 2009.

sebagai indikator kelayakan usaha karena Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp.
belum di discount factor. Hasil tersebut 15.710.080,00/5 tahun. Hal ini berarti
hanya menunjukkan bahwa pada periode keuntungan yang diperoleh peternak cukup
pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil besar yaitu sebesar Rp. 3.142.016,00/tahun
yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukan untuk pemeliharaan sapi perah.
analisis investasi yang memperhitungkan Kriteria BCR. BCR merupakan
nilai uang di masa mendatang dengan perbandingan antara hasil antara hasil yang
menggunakan discount factor. dipresent-valuekan dengan biaya modal
sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya
Analisis finansial untuk menilai suatu investasi yang dijalankan. Suatu
profitabilitas usahatani pembibitan sapi potong layak
Analisis finansial untuk menilai dijalankan apabila nilai BCR > 1 (Kadariah
profitabilitas usahatani sapi perah sangat et al., 1999). Berdasarkan hasil penelitian,
penting dilakukan karena untuk mengetahui nilai BCR pada usahatani sapi perah pada
apakah usaha yang dijalankan tersebut kondisi peternak anggota koperasi UPP
dalam jangka waktu tertentu dapat Kaliurang di Kabupaten Sleman bernilai
mendatangkan keuntungan atau tidak bagi lebih dari satu yang nilainya 2,10. Hal ini
peternak (Pierre et al., 2000). Untuk berarti usahatani sapi perah layak dijalankan
mengetahui kelayakan usaha digunakan tiga karena penerimaan yang diperoleh peternak
kriteria uji kelayakan yaitu NPV, IRR dan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
BCR dengan menggunakan discount rate Kriteria IRR. IRR merupakan
12% dan jangka waktu investasi 5 tahun. tingkat keuntungan bersih atas investasi
Besarnya nilai kriteria finansial usahatani karena benefit bersih yang positif ditanam
sapi perah di Kabupaten Sleman dapat kembali dalam tahun berikutnya dan
dilihat pada Tabel 2. Usahatani sapi perah mendapatkan tingkat bunga yang sama
layak dijalankan karena NPV bernilai selama sisa umur proyek (Soekartawi,
positif, BCR>1 dan IRR>discount factor. 2006). Suatu usahatani sapi perah layak
Kriteria NPV. Analisis NPV dijalankan apabila nilai IRR lebih besar dari
penting dilakukan karena sejumlah uang 12% yaitu tingkat bunga (discount rate)
tertentu pada saat sekarang mempunyai nilai yang berlaku saat penelitian. Hasil penelitian
berbeda dimasa mendatang. NPV menunjukkan bahwa pada usahatani sapi
merupakan seluruh angka net cash flow yang perah pada kondisi peternak anggota
digandakan dengan discount factor pada koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten
tahun dan tingkat bunga yang telah Sleman memiliki nilai IRR lebih besar dari
ditentukan (Soekartawi, 2006). Suatu 12% yaitu sebesar 41,79%. Hal ini berarti
usahatani layak untuk dijalankan apabila peternak mampu mengembalikan investasi
NPV bernilai positif. yang ditanamkan.
Penelitian ini menggunakan discount Payback period. Payback period
factor 12% berdasarkan tingkat bunga bank menunjukkan jangka waktu yang diperlukan
yang berlaku saat penelitian. Nilai NPV untuk mengembalikan seluruh modal yang
usahatani sapi perah pada kondisi peternak digunakan pada investasi awal. Apabila
anggota koperasi UPP Kaliurang di payback period tersebut lebih pendek dari

106     Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


Tabel 2. Kriteria finansial atas investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak di
Kabupaten Sleman
Kriteria finansial Nilai kriteria finansial
NPV Rp 15.710.080,00
BCR 2,10
IRR 41,79%
Payback period 2,6 tahun
Sumber : Data primer terolah, 2009

umur investasi, maka usaha tersebut feasibility of a small-scale dairy processing


menguntungkan sehingga layak untuk facility. J.Dairy Sci. 90:2506-2516.
dijalankan, namun apabila payback period Choliq, A., H.R.A.Wirasasmita dan S. Hasan.
tersebut lebih panjang dari umur investasi 1999. Evaluasi Proyek, Suatu Pengantar.
maka usaha tersebut tidak layak dijalankan Pioner Jaya. Bandung.
(Husnan dan Suwarsono, 2005). Firman, A. 2007. Kajian Koperasi Persusuan di
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa Jawa Barat. Fakultas Peternakan.
nilai payback period pada usahatani sapi Universitas Padjajaran. Bandung.
perah pada kondisi peternak anggota Gayatri, S., A. Setiadi, Isbandi dan K.
koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Budiraharjo. 2005. Analisis Ekonomi
Sleman yaitu sebesar 2,6 tahun. Hal ini Pemberian Kredit Sapi terhadap Tingkat
berarti dalam kurun waktu kurang dari tiga Pendapatan Peternak Sapi Perah di
tahun dapat mengembalikan investasi Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
sehingga usahatani sapi perah layak Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi
dijalankan karena cepat mengembalikan Peternakan dan Veteriner. Semarang.
investasi. Menurut Cholig (1999), semakin Gittinger, J.P. 1986. Economic Analysis of
cepat waktu pengembalian maka semakin Agricultural Projects. UI-Press. Jakarta.
baik untuk diusahakan. Husnan, S. dan Suwarsono. 2005. Studi
Kelayakan Proyek. Fakultas Ekonomi.
KESIMPULAN Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999.
Berdasarkan hasil profitabilitas atas Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas
investasi usahatani sapi perah pada kondisi Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
peternak di Kabupaten Sleman dengan Pudiarifinanto, M.R. 2006. Analisis Finansial
menggunakan umur investasi 5 tahun, Usahatani Ternak Sapi Perah berdasarkan
discount factor 12% memiliki nilai NPV = Pola Usaha di Desa Glagaharjo Kecamatan
Rp 15.710.080,00, IRR = 41,79% , BCR = Cangkringan Kabupaten Sleman. Skripsi
2,10 dan payback period = 2,6 tahun. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan Mada. Yogyakarta.
bahwa usahatani sapi perah di Kabupaten St-Pierre, N.R., D. Shoemaker, L.R. Jones. A
Sleman layak diusahakan oleh peternak. case study to illustrate analysis of
alternative farm investment in fixed assets.
2000. J. Dairy Sci. 83 (5), pp. 1159-1169.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan 9. CV Alfabeta. Bandung. Susieni,
Becker, K.M., R.L. Parsons, J. Kolodinsky, G.N. A. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan
Matirut. 2007. A cost and returns evaluation 2. Penerbit Andi. Yogyakarta.
of alternative dairy products to determine Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press.
capital investment and operational Jakarta.

Profitabilitas Usahatani Sapi Perah ...(Emawati) 107


Soetanto, H. 2011. Analisis SWOT : Agribisnis Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Agribisnis
Sapi Perah. Makalah Seminar Indo- Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan
Livestock Expo. Surabaya. Pertanian. Volume 3 no 3. Pusat Analisis
Suzuki, K., M. Kanameda, T. Ogawa, T.T.D. dan Kebijakan Pertanian, Bogor
Nguyen, T.T.S. Dang, Q.H. Luu, D.U. Velasco, J.T., J.A. Ordonez, L.C. Bustillo.
Pfeiffer. 2006. Productivity and socio- Economic sensitivity of a dual-purpose
economic profile of dairy cattle farmers cattle systems due to the variation in
amongst rural smallholder communities in average herd reproductive performance.
northern Vietnam. Livestock Science 101 : Revista Cientifica de la Facultad de
242-250. Ciencias Veterinarias de la Universidad del
Zulia 10 (1), pp. 30-36.

108     Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

Anda mungkin juga menyukai