SKRIPSI
KEVIN EFENDI
NIM : 201510350311085
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
KEVIN EFENDI
NIM : 201510350311085
Disetujui Oleh :
ii
SKRIPSI
Dewan Penguji :
Pembimbing Utama Pembimbing Pedamping
Prof. Dr. Ir. Sujono, M.kes Prof. Dr. Ir. Indah Prihatini, MP
NIP : 11089030099 NIP. 196507291990062001
Dr. Ir. David Hermawan, MP., IPM Dr. Ir. Asmah Hidayati, MP
NIP 19640526199003 1003 NIP 11089030099
iii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi
berjudul “Pengaruh Pemberian Temu Putih (Curcuma Zedoaria)Dalam Pakan
Terhadap Berat Lemak Abdominal Dan Persentase Berat Lemak Abdominal
Ayam Kampung Super.
Tujuan penulisan skripsiini adalah dalam rangka menyelesaikan rangkaian
Tugas Akhir guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana di
Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Sehubungan dengan semua itu, maka pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. David Hermawan, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sujono, M.kes selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir.
Indah Prihatini, MP selaku pembimbing pendamping.
3. Ibu Dr. Ir. Asmah Hidayati, MP, selaku ketua Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MP. MM, selaku Kepala Laboratorium
Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah
Malang.
5. Rasa hormat kepada Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan dorongan
semangat serta selalu mendukung penuh sehingga dapat menyelesaikan
study.
6. Ahmad Fitrah Radifan dan Yurintan Annisa P. selaku teman pendamping
skripsi.
7. Rekan-rekan angkatan 2015 dan karyawan Laboratorium dan kandang yang
telah membantu penelitian ini mulai dari persiapan hingga terselesaikannya
laporan ini.
Penulis
iv
ABSTRAK
Kata Kunci : Ayam Petelur, Mineral, Probiotik, Konsumsi Pakan, Hen Day
Production
v
ABSTRACT
The material used was 1 year old laying hens as many as 60 types of
Dekalb Brown. Feed ingredients consist of corn, 43.75%, class A rice separator
(separator) 25%, factory concentrate feed 31.25%. This study uses an
experimental method using a completely randomized design with 6 treatments 5
replications. The treatment of this study is as follows P0: control (0% Mineral, 0%
Probiotic) P1: feed + 2% probiotics + 0% mineral, P2: feed + 2% probiotics + 1%
mineral, P3: feed + 2% probiotics + 2% mineral, P4: feed + 2% probiotics + 3%
minerals, P5 = feed + 0% probiotics + 2% minerals. The data was then analyzed
using Variance Analysis (ANAVA) and if it was significantly affected, it was
continued with the Duncan test.
DAFTAR ISI
vi
2.2 Mineral( Premix )
2.3 Probiotik
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
LAMPIRAN
x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jenis ayam ras petelur dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu ayam petelur jenis
ringan dan ayam petelur jenis medium. Tipe ayam petelur ringan biasa disebut dengan
ayam ras petelur putih. Ransum berkualitas dapat diperoleh dengan formulasi pakan
yang memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Nutrisi dalam
ransum yang dapat memengaruhi kualitas telur, antara lain protein, mineral, dan
Mineral yang dibutuhkan ayam petelur diantaranya, kalsium (Ca) yang berfungsi
beberapa enzim. Selanjutnya adalah Phosphor (P) yang mempunyai peranan dalam
metabolisme tubuh ternak, berperan dalam proses pembentukan energy, dan menjaga
keseimbangan asam basa. Selain mengandung Ca dan P mineral unggul ini juga
penghubung) elastin dan kolagen, Zn merupakan komponen lebih dari 80% enzim
kofaktor dari beberapa enzim seperti karbonik anhidrase yang dibutuhkan untuk
transpor karbondioksida oleh darah dan untuk sekresi HCl. Lalu, mangan (Mn) yang
mentranfer phosphat. Magnesium (Mg) sebagai aktivataor dari beberapa sistem enzim
penting diantaranya kinase yaitu enzim yang mengkatalis transfer phosphat terminal
dari ATP ke gula. Lebih lanjut yaitu mineral Besi sebanyak (Fe) berfungsi sebagai
1
Probiotik merupakan makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri
mikroba hidup yang berasal dari ayam kampung. Keberadaan mikroba dari
diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makan tertentu dalam
memperbaiki gambaran darah ayam petelur (jumlah sel darah merah, sel darah putih
dan hemoglobin).
Untuk mengetahui fungsi mineral (premix) dan probiotik pada ayam petelur
maka dilakukan penelitian tentang pemberian mineral pada pakan berbasis probiotik
terhadap Konsumsi Pakan, Hen Day Production, dan Konversi Pakan pada ayam
petelur. Harapan adanya penelitian ini para peternak ayam petelur dapat menambah
1.2 RumusanMasalah
2
1. Apakah pemberian tingkatan mineral pada pakan berbasis probiotik
telur ?
1.3.Tujuan
probiotik terhadap Konsumsi Pakan, Hen Day Production, dan Konversi Pakan
Production telur.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Ayam petelur merupakan ayam yang di desain sedemikian rupa oleh para ahli
untuk menghasilkan telur diatas rata-rata. Anonim (2009a) melaporkan bahwa jenis
ayam ras petelur dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu ayam petelur jenis ringan dan
ayam petelur jenis medium. Tipe ayam petelur ringan biasa disebut dengan ayam ras
petelur putih. Ayam ras petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-
mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah.
Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun. Sedangkan untuk ayam
petelur tipe medium bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih
berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu, ayam ini
disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak
terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang
banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang
cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya
mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Ayam petelur adalah ayam yang sangat
efisien untuk menghasilkan telur dan mulai bertelur umur kurang lebih lima bulan
dengan jumlah telur sekitar 250--300 butir per ekor per tahun (Susilorini dkk., 2008).
Pada umumnya, produksi telur terbaik pada tahun pertama ayam mulai bertelur.
Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun hingga
Organ reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan oviduk atau saluran
4
Ovarium terletak pada rongga badan sebelah kiri. Saat perkembangan embrio,
terdapat dua ovarium dan pada perkembangan selanjutnya hanya ovarium sebelah kiri
terdiri dari 5 sampai 6 folikel yang sedang berkembang berwarna kuning besar (yolk)
dan terdapat banyak folikel kecil berwarna putih (folikel belum dewasa) (Suprijatna
dkk.,2005).
Ayam betina yang belum dewasa terdapat ovarium dan oviduk yang
dirangsang oleh Hormon FSH (folicle stimulating hormone) dari pituitari anterior.
anterior. LH berfungsi merangsang sel-sel granulosa dan sel-sel techa pada folikel
yang masak untuk memproduksi Hormon Estrogen. Kadar Hormon Estrogen yang
5
Menurut (Akoso, 1998)Ukuran oviduk bervariasi tergantung pada tingkat
daur reproduksi setiap individu unggas. Perubahan ukuran ini dipengaruhi oleh
produksi Hormon Estrogen oleh ovarium Oviduk dibagi menjadi 5 bagian yaitu
(Nalbandov,1990).
1. Infundibulum terdiri atas corong atau fimbria yang berfungsi menerima telur yang
2. Maghnum merupakan bagian oviduk yang terpanjang yang tersusun dari glandula
tubuler, yang berfungsi dalam sintesis dan sekresi putih telur. Mukosa dari
maghnum tersusun dari selgoblet yang mensekresikan putih telur kental dan cair
(Yuwanta, 2004).
dan Bade1991).
4. Uterus (kelenjar kerabang) disebut juga glandula kerabang telur. Pada bagian ini
terjadi dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur, kemudian terbentuk kerabang telur.
Warna kerabang juga terbentuk pada bagian uterus pada akhir mineralisasi kerabang
(Yuwanta,2004).
Adapun contoh gambar pada dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut
6
Kebutuhan nutrisi adalah keperluan untuk konsumsi bahan makanan agar
pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: energi, protein, air, vitamin
dan mineral (Murtidjo,2006). Adapun contoh gambar dapat dilihat pada gambar 2.2
sebagai berikut
banyak faktor termasuk genetik dan kualitas ransum. Kualitas ransum tergantung dari
kandungan zat-zat nutrisi dan energi metabolisnya, serta keseimbangan antara energi
metabolis dengan zat-zat nutrisi lainnya. Kondisi performa sangat dipengaruhi oleh
7
kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang berkualitas (komposisi bahan tepat,
kesehatan unggas, sehingga ayam dapat menghasilkan telur yang berkualitas. Rasio
energi dan protein harus seimbang agar potensi genetik ayam dapat tercapai secara
Ransum yang diberikan pada ternak harus sesuai kebutuhan ternak baik dari
segi kualitas maupun kuantitas agar dapat dimanfaatkan ternak untuk berbagai fungsi
tubuhnya, yaitu hidup pokok, produksi, dan reproduksi (Hidayat, 2017 ). Diperjelas
kembali oleh (Hidayat, 2017), Performa ayam petelur dapat dilihat dari konsumsi
ransum, konversi ransum, bobot telur, HDP (hen day production), dan IOFC (income
over feed cost). Jika performa tersebut baik maka usaha peternakan ayam petelur
dapat dikatakan baik pula. Syarat untuk mendapatkan performa yang baik pada ternak
maka harus diberikan ransum yang berkualitas. Ransum berkualitas dapat diperoleh
dengan formulasi pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan ternak.Nutrisi dalam ransum yang dapat memengaruhi kualitas telur, antara
lain protein, mineral, dan vitamin. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
3929-2006, standar ransum ayam petelur harus mengandung kadar air maksimal
14,00%, protein kasar minimal 16,00%, lemak kasar maksimal 7,00%, serat kasar
dan energi metabolis minimal 2.650 kkal/kg.Untuk dapat meningkatkan zat nutrisi
terdapat tambahan suatu zat ransum tambahan yang bersifat aditif. Lebih lanjut
menurut Fathul dkk.(2013), feed aditif yaitu suatu substansi yang ditambahkan ke
dalam ransum dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan nilai kandungan
8
zat makanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan khusus pada ternak. Macam-macam
ransum aditif seperti aditif konsentrat, aditif bahan suplemen, dan premix (aditif
mineral).Secara umum, nutrisi penting yang wajib terkandung dalam ransum yang
dibutuhkan oleh ayam saat bertelur yakni protein, energi, asam amino, kalsium,
Fathul dkk,(2013) menjelaskan bahwa, pakan aditif yaitu suatu substansi yang
ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan
nilai kandungan zat ransum untuk memenuhi kebutuhan khusus. Lebih lanjut
dikatakan bahwa manfaat pemberian pakan aditif atau suplemen dari segi fisiologis
1. ternak terhindar dari defisiensi vitamin (avitaminosis) dan defisiensi mineral, yang
pertumbuhan jaringan epitel yang kurang baik, dan mudah terkena infeksi;
2. ternak terhindar malnutrisi misalkan kekurusan pada musim kemarau yang panjang
berupa vitamin, mineral, dan asam amino (feed supplement) yang pemberiannya
mengandung arti campuran dari pelbagai bahan sumber vitamin (premix vitamin) atau
vitamin-mineral).
9
Penambahan trace mineral dalam ransum berguna untuk memenuhi kebutuhan
mineral antara lain Co, Mn, Fe, I, Cu, Zn, Dan Se. Jumlah penambahan trace mineral
pada ransum sangat sedikit dan umumnya ditambahkan dalam bentuk mix atau
dicampur dengan vitamin yang disebut dengan premix ( PT. Medion, 2013).
Menurut PT. Mensana Aneka Satwa (2015), komposisi mineral per 2,5 kg
yang mengandung ; niacin 7.530 mg, vitamin D3 1.000.000 IU, vitamin A 5.000.000
IU, copper 2.200 mg, vitamin B2 3.000 mg, cobalt 240 mg, vitamin B6 800 mg,
ferros 23.400 mg, vitamin B12 10.000 mg, iodium 1.200 mg, 11 vitamin C 5.000 mg,
mangan 40.800 mg, Ca-d-panthothenate 5.000 mg, dan zinc 30.000 mg, asam folat
140 mg, vitamin E 7.500 IU, choline chloride 100.000 mg, vitamin K 1.530 mg, DL-
methionine 100.000 mg, vitamin B1 800 mg. Berdasarkan kandungan tersebut diatas
premix dengan kompisisi ini memiliki indikasi dapat meningkatkan produksi telur,
memperbaiki mutu ransum dan konversi ransu, serta memperpanjang masa produksi
telur. Lebih lanjut menurut (Mariyono dan Romjali, 2007), Penambahan premix ke
pertumbuhan ternak
ayam petelur harus mengandung kadar air maksimal 14,00%, protein kasar minimal
16,00%, lemak kasar maksimal 7,00%, serat kasar maksimal 7,00%, abu maksimal
2.650 kkal/kg dapat meningkatkan zat nutrien dan dapat menyamai kualitas ransum
10
komersial yang beredar dipasaran, biasanya pada ransum konvensional ditambahkan
sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak
mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi. Beberapa
jenis mineral merupakan elemen inorganik yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses
metabolisme protein sehingga sistem tubuh akan terganggu jika defisien Zn. Proses
membutuhkan salah satu jenis mineral ini. Zn merupakan mikromineral yang tersebar
di dalam jaringan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat dalam fungsi
makan, produksi telur, daya tetas telur, dan pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam
Fungsi mineral lainnya adalah untuk keseimbangan asam basa di dalam tubuh,
aktivator enzim tertentu dan komponen suatu enzim. Mineral jika diberikan melebihi
enzim lainnya, namun bila kekurangan akan menimbulkan gejala defisiensi tertentu
(Djulardi, dkk., 2006). Fungsi mineral yang lain adalah untuk memperkuat kerabang
telur sehingga tidak mudah pecah dan retak (Redaksi Agromedia, 2002). Pada
dasarnya bahan pakan yang mengandung mineral akan dicerna didalam saluran
pencernaan unggas menjadi ion mineral yang dapat diserap ke dalam tubuh unggas.
Unggas yang kekurangan mineral akan tumbuh tidak normal, tidak sehat dan tulang
jadi keropos. Secara umum mineral yang penting dihitung di dalam ransum adalah
11
kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral lain pada umumnya dipenuhi dari
bahan ransum lain atau dapat ditambahkan dalam bentuk campuran berbagai mineral
(premix). Kebutuhan Ca dan P untuk unggas dinyatakan dalam satuan persen (%)/kg
ransum atau mg/g/ekor/hari. Sumber mineral : tepung ikan, tepung daging, tepung
udang, tepung tulang, kulit keong, kulit kerang, kapur dan dikalsium fosfat (NRC,
hendaknya pada level optimum yaitu asupan premiks sedikit di atas level kebutuhan
standar. Hal ini bermanfaat saat ayam berada dalam kondisi yang tidak nyaman
seperti saat heat stress, ayam masih memiliki cadangan nutrisi untuk menekan efek
negatif dari stres tersebut sehingga produktivitas ayam tetap optimum (PT. Medion,
2010).
optimal. Sama halnya saat suplementasi mineral (premik) dalam kondisi berlebihan
karena tidak menguntungkan peternak akibat pengeluaran yang meningkat dan dapat
menyebabkan toksik pada ternak ( PT. Medion, 2010). Konsep suplementasi premix
12
Gambar 2.2 Suplementasi mineral (PT. Medion, 2010)
Menurut (PT. Medion, 2013), . Secara umum vitamin dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan kelarutannya yaitu larut dalam lemak dan larut dalam air.
Vitamin yang mudah larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K.
Sedangkan, vitamin yang mudah larut dalam air yaitu vitamin B komplek (B1, B2,
B6, B12, Niacin, Asam pantotenat, Asam folat, dan Biotin) dan vitamin C.
Lebih lanjut (PT. Medion, 2013), Vitamin B dibutuhkan agar penyerapan nutrisi
Sementara itu, keuntungan lainnya yang berhubungan dengan kualitas telur yang
superior dapat dicapai, jika vitamin E diberikan dalam jumlah optimal pada pakan
ayam yang sedang bertelur. Sementara itu, vitamin D dibutuhkan untuk membantu
kelumpuhan.
13
2.3 Probiotik
unggas (ayam). Untuk memperoleh jenis probiotik, dilakukan isolasi mikroba dari
ayam kampung yang kemungkinan besar tidak memperoleh AGP dan ayam ras yang
mendapat pakan komersial yang kemungkinan besar mengandung AGP. Mikroba dari
dalam usus ayam dipilih dengan harapan mikroba tersebut merupakan mikroba
indigenous, sehingga berpeluang dapat tumbuh dan berkembang dalam usus ayam.
Hasi isolasi diperoleh Bakteri Bacillus sp. karena bakteri tersebut memiliki beberapa
sifat yaitu :
1. Berspora sehingga penyimpanannya lebih sederhana, dan tetap viable pada saat
sederhana.
menjadi 71,5% dan kandungan energi termetabolis pakan meningkat dari 2.558
kkal/kg menjadi 2.601 kkal/ kg pada ayam yang memperoleh probiotik Bacillus sp.
kemungkinan besar berkaitan erat dengan meningkatnya aktivitas enzim protease pada
usus halus menjadi 5,28 IU, lebih tinggi dari kontrol yang hanya 1,82 IU. Begitu pula
halnya dengan aktivitas enzim amilase meningkat dari 58,92 IU menjadi 69,50 IU.
14
Dengan demikian, peningkatan nutrisi dengan penambahan probiotik sangat mungkin
Selain itu, peranan bakteri dapat meningkatkan kandungan gizi dalam usus,
pemanfaatan pakan akan meningkat dan hal tersebut akan dapat meningkatkan
kecernaan protein, kecernaan pakan, dan fosfor. Enzim yang dapat dihasilkan oleh
probiotik antara lain enzim alpha amylase, glukosa isomerase, alpha glukosidase,
Sementara itu, mineral (premix) juga dapat meningkatkan Perbaikan FCR pada
ayam dan juga dapat menggunakan probiotik sebagai suplementasi yang sudah diteliti
oleh beberapa peneliti seperti (Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan
Saattci 2004). Perbaikan FCR menunjukkan bahwa absorbsi dan kecernaan pakan
lebih baik. Lebh lanjut, hasil pengamatan menunjukan bahwa probiotik juga
mempengaruhi anatomi usus. Secara makroskopis, usus ayam menjadi lebih panjang
memperoleh probiotik mempunyai villi yang lebih panjang sekitar (78,12 um vs 46,14
um) dan densitas lebih padat (16,25 vs 12,00/10 cm2 ) daripada ayam yang
memperoleh AGP. Dengan kata lain, luas permukaan usus untuk menyerap nutrisi
lebih luas pada ayam yang memperoleh probiotik dibandingkan dengan yang
mendapat AGP (antibotik) (Sjofjan 2003; Winarsih 2005). Dijelaskan kembali oleh
Sjofjan (2003), peningkatan kandungan probiotik pada ayam Pada saat yang sama,
15
Percobaan pada itik dengan menggunakan B. circulan sebagai probiotik juga
tidak mendeteksi adanya Salmonella sp. pada usus maupun telur (Manin 2003).
Menurut Winarsih (2005), melaporkan bahwa di dalam usus, Bacillus sp. melakukan
adhesi yang kuat dengan dinding usus, mencegah kolonisasi usus oleh mikroba
patogen, sehingga kesempatan Salmonella untuk menempel pada usus jauh berkurang.
Dengan demikian, Salmonella hanya berada dalam lumen dan akan dikeluarkan
bersama excreta.
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi yang lain.
Konsumsi pakan yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat makanan
seperti asam amino,vitamin protein, dan mineral juga relatif banyak, sehingga
(Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci 2004). Perbaikan
FCR menunjukkan bahwa kecernaan dan penyerapan pakan lebih baik. Suplementasi
pokok yang besarnya tergantung pada bobot tubuh dan suhu lingkungan serta aktifitas
adalah suhu lingkungan, bangsa, umur, jenis kelamin, imbangan zat-zat nutrisi dalam
16
tingkat energi metabolis ransum. Semakin tinggi energi dalam ransum maka konsumsi
Hen Day Producttion ialah presentase produksi telur yang dihasilkan oleh
ayam produktif per hari. Rata-rata produksi layer selama hidupnya ialah 80% dengan
hen-day mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi (lama
20 bertahan dipuncak hen-day > 90%) selama 23--24 minggu (rata-rata strain ayam
hari itu dengan jumlah ayam yang hidup pada hari itu. Lebih lanjut di jelaskan bahwa
pencatatan Hen Day Producttionsetiap hari dianggap kurang efisien. Oleh karena itu,
produksi telur per minggu dengan rata-rata jumlah ayam per minggu dikali 7 (Nova
dkk., 2014).
Mc Donald dkk. (2002) menyatakan bahwa ayam ras petelur yang unggul
menghasilkan telur 250 butir per tahun dengan bobot telur rata–rata 57,9 g dan rata–
kerabang telur sehingga tidak mudah pecah dan retak (Redaksi Agromedia, 2002).
Komposisi per 2.5 kg mengandung; vitamin A 5.000.000 IU, niacin 7.530 mg,
17
vitamin D3 1.000.000 IU, asam folat 140 mg, vitamin E 7.500 IU, choline chloride
100.000 mg, vitamin K 1.530 mg, DL-methionine 100.000 mg, vitamin B1 800 mg,
copper 2.200 mg, vitamin B2 3.000 mg, cobalt 240 mg, vitamin B6 800 mg, ferros
23.400 mg, vitamin B12 10.000 mg, iodium 1.200 mg, 11 vitamin C 5.000 mg,
mangan 40.800 mg, Ca-d-panthothenate 5.000 mg, dan zinc 30.000 mg. Berdasarkan
vitamin, mineral dan asam amino, serta memperbaiki mutu ransum dan konversi
sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak
mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi. Beberapa
jenis mineral merupakan elemen inorganik yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses
metabolisme protein sehingga sistem tubuh akan terganggu jika defisien Zn. Proses
sangat membutuhkan salah satu jenis mineral ini. Zn merupakan mikromineral yang
tersebar di dalam jaringan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat dalam fungsi
makan, produksi telur, daya tetas telur, dan pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam
18
Vitamin B dibutuhkan agar penyerapan nutrisi menjadi efisien. Bersama
dengan vitamin A, vitamin B sangat penting untuk membantu ayam dalam aktivitas
keuntungan spesifik yang berhubungan dengan kualitas telur yang superior dapat
dicapai, jika vitamin E diberikan dalam jumlah optimal pada pakan ayam yang sedang
tulang dan kerabang serta untuk menghindari masalah kelumpuhan. (PT. Medion,
2013).
Hasil penelitian Amrullah (2003), menyatakan bahwa ayam yang diberi 0,1%
methionine (asam amino essensial) dengan 14% dan 16% protein kasar dalam
ransumnya ternyata memiliki kualitas telur yang lebih baik (bobot telur) dan produksi
yang lebih tinggi (hen-day) dibandingkan dengan yang tidak diberi suplementasi.
Selain penelitian diatas hasil penelitian Busrowi (2006) menyatakan bahwa pemberian
mineral plus yaitu premix no 1 sebanyak 2% dan supra mineral sebanyak 2% dalam
ransum berbeda sangat nyata terhadap HDP (hen-day production) dan FCR(feed
convertion ratio).
jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan dalam jangka waktu
tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah
pakan yang diberikan (input) dengan produksi yang diperoleh baik itu daging maupun
telur (output)
19
Nilai standar produktivitas/performa ayam telah ditentukan oleh perusahaan
pembibit (breeder). Standar tersebut meliputi hen day, bobot telur, lama produksi,
konversi ransum, kekebalan, dan daya hidup serta pertumbuhan. Pencapaian performa
kekebalan tubuh dan lain-lain perlu pemberian suplemen nutrisi untuk ternak unggas.
Pemberian suplemen yang tepat akan dapat melengkapi kebutuhan unggas untuk
berbeda sangat nyata terhadap HDP (hen-day production) dan FCR (feed convertion
dikonsumsi pada minggu tertentu (g) dengan bobot telur (g) yang dihasilkan (Rasyaf,
2005).
menggunakan probiotik sebagai suplementasi yang juga sudah di teliti oleh beberapa
peneliti (Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci 2004). Perbaikan
FCR menunjukkan bahwa kecernaan dan absorbsi pakan lebih baik. Suplementasi E.
facium pada pakan ayam akan meningkatkan kecernaan selulosa. Untuk konversi
pakan sendiri dapat menggunakan Rumus konversi ransum yaitu : Ransum yang
2.7 Hipotesis
20
1. Terdapat pengaruh pemberian tingkatan mineral pada pakan berbasis probiotik
terhadap konsumsi pakan, hen day production, dan konversi pakan pada ayam petelur
21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
peternakan ayam petelur Jl. Krueng Aceh, Desa Gogolatar, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar. Lab yang digunakan dalam proses penelitian Laboratorium Nutrisi
Adapun materi dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut
2. Ransum pakan. Adapun komposisi serta kandungan nutrisi pada ransum dapat
3.3 Perlakuan
22
P2 = pakan + 2% probiotik + 1% mineral
Konsumsi pakan merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak yang
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi yang lain.
Konsumsi pakan yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat makanan
seperti asam amino,vitamin, protein, dan mineral juga relatif banyak, sehingga
bisa terpenuhi. Pengambilan data konsumsi pakan dilakukan dihari kedua sampai
waktu yang ditentukan. Konsumsi pakan Dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Hen Day Production ialah presentase produksi telur yang dihasilkan oleh
ayam produktif per hari. Untuk pengambilan data hen day production dilakukan
jumlah telur yang dihasilkan pada hari yang sama dibagi dengan jumlah ayam dikali
Jumlah telur
Produksi telur = x 100%
Jumlah ayam
23
3.4.3 Konversi Pakan
Feed Convertion Ratio adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg produksi telur. Nilai FCR=2 artinya
FCR, maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg telur.
Pengambilan data pada konversi pakan ini dilakukan seminggu sekali untuk efisiensi
waktu. Dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi dengan berat telur
yang dihasilkan (massa telur). FCR Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Konsumsi pakan
Konversi pakan =
Berat telur
3.5 Metode Penelitian
eksperimen yaitu percobaan dengan pemberian tingkatan mineral pada pakan berbasis
probiotik terhadap konsumsi pakan, hen day production, dan konversi pakan pada
ayam petelur.
digunakan dalam penelitian karena materi yang digunakan relatif seragam. Materi
percobaan yang digunakan adalah ayam petelur umur 48 minggu. Secara matematik
Yij = µ + τi + ij
24
Keterangan :
τi = Pengaruh perlakuan
Perhitungan
a. FK = ∑(yij)2
N
b. JKT = Yij2-FK
c. JKP = ∑yij2 - FK
r
d. JKG = JKT-JKP
25
Data hasil penelitian dianalisis dengan metode Analisis Variansi (ANOVA),
Range Test). Uji Duncen dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antar perlakuan
yang di uji. Nilai Kritis Uji Duncen Dinyatakan Dalam Nilai Least Significant Range :
MSe 2 KTG
Se =
√ √
r r
Rp = qa se
Keterangan
3.7 Pelaksanaan
probiotik terhadap konsumsi pakan, hen day production, dan konversi pakan pada
3.7.1 Persiapan
26
Persiapan penelitian dilakukan untuk pengecekan alat dan bahan penunjang
Pengambilan Data
berbasis probiotik dilakukan setiap hari untuk mengetahui konsumsi pakan sedangkan
hen day production dan konversi pakan pengambilan data dilakukan tiap seminggu
sekali.
27
BAB IV
Penelitian ini dilaksanakan disalah satu tempat peternakan Bapak Pardi yang
Talun, Kabupaten Blitar. Kecamatan Talun merupakan salah satu dari 22 Kecamatan
dalam wilayah administrasi Kabupaten Blitar dengan luas wilayah 49,78 km². Letak
dari Kecamatan Talun ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Blitar bagian utara,
yaitu terletak di utara Sungai Brantas. Selain itu Kecamatan Talun berjarak sekitar 16
km di sebelah timur Kota Blitar. Terlihat kondisi tanah yang relatif subur wilayah ini
̇̇
Secara geografis, Kabupaten Blitar terletak di 111 ̊40̇'-112 ̊10' Bujur Timur dan 7 ̊58'-
di sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten Blitar adalah 1 588.79 km² yang terbagi
28
termasuk jenis morfologi pegunungan, morfologi perbukitan dan daratan. Morfologi
pegunungan terletak di wilayah Blitar utara dengan ketinggian antara 167 sampai
2.800 meter dari permukaan laut (yaitu Gunung Kombang, Gunung Kelud, Gunung
Butak). Pada umumnya morfologi ini terbentuk oleh batuan hasil letusan gunung
api yang berumur muda dengan kemiringan antara 2 persen sampai dengan lebih
terletak di bagian selatan Kabupaten Blitar dengan ketinggian antara sekitar 100
meter dpl sampai dengan sekitar 350 meter dpl. Umumnya morfologi ini terbentuk
oleh batuan gamping atau kapur dengan kemiringan antara 20 persen sampai
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kabupaten Blitar juga memiliki iklim
tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
Musim penghujan berlangsung antara bulan November -April dengan curah hujan
rata-rata 100 hingga 200 mm/tahun. Akan tetapi karena perubahan klimatologi global
maka terjadi pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim
adapun data (BPS Kabupaten Blitar, 2016) menjelaskan bahwa rata-rata suhu di
pembuatan kolam ikan dibawah kandang ayam petelur ini bertujuan untuk
29
memanfaatkan pakan yang tercecer dan sekreta ayam itu sendiri. Dengan demikian,
pakan yang tercecer tidak tebuang percuma dan amoniak yang dihasilkan dari kotoran
ayam tersebut dapat berkurang signifikan yang ditandai dengan aroma didalam
kandang yang relative tidak menyebabkan bau yang begitu menyengat seperti
kandang ayam petelur seperti umumnya. Sehingga, kontruksi kandang seperti ini
tingkat kematian cukup rendah yang dimana sangat meguntungkan bagi peternak
ayam petelur.
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum mengingat suhu yang ada
ditempat penelitian ini cukup panas dengan rata-rata 29°C. Sedangkan pada proses
pengendalian penyakit pada peternakan ini cukup disiplin karna unggas sangat rentan
terinfeksi penyakit khususnya penyakit yang disebabkan oleh virus. Sumber penyakit
yang disebabkan oleh virus akan menyebar secara cepat lewat makhluk-makhluk yang
bersama dengan virus itu sendiri maupun lewat air minum karna tempat air minum
ditempat peternakan ini menjadi satu-kesatuan dalam satu barisan kandang. Sehingga,
sangat mungkin terjadinya percepatan penularan penyakit lewat air minum. Selain itu,
pencegahan penyakit dan kontruksi kandang yang baik, Peternakan ini mampu
Konsumsi pakan yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat makanan
seperti asam amino,vitamin protein, dan mineral juga relatif banyak, sehingga
30
bisa terpenuhi.Data konsumsi pakan selama penelitian disajikan pada Tabel 4.2. dan
Gambar 4.1.
120
100
80
60 109 119
40 112
112
20 113
112
0
p0
p1 Pe
p2
rla p3 p4
ku p5
an
Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata konsumsi ayam petelur pada setiap perlakuan
P0, P1, P2, P3, P4, P5 yaitu 108,9 gram; 118,7 gram; 112,28 gram; 112,4 gram; 112,9
gram; 112,58 gram. Dimana konsumsi pakan tertnggi adalah P1 yaitu 118,7 gram,
sedangkan konsumsi pakan terendah adalah P0 yaitu 108,9 gram. Untuk melihat
pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan uji Anova dengan hasil terlihat
31
Tabel 4.2. Hasil Anova Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Pakan
Sumber F F Tabel
Db JK KT
Variansi hitung 0.05 0.01
0.636n
Perlakuan 5 251.776 50.355 2.62 3.9
s
Galat 24 1898.876 79.12
Total 29 2150.652
ns
Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05)
konsumsi pakan adalah tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05). Hasil ini didukung oleh
pendapat Astuti (2012), yang menyatakan bahwa tingkat kadar protein dan energi
akan berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Ransum yang mengandung protein dan
energi yang relativ sama menyebabkan konsumsi pakan juga relativ sama. Selain itu
menurut Wahju (2004), konsumsi pakan ayam petelur dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah manajemen peternak, suhu lingkungan, bangsa, umur, jenis
produksi, bobot badan, palatabilitas, dan tingkat energi metabolis pakan. Semakin
tinggi energi dalam pakan maka, konsumsi pakan akan menurun begitupun
sebaliknya.
Faktor lain yang sama adalah dari imbangan protein dan energi yang relativ
sama. Tidak berpengaruh nyata perlakuan terhadap konsumsi pakan diduga juga
adanya pengaruh dari faktor lain yaitu : lingkungan, genetik, dan umur ayam.
produksi telur yang diperoleh pada hari itu dengan jumlah ayam yang hidup pada hari
yang sama. Lebih lanjut di jelaskan bahwa pencatatan Hen Day Producttion setiap
32
hari dianggap kurang efisien. Oleh karena itu, dalam menghitung produksi mingguan
ataupun bulanan dapat dilakukan dengan membandingkan total produksi telur dengan
ayam dengan teknis pengambilan data pada siang hari setiap hari dengan waktu yang
sama. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang seragam. Adapun hasil
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan Gambar 4.2 sebagai berikut
33
Tabel 4.4. Hasil Anova Pengaruh Perlakuan Terhadap Hen Day Production
Sumber F Tabel
Db JK KT F Hitung
Variansi 0.05 0.01
Perlakuan 5 1819.1 363.82 2.744* 2.62 3.9
Galat 24 3181.6 132.567
Total 29 5000.7
Keterangan : *Berpengaruh nyata (P<0.05),
Hen Day Production berpengaruh nyata. Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa hasil rata-
P5 = 61%. Pada hasil diatas terdapat perbedaan yang mencolok antara hasil yang
pada P2 dengan nilai 65% sedangkan, perlakuan dengan hasil terendah terdapat pada
P0 dengan nilai 49%. Untuk melihat pengaruh perbedaan dilakukan uji Duncan yang
P0 49 a
P3 58 b
P5 61 b
P4 61 b
P1 63 b
P2 65 ab
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Berdasarkan hasil uji Anova dan uji Duncan diketahui bahwa pemberian
perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap hen day production. Hasil didukung
oleh pernyataan PT. Medion (2013) yaitu, fungsi mineral pada ternak adalah sebagai
regulator. Semua jaringan tubuh ternak mengandung zat mineral dalam jumlah dan
34
proporsi yang sangat bervariasi. Beberapa jenis mineral merupakan elemen anorganik
yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses pertumbuhan dan reproduksi. Zn berperan
penting pada sintesis DNA serta metabolisme protein sehingga sistem tubuh akan
terganggu jika defisien Zn. Proses metabolisme karbohidrat, lemak dan pembentukan
sistem 14 imunitas tubuh juga sangat membutuhkan salah satu jenis mineral ini. Zn
tumbuhan serta terlibat dalam fungsi metabolisme. Zn berperan juga dalam fungsi
berbagai enzim, meningkatkan nafsu makan, produksi telur, daya tetas telur, dan
pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam petelur. Pada dasarnya mineral membantu
proses metabolisme senyawa nutrisi ternak sehingga, ternak dapat optimal dalam
proses produksi.
Berdasarkan hasil uji Anova dan uji Duncan yang dapat dlihat pada Tabel 4.5. dan
Tabel 4.6. perbedaan terlihat berpengaruh nyata (P<0.05) antara hasil kontrol dengan
hasil menggunakan perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Candinegara, 2006),
enzim, energi metabilisme, daya cerna pakan dalam saluran pencernaan ternak,
maka penyerapan zat-zat pakan menjadi lebih optimal dan efektif, pengaruh
laju produksi ternak. Lebih lanjut, bahwa penggunaan probiotik difokuskan pada
35
Rasyaf (2003), berpendapat bahwa, konversi pakan merupakan perbandingan
antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara
jumlah pakan yang diberikan (input) dengan produksi yang diperoleh baik itu daging
seminggu sekali dari hasil data konsumsi dan berat telur. Hasil data konversi pakan
dapat dilihat pada tabel 4.6. dan gambar 4.3. sebagai berikut
Konversi Pakan
2.2
2.1
2
2.16
1.9 2.06
1.8 2
1.88
1.7 1.94
1.86
P0
P1
P2
P3
P4
P5
Perlakuan
Gambar 4.3 Nilai Feed Convertion Ratio
Berdasarkan tabel 4.6. rata-rata nilai Feed Convertion Ratio ayam petelur pada
setiap perlakuan P0, P1, P2, P3, P4, P5 yaitu 2,16; 2,06; 1,88; 2; 1,86; 1,94. Dimana
36
nilai Feed Convertion Ratio relative sama antara1,88 sampai 2,16. Hasil uji anova
pada konversi pakan dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut
Sumber
Db JK KT F Hitung F Tabel
Variansi
0.05 0.01
Perlakuan 5 0.326 0.065 0.922ns 2.62 3.9
Galat 24 1.696 0.071
Total 29 2.022
ns
Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05)
konversi pakan tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05). Tinggi rendahnya konversi pakan
dipengaruhi oleh tnggi rendahnya konsumsi pakan. Hasil uji anova konversi pakan ini
selaras dengan hasil uji anova konsumsi pakan yang dapat dilihat pada tabel 4.2. yang
lingkungan, dan genetik. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat (Lacy dan Vest,
2000) yang berpendapat bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruh konversi
pengobatan, dan manajemen kandang. Faktor pemberian pakan juga berperan dalam
37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa diketahui konsumsi pakan dan konversi pakan
tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05) karna disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain : suhu, lingkungan, keseimbangan protein dan energi, genetic, kandang dll.
Sedangkan pada nilai hen day production diketahui adalah berpengaruh nyata
5.2 Saran
jumlah sampel yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih lama. Agar
hasil yang diperoleh dapat lebih optimal dan bermanfaat untuk sesama.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.S., Ismoyowati, dan D. Indrasanti. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin
dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu GunungBudi. Bogor.
Blakely, J. dan Bade, H.D. 1991. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2016. Keadaan Geografis 2016. Kabupaten
Blitar : Badan Pusat Statistik.
Busrowi, I. 2006. Pengaruh Pemberian Mineral Plus terhadap HDP (Hen Day
Production) dan FCR (FeedConvertion Rate) Ayam Petelur Strain Isa
Brown. Tesis. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Denli, M., F. Okan, and K. Celik. 2003. Effect of dietary probiotic, organic acid and
Nutr.2:89-91.Candinegara, T. 2006. Pemanfaatan Feed Additive dan Feed
Supplement Terkini. Disampaikan pada Pertemuan Civitas Akademika
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Djulardi, dkk. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan. Yogyakarta: Andalus
University Press.
Fathul, F .,S. Tantalo, Liman, dan N. Purwaningsih. 2013. Pengetahuan Pakan dan
Formulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
UniversitasLampung. Bandar Lampung.
39
Fuller, Roy. 1992. Histori and Development of Probiotics. In Probiotics the Scientific
Basis. Edited by Fuller. Chapman and Holl. New York. Tokyo. Melbourne.
Madras. Pp. I-7.
Lacy, M. dan Vest, L.R. 2000. Improving Feed Convertion In Broiler : a guide for
growers.http://www.ces.uga.edu/pubed/c:793-W.html. [6 Januari 2007]
Manin, F. 2003. Efektivitas kultur Bacillus circulans & Bacillus sp. dan
Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber probiotik dan implikasinya
terhadap produktivitas ternak itik lokal Kerinci. Disertasi
Mariyono dan Romjali. E. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Pakan Murah
untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Pasuruan.
Sjofjan, O. 2003. Kajian Probiotik (Aspergillus niger dan Bacillus sp.) sebagai
Imbuhan Ransum dan Implikasinya terhadap Mikroflora Usus serta
Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi, Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Standar Nasional Indonesia. 1995. Telur Ayam Konsumsi. SNI 01-3926-1995. Dewan
Standarisasi Nasional-DSN. Jakarta.
Sumardi. 2008. Seleksi dan Karakterisasi Mikroflora Normal yang Prospektif dari
Saluran Pencernaan Ayam Kampung. http://laptunilapp-gdl-res-2008-
sumardidrm-1140. Diakses Oktober 2014.
Suprijatna, dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.
40
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber
WidyPriastoto, D. 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik dari Mikroba Lokal
terhadap Performa Ayam Petelur. Skripsi. Jurusan Peternakan. Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung. Lampung
PT. Mensana Aneka Satwa. 2015. Daftar Produk – Produk Obat Hewan. Jakarta
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
41
LAMPIRAN
Sumber F F Tabel
Db JK KT
Variansi Hitung 0.05 0.01
Perlakuan 5 251.776 50.355 0.636ns 2.62 3.9
Galat 24 1898.876 79.12
Total 29 2150.652
ns
Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P ˃ 0,05)
42
Lampiran 2. Data Nilai HenDay Production (%)
Sumber F Tabel
Db JK KT F Hitung
Variansi 0.05 0.01
Perlakuan 5 1819.1 363.82 2.744* 2.62 3.9
Galat 24 3181.6 132.567
Total 29 5000.7
*
Keterangan : Berpengaruh nyata (P<0.05),
43
Lampiran 3. Data Nilai Konversi Pakan
44
Lampiran 4. Pedoman Vaksin
45
Lampiran 5. Foto Dokumentasi
46