ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profitabilitas atas investasi usahatani sapi
perah rakyat di Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan
Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah
survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari dinas terkait
serta wawancara dengan menggunakan kuesioner. Responden diambil secara purposive
sampling. Analisis finansial untuk menilai profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah
menggunakan kriteria investasi benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV), internal
rate of return (IRR) dan payback period (PPC). Hasil analisis finansial berdasarkan umur
investasi 5 tahun dengan discount factor 12%/tahun pada saat ini menunjukkan nilai NPV =
Rp. 15.710.080,00; BCR = 2,10; IRR = 41,79% dan PPC = 2,6 tahun. Usahatani sapi perah
rakyat di Kabupaten Sleman secara finansial layak untuk dijalankan peternak.
ABSTRACT
100
PENDAHULUAN manajemen produksi. Berdasarkan hal
tersebut, maka permasalahan utama yang
Di Indonesia pada kurun waktu 5 perlu dipecahkan adalah bagaimana koperasi
tahun terakhir pertumbuhan populasi dan sapi perah dalam jangka pendek dapat
produksi susu masing-masing sebesar 7,45% meningkatkan pendapatan peternak sapi
dan 14,6%. Jawa Timur merupakan propinsi perah. Peningkatan pendapatan peternak erat
yang memiliki kontribusi terbesar dalam kaitannya dengan biaya produksi dan
pertumbuhan dan produksi susu di Indonesia manajemen usaha.
yaitu masing-masing sebesar 14,6% dan Hasil produksi perusahaan sapi perah
24,3% (Soetanto, 2011). merupakan hasil gabungan dari berbagai
Permasalahan yang dihadapi dalam faktor produksi yang digunakan untuk
usaha sapi perah terbagi dalam tiga sektor menghasilkan produksi susu. Produksi susu
hulu, tengah dan hilir. Di sector hulu akan optimal apabila penggunaan faktor-
permasalahannya anatra lain produktivitas faktor produksi dapat dialokasikan secara
rendah, bibit sapi perah kurang, biaya pakan efisien dengan mengunakan input-input
tinggi, skala pemilikan rendah dan mutu produksi secara optimum. Efisiensi
SDM rendah. Problem di sektor tengah dimaksudkan agar daya guna input produksi
meliputi teknis budidaya dan system rata-rata maksimum sehingga diperoleh
recording rendah, ketersediaan lahan untuk keuntungan yang maksimum pula.
produksi pakan menurun, konversi lahan Berdasarkan latar belakang di atas maka
pertanian ke non pertanian, modal usaha dari perlu dilakukan penelitian mengenai analisis
perbankan masih rendah serta kerjasama finansial untuk menilai profitabilitas
lintas sektoral belum terpadu. Di sector hilir usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman.
antara lain harga susu segar dan konsumen Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
masih rendah serta harga jual pedet/sapi menentukan profitabilitas atas investasi
perah tidak stabil (Soetanto, 2011). usahatani sapi perah rakyat di Kabupaten
Selama ini pemeliharaan sapi perah Sleman.
pada peternak rakyat masih bersifat
sederhana, artinya peternak masih MATERI DAN METODE
menggunakan teknologi yang sederhana
dalam pemeliharaan sapi perah, dimana Penelitian dilaksanakan mulai bulan
pengetahuan pemeliharaan sapi perah Juni sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi
peternak masih didapat secara turun- di Kabupaten Sleman. Metode penentuan
temurun, dan merupakan usaha sambilan. lokasi penelitian ditentukan secara sengaja,
Setiap usaha mengharapkan keuntungan dengan lokasi contoh penelitian di Koperasi
yang dapat diperoleh dengan menggunakan UPP Kaliurang dengan pertimbangan bahwa
faktor-faktor produksi yang dimiliki di lokasi tersebut terdapat beberapa
peternak. kelompok tani ternak yang tergabung dalam
Pemerintah telah mengupayakan Koperasi UPP Kaliurang, Kabupaten
pengembangan sapi perah dalam rangka Sleman. Metode penelitian yang digunakan
untuk meningkatkan produksi dan adalah survei untuk mengumpulkan data
produktivitas. Upaya tersebut antara lain primer dari responden dan data sekunder
pemberian kredit sapi perah melalui koperasi dari dinas terkait dengan metode
dan pemasaran susu diatur melalui industri pengambilan sampel adalah purposive
pengolahan susu (IPS) sejak tahun 1982- sampling. Pemilihan secara purposive berarti
1997 (Gayatri et al., 2005), namun kebijakan sampel dipilih dan ditetapkan berdasarkan
sistem perkoperasian sapi perah oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
pemerintah belum menyejahterakan peternak sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono,
karena kurang memperhatikan strategi 2006).
sebagai indikator kelayakan usaha karena Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp.
belum di discount factor. Hasil tersebut 15.710.080,00/5 tahun. Hal ini berarti
hanya menunjukkan bahwa pada periode keuntungan yang diperoleh peternak cukup
pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil besar yaitu sebesar Rp. 3.142.016,00/tahun
yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukan untuk pemeliharaan sapi perah.
analisis investasi yang memperhitungkan Kriteria BCR. BCR merupakan
nilai uang di masa mendatang dengan perbandingan antara hasil antara hasil yang
menggunakan discount factor. dipresent-valuekan dengan biaya modal
sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya
Analisis finansial untuk menilai suatu investasi yang dijalankan. Suatu
profitabilitas usahatani pembibitan sapi potong layak
Analisis finansial untuk menilai dijalankan apabila nilai BCR > 1 (Kadariah
profitabilitas usahatani sapi perah sangat et al., 1999). Berdasarkan hasil penelitian,
penting dilakukan karena untuk mengetahui nilai BCR pada usahatani sapi perah pada
apakah usaha yang dijalankan tersebut kondisi peternak anggota koperasi UPP
dalam jangka waktu tertentu dapat Kaliurang di Kabupaten Sleman bernilai
mendatangkan keuntungan atau tidak bagi lebih dari satu yang nilainya 2,10. Hal ini
peternak (Pierre et al., 2000). Untuk berarti usahatani sapi perah layak dijalankan
mengetahui kelayakan usaha digunakan tiga karena penerimaan yang diperoleh peternak
kriteria uji kelayakan yaitu NPV, IRR dan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
BCR dengan menggunakan discount rate Kriteria IRR. IRR merupakan
12% dan jangka waktu investasi 5 tahun. tingkat keuntungan bersih atas investasi
Besarnya nilai kriteria finansial usahatani karena benefit bersih yang positif ditanam
sapi perah di Kabupaten Sleman dapat kembali dalam tahun berikutnya dan
dilihat pada Tabel 2. Usahatani sapi perah mendapatkan tingkat bunga yang sama
layak dijalankan karena NPV bernilai selama sisa umur proyek (Soekartawi,
positif, BCR>1 dan IRR>discount factor. 2006). Suatu usahatani sapi perah layak
Kriteria NPV. Analisis NPV dijalankan apabila nilai IRR lebih besar dari
penting dilakukan karena sejumlah uang 12% yaitu tingkat bunga (discount rate)
tertentu pada saat sekarang mempunyai nilai yang berlaku saat penelitian. Hasil penelitian
berbeda dimasa mendatang. NPV menunjukkan bahwa pada usahatani sapi
merupakan seluruh angka net cash flow yang perah pada kondisi peternak anggota
digandakan dengan discount factor pada koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten
tahun dan tingkat bunga yang telah Sleman memiliki nilai IRR lebih besar dari
ditentukan (Soekartawi, 2006). Suatu 12% yaitu sebesar 41,79%. Hal ini berarti
usahatani layak untuk dijalankan apabila peternak mampu mengembalikan investasi
NPV bernilai positif. yang ditanamkan.
Penelitian ini menggunakan discount Payback period. Payback period
factor 12% berdasarkan tingkat bunga bank menunjukkan jangka waktu yang diperlukan
yang berlaku saat penelitian. Nilai NPV untuk mengembalikan seluruh modal yang
usahatani sapi perah pada kondisi peternak digunakan pada investasi awal. Apabila
anggota koperasi UPP Kaliurang di payback period tersebut lebih pendek dari