Anda di halaman 1dari 55

IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG

MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI


DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.

SKRIPSI

LUQMAN HAKIM
E10013041

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG
MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI
DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.

Luqman Hakim (E10013041), dibawah bimbingan


Ella Hendalia1) dan Filawati 2)

RINGKASAN

Bulu ayam merupakan limbah pemotongan unggas, khususnya ayam broiler yang
produksinya cukup melimpah dan dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Bulu ayam mengandung protein yang sangat tinggi mencapai 81% yang memungkinkan
dijadikan sebagai alternatif bahan pakan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui
imbangan efisiensi penggunaan protein ransum ayam broiler yang mengandung
tepung bulu ayam (TBA) hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp.
dan gabungan Bacillus spp. + Lactobacillus spp.
Penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler sebanyak 180 ekor, bulu
ayam, bungkil kelapa, Probio_FM yang mengandung Bacillus dan Probio-FM
mengandung Lactobacillus, dan bahan pakan penyusun ransum. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4
dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah penggunaan 3 jenis TBA hasil
fermentasi, yaitu fermentasi dengan Bacillus (TBA-B), fermentasi dengan
Lactobacillus (TBA-L) dan fermentasi dengan gabungan Bacillus + Lactobacillus
(TBA-BL). Faktor kedua adalah 4 taraf penggunaan TBA dalam ransum (0%, 4%,
8%, 12%). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan, konsumsi protein, efisiensi penggunaan pakan dan imbagan efisiensi
protein. Data yang diperoleh dilakukan Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji
lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan TBA hasil
fermentasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua peubah yang
diamati, sedangkan taraf penggunaan TBA secara nyata (P<0,05) dapat
menurunkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konsumsi protein,
efisiensi penggunaan pakan dan imbangan efisiensi protein. Tidak terdapat
interaksi antara jenis TBA dan taraf penggunaannya di dalam ransum.
Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ketiga jenis
TBA menghasilkan imbangan efisiensi protein yang relatif sama, namun pada
taraf penggunaan 4% dapat menurunkan imbangan efisiensi protein pada ayam
broiler.
1)
PembimbingUtama
2)
PembimbingPendamping
IMBANGAN EFISIENSI P PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG
MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI
DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.

OLEH

LUQMAN HAKIM
E10013041

Telah Diuji Dihadapan Tim Penguji


Pada Selasa, Tanggal 09 Mei 2017, dan dinyatakan Lulus
Ketua : Ir. Ella Hendalia, M.S
Sekretaris : Filawati, S.Pt, MP
Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr
2. Ir. Suhessy Syarif, MP
3. Ir. Sestilawarti, MP

Menyetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Ella Hendalia, M.S Filawati, S.Pt, MP


NIP. 19570327 198303 2 001 NIP. 19700821 199702 2 001
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui :
Wakil Dekan BAKSI Ketua Jurusan/Prodi Peternakan

Dr. Sc. Agr. Ir. Teja Kaswari, M. Sc Ir. Darmawan, MP


NIP. 196612151992031002 NIP.195706151987101001
Tanggal: Tanggal:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ―Imbangan
Efisiensi Protein Ransum Ayam Broiler Yang Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Dengan Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.‖ adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan
kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, Mei 2017

Luqman Hakim
RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari


pasangan bapak Tamami dan Ibu Qoni’ah. Penulis
dilahirkan di Muara Bulian Kabupaten Batanghari Provinsi
Jambi pada tanggal 05 Januari 1995. Penulis telah
menyelesaikan jenjang pendidikan diantaranya di TK
IQRA’ TUAH SAKATO tahun 2001, Sekolah Dasar
Negeri (SDN) 80/I Muara Bulian tahun 2007, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 21 Batanghari pada tahun 2010 dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Batanghari pada tahun 2013. Penulis
mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan menamatkan SMA tahun
2013.
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas
Jambi pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) undangan. Praktek lapang dilaksanakan pada semester VII
(ganjil) tahun akademik 2015/2016 yang bertempat di Peternakan bapak R.
Kartono di Desa Marga Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro
Jambi. Pada Bulan Juli 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA)
DP2M Dikti Universitas Jambi selama dua bulan yang berlokasi di Desa Marga
Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

Jambi, Mei 2017

Luqman Hakim
PRAKATA

Bulu ayam merupakan limbah pemotongan ayam broiler yang produksinya cukup
melimpah dan dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah di indonesia. Bulu ayam
mengandung protein yang sangat tinggi mencapai 81% yang memungkinkan dijadikan
sebagai alternatif bahan pakan. Sayangnya, protein yang terkandung dalam bulu ayam
merupakan jenis keratin yang sukar larut, sulit dicerna dan resisten terhadap perlakuan fisik
dan kimia. Salah satu teknik yang praktis dilakukan dan aman bagi lingkungan
untuk menghidolisis keratin pada bulu ayam, adalah pengolahan secara
mikrobiologis dengan memanfaatkan mikroba penghasil keratinase, diantaranya
adalah kelompok Bacillus dan Lactobacillus. Sehubungan dengan ini, serangkaian
penelitian telah dilakukan di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi di
Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian yang diperoleh
dituangkan dalam tulisan ini.
Pada kesempatan ini, penulis awali dengan mengucapkan puji syukur
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan nikmat kesehatan
serta kesempatan yang telah dianugrahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi. Skripsi ini merupakan
persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada
Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini telah melibatkan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan kontribusi dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi. Pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Kepada Ayah saya Tamami dan Ibu saya Qoni’ah atas doa, usaha serta
motivasi sehingga ananda mencapai apa yang dicita-citakan. Kepada Adik
saya Annisa Muflihatusiyami dan kepada semua keluarga terima kasih atas
motivasi dan doanya.
2. Dr. Ir. Agus Budiansyah, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di
Fakultas Peternakan.

i
3. Ir. Hj. Ella Hendalia, M.S selaku pembimbing utama, atas bimbingan
dorongan dan motivasi serta diskusi yang sangat berharga yang diberikan
sejak penyusunan usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
4. Filawati, S.Pt, MP selaku pembimbing pendamping, atas bimbingan dorongan
dan motivasi serta diskusi yang sangat berharga yang diberikan sejak
penyusunan usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
5. Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc, Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah
memberi ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
6. Ir. Darmawan, M.P selaku ketua jurusan/prodi peternakan yang banyak
membantu penulis menyelesaikan mata kuliah kesarjanaan.
7. Dr. Ir. Mardalena, M.P selaku pembimbing Praktek Lapang dan staf pengajar
yang telah membekali penulis dengan pengetahuan selama penulis menjadi
mahasiswa di Universitas Jambi.
8. Buat orang spesial yang telah memberi motivasi dan selalu mensuport penulis
dan telah menemani penulis hingga akhir penulisan.
9. Terimakasih kepada rekan satu penelitian Adam Pajar Pratama dan Yuldi
Saritiyono yang telah berjuang bersama dalam penelitian dan membantu
dalam proses penelitian.
10. Terimakasih kepada pimpinan Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi
yang telah memberikan penulis tempat tinggal selama penulis menjalani masa
study. Selanjutnya terimakasih kepada seluruh anak kandang pakde Bastiyan,
Andry Alfian, Nasrial yang telah menjadi partner kerja dikandang.
11. Terimakasih kepada teman-teman KKN PPM Dikti Posko 1 Kecamatan
Sungai Bahar yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis selama
menjalani kuliah kerja nyata.
12. Kepada seluruh teman – teman kelas A angkatan 2013 yang telah membantu
selama perkuliahan ini.

ii
Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan
manusia diamanahkan untuk selalu melakukan ikhtiar untuk memantapkan
langkah menuju karya yang lebih baik. Penulis berharap tulisan ini bermanfaat
bagi para pembaca. Terima Kasih.

Jambi, Mei 2017

Luqman Hakim

iii
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 3
1.3. Manfaat .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1. Potensi Bulu Ayam Sebagai Pakan Unggas........................... 4
2.2. Pengolahan Bulu Ayam ......................................................... 4
2.3. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kualitas TBA ..................... 5
2.4. Protein dan Efisiensi Penggunaannya .................................... 7
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 9
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................. 9
3.2. Materi dan Peralatan .............................................................. 9
3.3. Metode .................................................................................. 9
3.3.1. Prosedur Pembuatan TBA Fermentasi ................................ 9
3.3.2. Persiapan Kandang.............................................................. 10
3.3.3. Ransum ............................................................................... 11
3.3.4. Pencampuran Ransum ......................................................... 13
3.3.5. Pengacakan Perlakuan dan Pengacakan Ayam ................... 13
3.3.6. Pemeliharaan ....................................................................... 13
3.4. Rancangan Percobaan ............................................................ 14
3.5. Peubah yang Diamati ............................................................. 14
3.6. Analisis Data .......................................................................... 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 16
4.1. Konsumsi Ransum ................................................................. 17
4.2. Pertambahan Bobot Badan ..................................................... 18

iv
4.3. Konsumsi Protein .................................................................. 19
4.4. Efisiensi Penggunaan Pakan .................................................. 20
4.5. Imbangan Efisiensi Protein .................................................... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 23
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 23
5.2. Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 29

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kebutuhan Zat-Zat Makanan dan EM Broiler Fase Starter dan Grower. 11


2. Komposisi Zat Makanan dan EM Penyusun Bahan Ransum ............... 12
3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum ................................................... 12
4. Kandungan Zat Makanan dan EM Ransum Perlakuan ....................... 13
5. Pengaruh penggunaan TBA dalam Ransum terhadap pertambahan
bobot badan, konsumsi ransum, konsumsi protein, efisiensi
penggunaan pakan dan imbangan efisiensi protein ayam broiler
selama 35 hari pemeliharaan ................................................................ 16

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis Ragam Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Yang


Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil Fermentasi
Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp. . .................................................. 29

2. Analisis Ragam Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler


Yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.. ................................ 32
3. Analisis Ragam Terhadap Konsumsi Protein Ayam Broiler Yang
Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil Fermentasi
Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.. ................................................... 35
4. Analisis Ragam Terhadap Efisiensi Penggunaan Pakan Ayam Broiler
Yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.. ................................ 38
5. Analisis Ragam Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Ayam Broiler
Yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.. ................................ 41

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bulu ayam merupakan limbah pemotongan unggas, khususnya ayam


broiler, yang berpotensi untuk dijadikan bahan pakan sumber protein, karena
limbah ini mengandung protein yang sangat tinggi mencapai 81% jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan tepung ikan 58% (NRC, 1994). Hingga saat ini
Indonesia masih menjadi negara importir terbesar tepung bulu ayam (TBA),
bahkan pada tahun 2014 Indonesia melakukan impor sebanyak 99.000 ton dari
Amerika Serikat (Wanasuria, 2015). Belum termanfaatkannya bulu ayam di dalam
Negeri karena belum adanya teknik pengolahannya yang memadai, terutama
untuk meningkatkan kualitas nutrisi TBA yang dihasilkan. Teknik pengolahan
bulu ayam yang umum dilakukan saat ini adalah kombinasi antara pengolahan
fisik dengan menggunakan tekanan uap pada suhu tinggi dan kimia menggunakan
larutan asam (HCl) atau basa (NaOH). Teknik ini belum mampu meningkatkan
kualitas nutrisi secara signifikan, sehingga TBA yang dihasilkan umumnya hanya
dapat digunakan dalam ransum ayam pedaging sekitar 2-4% (Hendalia et. al.,
2008).
Terbatasnya penggunaan TBA didalam ransum karena hampir 90% protein
yang terkandung di dalamnya merupakan keratin ( Kim dan Patterson, 2000).
Menurut Puastuti (2007) bahwa keratin memiliki sifat tidak larut di dalam air,
serta resisten terhadap pengolahan fisik dan kimia. Sebagai akibatnya protein bulu
ayam menjadi sulit dicerna, sehingga tidak efisien untuk digunakan sebagai
sumber protein bagi ternak unggas.
Salah satu teknik yang aman untuk menghidolisis keratin pada bulu ayam,
adalah pengolahan secara mikrobiologis dengan memanfaatkan mikroba penghasil
keratinase, diantaranya adalah kelompok Bacillus dan Lactobacillus. Menurut
Lakshmi et. al. (2013), Bacillus subtilis dan Bacillus cereus memiliki aktivitas
keratinase yang tinggi serta mampu meningkatkan jumlah asam amino sistin,
methionine dan asam amino bebas selama 5 hari fermentasi. Demikian pula

1
menurut Hwang et. al. (2015) Lactobacillus plantarum, memiliki aktifitas
keratinolitik empat kali lebih kuat dibandingan dengan enzim papain.
Hasil penelitian Sapdiyanto (2016) menunjukkan bahwa fermentasi selama
7 hari menggunakan Probio_FM yang mengandung Lactobacillus spp. dan
gabungan Bacillus spp. + Lactobacillus spp. secara nyata akan menghasilkan
karakteristik fisik bulu ayam yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi
menggunakan Bacillus spp., yang tercermin dari teksturnya yang lebih lembut dan
rapuh serta berkurangnya keambaan (bulkiness). Dari hasil penelitian Pratama
(2016) diketahui bahwa kandungan protein bulu ayam yang difermentasi dengan
Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya masing-masing adalah
78,62%, 76,21% dan 74,91%, sedangkan yang difermentasi tanpa menggunakan
bakteri (kontrol) adalah 79.17%. Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut
terdapat indikasi bahwa Lactobacillus lebih mampu mendegradasi keratin
dibandingkan dengan Bacillus. Semakin banyak ikatan keratin yang terdegradasi
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan protein yang berasal dari keratin,
sehingga hidrolisat bulu ayam yang dihasilkan menjadi lebih lembut, lebih rapuh,
dan tidak bulky.
Untuk mengevaluasi kualitas protein TBA hasil fermentasi dengan
Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabugan keduanya perlu dilakukan
pengujian secara biologis pada ternak, salah satu cara untuk adalah dengan
melihat imbangan efisiensi protein pada ayam broiler. Menurut Piliang dan Al Haj
(1991) bahwa Imbangan Efisiensi Protein (IEP) adalah pertambahan bobot badan
(gram) per banyaknya protein yang dikonsumsi (gram). Semakin besar nilai IEP
menunjukan bahwa semakin efisien protein yang dikonsumsi dan dikonversikan
kedalam pertambahan bobot badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imbangan efisiensi protein
ransum ayam broiler yang mengandung tepung bulu ayam hasil fermentasi
Bacillus spp. dan Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya.

2
1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh penggunaan TBA dan taraf
maksimal penggunaan TBA hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus
spp. dan gabungan keduanya terhadap imbangan efisiensi protein (IEP) ransum
ayam broiler.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah Sebagai informasi tentang potensi bulu
ayam hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp., dan gabungan
Bacillus spp. + Lactobacillus spp. sebagai pakan sumber protein pada ayam
broiler.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Bulu Ayam Sebagai Pakan Unggas

Bulu ayam merupakan limbah rumah pemotongan ayam (RPA) dengan


jumlah berlimpah dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya populasi
ayam (Imsya dan Palupi 2008). Ketersediaan bulu ayam relative banyak yakni
sekitar 4-9% dari bobot ayam hidup (Austic dan Nesheim,1990). Bulu ayam yang
berlimpah diketahui mengandung protein kasar lebih dari 80% dari bahan
keringnya, namun penggunaannya sebagai bahan penyusun ransum ternak belum
banyak dimanfaatkan, Kenyataan ini disebabkan ada beberapa faktor pembatas
diantaranya daya cerna bervariasi dan rendah (Papadopoulus, I985).
Menurut Murtidjo (1995), protein kasar tepung bulu ayam mencapai
86,5% dan energi metabolis 3.047 kcal/kg. Kandungan nutrien bulu ayam adalah
81% protein, 1.2% lemak, 86% bahan kering, dan 1.3% abu (Zerdani et. al.,
2004), selain itu bulu ayam mengandung mineral kalsium 0.19%, fosfor 0.04%,
kalium 0.15%, dan sodium 0.15% (Kim dan Patterson 2000).
Menurut Adiati et. al. (2004), bulu unggas memiliki kandungan protein
(keratin) sebesar 80-90%, melebihi kandungan protein pada kedelai (42,5%).Bulu
ayam, meskipun kadar proteinnya mencapai 80-90% akan tetapi protein tersebut
tersusun dari protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas (Kim dan Patterson
,2000. Zerdani et. al., 2004). Profil asam amino tepung bulu ayam memiliki
kemiripan dengan tepung ikan (Sarmwatanakul dan Bamrongtum, 2000;
Arunlertaree dan Moolthongnoi, 2008).

2.2. Pengolahan Bulu Ayam

Pemrosesan limbah bulu ayam pada prinsipnya digunakan untuk


memutuskan ikatan sulfur dari sistin di dalam bulu ayam tersebut. Tahap awal
yang dilakukan dalam mengolah limbah bulu ayam adalah membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel dengan air bersih, kemudian dikeringkan
(Puastuti, 2007).

4
Menurut Achmad (2001) bahwa TBA yang dihasilkan pada masing-
masing pemrosesan memiliki tingkat kecernaan yang berbeda-beda. Pemrosesan
bulu ayam secara fisik dengan menggunakan tekanan dan suhu tinggi selama 8
jam meningkatkan kecernaan kadar protein sebesar 76% (Adiati et. al., 2004).
Pemrosesan kimiawi dan basa menggunakan NaOH 6% dengan pemanasan dan
tekanan meningkatkan kecernaan bahan kering 64,4% (Puastuti 2007).
Pengolahan bulu ayam menggunakan suhu tinggi hingga menghasilkan TBA
dapat menyebabkan denaturasi protein, sehingga kualitas protein bulu ayam
menurun (Adiati et. al., 2004).
Menurut Zerdani et. al. (2004) Bacillus liceniformis merupakan bakteri
yang sangat efisien untuk menghidrolisis bulu ayam. El Boushy et. al. (1990) juga
melaporkan bahwa hidrolisat bulu dapat digunakan dalam pakan ayam broiler
hingga 6%, ayam petelur 7% dan kalkun 5% tanpa mempengaruhi produktivitas
dan kesehatannya. Sedangkan Erpomen (2010) melaporkan bulu ayam yang
diolah menggunakan 0.2% NaOH dan dipanaskan selama 90 menit dapat
digunakan hingga taraf 15% (75% pengganti tepung ikan) dalam ransum broiler.
Bulu ayam yang direbus 30 menit hanya mampu menggantikan 3% bungkil kedele
dalam pakan broiler (Ochetim, 1993).

2.3. Pengaruh Pengolahan terhadap Kualitas TBA

Bulu ayam memiliki tekstur yang keras, alot dan berdebu bila dijadikan
tepung serta bersifat bulky sehingga dapat menghambat proses pencernaan dan
penyerapan zat makanan di dalam saluran pencernaan serta mempengaruhi laju
pengosongan lambung (Hendalia et. al., 2008). Menurut Moritz and Latshaw
(2001), salah satu indicator untuk menilai kualitas bulu ayam adalah keambaan
(bulk density)). Menurut Leeson and Summer (1997), perlakuan terhadap tepung
bulu ayam dengan campuran enzim yang mengandung keratinase telah
menunjukkan perbaikan dalam kecernaan protein secara keseluruhan dan
performan unggas. Namun penggunaan tepung bulu ayam dibatasi oleh rendahnya
kandungan beberapa asam amino termasuk metionin, lisin dan histidin.
Teknik fermentasi bulu ayam menggunakan mikroba spesifik penghasil
keratinase mampu meningkatkan performa ayam broiler (Odetallah et. al., 2003),

5
asam amino esensial dan kadar proteinnya (Williams et. al., 1991; Bertcsh dan
Coello, 2005), menurunkan fraksi serat (Belewu et. al., 2008) dan menggantikan
tepung ikan (Arunlertaree dan Moolthongnoi, 2008).
Adriani, (2006) melaporkan bahwa hidrolisis bulu ayam menggunakan
enzim papain yang diekstrak dari buah pepaya dan enzim bromelin yang
diekstrak dari buah nanas dapat mengurangi keambaan dan berdebunya ransum.
Menurut Irawan (2007), tepung bulu ayam yang tidak dihidrolisis memiliki tekstur
yang lebih berdebu dan lebih bulky sehingga kurang disukai oleh ternak. Menurut
Iskandar (2009) bahwa Hidrolisis bulu ayam dengan daun papaya dapat
mengurangi keambaan (bulky) dan berdebunya ransum. Hendalia et. al. (2016),
bahwa fermentasi bulu ayam dengan Lactobacillus spp. menghasilkan kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi menggunakan Bacillus spp. dan
gabungan keduanya.
Hendalia (2005) melaporkan bahwa tepung bulu ayam (TBA) memiliki
kecernaan bahan kering (KCBK) in vitro yang sangat rendah, yaitu 21,87%,
sedangkan TBA yang dihidrolisis dengan enzim papain dan bomelin memiliki
KCBK masing-masing 27,27% dan 26,99%. Selanjutnya dilaporkan bahwa bulu
ayam yang dihidrolisis dengan asam formiat hanya dapat ditolerir oleh ayam
broier sampai taraf 4%. Semakin tinggi taraf penggunaan HBA menyebabkan
ransum menjadi amba (bulky) dan sulit dicerna (Hendalia et. al., 2008).
Hendalia et. al. (2016), diketahui bahwa daya cerna protein bulu ayam
hasil fermentasi dengan Lactobacillus spp. nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingan bulu ayam hasil fermentasi dengan Bacillus spp. dan gabungan
keduanya. Tepung keratin bulu ayam tersebut mampu menggantikan konsentrat
ayam petelur hingga 35% tanpa mempengaruhi pertumbuhan, konsumsi dan
konversi pakannya (Rahayu, 2014).
Menurut Hendalia et. al. (2016) kandungan lisin pada TBA-BL hanya
1,44% dan metionin 0,91% sementara histidin dan sistein tidak terdeteksi.,
ketidakseimbangan asam amino akan dirasakan oleh otak dengan efek utama feed
intake (Forbes, 1986). Demikian pula menurut Resnawati (1998), bahwa
ketidakseimbangan asam amino menyebabkan berkurangnya konsumsi pakan.
Defisiensi asam amino dalam skala ringan dapat merangsang konsumsi ransum,

6
namun defisiensi pada tingkat parah dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi
ransum sehingga berdampak pada pertambahan bobot badan (Davies, 1982).

2.4. Protein dan Efisiensi Penggunaannya

Protein merupakan salah satu di antara zat-zat makanan yang mutlak


dibutuhkan ternak baik untuk hidup pokok, pertumbuhan dan untuk produksi
(Parakasi, 1983). Tillman dkk (1989) menyatakan bahwa protein adalah senyawa
organik kompleks dan merupakan suatu molekul makro dan polimer dari asam-
asam amino yang digabungkan dengan ikatan peptida.Ransum yang kandungan
proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Scheider dan Flatt (1975) dan
Tillman dkk (1989) yang mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kecernaan
protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein
yang masuk dalam saluran pencernaan.
Gultom (2014) menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan
mempengaruhi asupan protein pula ke dalam daging dan asam-asam amino
tercukupi di dalam tubuhnya sehingga metabolisme sel-sel dalam tubuh
berlangsung secara normal. Menurut Wahju (1997) Untuk menilai kualitas protein
adalah dengan mengukur nilai biologis protein, salah satunya adalah dengan
melihat IEP. Menurut Rizal dkk (2003) bahwa jumlah konsumsi protein
berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup, ini disebabkan karena
pertambahan bobot hidup berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal dari
protein ransum yang dikonsumsi. Menurut Winedar dkk (2004) semakin tinggi
kandungan protein ransum maka akan semakin tinggi pula konsumsi protein,
namun jika kandungan protein relative sama maka konsumsi protein akan sama.
Irawati (2012), bahwa konsumsi protein selama 35 hari pemeliharaan antara 19,10
– 20,79 gr/ekor/hari. selanjutnya Wahju (1985) melaporkan bahwa untuk
pertumbuhan normal ayam broiler dapat mengkonsumsi protein 120,11 gr/minggu
atau 17,15 gr/hari.
Djanah (1985) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai efisiensi
penggunaan pakan yang tinggi dalam mengubah ransum menjadi daging serta
pertumbuhannya cepat, kebutuhan nutrien ayam broiler harus terpenuhi supaya
kebutuhan hidup pokok dan produksinya tercukupi. Piliang dan Al Haj (1991)

7
menyatakan bahwa penggunaan protein atau rasio efisiensi protein (REP) adalah
pertambahan bobot badan (gram) per banyaknya protein yang dikonsumsi (gram),
dan dijelaskan lagi oleh Wahju (1985) yang menyatakan bahwa rasio efisiensi
protein merupakan pembagian antara pertambahan bobot badan dengan
banyaknya protein yang dikonsumsi. Martua (2010), bahwa rasio efisiensi protein
pada ayam broiler yang diberi ransum komersil dan probiotik adalah sekitar 2,20-
2,38, sedangkan yang dilaporkan Irawati (2012) rataan imbangan efisiensi protein
ayam broiler yang diberi ransum komersil yaitu 2,93.
Robel dkk (1956) mengemukakan bahwa imbangan efisiensi protein erat
hubungannya dengan protein yang dikonsumsi, dan konsumsi protein dan jumlah
ransum yang dikonsumsi. Selanjutnya Furuse dan Yokota (1984) menjelaskan
bahwa nilai imbangan efisiensi protein nyata meningkat dengan meningkatnya
protein dalam ransum, tetapi lingkungan tidak berpengaruh. Ewing (1983)
menyatakan bahwa efisiensi protein menurun dengan adanya peningkatan protein
ransum mungkin dikarenakan sebagian protein digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Hal ini menunjukkan pentingnya konsumsi energi yang cukup
jika ayam digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein berdasarkan retensi
nitrogen.
Mahfudz et. al. (1997) yang menyatakan bahwa rasio efisiensi protein
menunjukkan penggunaan protein untuk pertumbuhan, dimana diperoleh dari
perbandingan pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum.Semakin tinggi
nilai rasio efisiensi protein, maka semakin efisien ternak memanfaatkan protein
yang dikonsumsi (Anggorodi, 1994). Jenis kelamin jantan mempunyai
pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding betina sehingga rasio efisiensi
proteinnya lebih tinggi.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Farm Fakultas Peternakan Universitas
Jambi, tanggal 27 Mei sampai tanggal 22 Juli 2016.

3.2. Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan adalah 180 ekor DOC broiler starin CP 707. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan TBA adalah bulu ayam segar, bungkil kelapa
sebagai sumber prebiotik dan probiotik Probio_FM yang mengandung 3 spesies
Bacillus (B. subtilis, B. cereus dan B. thuringensis), serta Probio_FM yang
mengandung 4 spesies Lactobacillus (L. fermentum, L. plantarum, L. pediococus,
L. brevis). Sebagai bahan penyusun ransum digunakan TBA (TBA-B, TBA-L
atau TBA-BL) tepung ikan, jagung, bungkil kelapa, polles, bungkil kedelai,
minyak kelapa, topmix, campuran mineral serta asam amino L-lysine dan DL -
Metionin.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan TBA adalah panci presto
(untuk mengukus bulu ayam), mesin penggiling bulu, kompor gas, ember/baskom
plastik, timbangan, kantong plastik untuk fermentasi dan oven 40 0C. Peralatan
yang digunakan untuk pemeliharaan ayam adalah kandang, terpal, tempat pakan,
tempat air minum, lampu, sapu, sikat, litter, gunting, dan kertas label.

3.3. Metode

3.3.1. Prosedur Pembuatan TBA Fermentasi


Bulu ayam diperoleh dari tempat pemotongan ayam atau di pasar
tradisional. Bulu ayam terlebih dahulu dibersihkan dari bagian-bagian lain selain
bulu, kemudian dicuci bersih lalu ditiriskan dan diperas airnya. Setelah itu, bulu
ayam dikukus dengan menggunakan panci presto selama 1 jam.
Bulu ayam digiling menggunakan mesin penggiling, selanjutnya
ditimbang sebanyak yang dibutuhkan, lalu ditambah 10% bungkil kelapa sebagai
sumber prebiotik dan 5% probiotik Probio_FM yang mengandung Bacillus spp.,

9
probiotik Probio_FM yang mengandung Lactobacillus spp. atau campuran
keduanya sesuai dengan perlakuan kemudian aduk sampai homogen. Adonan
dimasukkan ke dalam kantung plastik (fermentor), kemudian dipadatkan dan
difermentasi anaerob selama 7 hari (1 minggu). Pada hari ke tujuh tepung bulu
ayam dipanen dengan cara diremas-remas agar tidak menggumpal, kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 400 C.

Gambar 1. Skema pembuatan TBA fermentasi

Bulu Ayam Dari Pisahkan Bulu Ayam


Pemotongan Dari Kotoran (Kuku, Cuci Bulu Ayam
ayam Kulit, Paruh)

Giling bulu ayam kemudian timbang Presto Bulu Peras


bulu ayam Ayam (1 jam)

Tambahkan B.kelapa Tambahkan Probio_FM sesuai perlakuan


10% dari total berat 5% Bacillus sp. (TBA-B), 5% Lactobacillus sp. (TBA-L),
bulu ayam 2,5% Bacillus sp. + 2,5 Lactobacillus sp. (TBA-BL)

Fermentasi anaerob Masukan ke dalam Campurkan semua


selama 7 hari fermentor bahan sampai
homogen

Pemanenan Keringkan (Oven 40oc)

Sumber: Sapdiyanto (2016)

3.3.2. Persiapan Kandang


Kandang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
kandang dicuci dengan air bersih, bagian lantai kandang disikat, begitu juga
dengan sekat-sekat yang akan digunakan. Setelah itu tunggu kandang hingga
kering, setelah kering lakukan desinfeksi dengan cara menyemprotkan
desinfektan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengapuran dan dibiarkan
selama satu minggu sebelum ayam dimasukkan. Peralatan kandang seperti tempat
pakan dan tempat minum disuci hamakan sehingga bersih dari bibit penyakit.

10
Selanjutnya menyediakan pakan dan air minum serta menghidupkan lampu yang
berfungsi sebagai pemanas kurang lebih 2 jam sebelum ayam datang.

3.3.3. Ransum
Ransum yang digunakan terdiri dari TBA, jagung, polles, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, minyak kelapa, Mineral, top mix, asam amino
lisin dan metionin. Ransum disusun sesuai dengan kebutuhan zat makanan ayam
broiler. Kebutuhan zat-zat makanan dan EM broiler, komposisi zat makanan dan
EM penyusun ransum, komposisi bahan penyusun ransum serta kandungan zat
makanan dan EM ransum perlakuan disajikan masing – masing pada tabel 1, 2, 3
dan 4.
Tabel 1. Kebutuhan Zat-Zat Makanan dan EM Broiler Fase Starter dan Grower.
Zat Makanan (%) Starter (0-3 minggu) Grower (3-6 minggu)
EM kkal/kg 3200 3200
Protein kasar 23 20
Lemak kasar 4-5 3-4
Serat kasar(*) 3-5 3-5
Kalsium 1.00 0.90
Posfor 0.45 0.35
Metionin 0.50 0.38
Lisin 1.10 1.00
Metionin+sistin 0.90 0.72
Sumber : NRC (1994)
(*)
Anggorodi (1985)

11
Tabel 2. Komposisi Zat Makanan dan EM Penyusun Bahan Ransum.
Bahan Makanan EM PK LK SK Ca P Met Lis
a a a a a a a
Jagung 3370 8.15 3.8 2.2 0.02 0.28 0.18 0.26 a
Polles 3090 a 12.2 a 11 a 4a 0.05 a 1.31 a 0.2 a 0.57 a
T. Ikan 3080 a 44 a 4a 1a 4a 2,6 a 1,3 a 0,4 a
TBA 2360 a 81,91 a 2,5 a 1,0 a 0,2 a 0,75 a 0,57 a 2,28 a
TBA-B - 73,80 b 5,27 b 0,49 b - - - -
TBA-L - 71,96 b 4,25 b 1,42 b - - - -
TBA-BL - 71,09 b 3,56 b 1,39 b - - - -
B. Kedelai 2230 a 44 a 0,8 a 7a 0,29 a 0,65 a 0,62 a 2,69 a
B. Kelapa 1525 a 19,2 a 2,1 a 14,4 a 0,17 a 0,65 a 0,28 a 0,50 a
Minyak Kelapa Sawit 7356 a 0 100 a 0 0 0 0 0
Topmix 0 0 0 0 0 0 0,3 0,3
Mineral 0 0 0 0 32,5 1,0 0 0
DL-Metionin 0 0 0 0 0 0 100 0
L - Lisin 0 0 0 0 0 0 0 100
Ket: a) NRC (1994). b) Hasil analisa Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas
Jambi (2016). Topmix mengandung Vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B6, B12,
C), Niacin, Cholin chloride, Manganase, Iron, Iodine, Zinc, Cobalt, Copper,
Santoquin. Mineral mengandung Fe, Mn, I, Cu, Zn, Vitamin (B12, D3).

Tabel 3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum.


Bahan makanan TBA-0 TBA
(Kontrol) 4% 8% 12%
Jagung 57 57 57 58
Poles 4 3,5 3 2
Tepung Ikan 12 8 4 0
TBA 0 4 8 12
Bungkil Kedelai 21 21 20,5 20
Bungkil Kelapa 2 2,1 2 1,4
Minyak Kelapa sawit 2 2 2,6 3,2
Topmix 0,5 0,5 0,5 0,5
Mineral 1,5 1,5 2 2,5
DL-Metionin 0 0,2 0,2 0,2
L-Lisin 0 0,2 0,2 0,2
Total 100 100 100 100

12
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan dan EM Ransum Perlakuan
TBA-B TBA-L TBA-BL
Zat TBA-0
Makanan (Kontrol) 4% 8% 12% 4% 8% 12% 4% 8% 12%
ME 3060.02 3017.30 3004.51 3002.34 3017.30 3004.51 3002.34 3015.77 3004.51 3002.34

PK 21.72 22.31 22.64 22.90 22.23 22.49 22.67 22.20 22.42 22.57

LK 3.30 3.29 3.28 3.25 3.25 3.20 3.12 3.23 3.15 3.04

SK 3.29 3.27 3.18 3.02 3.30 3.25 3.13 3.30 3.25 3.12

Ca 1.05 0.89 0.90 0.91 0.89 0.90 0.91 0.93 0.90 0.91

P 0.69 0.61 0.53 0.44 0.62 0.53 0.44 0.61 0.53 0.44

Met 0.80 1.07 0.54 0.51 0.41 0.54 0.51 0.57 0.54 0.51
Lis 0.76 0.87 1.13 1.18 0.90 1.13 1.18 1.17 1.13 1.18
Met+cys 0.40 0.57 0.97 1.07 0.90 0.97 1.07 0.87 0.97 1.07

Sumber: Hasil perhitungan tabel 2 dan 3.

3.3.4. Pencampuran Ransum

Pencampuran ransum dilakukan dengan mencampurkan bahan pakan yang


jumlahnya sedikit dan tekstur lebih halus, kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit bahan pakan yang berjumlah banyak.

3.3.5. Pengacakan Perlakuan dan Pengacakan Ayam


Penempatan ayam dan penempatan perlakuan didalam kandang dilakukan
secara acak dengan menggunakan lotre. Kandang diberi nomor urut dari 1 sampai
36 kemudian dilakukan pengacakan perlakuan ke dalam kandang. Selanjutnya
dilakukan pengacakan ayam ke dalam masing-masing perlakuan. Anak ayam di
beri nomor 1 sampai 180 lalu ditempatkan ke dalam kandang sesuai dengan hasil
pengacakan. Setiap unit kandang diisi dengan 6 ekor ayam.

3.3.6. Pemeliharaan
Ayam yang baru datang ditimbang untuk memperoleh bobot awal
sehingga dapat diketahui keragaman bobot ayam yang digunakan. Kemudian anak
ayam diberi air minum yang mengandung obat anti stress berupa vita stress. Ayam
broiler dipelihara selama 5 minggu. Pengumpulan data konsumsi dilakukan setiap
minggu dengan cara menimbang ransum dan sisa ransum sebelum dan sesudah
diberikan kepada ayam broiler. Pemberian ransum dan air minum dilakukan ad-
libitum setiap hari.

13
3.4. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial


3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah penggunaan 3 jenis TBA hasil
fermentasi, yaitu fermentasi dengan Bacillus (TBA-B), fermentasi dengan
Lactobacillus (TBA-L) dan fermentasi dengan gabungan Bacillus + Lactobacillus
(TBA-BL). Faktor kedua adalah 4 taraf penggunaan TBA dalam ransum (0%,
4%, 8%, 12%).

3.5. Peubah yang Diamati


Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi konsumsi ransum(KR),
pertambahan bobot badan(PBB), konsumsi protein, efisiensi penggunaan pakan
dan efisiensi penggunaan protein(IEP).
 Konsumsi ransum diukur setiap minggu dengan cara menghitung selisih
antara jumlah ransum yang diberikan dengan ransum yang tersisa setiap
minggu selama 5 minggu pemeliharaan, dinyatakan dalam gram/ekor/minggu.
 Pertambahan bobot badan merupakan rataan pertambahan bobot badan
selama 5 minggu pemeliharaan, dinyatakan dalam gram/ekor/minggu.
PBB = Bobot Akhir (g) – Bobot Awal (g)
 Konsumsi protein, diperoleh dengan cara menghitung konsumsi ransum yang
diberikan dikalikan dengan kandungan protein ransum.
Konsumsi protein (g) = Konsumsi Ransum (g) × kandungan protein ransum
(%)

 Efisiensi penggunaan pakan diperoleh dengan cara menghitung perbandingan


pertambahan bobot badan dengan konsumsi ransum
Efisiensi penggunaan pakan =
 Imbangan efisiensi protein merupakan ratio antara pertambahan bobot badan
(gram) dengan konsumsi protein (gram) selama 5 minggu pemeliharaan.
IEP = PBB (g)
Konsumsi protein (g)

14
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dua arah dengan model persamaan
berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αx β)ij + Σijk

Yij = Nilai Pengamatan Untuk FactorΑ Level Ke-I, Faktor Β Ke-J Dan Pada
Ulangan Ke-K
i = Jenis TBA yang digunakan
j = Taraf TBA yang digunakan
k = Banyak Ulangan
µ = Pengaruh Rata-Rata Umum
αi = Pengaruh Faktor α pada level ke-i
βj = Pengaruh Faktor β pada level ke-j
(α x β)ij = Interaksi antara pemakaian bakteri dan taraf
∑ijk = Galat Percobaan Untuk level ke-i (α), level ke-j (β) ulangan ke
Bila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) (Steel dan Torrie, 1993).

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot


badan, konsumsi protein, efisiensi penggunaan pakan, dan imbangan efisiensi
protein dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Penggunaan TBA dalam Ransum Terhadap Pertambahan
Bobot Badan, Konsumsi Ransum, Konsumsi Protein, Efisiensi
penggunaan pakan, dan Imbangan Efisiensi Protein Ayam broiler selama
35 hari pemeliharaan.
Faktor Konsumsi Ransum Pertambahan Konsumsi Efisiensi Imbangan
(gr/ekor) Bobot Badan Protein Penggunaan Efisiensi
(gr/ekor) (gr/ekor) Pakan Protein
(%)
Jenis TBA
TBA-B 1253,77 ± 642,08 532,09 ± 394,37 278,29 ± 138,74 35.56 ± 15.67 1,60 ± 0,73
TBA-L 1349,19 ± 560,29 566,18 ± 383,50 298,90 ± 120,53 36.69 ± 16.66 1,66 ± 0,77
TBA-BL 1255,82 ± 590,42 550,75 ± 389,57 277,49 ± 127,27 37.53 ± 16.33 1,70 ± 0,76
Signifikansi P ≥ 0,05 P ≥ 0,05 P ≥ 0,05 P ≥ 0.05 P ≥ 0,05
Taraf
0% 1922,54 a ± 247,48 1005,12 a ± 49,56 417,58 a ± 53,75 52.82 a ± 5.16 2,43 a ± 0,23
4% 1671,99 b ± 136,58 790,16 b ± 96,79 371,98 b ± 30,59 47.24 b ± 4.42 2,12 b ± 0,20
8% 1036,41 c ± 110,15 333,64 c ± 58,41 233,35 c ± 24,62 32.25 c ± 4.84 1,43 c ± 0,21
12% 514,08 d ± 175,63 69,32 d ± 12,01 116,69 d ± 39,64 14.07 d ± 2.09 0,62 d ± 0,09
Signifikansi P ≤ 0,05 P ≤ 0,05 P ≤ 0,05 P ≤ 0.05 P ≤ 0,05
Interaksi
TBA-B x 0% 1922,54 ± 285,76 1005,12± 57,22 417,58 ± 62,07 52.82 ± 5.95 2,43 ± 0,27
TBA-B x 4% 1693,81 ± 176,53 758,93 ± 153,29 377,89 ± 39,38 44.50 ± 4.77 1,99 ± 0,21
TBA-B x 8% 996,80 ± 62,25 307,74 ± 33,16 225,68 ± 14,09 30.81 ± 1.47 1,36 ± 0,07
TBA-B x 12% 401,92 ± 43,66 56,56 ± 4,23 92,04 ± 10,00 14.12 ± 0.81 0,62 ± 0,03
TBA-L x 0% 1922,54 ± 285,76 1005,12± 57,22 417,58 ± 62,07 52.82 ± 5.95 2,43 ± 0,27
TBA-L x 4% 1728,61 ± 122,69 816,69 ± 30,21 384,27 ± 27,27 47.44 ± 4.29 2,13 ± 0,20
TBA-L x 8% 1085,3 ± 191,07 364,73 ± 36,60 244,08 ± 42,97 34.00 ± 3.82 1,51 ± 0,17
TBA-L x 12% 660,30 ± 260,75 78,17 ± 13,55 149,69 ± 59,11 12.52 ± 2.93 0,55 ± 0,13
TBA-BL x 0% 1922,54 ± 285,76 1005,12± 57,22 417,58 ± 62,07 52.82 ± 5.95 2,43 ± 0,27
TBA-BL x 4% 1593,56 ± 116,82 794,85 ± 102,51 353,77 ± 25,93 49.78 ± 3.98 2,24 ± 0,18
TBA-BL x 8% 1027,14 ± 45,63 328,46 ± 87,17 230,29 ± 10,23 31.93 ± 8.21 1,42 ± 0,37
TBA-BL x 12% 480,04 ± 28,45 74,56 ± 2,22 108,35 ± 6,42 15.57 ± 1.12 0,69 ± 0,05
Signifikansi P ≥ 0,05 P ≥ 0,05 P ≥ 0,05 P ≥ 0.05 P ≥ 0,05
Keterangan : 1. Superscrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata ( P ≤ 0,05)
2. TBA-B = Bulu ayam hasil fermentasi dengan Probio_FM-Bacillus
3. TBA-L = Bulu ayam hasil fermentasi dengan Probio_FM-Lactobacillus
4. TBA-BL = Bulu ayam hasil fermentasi dengan gabungan Probio_FM-Bacillus +
Probio_FM-Lactobacillus

16
4.1. Konsumsi Ransum

Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa


penggunaan TBA-B, TBA-L dan TBA-BL akan menghasilkan konsumsi ransum
yang relatif sama. Hasil ini menunjukkan bahwa TBA yang difermentasi dengan
Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya memiliki kualitas yang
tidak jauh berbeda, sehingga respons ternak terhadap ketiga ransum tersebut juga
tidak berbeda. Sekalipun tidak berbeda nyata, terlihat bahwa konsumsi ransum
pada perlakuan TBA-L menunjukkan nilai yang paling tinggi, yaitu 1349,19
gr/ekor, sedangkan pada TBA-B dan TBA-BL masing-masing adalah
1253,77gr/ekor dan 1255,82 gr/ekor. Hasil di duga TBA-L memiliki kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan TBA-B dan TBA-BL. Seperti yang dilaporkan
oleh Hendalia et. al. (2016), bahwa fermentasi bulu ayam dengan Lactobacillus
spp. menghasilkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi
menggunakan Bacillus spp. dan gabungan keduanya.
Taraf penggunaan TBA secara nyata (P<0,05) dapat menyebabkan
terjadinya penurunan konsumsi ransum. Penggunaan TBA pada taraf 4%
menghasilkan rataan konsumsi ransum yang nyata lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol (TBA-0%). Semakin tinggi taraf penggunaan TBA menyebabkan
terjadinya penurunanan konsumsi ransum secara nyata. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan konsumsi ransum adalah ketidakseimbangan
asam amino di dalam TBA. Menurut Leeson dan Summer (1997), bahwa
penggunaan tepung bulu ayam dibatasi oleh rendahnya kandungan beberapa asam
amino termasuk metionin, lisin dan histidin. Menurut Forbes (1986),
ketidakseimbangan asam amino akan dirasakan oleh otak dengan efek utama feed
intake. Demikian pula menurut Resnawati (1998), bahwa ketidakseimbangan
asam amino menyebabkan berkurangnya konsumsi pakan.
Konsumsi ransum pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh interaksi antar
jenis TBA dengan taraf penggunaannya. Hasil ini menunjukkan bahwa
penggunaan TBA-B, TBA-L dan TBA-BL memberikan efek yang sama pada
setiap taraf penggunaannya. Kondisi ini memberi gambaran bahwa fermentasi
bulu ayam dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya tidak
mampu memperbaiki kualitas TBA secara signifikan.

17
4.2. Pertambahan Bobot Badan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa PBB ayam yang diberi


perlakuan TBA-B, TBA-L dan TBA-BL masing-masing tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P>0,05). Tidak berbedanya PBB yang dihasilkan sejalan
dengan tidak berbedanya rataan konsumsi ransum pada masing-masing perlakuan
tersebut. Hasil ini memberi gambaran bahwa bulu ayam yang difermentasi
dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya memiliki
kualitas nutrisi yang relatif sama, sehingga respons pertumbuhan ternak terhadap
ke tiga jenis TBA tersebut juga relatif sama.
Bila diamati dari data PBB, terlihat bahwa perlakuan TBA-L
menghasilkan PBB yang paling tinggi, namun nilai yang diperoleh tidak berbeda
secara signifikan dengan perlakuan TBA-B dan TBA-BL. Tingginya PBB yang
dihasilkan pada perlakuan TBA-L erat kaitannya dengan tingginya konsumsi
ransum dan tingginya daya cerna protein TBA yang dihasilkan. Dari hasil
penelitian Hendalia et. al. (2016), diketahui bahwa daya cerna protein bulu ayam
hasil fermentasi dengan Lactobacillus spp. nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingan bulu ayam hasil fermentasi dengan Bacillus spp. dan gabungan
keduanya. Dilaporkan bahwa daya cerna protein bulu ayam hasil fermentasi
dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan Bacillus spp. +
Lactobacillus spp. masing-masing adalah 59,89%, 73,53%, dan 63,64%.
Taraf penggunaan TBA secara nyata berpengaruh terhadap PBB (P<0,05)
yang dihasilkan. Semakin tinggi taraf penggunaan TBA akan menghasilkan PBB
yang semakin rendah. Terjadinya penurunan PBB sejalan dengan penurunan
konsumsi ransum pada masing-masing perlakuan. Akibat penurunan konsumsi
ransum yang sangat drastis serta diperparah oleh terjadinya defisiensi beberapa
asam amino, maka ayam yang mendapat perlakuan TBA 12%, hampir tidak
mengalami pertumbuhan. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
penurunan PBB adalah ketidakseimbangan asam amino di dalam TBA. Dengan
demikian, semakin tinggi taraf penggunaan TBA akan memperparah terjadinya
defisiensi beberapa asam amino, terutama asam amino essensial. Menurut Leeson
dan Summer (1997), tepung bulu ayam merupakan sumber sistin dan protein kasar
yang baik, namun penggunaannya dibatasi oleh rendahnya kandungan metionin,

18
lisin dan histidin. Defisiensi asam amino dalam skala ringan dapat merangsang
konsumsi ransum, namun defisiensi pada tingkat parah dapat menyebabkan
berkurangnya konsumsi ransum sehingga berdampak pada pertambahan bobot
badan (Davies, 1982).
Interaksi antar perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap PBB yang
dihasilkan. Hasil ini membuktikan bahwa fermentasi dengan Bacillus spp.,
Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya tidak mampu memperbaiki kualitas
protein bulu ayam secara signifikan, sehingga PBB yang dihasilkan pada masing-
masing taraf penggunaan TBA tersebut tidak berbeda nyata. Hasil ini tidak sejalan
dengan hasil yang diperoleh Lakshmi et. al. (2013), bahwa fermentasi bulu ayam
dengan Bacillus subtilis dan Bacilus cereus mampu meningkatkan kadar asam
amino cystine, cysteine, methionine dan asam amino bebas selama periode 96–
120 jam fermentasi. Bila diamati dari data pada tabel 5 Terlihat bahwa PBB yang
dihasilkan pada setiap taraf penggunaan TBA-L relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan TBA-B. Hasil ini memberi indikasi bahwa Lactobacillus
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas bulu ayam
dibandingkan dengan Bacillus. Belum ditemukan publikasi yang melaporkan
potensi Lactobacillus dalam meningkatkan kualitas bulu ayam, khususnya untuk
meningkatkan kadungan asam amino TBA.

4.3. Konsumsi Protein

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsumsi protein ayam yang


diberi perlakuan TBA-B, TBA-L, TBA-BL masing-masing tidak menunnjukkan
perbedaan yang nyata(P>0,05). Tidak berbedanya kosumsi protein yang
dihasilkan sejalan dengan tidak berbedanya rataan konsumsi ransum dan
kandungan protein ransum pada masing-masing perlakuan. Pada Tabel 2 dapat
dilihat bahwa masing – masing ransum perlakuan memiliki kandungan protein
yang relative sama, yaitu sekitar 22,20 – 22,90%. Menurut Winedar dkk (2004)
bahwa semakin tinggi kandungan protein ransum maka akan semakin tinggi pula
konsumsi protein, namun jika kandungan protein relatif sama maka konsumsi
protein akan sama.

19
Taraf penggunaan TBA secara nyata akan menurunkan konsumsi protein.
Semakin tinggi taraf yang digunakan maka konsumsi protein semakin rendah.
Dapat dilihat bahwa rataan konsumsi protein selama masa pemeliharaan (35 hari)
pada perlakuan TBA-0 adalah 417.58 gr/ekor menurun secara nyata (P<0,05)
menjadi 371.98 gr/ekor pada penggunaan TBA 4%, 233.35 gr/ekor pada taraf
penggunaan 8% serta 116.69 gr/ekor pada penggunaan 12%. Bila dihitung rataan
konsumsi protein per hari maka rataan konsumsi protein yang diperoleh dalam
penelitian ini (11,93 gr pada TBA-0; 10.63 gr padaTBA-4%; 6,67 gr pada TBA-
8% dan 3,33gr pada TBA-12% ) jauh berbeda dengan yang dilaporkan Irawati
(2012), bahwa konsumsi protein selama 35 hari pemeliharaan antara 19,10 –
20,79 gr/ekor/hari. selanjutnya Wahju (1985) melaporkan bahwa untuk
pertumbuhan normal ayam broiler dapat mengkonsumsi protein 120,11 gr/minggu
atau 17,15 gr/hari.
Interaksi antar perlakuan tidak menunjukkan pengaruh terhadap konsumsi
protein yang diperoleh. Tidak terdapatnya interaksi antar perlakuan sejalan
dengan tidak terdapatnya interaksi pada konsumsi ransum dan PBB. Konsumsi
protein didapat dari banyaknya ransum yang dikonsumsi dikalikan dengan
kandungan protein ransum selama pemeliharaan. Menurut pendapat Wahju (1997)
bahwa konsumsi protein dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan kandungan
protein dalam ransum yang diberikan.

4.4. Efisiensi Penggunaan Pakan


Berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa jenis TBA tidak
memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap efisiensi penggunaan
pakan, Tidak berpengaruhnya jenis TBA terhadap efisiensi penggunaan pakan
sejalan dengan tidak berpengaruhnya perlakuan tersebut terhadap PBB dan
konsumsi ransum. Efisiensi penggunaan pakan yang diperoleh pada penelitian ini
adalah14,07% - 52,82% Jauh lebih rendah dibandngkan dengan efisiensi
penggunaan pakan ransum komersil 63,12% (Irawati, 2012). Rendahnya efisiensi
penggunaan pakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa zat makanan yang
dikonsumsi, khususnya protein tidak dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pertumbuhan ternak. Menurut Anggorodi (1994) efisiensi pakan diperoleh dari
perbandingan antara pertambahan bobot badan dan jumlah konsumsi ransum.

20
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa Penurunan konsumsi ransum diikuti oleh
penurunan PBB secara proporsional.
Taraf penggunaan TBA secara nyata akan menurunkan efisiensi
penggunaan pakan. Semakin tinggi taraf penggunaan TBA didalam ransum dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi penggunaan pakan secara signifikan (P<0,05).
Penggunaan TBA pada taraf 4% menghasilkan rataan efisiensi penggunaan pakan
yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (TBA-0%). Hasil ini
menunjukkan bahwa TBA hasil fermentasi baik TBA-B, TBA-L maupun TBA-
BL memiliki kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan,
sehingga pada taraf penggunaan 4% sudah menunjukkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan ternak. Semakin tinggi penggunaan TBA akan memperparah
ketidakseimbangan asam amino di dalam ransum, sehingga ternak yang
mengkonsumsi ransum tersebut akan mengalami defisiensi asam amino esensial,
terutama lisin, metionin dan histidin. Menurut Hendalia et. al. (2016) kandungan
lisin pada TBA-BL hanya 1,44% dan metionin 0,91% sementara histidin dan
sistein tidak terdeteksi. Sebagai akibat rendahnya kualitas ransum, baik pada
perlakuan TBA-B, TBA-L maupun TBA-BL maka interaksi antar perlakuan tidak
terlihat secara signifikan.

4.5. Imbangan Efisiensi Protein


Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis TBA tidak memberikan
pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap imbangan efisiensi protein. Hasil ini
memberi gambaran bahwa nilai biologis protein terkandung di dalam TBA-B,
TBA-L dan TBA-BL relatif sama, sehingga banyaknya protein yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ternak juga relatif sama. Menurut
Wahju (1997) Untuk menilai kualitas protein adalah dengan mengukur nilai
biologis protein, salah satunya adalah dengan melihat IEP. Semakin tinggi nilai
IEP berarti semakin efisien ternak menggunakan protein, sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh juga pada pertumbuhan (Yatno, 2009).
Taraf penggunaan TBA secara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap IEP.
Semakin tinggi taraf penggunaan TBA akan menyebabkan terjadinya penurunan
nilai IEP. Rataan IEP pada taraf penggunaan (TBA-0) adalah 2,43 menurun secara
nyata (P<0,05) menjadi 2,12 pada penggunaan TBA 4%, 1,43 pada TBA 8% dan

21
0,62 pada TBA 12%. Nilai IEP yang diperoleh didalam penelitian ini jauh berbeda
yang diperoleh Martua (2010) pada ayam broiler yang diberi ransum komersil
adalah sekitar 2,20-2,38. Rendahnya kualitas protein pada TBA-B, TBA-L dan
TBA-BL menyebabkan nilai IEP yang dihasilkan pada setiap taraf penggunaannya
juga relatif sama, sehingga interaksi antar perlakuan tidak terlihat secara
signifikan. Rendahnya nilai IEP pada penelitian ini menunjukkan bahwa protein
asal TBA tidak dapat dimanfaatkan secara efisien untuk menunjang pertumbuhan
ternak.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penggunaan ketiga jenis TBA menghasilkan imbangan efisiensi protein


yang relatif sama, namun pada taraf penggunaan 4% dapat menurunkan imbangan
efisiensi protein pada ayam broiler.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi
Lactobacillus spp. sebagai penghasil keratinase serta untuk memperbaiki
keseimbangan asam amino didalamnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, W. 2001. Potensi Limbah Agroindustri Sebagai Pakan Sapi Perah.


Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hlm.
Adiati U, Puastuti W, Mathius I. W. 2004. Peluang pemanfaatan tepung bulu
ayam sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Wartazoa 14 (1): 39-44.
Adriani. R. 2006. Pengaruh penggunaan tepung bulu ayam yang dihidrolisa
dengan larutan enzim papain dan bromelin dalam ransum terhadap
pertambahan bobot badan ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-5. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Austic r, Nesheim MC. 1990.Poultry Production.Lea & Febiger. Philadelphia,


London

Arunlertaree, C and Moolthongnoi, C., 2008. The use of fermented feather meal
for replacement fish meal in the diet of oreochromis niloticus.Environment
and Natural Resources J. 6 (1): 13-24
Belewu, MA., Asafa, AR., Ogunleke, FO., 2008. Processing of Feather Meal by
Solid State Fermentation.Biotechnology 7 (3): 589-591.
Bertsch , A., Coello, M., 2005. A biotechnological process for treatment and
recycling poultry feathers as a feed ingredient.Biores. Technol. 96: 1703-
1708.
Davies, L. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Australian Vice-
Chancellors’ Committee. Melbourne, Australia.

Djanah, J. 1985. Peternakan Ayam Dan Itik. CV. Yusaguna. Malang.

El Boushy, A.R., Van der Poel, AFB. and Walraven, OED., 1990. Feather meal—
A biological waste: Its processing and utilization as a feedstuff for poultry.
Biological Wastes 32 (1): 39–74.
Erpomen dan Mirnawati., 2010. Peningkatan kualitas bulu ayam melalui
pengolahan dan pemanfaatannya sebagai pengganti tepung ikan dalam
ransum ayam broiler. Fakultas Peternakan-Unad, Padang.
Ewing. 1983. Poultry Nutrition. 5th edition. The Ray Ewing., Pasadena, California

Forbes, I. M. 1986. The Voluntary Intake of Farm Animal. Buterworths, London.

24
Furuse, M. And H. Yokota. 1984. Protein and energy utilization in germ free and
conventional chicks given diets containing levels of dietary protein. British
J. Nutr.51 : 255-264.
Gultom, S. M., Supratman, R.D.H., Abun., 2014. Pengaruh Imbangan Energi dan
Protein Ransum Terhadap Bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam
broiler umur 3-5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas
Padjajaran, Bandung.
Hendalia, E. 2005. Efektifitas penggunaan larutan enzim papain dan bromelin
dalam meningkatkan kecernaan dan retensi protein tepung bulu ayam.
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol. VIII. No.4 Edisi November
2005. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Hendalia, E, Nurhayati, Resmi, Nelwida dan Filawati., 2008. Efektifitas
penggunaan asam formiat dalam meningkatkan kualitas protein bulu ayam
sebagai pakan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Jambi.
Hendalia, E, Wiwaha Anas Sumadja, Nurhayati, dan Resmi. 2016. Penggunaan
Hidrolisat Bulu Ayam Hasil Fermentasi Dengan Bacillus Dan
Lactobacillus Sebagai Sumber Protein Berprobitik Pada Ayam Broiler.
Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Howie, S. A., S.Calsamiglin and M.D. Stern.1996. Variation in Ruminal
Degradation and Intestinal Digestion of Animal By Product Proteins.
Anim. Feed Sci. Tech. 63 (1-4):1-7.
Hwang, K.H., J. H. Park, J.S. Park dan B. Kang. 2015. Application of Microbial
Fermentation and Enzymatic Biotransformation in Cosmetic Industry.
AMOREPACIFIC R&D Center.
Imsya, A dan Palupi, R. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepungdaun Pepaya Dalam
Meningkatkan Kecernaan Tepung Bulu Ayam Secara In Vitro, Agria,
Vol.4, No.2, 29-31.
Irawan. T. 2007. Pengaruh Penggunaan Tepung Bulu Ayam Yang Dihidrolisa
Dengan Larutan Enzim Papain Dan Bromelin Dalam Ransum Terhadap
Retensi Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Pada Ayam
Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Irawati, P. 2012. Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler Yang Diberi
Bungkil Inti Sawit Fermentasi Menggunakan Tricoderma herzianum Dan
Probiotik. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Iskandar. M. 2009. Pengaruh penggunaan tepung bulu ayam yang dihidrolisa
dengan daun pepaya dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan
organik dan protein kasar pada ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.

25
J. S. Moritz and J. D. Latshaw. 2001 Indicators of Nutritional Value of Hydrolyzed
Feather Meal.2001 Poultry Science 80:79–86

Kim, W. K and Patterson, P. H., 2000.Nutritional Value of Enzyme- or Sodium


Hydroxide-Treated Feathers from Dead Hens.Poultry Science 79:528-534
Lakshmi, P. J., Ch. M. K. Chitturi and V. V. Lakshmi. 2013. Efficient degradation
of feather by keratinase producing Bacillus sp. International Journal
of Microbiology :1-7.
Leeson,S. dan J.D. Summers. 1997. Commercial Poultry Nutrition. Second Ed..
Department of animal and poultry science.University of Guelph.University
Books. Guelph., Ontario, Canada
Mahfudz, L.D., K. Hayashi, A. Ohtsuka and Y. Tomita. 1997. Effek Shochu
Distillery By produk Terhadap Promosi Pertumbuhan Ayam Broiler.
Majalah Ilmiah Sain Teks IV (4) : 58 – 65.

Manin F., E. Hendalia, dan A. Aziz. 2007. Isolasi dan produksi isolat bakteri asam
laktat dan Bacillus sp. dari saluran pencernaan ayam buras asal Lahan
Gambut sebagai sumber probiotik. Jurnal AGRITEK (Jurnal illmu-ilmu
Pertanian) Teknologi Pertanian dan Kehutanan.Terakreditas No.
026/DIKTI/KEP/2005.Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke-16
November 2007. Halaman 74-78

Manin F., E. Hendalia, R.Asra, dan Helda. 2001. Pengembangan industry produk
probiotik ― PROBIO_FM ― berbasis kemitraan. Laporan Akhir Penelitian
Prioritas NAsional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (PENPRINAS MP3EI 2011 – 2025).

Martua, G. N. 2010. Penggunaan Bacillus Dan Bakteri Asam Laktat Untuk


Meningkatkan Rasio Efisiensi Protein Dan Menurunkan Ammonia
Kandang. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Murtidjo, B. A. 1995. Beternak Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Rev. Ed. National Academies
Press. Washington, D.C.

Odetallah, N. H., Wang, J. J., Garlich, J. D., Shih, J. C., 2003. ase in starter diets
improves growth of broiler chicks. Poultry Sci 82 (4): 664- 670.
Ochetim, S. 1993., The effect of partial replacement of soyabean meal with boiled
feather meal on the performance of broiler chickens. AJAS 6 (4): 597-600
Papadopaulus, M.C., A.R.M. Boushy,And E.M. Kelelaars. 1985. Effect Of
Different Processing Condition On Amino Acid Digestibility Of Feather
Meal Determined By Chicken Assay. Jo Poult 64 :1729.

26
Parakasi, A. 1983.Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa,
Bandung.

Piliang, W.G dan S.D Al-Haj. 1991. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat Institute Pertanian Bogor.
Pratama, P. 2016. Pengaruh Penggunaan Bacillus sp.p Dan Lactobacillus sp.p
Dalam Fermentasi Bulu Ayam Terhadap Komposisi Za-Zat
Makanan.Skripsi. Universitas Jambi, Jambi.
Puastuti W. 2007.Teknologi pemrosesan bulu ayam dan pemanfaatannya sebagai
sumber protein pakan ruminansia. Wartazoa 17 (2): 53-60.

Rahayu,S. Muhamad Bata. Winarto Hadi. 2014. Substitusi Konsentrat Protein


Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang Diolah Secara Fisiko-Kimia dan
Fermentasi Menggunakan Bacillus sp. Mrs. J. agripet: vol(14)No.1:31-36.
Resnawati, H. 1998. The Nutritional Requirements for Native Chickens, Bulletin
of Anim. Sci., Supplement ed. 1998: 552-557.
Rizal, Y., D. Tami, E. Suryanti Dan I. Hayati. 2003. Kecernaan serat kasar, retensi
nitrogen dan rasio efisiensi protein ayam broiler yang diberi ransum
mengandung daun ubi kayu yang difermentasi dengan Asp.ergillus niger.
J. Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan.IX(I): 60 – 69.
Robel, E.J., G.F. Combs, G.L. Romorer. 1956. Protein requirement of chickens
for maintenance of nitrogen balance and growth. Poultry Science.35 : 553-
565.

Sapdiyanto, A. 2016.Penggunaan Bacillus dan Lactobacillus Dalam Fermentasi


Bulu Ayam Terhadap Perubahan Karakteristik (Organoleptik), Ph,
Keambaan (Bulky) Serta Tingkat Kerapuhan Bulu Ayam. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.
Sarmwatanakul, A. and Bamrongtum, B., 2000. Aquarium Fish Nutrition.
Extension paper No. 1/2000. Ornament Fish Research and Public
Aquarium. Bangkok.
Scheider, B.H Dan W.P. Flatt. 1973. The Evaluation Of Feeds Through
Digestibility Experiment. The University Of Georgia Press, New York.

Steel, R.G.D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika. Edisi Kedua.
Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro Kusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

27
Wahju, J. 1985. Feed Formulating Pattern For Growing Chicks Based On
Nitrogen Retention, Nitrogen Consumed, and Metabolism Energy.
Dissertation. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Williams C. M., Lee, C. G., Garlich, J. D. and Shih, J.C.H. 1991. Evaluation of a
bacterial feather fermentation product, feather-lysate, as a feed
protein.Poultry Sci. 70:85–94.
Wanasuria,S.2015.Peluang dan Produksi Lokal Pemanfaatan Tepung Bulu
Ayam.Majalah Poultry Indonesia. Edisi Agustus.
Winedar, H. Shanti Listyanti dan Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan,
Kandungan Protein Daging, Dan Pertambahan Berat Bdan Ayam Broiler
Setelah Pemberian Pakan Yang Difermentasi Dengn Effective
Microorganisms(EM-4). Bioteknologi 3 (1):14-19.
Yatno. 2009. Isolasi Protein Bungkil Inti Sawit Dan Kajian Nilai Biologinya
Sebagai Alternative Bungkil Kedelai Pada Puyuh. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Zerdani, I., Faid M., Malki, A. 2004. Feather wastes digestion by new isolated
strains Bacillus sp.. in Morocco. African J Biotechnol 3 (1): 67-70.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Ragam Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler


yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.

Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
2249,08 1808,12 1046,05 399,75
B 1800,38 1782,81 926,83 359,38
1718,17 1490,50 1017,52 446,63
Jumalah 5767,63 5081,43 2990,40 1205,75 15045,21 3761,30
Rataan 1922,54 1693,81 996,80 401,92 1253,77
2249,08 1765,67 876,51 500,85
L 1800,38 1828,51 1251,46 961,20
1718,17 1591,67 1127,92 518,83
Jumalah 5767,63 5185,84 3255,89 1980,89 16190,24 4047,56
Rataan 1922,54 1728,61 1085,30 660,30 1349,19
2249,08 1707,83 1001,00 480,37
BL 1800,38 1598,50 1000,59 508,32
1718,17 1474,34 1079,83 451,43
Jumalah 5767,63 4780,68 3081,43 1440,12 15069,85 3767,46
Rataan 1922,54 1593,56 1027,14 480,04 1255,82
TOTAL 17302,88 15047,95 9327,72 4626,76 46305,30
RATAAN 1922,54 1671,99 1036,41 514,08

FK = = 59560583,08

JKA = + + – 59560583,08 = 71305,62

JKB = + + + - 59560583,08

= 10910918,82

JK A x B = + + + + + +

+ + + + + - 59560583,08 -

71305,62 - 10910918,82

= 75684,97

JK Total = 2249,08² + 1808,12² + 1046,05² + 399,75² ………,, + 451,43²

29
= 11893940,65

JK Perlakuan = + + + + +

+ + + + + + -
59560583,08

= 11057909,41

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 11893940,65- 59560583,08
= 836031,24

Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

SK Db JK KT Fhit Ftabel
0,05 0,01
A 2 71305,62 35652,81 1,02 3,40 5,61
B 3 10910918,82 3636972,94 104,41** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 75684,97 12614,16 0,36 2,51 3,67
Galat 24 836031,24 34834,64
Total 35 11893940,65

UJI JARAK BERGANDA DUNCAN

FAKTOR B

SX = √KTG/ r x a
20.73782107
LSR = SX x SSR

Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 60.5337 63.5822 65.5315
0.01 82.0181 85.5642 87.9076

30
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 1922.54 250.55 886.13 1408.46
T4 1671.99 635.58 1157.91
T8 1036.41 522.33
T12 514.08

Jarak Nilai LSR Nilai LSR kesimpulan


0.05 0.01
T0 - T4 2 250.55 60.5337 82.0181 **
T0 - T8 3 886.13 63.5822 85.5642 **
T0 - T12 4 1408.46 65.5315 87.9076 **
T4 - T8 2 635.58 60.5337 82.0181 **
T4 - T12 3 1157.91 63.5822 85.5642 **
T8 - T12 2 522.33 60.5337 82.0181 **

31
Lampiran 2. Analisis Ragam Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
1058,20 885,80 338,33 59,00
B 944,50 802,40 272,50 51,67
1012,67 588,60 312,40 59,00
Jumlah 3015,37 2276,80 923,23 169,67 6385,07 1596,27
Rataan 1005,12 758,93 307,74 56,56 532,09
1058,20 845,50 336,20 64,00
L 944,50 785,25 406,00 91,00
1012,67 819,33 352,00 79,50
Jumlah 3015,37 2450,08 1094,20 234,50 6794,15 1698,54
Rataan 1005,12 816,69 364,73 78,17 566,18
1058,20 847,00 393,20 77,00
BL 944,50 860,80 229,33 72,67
1012,67 676,75 362,83 74,00
Jumlah 3015,37 2384,55 985,37 223,67 6608,95 1652,24
Rataan 1005,12 794,85 328,46 74,56 550,75
TOTAL 9046,10 7111,43 3002,80 627,83 19788,17
RATAAN 1005,12 790,16 333,64 69,76

FK = = 1,087

JKA = + + – 1,087 = 6,993

JKB = + + + - 1,087 = 4,880

JK A x B = + + + + + + +

+ + + + - 1,087 - 6,993 -

4,880

= 3,906

32
JK Total = 1058,20² + 885,80² + 338,33² + 59,00² ………,, + 74,00²
= 5001157,145

JK Perlakuan = + + + + +
+ + + + + + -
1,087

= 4,891

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 5001157,145 - 4,891
= 109978,2393

Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 6993,66557 3496,83279 0,763096294 3,4028 5,614
B 3 4880278,53 1626759,51 354,9995756** 3,0088 4,718
Interaksi A x
6 3906,70807 651,118012 0,142090221 2,5082 3,667
B
Galat 24 109978,239 4582,42664
Total 35 5001157,15

UJI JARAK BERGANDA DUNCAN

FAKTOR B

SX = √ KTG/ r x a
7.5215137
LSR = SX x SSR

Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 21.955 23.061 23.768
0.01 29.748 31.034 31.884

33
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 1005.12 214.96 671.48 935.36
T4 790.16 456.51 720.40
T8 333.64 263.89
T12 69.76

Jarak Nilai LSR Nilai LSR Kesimpulan


0.05 0.01
T0 - T4 2 214.96 21.955 29.748 **
T0 - T8 3 671.48 23.061 31.034 **
T0 - T12 4 935.36 23.768 31.884 **
T4 - T8 2 456.51 21.955 29.748 **
T4 - T12 3 720.40 23.061 31.034 **
T8 - T12 2 263.89 21.955 29.748 **

34
Lampiran 3. Analisis Ragam Terhadap Konsumsi Protein Ayam Broiler
yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
488,50 403,39 236,83 91,54
B 391,04 397,74 209,84 82,30
373,19 332,53 230,37 102,28
Jumlah 1252,73 1133,67 677,03 276,12 3339,54 834,88
Rataan 417,58 377,89 225,68 92,04 278,29
488,50 392,51 197,13 113,54
L 391,04 406,48 281,45 217,90
373,19 353,83 253,67 117,62
Jumlah 1252,73 1152,81 732,25 449,07 3586,86 896,71
Rataan 417,58 384,27 244,08 149,69 298,90
488,50 379,14 224,42 108,42
BL 391,04 354,87 224,33 114,73
373,19 327,30 242,10 101,89
Jumlah 1252,73 1061,31 690,86 325,04 3329,93 832,48
Rataan 417,58 353,77 230,29 108,35 277,49
TOTAL 3758,18 3347,79 2100,13 1050,22 10256,33
Rataan 417,58 371,98 233,35 116,69

FK = = 2922006,43

JKA = + + – 2922006,43= 3535,30

JKB = + + + - 2922006,43

= 505234,36

JK A x B = + + + + + + +

+ + + + - 2922006,43 -

3535,30 - 505234,36

= 3866,66

35
JK Total = 488,50² + 403,39² + 236,83² + 91,54² ………,, + 101,89²
= 553256,38

JK Perlakuan = + + + + +
+ + + + + + -
2922006,43

= 512636,32

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 553256,38 - 512636,32
= 40620,06

Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 3535,30 1767,65 1,04 3,40 5,61
B 3 505234,36 168411,45 99,50** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 3866,66 644,44 0,38 2,51 3,67
Galat 24 40620,06 1692,50
Total 35 553256,38

UJI JARAK BERGANDA DUNCAN

FAKTOR B

SX = √ KTG/ r x a
4.57111477
LSR = SX x SSR

Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 13.343 14.015 14.445
0.01 18.079 18.860 19.377

36
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 417.58 45.60 184.23 300.89
T4 371.98 138.63 255.29
T8 233.35 116.66
T12 116.69

Jarak Nilai SSR Nilai SSR Kesimpulan


0.05 0.01
T0 - T4 2 45.60 13.343 18.079 **
T0 - T8 3 184.23 14.015 18.860 **
T0 - T12 4 300.89 14.445 19.377 **
T4 - T8 2 138.63 13.343 18.079 **
T4 - T12 3 255.29 14.015 18.860 **
T8 - T12 2 116.66 13.343 18.079 **

37
Lampiran 4. Analisis Ragam Terhadap Efisiensi Penggunaan Pakan Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Perlakuan Taraf Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
B 47.05 48.99 32.34 14.76
52.46 45.01 29.40 14.38
58.94 39.49 30.70 13.21
Jumlah 158.45 133.49 92.45 42.35 426.73 106.68
Rataan 52.82 44.50 30.82 14.12 35.56
L 47.05 47.89 38.36 12.78
52.46 42.94 32.44 9.47
58.94 51.48 31.21 15.32
Jumlah 158.45 142.31 102.01 37.57 440.33 110.08
Rataan 52.82 47.44 34.00 12.52 36.69
BL 47.05 49.60 39.28 16.03
52.46 53.85 22.92 14.30
58.94 45.90 33.60 16.39
Jumlah 158.45 149.35 95.80 46.72 450.32 112.58
Rataan 52.82 49.78 31.93 15.57 37.53
TOTAL 475.35 425.14 290.26 126.63 1317.38
Rataan 52.82 47.24 32.25 14.07

FK = = 48208.04

JKA = + + – 48208.04 = 23.3575

JKB = + + + - 48208.04

= 8123.95

JK A x B = + + + + + + +

+ + + + - 48208.04 - 23.3575 - 8123.95

= 48.3795

38
JK Total = 47.05² + 48.99² + 32.34² + 14.76² ……… + 16.39²
= 8714.73

JK Perlakuan = + + + + + + +
+ + + + - 48208.04

= 8195.69

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 8714.73 - 8195.69
= 519.05

Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
A 2 23.3575 11.6788 0.54 3.40 5.61
B 3 8123.95 2707.98 125.21** 3.01 4.72
Interaksi A x B 6 48.3795 8.0632 0.37 2.51 3.67
Galat 24 519.05 21.6270
Total 35 8714.73

UJI JARAK BERGANDA DUNCAN


FAKTOR B

SX = √ KTG/ r x a
0.516720906
LSR = SX x SSR

Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 1.5083 1.5843 1.6328
0.01 2.0436 2.1320 2.1904

39
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 52.82 5.58 20.57 38.75
T4 47.24 14.99 33.17
T8 32.25 18.18
T12 14.07

Jarak Nilai SSR Nilai SSR Kesimpulan


0.05 0.01
T0 - T4 2 5.58 1.5083 2.0436 **
T0 - T8 3 20.57 1.5843 2.1320 **
T0 - T12 4 38.75 1.6328 2.1904 **
T4 - T8 2 14.99 1.5083 2.0436 **
T4 - T12 3 33.17 1.5843 2.1320 **
T8 - T12 2 18.18 1.5083 2.0436 **

40
Lampiran 5. Analisis Ragam Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
2,17 2,20 1,43 0,64
B 2,42 2,02 1,30 0,63
2,71 1,77 1,36 0,58
Jumlah 7,30 5,98 4,08 1,85 19,21 4,80
Rataan 2,43 1,99 1,36 0,62 1,60
2,17 2,15 1,71 0,56
L 2,42 1,93 1,44 0,42
2,71 2,32 1,39 0,68
Jumlah 7,30 6,40 4,54 1,66 19,89 4,97
Rataan 2,43 2,13 1,51 0,55 1,66
2,17 2,23 1,75 0,71
BL 2,42 2,43 1,02 0,63
2,71 2,07 1,50 0,73
Jumlah 7,30 6,73 4,27 2,07 20,37 5,09
Rataan 2,43 2,24 1,42 0,69 1,70
TOTAL 21,89 19,11 12,89 5,58 59,47
Rataan 2,43 2,12 1,43 0,62

FK = = 98,23

JKA = + + – 98,23= 0,06

JKB = + + + - 98,23

= 17,50

JK A x B = + + + + + + + +

+ + + - 98,23 - 0,06- 17,50

= 0,10

41
JK Total = 2,17² + 2,20² + 1,43² + 0,64² ………,, + 0,73²
= 18,72

JK Perlakuan = + + + + + + + +
+ + + - 98,23

= 17,66

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 18,72 - 17,66
= 1,06

Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 0,06 0,03 0,63 3,40 5,61
B 3 17,50 5,83 131,79 ** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 0,10 0,02 0,37 2,51 3,67
Galat 24 1,06 0,04
Total 35 18,72

UJI JARAK BERGANDA DUNCAN

FAKTOR B

SX = √ KTG/ r x a
0.023375818
LSR = SX x SSR

Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.160
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 0.068 0.072 0.074
0.01 0.092 0.096 0.099

42
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 2.43 0.31 1.00 1.81
T4 2.12 0.69 1.50
T8 1.43 0.81
T12 0.62

Jarak Nilai SSR Nilai SSR Kesimpulan


0.05 0.01
T0 - T4 2 0.31 0.068 0.092 **
T0 - T8 3 1.00 0.072 0.096 **
T0 - T12 4 1.81 0.074 0.099 **
T4 - T8 2 0.69 0.068 0.092 **
T4 - T12 3 1.50 0.072 0.096 **
T8 - T12 2 0.81 0.068 0.092 **

43

Anda mungkin juga menyukai