SKRIPSI
LUQMAN HAKIM
E10013041
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG
MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI
DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.
RINGKASAN
Bulu ayam merupakan limbah pemotongan unggas, khususnya ayam broiler yang
produksinya cukup melimpah dan dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Bulu ayam mengandung protein yang sangat tinggi mencapai 81% yang memungkinkan
dijadikan sebagai alternatif bahan pakan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui
imbangan efisiensi penggunaan protein ransum ayam broiler yang mengandung
tepung bulu ayam (TBA) hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp.
dan gabungan Bacillus spp. + Lactobacillus spp.
Penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler sebanyak 180 ekor, bulu
ayam, bungkil kelapa, Probio_FM yang mengandung Bacillus dan Probio-FM
mengandung Lactobacillus, dan bahan pakan penyusun ransum. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4
dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah penggunaan 3 jenis TBA hasil
fermentasi, yaitu fermentasi dengan Bacillus (TBA-B), fermentasi dengan
Lactobacillus (TBA-L) dan fermentasi dengan gabungan Bacillus + Lactobacillus
(TBA-BL). Faktor kedua adalah 4 taraf penggunaan TBA dalam ransum (0%, 4%,
8%, 12%). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan, konsumsi protein, efisiensi penggunaan pakan dan imbagan efisiensi
protein. Data yang diperoleh dilakukan Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji
lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan TBA hasil
fermentasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua peubah yang
diamati, sedangkan taraf penggunaan TBA secara nyata (P<0,05) dapat
menurunkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konsumsi protein,
efisiensi penggunaan pakan dan imbangan efisiensi protein. Tidak terdapat
interaksi antara jenis TBA dan taraf penggunaannya di dalam ransum.
Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ketiga jenis
TBA menghasilkan imbangan efisiensi protein yang relatif sama, namun pada
taraf penggunaan 4% dapat menurunkan imbangan efisiensi protein pada ayam
broiler.
1)
PembimbingUtama
2)
PembimbingPendamping
IMBANGAN EFISIENSI P PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG
MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI
DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.
OLEH
LUQMAN HAKIM
E10013041
Menyetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui :
Wakil Dekan BAKSI Ketua Jurusan/Prodi Peternakan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ―Imbangan
Efisiensi Protein Ransum Ayam Broiler Yang Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Dengan Bacillus spp. Dan Lactobacillus spp.‖ adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan
kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Luqman Hakim
RIWAYAT HIDUP
Luqman Hakim
PRAKATA
Bulu ayam merupakan limbah pemotongan ayam broiler yang produksinya cukup
melimpah dan dapat diperoleh hampir di seluruh wilayah di indonesia. Bulu ayam
mengandung protein yang sangat tinggi mencapai 81% yang memungkinkan dijadikan
sebagai alternatif bahan pakan. Sayangnya, protein yang terkandung dalam bulu ayam
merupakan jenis keratin yang sukar larut, sulit dicerna dan resisten terhadap perlakuan fisik
dan kimia. Salah satu teknik yang praktis dilakukan dan aman bagi lingkungan
untuk menghidolisis keratin pada bulu ayam, adalah pengolahan secara
mikrobiologis dengan memanfaatkan mikroba penghasil keratinase, diantaranya
adalah kelompok Bacillus dan Lactobacillus. Sehubungan dengan ini, serangkaian
penelitian telah dilakukan di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi di
Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian yang diperoleh
dituangkan dalam tulisan ini.
Pada kesempatan ini, penulis awali dengan mengucapkan puji syukur
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan nikmat kesehatan
serta kesempatan yang telah dianugrahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi. Skripsi ini merupakan
persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada
Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini telah melibatkan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan kontribusi dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi. Pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Kepada Ayah saya Tamami dan Ibu saya Qoni’ah atas doa, usaha serta
motivasi sehingga ananda mencapai apa yang dicita-citakan. Kepada Adik
saya Annisa Muflihatusiyami dan kepada semua keluarga terima kasih atas
motivasi dan doanya.
2. Dr. Ir. Agus Budiansyah, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di
Fakultas Peternakan.
i
3. Ir. Hj. Ella Hendalia, M.S selaku pembimbing utama, atas bimbingan
dorongan dan motivasi serta diskusi yang sangat berharga yang diberikan
sejak penyusunan usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
4. Filawati, S.Pt, MP selaku pembimbing pendamping, atas bimbingan dorongan
dan motivasi serta diskusi yang sangat berharga yang diberikan sejak
penyusunan usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
5. Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc, Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah
memberi ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
6. Ir. Darmawan, M.P selaku ketua jurusan/prodi peternakan yang banyak
membantu penulis menyelesaikan mata kuliah kesarjanaan.
7. Dr. Ir. Mardalena, M.P selaku pembimbing Praktek Lapang dan staf pengajar
yang telah membekali penulis dengan pengetahuan selama penulis menjadi
mahasiswa di Universitas Jambi.
8. Buat orang spesial yang telah memberi motivasi dan selalu mensuport penulis
dan telah menemani penulis hingga akhir penulisan.
9. Terimakasih kepada rekan satu penelitian Adam Pajar Pratama dan Yuldi
Saritiyono yang telah berjuang bersama dalam penelitian dan membantu
dalam proses penelitian.
10. Terimakasih kepada pimpinan Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi
yang telah memberikan penulis tempat tinggal selama penulis menjalani masa
study. Selanjutnya terimakasih kepada seluruh anak kandang pakde Bastiyan,
Andry Alfian, Nasrial yang telah menjadi partner kerja dikandang.
11. Terimakasih kepada teman-teman KKN PPM Dikti Posko 1 Kecamatan
Sungai Bahar yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis selama
menjalani kuliah kerja nyata.
12. Kepada seluruh teman – teman kelas A angkatan 2013 yang telah membantu
selama perkuliahan ini.
ii
Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan
manusia diamanahkan untuk selalu melakukan ikhtiar untuk memantapkan
langkah menuju karya yang lebih baik. Penulis berharap tulisan ini bermanfaat
bagi para pembaca. Terima Kasih.
Luqman Hakim
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 3
1.3. Manfaat .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1. Potensi Bulu Ayam Sebagai Pakan Unggas........................... 4
2.2. Pengolahan Bulu Ayam ......................................................... 4
2.3. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kualitas TBA ..................... 5
2.4. Protein dan Efisiensi Penggunaannya .................................... 7
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 9
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................. 9
3.2. Materi dan Peralatan .............................................................. 9
3.3. Metode .................................................................................. 9
3.3.1. Prosedur Pembuatan TBA Fermentasi ................................ 9
3.3.2. Persiapan Kandang.............................................................. 10
3.3.3. Ransum ............................................................................... 11
3.3.4. Pencampuran Ransum ......................................................... 13
3.3.5. Pengacakan Perlakuan dan Pengacakan Ayam ................... 13
3.3.6. Pemeliharaan ....................................................................... 13
3.4. Rancangan Percobaan ............................................................ 14
3.5. Peubah yang Diamati ............................................................. 14
3.6. Analisis Data .......................................................................... 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 16
4.1. Konsumsi Ransum ................................................................. 17
4.2. Pertambahan Bobot Badan ..................................................... 18
iv
4.3. Konsumsi Protein .................................................................. 19
4.4. Efisiensi Penggunaan Pakan .................................................. 20
4.5. Imbangan Efisiensi Protein .................................................... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 23
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 23
5.2. Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 29
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menurut Hwang et. al. (2015) Lactobacillus plantarum, memiliki aktifitas
keratinolitik empat kali lebih kuat dibandingan dengan enzim papain.
Hasil penelitian Sapdiyanto (2016) menunjukkan bahwa fermentasi selama
7 hari menggunakan Probio_FM yang mengandung Lactobacillus spp. dan
gabungan Bacillus spp. + Lactobacillus spp. secara nyata akan menghasilkan
karakteristik fisik bulu ayam yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi
menggunakan Bacillus spp., yang tercermin dari teksturnya yang lebih lembut dan
rapuh serta berkurangnya keambaan (bulkiness). Dari hasil penelitian Pratama
(2016) diketahui bahwa kandungan protein bulu ayam yang difermentasi dengan
Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya masing-masing adalah
78,62%, 76,21% dan 74,91%, sedangkan yang difermentasi tanpa menggunakan
bakteri (kontrol) adalah 79.17%. Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut
terdapat indikasi bahwa Lactobacillus lebih mampu mendegradasi keratin
dibandingkan dengan Bacillus. Semakin banyak ikatan keratin yang terdegradasi
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan protein yang berasal dari keratin,
sehingga hidrolisat bulu ayam yang dihasilkan menjadi lebih lembut, lebih rapuh,
dan tidak bulky.
Untuk mengevaluasi kualitas protein TBA hasil fermentasi dengan
Bacillus spp., Lactobacillus spp. dan gabugan keduanya perlu dilakukan
pengujian secara biologis pada ternak, salah satu cara untuk adalah dengan
melihat imbangan efisiensi protein pada ayam broiler. Menurut Piliang dan Al Haj
(1991) bahwa Imbangan Efisiensi Protein (IEP) adalah pertambahan bobot badan
(gram) per banyaknya protein yang dikonsumsi (gram). Semakin besar nilai IEP
menunjukan bahwa semakin efisien protein yang dikonsumsi dan dikonversikan
kedalam pertambahan bobot badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imbangan efisiensi protein
ransum ayam broiler yang mengandung tepung bulu ayam hasil fermentasi
Bacillus spp. dan Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya.
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh penggunaan TBA dan taraf
maksimal penggunaan TBA hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus
spp. dan gabungan keduanya terhadap imbangan efisiensi protein (IEP) ransum
ayam broiler.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah Sebagai informasi tentang potensi bulu
ayam hasil fermentasi dengan Bacillus spp., Lactobacillus spp., dan gabungan
Bacillus spp. + Lactobacillus spp. sebagai pakan sumber protein pada ayam
broiler.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Menurut Achmad (2001) bahwa TBA yang dihasilkan pada masing-
masing pemrosesan memiliki tingkat kecernaan yang berbeda-beda. Pemrosesan
bulu ayam secara fisik dengan menggunakan tekanan dan suhu tinggi selama 8
jam meningkatkan kecernaan kadar protein sebesar 76% (Adiati et. al., 2004).
Pemrosesan kimiawi dan basa menggunakan NaOH 6% dengan pemanasan dan
tekanan meningkatkan kecernaan bahan kering 64,4% (Puastuti 2007).
Pengolahan bulu ayam menggunakan suhu tinggi hingga menghasilkan TBA
dapat menyebabkan denaturasi protein, sehingga kualitas protein bulu ayam
menurun (Adiati et. al., 2004).
Menurut Zerdani et. al. (2004) Bacillus liceniformis merupakan bakteri
yang sangat efisien untuk menghidrolisis bulu ayam. El Boushy et. al. (1990) juga
melaporkan bahwa hidrolisat bulu dapat digunakan dalam pakan ayam broiler
hingga 6%, ayam petelur 7% dan kalkun 5% tanpa mempengaruhi produktivitas
dan kesehatannya. Sedangkan Erpomen (2010) melaporkan bulu ayam yang
diolah menggunakan 0.2% NaOH dan dipanaskan selama 90 menit dapat
digunakan hingga taraf 15% (75% pengganti tepung ikan) dalam ransum broiler.
Bulu ayam yang direbus 30 menit hanya mampu menggantikan 3% bungkil kedele
dalam pakan broiler (Ochetim, 1993).
Bulu ayam memiliki tekstur yang keras, alot dan berdebu bila dijadikan
tepung serta bersifat bulky sehingga dapat menghambat proses pencernaan dan
penyerapan zat makanan di dalam saluran pencernaan serta mempengaruhi laju
pengosongan lambung (Hendalia et. al., 2008). Menurut Moritz and Latshaw
(2001), salah satu indicator untuk menilai kualitas bulu ayam adalah keambaan
(bulk density)). Menurut Leeson and Summer (1997), perlakuan terhadap tepung
bulu ayam dengan campuran enzim yang mengandung keratinase telah
menunjukkan perbaikan dalam kecernaan protein secara keseluruhan dan
performan unggas. Namun penggunaan tepung bulu ayam dibatasi oleh rendahnya
kandungan beberapa asam amino termasuk metionin, lisin dan histidin.
Teknik fermentasi bulu ayam menggunakan mikroba spesifik penghasil
keratinase mampu meningkatkan performa ayam broiler (Odetallah et. al., 2003),
5
asam amino esensial dan kadar proteinnya (Williams et. al., 1991; Bertcsh dan
Coello, 2005), menurunkan fraksi serat (Belewu et. al., 2008) dan menggantikan
tepung ikan (Arunlertaree dan Moolthongnoi, 2008).
Adriani, (2006) melaporkan bahwa hidrolisis bulu ayam menggunakan
enzim papain yang diekstrak dari buah pepaya dan enzim bromelin yang
diekstrak dari buah nanas dapat mengurangi keambaan dan berdebunya ransum.
Menurut Irawan (2007), tepung bulu ayam yang tidak dihidrolisis memiliki tekstur
yang lebih berdebu dan lebih bulky sehingga kurang disukai oleh ternak. Menurut
Iskandar (2009) bahwa Hidrolisis bulu ayam dengan daun papaya dapat
mengurangi keambaan (bulky) dan berdebunya ransum. Hendalia et. al. (2016),
bahwa fermentasi bulu ayam dengan Lactobacillus spp. menghasilkan kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi menggunakan Bacillus spp. dan
gabungan keduanya.
Hendalia (2005) melaporkan bahwa tepung bulu ayam (TBA) memiliki
kecernaan bahan kering (KCBK) in vitro yang sangat rendah, yaitu 21,87%,
sedangkan TBA yang dihidrolisis dengan enzim papain dan bomelin memiliki
KCBK masing-masing 27,27% dan 26,99%. Selanjutnya dilaporkan bahwa bulu
ayam yang dihidrolisis dengan asam formiat hanya dapat ditolerir oleh ayam
broier sampai taraf 4%. Semakin tinggi taraf penggunaan HBA menyebabkan
ransum menjadi amba (bulky) dan sulit dicerna (Hendalia et. al., 2008).
Hendalia et. al. (2016), diketahui bahwa daya cerna protein bulu ayam
hasil fermentasi dengan Lactobacillus spp. nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingan bulu ayam hasil fermentasi dengan Bacillus spp. dan gabungan
keduanya. Tepung keratin bulu ayam tersebut mampu menggantikan konsentrat
ayam petelur hingga 35% tanpa mempengaruhi pertumbuhan, konsumsi dan
konversi pakannya (Rahayu, 2014).
Menurut Hendalia et. al. (2016) kandungan lisin pada TBA-BL hanya
1,44% dan metionin 0,91% sementara histidin dan sistein tidak terdeteksi.,
ketidakseimbangan asam amino akan dirasakan oleh otak dengan efek utama feed
intake (Forbes, 1986). Demikian pula menurut Resnawati (1998), bahwa
ketidakseimbangan asam amino menyebabkan berkurangnya konsumsi pakan.
Defisiensi asam amino dalam skala ringan dapat merangsang konsumsi ransum,
6
namun defisiensi pada tingkat parah dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi
ransum sehingga berdampak pada pertambahan bobot badan (Davies, 1982).
7
menyatakan bahwa penggunaan protein atau rasio efisiensi protein (REP) adalah
pertambahan bobot badan (gram) per banyaknya protein yang dikonsumsi (gram),
dan dijelaskan lagi oleh Wahju (1985) yang menyatakan bahwa rasio efisiensi
protein merupakan pembagian antara pertambahan bobot badan dengan
banyaknya protein yang dikonsumsi. Martua (2010), bahwa rasio efisiensi protein
pada ayam broiler yang diberi ransum komersil dan probiotik adalah sekitar 2,20-
2,38, sedangkan yang dilaporkan Irawati (2012) rataan imbangan efisiensi protein
ayam broiler yang diberi ransum komersil yaitu 2,93.
Robel dkk (1956) mengemukakan bahwa imbangan efisiensi protein erat
hubungannya dengan protein yang dikonsumsi, dan konsumsi protein dan jumlah
ransum yang dikonsumsi. Selanjutnya Furuse dan Yokota (1984) menjelaskan
bahwa nilai imbangan efisiensi protein nyata meningkat dengan meningkatnya
protein dalam ransum, tetapi lingkungan tidak berpengaruh. Ewing (1983)
menyatakan bahwa efisiensi protein menurun dengan adanya peningkatan protein
ransum mungkin dikarenakan sebagian protein digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Hal ini menunjukkan pentingnya konsumsi energi yang cukup
jika ayam digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein berdasarkan retensi
nitrogen.
Mahfudz et. al. (1997) yang menyatakan bahwa rasio efisiensi protein
menunjukkan penggunaan protein untuk pertumbuhan, dimana diperoleh dari
perbandingan pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum.Semakin tinggi
nilai rasio efisiensi protein, maka semakin efisien ternak memanfaatkan protein
yang dikonsumsi (Anggorodi, 1994). Jenis kelamin jantan mempunyai
pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding betina sehingga rasio efisiensi
proteinnya lebih tinggi.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Materi yang digunakan adalah 180 ekor DOC broiler starin CP 707. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan TBA adalah bulu ayam segar, bungkil kelapa
sebagai sumber prebiotik dan probiotik Probio_FM yang mengandung 3 spesies
Bacillus (B. subtilis, B. cereus dan B. thuringensis), serta Probio_FM yang
mengandung 4 spesies Lactobacillus (L. fermentum, L. plantarum, L. pediococus,
L. brevis). Sebagai bahan penyusun ransum digunakan TBA (TBA-B, TBA-L
atau TBA-BL) tepung ikan, jagung, bungkil kelapa, polles, bungkil kedelai,
minyak kelapa, topmix, campuran mineral serta asam amino L-lysine dan DL -
Metionin.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan TBA adalah panci presto
(untuk mengukus bulu ayam), mesin penggiling bulu, kompor gas, ember/baskom
plastik, timbangan, kantong plastik untuk fermentasi dan oven 40 0C. Peralatan
yang digunakan untuk pemeliharaan ayam adalah kandang, terpal, tempat pakan,
tempat air minum, lampu, sapu, sikat, litter, gunting, dan kertas label.
3.3. Metode
9
probiotik Probio_FM yang mengandung Lactobacillus spp. atau campuran
keduanya sesuai dengan perlakuan kemudian aduk sampai homogen. Adonan
dimasukkan ke dalam kantung plastik (fermentor), kemudian dipadatkan dan
difermentasi anaerob selama 7 hari (1 minggu). Pada hari ke tujuh tepung bulu
ayam dipanen dengan cara diremas-remas agar tidak menggumpal, kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 400 C.
10
Selanjutnya menyediakan pakan dan air minum serta menghidupkan lampu yang
berfungsi sebagai pemanas kurang lebih 2 jam sebelum ayam datang.
3.3.3. Ransum
Ransum yang digunakan terdiri dari TBA, jagung, polles, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, minyak kelapa, Mineral, top mix, asam amino
lisin dan metionin. Ransum disusun sesuai dengan kebutuhan zat makanan ayam
broiler. Kebutuhan zat-zat makanan dan EM broiler, komposisi zat makanan dan
EM penyusun ransum, komposisi bahan penyusun ransum serta kandungan zat
makanan dan EM ransum perlakuan disajikan masing – masing pada tabel 1, 2, 3
dan 4.
Tabel 1. Kebutuhan Zat-Zat Makanan dan EM Broiler Fase Starter dan Grower.
Zat Makanan (%) Starter (0-3 minggu) Grower (3-6 minggu)
EM kkal/kg 3200 3200
Protein kasar 23 20
Lemak kasar 4-5 3-4
Serat kasar(*) 3-5 3-5
Kalsium 1.00 0.90
Posfor 0.45 0.35
Metionin 0.50 0.38
Lisin 1.10 1.00
Metionin+sistin 0.90 0.72
Sumber : NRC (1994)
(*)
Anggorodi (1985)
11
Tabel 2. Komposisi Zat Makanan dan EM Penyusun Bahan Ransum.
Bahan Makanan EM PK LK SK Ca P Met Lis
a a a a a a a
Jagung 3370 8.15 3.8 2.2 0.02 0.28 0.18 0.26 a
Polles 3090 a 12.2 a 11 a 4a 0.05 a 1.31 a 0.2 a 0.57 a
T. Ikan 3080 a 44 a 4a 1a 4a 2,6 a 1,3 a 0,4 a
TBA 2360 a 81,91 a 2,5 a 1,0 a 0,2 a 0,75 a 0,57 a 2,28 a
TBA-B - 73,80 b 5,27 b 0,49 b - - - -
TBA-L - 71,96 b 4,25 b 1,42 b - - - -
TBA-BL - 71,09 b 3,56 b 1,39 b - - - -
B. Kedelai 2230 a 44 a 0,8 a 7a 0,29 a 0,65 a 0,62 a 2,69 a
B. Kelapa 1525 a 19,2 a 2,1 a 14,4 a 0,17 a 0,65 a 0,28 a 0,50 a
Minyak Kelapa Sawit 7356 a 0 100 a 0 0 0 0 0
Topmix 0 0 0 0 0 0 0,3 0,3
Mineral 0 0 0 0 32,5 1,0 0 0
DL-Metionin 0 0 0 0 0 0 100 0
L - Lisin 0 0 0 0 0 0 0 100
Ket: a) NRC (1994). b) Hasil analisa Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas
Jambi (2016). Topmix mengandung Vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B6, B12,
C), Niacin, Cholin chloride, Manganase, Iron, Iodine, Zinc, Cobalt, Copper,
Santoquin. Mineral mengandung Fe, Mn, I, Cu, Zn, Vitamin (B12, D3).
12
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan dan EM Ransum Perlakuan
TBA-B TBA-L TBA-BL
Zat TBA-0
Makanan (Kontrol) 4% 8% 12% 4% 8% 12% 4% 8% 12%
ME 3060.02 3017.30 3004.51 3002.34 3017.30 3004.51 3002.34 3015.77 3004.51 3002.34
PK 21.72 22.31 22.64 22.90 22.23 22.49 22.67 22.20 22.42 22.57
LK 3.30 3.29 3.28 3.25 3.25 3.20 3.12 3.23 3.15 3.04
SK 3.29 3.27 3.18 3.02 3.30 3.25 3.13 3.30 3.25 3.12
Ca 1.05 0.89 0.90 0.91 0.89 0.90 0.91 0.93 0.90 0.91
P 0.69 0.61 0.53 0.44 0.62 0.53 0.44 0.61 0.53 0.44
Met 0.80 1.07 0.54 0.51 0.41 0.54 0.51 0.57 0.54 0.51
Lis 0.76 0.87 1.13 1.18 0.90 1.13 1.18 1.17 1.13 1.18
Met+cys 0.40 0.57 0.97 1.07 0.90 0.97 1.07 0.87 0.97 1.07
3.3.6. Pemeliharaan
Ayam yang baru datang ditimbang untuk memperoleh bobot awal
sehingga dapat diketahui keragaman bobot ayam yang digunakan. Kemudian anak
ayam diberi air minum yang mengandung obat anti stress berupa vita stress. Ayam
broiler dipelihara selama 5 minggu. Pengumpulan data konsumsi dilakukan setiap
minggu dengan cara menimbang ransum dan sisa ransum sebelum dan sesudah
diberikan kepada ayam broiler. Pemberian ransum dan air minum dilakukan ad-
libitum setiap hari.
13
3.4. Rancangan Percobaan
14
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dua arah dengan model persamaan
berikut :
Yij = Nilai Pengamatan Untuk FactorΑ Level Ke-I, Faktor Β Ke-J Dan Pada
Ulangan Ke-K
i = Jenis TBA yang digunakan
j = Taraf TBA yang digunakan
k = Banyak Ulangan
µ = Pengaruh Rata-Rata Umum
αi = Pengaruh Faktor α pada level ke-i
βj = Pengaruh Faktor β pada level ke-j
(α x β)ij = Interaksi antara pemakaian bakteri dan taraf
∑ijk = Galat Percobaan Untuk level ke-i (α), level ke-j (β) ulangan ke
Bila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) (Steel dan Torrie, 1993).
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
4.1. Konsumsi Ransum
17
4.2. Pertambahan Bobot Badan
18
lisin dan histidin. Defisiensi asam amino dalam skala ringan dapat merangsang
konsumsi ransum, namun defisiensi pada tingkat parah dapat menyebabkan
berkurangnya konsumsi ransum sehingga berdampak pada pertambahan bobot
badan (Davies, 1982).
Interaksi antar perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap PBB yang
dihasilkan. Hasil ini membuktikan bahwa fermentasi dengan Bacillus spp.,
Lactobacillus spp. dan gabungan keduanya tidak mampu memperbaiki kualitas
protein bulu ayam secara signifikan, sehingga PBB yang dihasilkan pada masing-
masing taraf penggunaan TBA tersebut tidak berbeda nyata. Hasil ini tidak sejalan
dengan hasil yang diperoleh Lakshmi et. al. (2013), bahwa fermentasi bulu ayam
dengan Bacillus subtilis dan Bacilus cereus mampu meningkatkan kadar asam
amino cystine, cysteine, methionine dan asam amino bebas selama periode 96–
120 jam fermentasi. Bila diamati dari data pada tabel 5 Terlihat bahwa PBB yang
dihasilkan pada setiap taraf penggunaan TBA-L relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan TBA-B. Hasil ini memberi indikasi bahwa Lactobacillus
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas bulu ayam
dibandingkan dengan Bacillus. Belum ditemukan publikasi yang melaporkan
potensi Lactobacillus dalam meningkatkan kualitas bulu ayam, khususnya untuk
meningkatkan kadungan asam amino TBA.
19
Taraf penggunaan TBA secara nyata akan menurunkan konsumsi protein.
Semakin tinggi taraf yang digunakan maka konsumsi protein semakin rendah.
Dapat dilihat bahwa rataan konsumsi protein selama masa pemeliharaan (35 hari)
pada perlakuan TBA-0 adalah 417.58 gr/ekor menurun secara nyata (P<0,05)
menjadi 371.98 gr/ekor pada penggunaan TBA 4%, 233.35 gr/ekor pada taraf
penggunaan 8% serta 116.69 gr/ekor pada penggunaan 12%. Bila dihitung rataan
konsumsi protein per hari maka rataan konsumsi protein yang diperoleh dalam
penelitian ini (11,93 gr pada TBA-0; 10.63 gr padaTBA-4%; 6,67 gr pada TBA-
8% dan 3,33gr pada TBA-12% ) jauh berbeda dengan yang dilaporkan Irawati
(2012), bahwa konsumsi protein selama 35 hari pemeliharaan antara 19,10 –
20,79 gr/ekor/hari. selanjutnya Wahju (1985) melaporkan bahwa untuk
pertumbuhan normal ayam broiler dapat mengkonsumsi protein 120,11 gr/minggu
atau 17,15 gr/hari.
Interaksi antar perlakuan tidak menunjukkan pengaruh terhadap konsumsi
protein yang diperoleh. Tidak terdapatnya interaksi antar perlakuan sejalan
dengan tidak terdapatnya interaksi pada konsumsi ransum dan PBB. Konsumsi
protein didapat dari banyaknya ransum yang dikonsumsi dikalikan dengan
kandungan protein ransum selama pemeliharaan. Menurut pendapat Wahju (1997)
bahwa konsumsi protein dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan kandungan
protein dalam ransum yang diberikan.
20
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa Penurunan konsumsi ransum diikuti oleh
penurunan PBB secara proporsional.
Taraf penggunaan TBA secara nyata akan menurunkan efisiensi
penggunaan pakan. Semakin tinggi taraf penggunaan TBA didalam ransum dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi penggunaan pakan secara signifikan (P<0,05).
Penggunaan TBA pada taraf 4% menghasilkan rataan efisiensi penggunaan pakan
yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (TBA-0%). Hasil ini
menunjukkan bahwa TBA hasil fermentasi baik TBA-B, TBA-L maupun TBA-
BL memiliki kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan,
sehingga pada taraf penggunaan 4% sudah menunjukkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan ternak. Semakin tinggi penggunaan TBA akan memperparah
ketidakseimbangan asam amino di dalam ransum, sehingga ternak yang
mengkonsumsi ransum tersebut akan mengalami defisiensi asam amino esensial,
terutama lisin, metionin dan histidin. Menurut Hendalia et. al. (2016) kandungan
lisin pada TBA-BL hanya 1,44% dan metionin 0,91% sementara histidin dan
sistein tidak terdeteksi. Sebagai akibat rendahnya kualitas ransum, baik pada
perlakuan TBA-B, TBA-L maupun TBA-BL maka interaksi antar perlakuan tidak
terlihat secara signifikan.
21
0,62 pada TBA 12%. Nilai IEP yang diperoleh didalam penelitian ini jauh berbeda
yang diperoleh Martua (2010) pada ayam broiler yang diberi ransum komersil
adalah sekitar 2,20-2,38. Rendahnya kualitas protein pada TBA-B, TBA-L dan
TBA-BL menyebabkan nilai IEP yang dihasilkan pada setiap taraf penggunaannya
juga relatif sama, sehingga interaksi antar perlakuan tidak terlihat secara
signifikan. Rendahnya nilai IEP pada penelitian ini menunjukkan bahwa protein
asal TBA tidak dapat dimanfaatkan secara efisien untuk menunjang pertumbuhan
ternak.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi
Lactobacillus spp. sebagai penghasil keratinase serta untuk memperbaiki
keseimbangan asam amino didalamnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arunlertaree, C and Moolthongnoi, C., 2008. The use of fermented feather meal
for replacement fish meal in the diet of oreochromis niloticus.Environment
and Natural Resources J. 6 (1): 13-24
Belewu, MA., Asafa, AR., Ogunleke, FO., 2008. Processing of Feather Meal by
Solid State Fermentation.Biotechnology 7 (3): 589-591.
Bertsch , A., Coello, M., 2005. A biotechnological process for treatment and
recycling poultry feathers as a feed ingredient.Biores. Technol. 96: 1703-
1708.
Davies, L. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Australian Vice-
Chancellors’ Committee. Melbourne, Australia.
El Boushy, A.R., Van der Poel, AFB. and Walraven, OED., 1990. Feather meal—
A biological waste: Its processing and utilization as a feedstuff for poultry.
Biological Wastes 32 (1): 39–74.
Erpomen dan Mirnawati., 2010. Peningkatan kualitas bulu ayam melalui
pengolahan dan pemanfaatannya sebagai pengganti tepung ikan dalam
ransum ayam broiler. Fakultas Peternakan-Unad, Padang.
Ewing. 1983. Poultry Nutrition. 5th edition. The Ray Ewing., Pasadena, California
24
Furuse, M. And H. Yokota. 1984. Protein and energy utilization in germ free and
conventional chicks given diets containing levels of dietary protein. British
J. Nutr.51 : 255-264.
Gultom, S. M., Supratman, R.D.H., Abun., 2014. Pengaruh Imbangan Energi dan
Protein Ransum Terhadap Bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam
broiler umur 3-5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas
Padjajaran, Bandung.
Hendalia, E. 2005. Efektifitas penggunaan larutan enzim papain dan bromelin
dalam meningkatkan kecernaan dan retensi protein tepung bulu ayam.
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol. VIII. No.4 Edisi November
2005. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Hendalia, E, Nurhayati, Resmi, Nelwida dan Filawati., 2008. Efektifitas
penggunaan asam formiat dalam meningkatkan kualitas protein bulu ayam
sebagai pakan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Jambi.
Hendalia, E, Wiwaha Anas Sumadja, Nurhayati, dan Resmi. 2016. Penggunaan
Hidrolisat Bulu Ayam Hasil Fermentasi Dengan Bacillus Dan
Lactobacillus Sebagai Sumber Protein Berprobitik Pada Ayam Broiler.
Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Howie, S. A., S.Calsamiglin and M.D. Stern.1996. Variation in Ruminal
Degradation and Intestinal Digestion of Animal By Product Proteins.
Anim. Feed Sci. Tech. 63 (1-4):1-7.
Hwang, K.H., J. H. Park, J.S. Park dan B. Kang. 2015. Application of Microbial
Fermentation and Enzymatic Biotransformation in Cosmetic Industry.
AMOREPACIFIC R&D Center.
Imsya, A dan Palupi, R. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepungdaun Pepaya Dalam
Meningkatkan Kecernaan Tepung Bulu Ayam Secara In Vitro, Agria,
Vol.4, No.2, 29-31.
Irawan. T. 2007. Pengaruh Penggunaan Tepung Bulu Ayam Yang Dihidrolisa
Dengan Larutan Enzim Papain Dan Bromelin Dalam Ransum Terhadap
Retensi Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Pada Ayam
Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Irawati, P. 2012. Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler Yang Diberi
Bungkil Inti Sawit Fermentasi Menggunakan Tricoderma herzianum Dan
Probiotik. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Iskandar. M. 2009. Pengaruh penggunaan tepung bulu ayam yang dihidrolisa
dengan daun pepaya dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan
organik dan protein kasar pada ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.
25
J. S. Moritz and J. D. Latshaw. 2001 Indicators of Nutritional Value of Hydrolyzed
Feather Meal.2001 Poultry Science 80:79–86
Manin F., E. Hendalia, dan A. Aziz. 2007. Isolasi dan produksi isolat bakteri asam
laktat dan Bacillus sp. dari saluran pencernaan ayam buras asal Lahan
Gambut sebagai sumber probiotik. Jurnal AGRITEK (Jurnal illmu-ilmu
Pertanian) Teknologi Pertanian dan Kehutanan.Terakreditas No.
026/DIKTI/KEP/2005.Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke-16
November 2007. Halaman 74-78
Manin F., E. Hendalia, R.Asra, dan Helda. 2001. Pengembangan industry produk
probiotik ― PROBIO_FM ― berbasis kemitraan. Laporan Akhir Penelitian
Prioritas NAsional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (PENPRINAS MP3EI 2011 – 2025).
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Rev. Ed. National Academies
Press. Washington, D.C.
Odetallah, N. H., Wang, J. J., Garlich, J. D., Shih, J. C., 2003. ase in starter diets
improves growth of broiler chicks. Poultry Sci 82 (4): 664- 670.
Ochetim, S. 1993., The effect of partial replacement of soyabean meal with boiled
feather meal on the performance of broiler chickens. AJAS 6 (4): 597-600
Papadopaulus, M.C., A.R.M. Boushy,And E.M. Kelelaars. 1985. Effect Of
Different Processing Condition On Amino Acid Digestibility Of Feather
Meal Determined By Chicken Assay. Jo Poult 64 :1729.
26
Parakasi, A. 1983.Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa,
Bandung.
Piliang, W.G dan S.D Al-Haj. 1991. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat Institute Pertanian Bogor.
Pratama, P. 2016. Pengaruh Penggunaan Bacillus sp.p Dan Lactobacillus sp.p
Dalam Fermentasi Bulu Ayam Terhadap Komposisi Za-Zat
Makanan.Skripsi. Universitas Jambi, Jambi.
Puastuti W. 2007.Teknologi pemrosesan bulu ayam dan pemanfaatannya sebagai
sumber protein pakan ruminansia. Wartazoa 17 (2): 53-60.
Steel, R.G.D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika. Edisi Kedua.
Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro Kusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
27
Wahju, J. 1985. Feed Formulating Pattern For Growing Chicks Based On
Nitrogen Retention, Nitrogen Consumed, and Metabolism Energy.
Dissertation. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Williams C. M., Lee, C. G., Garlich, J. D. and Shih, J.C.H. 1991. Evaluation of a
bacterial feather fermentation product, feather-lysate, as a feed
protein.Poultry Sci. 70:85–94.
Wanasuria,S.2015.Peluang dan Produksi Lokal Pemanfaatan Tepung Bulu
Ayam.Majalah Poultry Indonesia. Edisi Agustus.
Winedar, H. Shanti Listyanti dan Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan,
Kandungan Protein Daging, Dan Pertambahan Berat Bdan Ayam Broiler
Setelah Pemberian Pakan Yang Difermentasi Dengn Effective
Microorganisms(EM-4). Bioteknologi 3 (1):14-19.
Yatno. 2009. Isolasi Protein Bungkil Inti Sawit Dan Kajian Nilai Biologinya
Sebagai Alternative Bungkil Kedelai Pada Puyuh. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Zerdani, I., Faid M., Malki, A. 2004. Feather wastes digestion by new isolated
strains Bacillus sp.. in Morocco. African J Biotechnol 3 (1): 67-70.
28
LAMPIRAN
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
2249,08 1808,12 1046,05 399,75
B 1800,38 1782,81 926,83 359,38
1718,17 1490,50 1017,52 446,63
Jumalah 5767,63 5081,43 2990,40 1205,75 15045,21 3761,30
Rataan 1922,54 1693,81 996,80 401,92 1253,77
2249,08 1765,67 876,51 500,85
L 1800,38 1828,51 1251,46 961,20
1718,17 1591,67 1127,92 518,83
Jumalah 5767,63 5185,84 3255,89 1980,89 16190,24 4047,56
Rataan 1922,54 1728,61 1085,30 660,30 1349,19
2249,08 1707,83 1001,00 480,37
BL 1800,38 1598,50 1000,59 508,32
1718,17 1474,34 1079,83 451,43
Jumalah 5767,63 4780,68 3081,43 1440,12 15069,85 3767,46
Rataan 1922,54 1593,56 1027,14 480,04 1255,82
TOTAL 17302,88 15047,95 9327,72 4626,76 46305,30
RATAAN 1922,54 1671,99 1036,41 514,08
FK = = 59560583,08
JKB = + + + - 59560583,08
= 10910918,82
JK A x B = + + + + + +
+ + + + + - 59560583,08 -
71305,62 - 10910918,82
= 75684,97
29
= 11893940,65
JK Perlakuan = + + + + +
+ + + + + + -
59560583,08
= 11057909,41
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0,05 0,01
A 2 71305,62 35652,81 1,02 3,40 5,61
B 3 10910918,82 3636972,94 104,41** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 75684,97 12614,16 0,36 2,51 3,67
Galat 24 836031,24 34834,64
Total 35 11893940,65
FAKTOR B
SX = √KTG/ r x a
20.73782107
LSR = SX x SSR
Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 60.5337 63.5822 65.5315
0.01 82.0181 85.5642 87.9076
30
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 1922.54 250.55 886.13 1408.46
T4 1671.99 635.58 1157.91
T8 1036.41 522.33
T12 514.08
31
Lampiran 2. Analisis Ragam Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
1058,20 885,80 338,33 59,00
B 944,50 802,40 272,50 51,67
1012,67 588,60 312,40 59,00
Jumlah 3015,37 2276,80 923,23 169,67 6385,07 1596,27
Rataan 1005,12 758,93 307,74 56,56 532,09
1058,20 845,50 336,20 64,00
L 944,50 785,25 406,00 91,00
1012,67 819,33 352,00 79,50
Jumlah 3015,37 2450,08 1094,20 234,50 6794,15 1698,54
Rataan 1005,12 816,69 364,73 78,17 566,18
1058,20 847,00 393,20 77,00
BL 944,50 860,80 229,33 72,67
1012,67 676,75 362,83 74,00
Jumlah 3015,37 2384,55 985,37 223,67 6608,95 1652,24
Rataan 1005,12 794,85 328,46 74,56 550,75
TOTAL 9046,10 7111,43 3002,80 627,83 19788,17
RATAAN 1005,12 790,16 333,64 69,76
FK = = 1,087
JK A x B = + + + + + + +
+ + + + - 1,087 - 6,993 -
4,880
= 3,906
32
JK Total = 1058,20² + 885,80² + 338,33² + 59,00² ………,, + 74,00²
= 5001157,145
JK Perlakuan = + + + + +
+ + + + + + -
1,087
= 4,891
Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 6993,66557 3496,83279 0,763096294 3,4028 5,614
B 3 4880278,53 1626759,51 354,9995756** 3,0088 4,718
Interaksi A x
6 3906,70807 651,118012 0,142090221 2,5082 3,667
B
Galat 24 109978,239 4582,42664
Total 35 5001157,15
FAKTOR B
SX = √ KTG/ r x a
7.5215137
LSR = SX x SSR
Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 21.955 23.061 23.768
0.01 29.748 31.034 31.884
33
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 1005.12 214.96 671.48 935.36
T4 790.16 456.51 720.40
T8 333.64 263.89
T12 69.76
34
Lampiran 3. Analisis Ragam Terhadap Konsumsi Protein Ayam Broiler
yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam Hasil
Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
488,50 403,39 236,83 91,54
B 391,04 397,74 209,84 82,30
373,19 332,53 230,37 102,28
Jumlah 1252,73 1133,67 677,03 276,12 3339,54 834,88
Rataan 417,58 377,89 225,68 92,04 278,29
488,50 392,51 197,13 113,54
L 391,04 406,48 281,45 217,90
373,19 353,83 253,67 117,62
Jumlah 1252,73 1152,81 732,25 449,07 3586,86 896,71
Rataan 417,58 384,27 244,08 149,69 298,90
488,50 379,14 224,42 108,42
BL 391,04 354,87 224,33 114,73
373,19 327,30 242,10 101,89
Jumlah 1252,73 1061,31 690,86 325,04 3329,93 832,48
Rataan 417,58 353,77 230,29 108,35 277,49
TOTAL 3758,18 3347,79 2100,13 1050,22 10256,33
Rataan 417,58 371,98 233,35 116,69
FK = = 2922006,43
JKB = + + + - 2922006,43
= 505234,36
JK A x B = + + + + + + +
+ + + + - 2922006,43 -
3535,30 - 505234,36
= 3866,66
35
JK Total = 488,50² + 403,39² + 236,83² + 91,54² ………,, + 101,89²
= 553256,38
JK Perlakuan = + + + + +
+ + + + + + -
2922006,43
= 512636,32
Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 3535,30 1767,65 1,04 3,40 5,61
B 3 505234,36 168411,45 99,50** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 3866,66 644,44 0,38 2,51 3,67
Galat 24 40620,06 1692,50
Total 35 553256,38
FAKTOR B
SX = √ KTG/ r x a
4.57111477
LSR = SX x SSR
Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 13.343 14.015 14.445
0.01 18.079 18.860 19.377
36
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 417.58 45.60 184.23 300.89
T4 371.98 138.63 255.29
T8 233.35 116.66
T12 116.69
37
Lampiran 4. Analisis Ragam Terhadap Efisiensi Penggunaan Pakan Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Perlakuan Taraf Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
B 47.05 48.99 32.34 14.76
52.46 45.01 29.40 14.38
58.94 39.49 30.70 13.21
Jumlah 158.45 133.49 92.45 42.35 426.73 106.68
Rataan 52.82 44.50 30.82 14.12 35.56
L 47.05 47.89 38.36 12.78
52.46 42.94 32.44 9.47
58.94 51.48 31.21 15.32
Jumlah 158.45 142.31 102.01 37.57 440.33 110.08
Rataan 52.82 47.44 34.00 12.52 36.69
BL 47.05 49.60 39.28 16.03
52.46 53.85 22.92 14.30
58.94 45.90 33.60 16.39
Jumlah 158.45 149.35 95.80 46.72 450.32 112.58
Rataan 52.82 49.78 31.93 15.57 37.53
TOTAL 475.35 425.14 290.26 126.63 1317.38
Rataan 52.82 47.24 32.25 14.07
FK = = 48208.04
JKB = + + + - 48208.04
= 8123.95
JK A x B = + + + + + + +
= 48.3795
38
JK Total = 47.05² + 48.99² + 32.34² + 14.76² ……… + 16.39²
= 8714.73
JK Perlakuan = + + + + + + +
+ + + + - 48208.04
= 8195.69
SK Db JK KT Fhit Ftabel
0.05 0.01
A 2 23.3575 11.6788 0.54 3.40 5.61
B 3 8123.95 2707.98 125.21** 3.01 4.72
Interaksi A x B 6 48.3795 8.0632 0.37 2.51 3.67
Galat 24 519.05 21.6270
Total 35 8714.73
SX = √ KTG/ r x a
0.516720906
LSR = SX x SSR
Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.16
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 1.5083 1.5843 1.6328
0.01 2.0436 2.1320 2.1904
39
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 52.82 5.58 20.57 38.75
T4 47.24 14.99 33.17
T8 32.25 18.18
T12 14.07
40
Lampiran 5. Analisis Ragam Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Bulu Ayam
Hasil Fermentasi Bacillus spp. dan Lactobacillus spp.
Taraf
Perlakuan Jumlah Rataan
0% 4% 8% 12%
2,17 2,20 1,43 0,64
B 2,42 2,02 1,30 0,63
2,71 1,77 1,36 0,58
Jumlah 7,30 5,98 4,08 1,85 19,21 4,80
Rataan 2,43 1,99 1,36 0,62 1,60
2,17 2,15 1,71 0,56
L 2,42 1,93 1,44 0,42
2,71 2,32 1,39 0,68
Jumlah 7,30 6,40 4,54 1,66 19,89 4,97
Rataan 2,43 2,13 1,51 0,55 1,66
2,17 2,23 1,75 0,71
BL 2,42 2,43 1,02 0,63
2,71 2,07 1,50 0,73
Jumlah 7,30 6,73 4,27 2,07 20,37 5,09
Rataan 2,43 2,24 1,42 0,69 1,70
TOTAL 21,89 19,11 12,89 5,58 59,47
Rataan 2,43 2,12 1,43 0,62
FK = = 98,23
JKB = + + + - 98,23
= 17,50
JK A x B = + + + + + + + +
= 0,10
41
JK Total = 2,17² + 2,20² + 1,43² + 0,64² ………,, + 0,73²
= 18,72
JK Perlakuan = + + + + + + + +
+ + + - 98,23
= 17,66
Ftabel
SK Db JK KT Fhit
0,05 0,01
A 2 0,06 0,03 0,63 3,40 5,61
B 3 17,50 5,83 131,79 ** 3,01 4,72
Interaksi A x B 6 0,10 0,02 0,37 2,51 3,67
Galat 24 1,06 0,04
Total 35 18,72
FAKTOR B
SX = √ KTG/ r x a
0.023375818
LSR = SX x SSR
Nilai P 2 3 4
SSR 0.05 2.919 3.066 3.160
0.01 3.955 4.126 4.239
LSR 0.05 0.068 0.072 0.074
0.01 0.092 0.096 0.099
42
Perlakuan Rataan P0 P4 P8 P12
T0 2.43 0.31 1.00 1.81
T4 2.12 0.69 1.50
T8 1.43 0.81
T12 0.62
43