Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN MANGROVE

TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING BROILER PADA


SUHU DINGIN

USULAN PENELITIAN

SALMA ABIDIN
1812062

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
SINJAI
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Tepung Daun Mangrove terhadap


Kualitas Fisik Daging Broiler pada Suhu Dingin
Nama : Salma Abidin
NIM : 1812062
Program Studi : Peternakan

Menyetujui;
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota

Andi Kurnia Armayanti, S.Pt., M.Si. Azmi Mangalisu, S.Pt., M.Si.


NIDN. 0909099101 NIDN. 0911119301

Mengetahui;

Dekan Ketua Program Studi

Dr. Abdul Hakim Fattah, S.Pt., M.Si. Bahri Syamsuryadi, S.Pt., M.Si.
NIDN. 0922077102 NIDN. 0925039101

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Broiler merupakan komoditi unggas penghasil daging yang menjanjikan

untuk dikembangkan. Indonesia memberikan kontribusi dalam penyediaan

kebutuhan daging yang merupakan sumber protein hewani bagi masyarakat yang

sebagian besar sistem usahanya berbentuk kemitraan. Data statistik Dinas

Peternakan (2018) menunjukkan produksi daging broiler tahun 2016 sebesar

5.431.200 kg dan pada tahun 2017 sebesar 5.566.800 kg dengan populai sebesar

4.016.800 ekor. Data tersebut menunjukkan kenaikan produksi daging broiler

sebesar 2,50%. Keberhasilan usaha broiler tidak terlepas dari sektor pakan. Sektor

pakan memberikan kontribusi besar dalam usaha broiler karena biaya pakan

merupakan 70% dari total biaya produksi (Kleyn, 2013).

Kualitas fisik daging sangat menentukan akseptabilitas konsumen yang

dapat dipengaruhi oleh pakan (Sami et al., 2004; Seiring meningkatnya

permintaan konsumen terhadap broiler banyak peternak menggunakan antibiotik

dalam pakan untuk meningkatkan performa serta kesehatan broiler. Penggunaan

antibiotik pada ternak secara terus menerus akan mengakibatkan resisten pada

ternak dan maupun manusia yang mengkomsumsinya (Graham et al., 2007).

Penggunaan antibiotik dapat diganti dengan fitobiotik. Fitobiotik biasa berasal

dari berbagai jenis tumbuhan yang ada disekitar kita.

Fitobiotik adalah tanaman yang mengadung senyawa kimia yang

bermanfaat bagi kesehatan tubuh makhluk hidup (Sopandi et al,. 2017). Selain itu

3
fitobiotik dapat berperan sebagai feed additive dalam formulasi pakan untuk

meningkatkan produktivitas ternak.

Salah satu tanaman hijauan yang bisa dimanfaatkan sebagai fitobiotik

untuk ternak adalah. daun mangrove menjadi salah satu bahan alternatif sebagai

feed additive alami pengganti feed additive komersal. Hampir semua tanaman

daun mangrove mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan tannin

(Rohaeti et al., 2010). Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif

membunuh bakteri dan virus (Sari, 2008). Terkait adanya kandungan Flavonoid

yang bersifat antioksidan serta Saponin sebagai imunostimulan yang dapat

meningkatkan kekebalan tubuh ayam dan mengandung senyawa bioaktif yang

dapat menunrunkan kandungan kolestrol pada daging ayam.

Hal ini menunjukkan bahwa daun mangrove memiliki potensi untuk

dijadikan pakan ternak. Rhizophora Sp memiliki kandungan vitamin, lemak,

kalori, protein, serat, karbohidrat dan minelar (Fe, Mg, Ca, K, Na) dalam jumlah

yang cukup tinggi pada daun dan buah. Wibowo dkk, (2009) juga melaporkan

bahwa kadar protein dari daun mangrove adalah 17,31%. Berdasarkan uraian

tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian tepung

daun mangrove terhadap kualitas fisik daging broiler pada suhu dingin.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh

penambahan tepung daun mangrove terhadap kualitas fisik daging broiler pada

suhu dingin?

4
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung

daun mangrove terhadap kualiltlas fisik daging broiler pada suhu dingin.

kegunaan dari penelitian ini adalah supaya peternak broiler dapat

mengetahui bagaimana pengaruh daun mangrove terhadap kualitas fisik daging

broiler pada suhu dingin.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Broiler

Broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa

ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi

daging.Broiler memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan broiler adalah

daging empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi

terhadap pakan cukup tinggi, dan pertumbuhan bobot badan cukup cepat.

Kelemahan broiler adalah memerlukan pemeliharan secara intensif dan cermat,

relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit, sulit beradaptasi, dan sangat

peka terhadap perubahan suatu lingkungan (Prabewi, dkk., 2015).

Peternakan broiler pada umumnya rentan terkena penyakit yang di picu

oleh bakteri, virus, lingkungan parasait, jamur, dan defisensi kandungan nutrisi

(Pratiwi.dkk., 2017). Penggunaan antibiotic ataupun hormon untuk growth

promoter pada broiler dapat menimbulkan efek samping pada manusia yang

mengkomsumsinya. Hal ini di sebabkan kandungan suplemen yang dikomsumsi

oleh tubuh broiler tidak bisa seluruhnya dikeluarkan dari organ sekresi dan akan

tersimpan dalam jaringan tubuh.

Satu diantara masalah pokok yang mempengaruhi komsumsi daging

sebagai pemenuhan protein hewani masyarakat di Indonesia masih rendah karena

mahalnya harga daging, sehingga membutuhkan alternative untuk pemenuhan

6
protein hewani masyarakat. Ayam pedaging merupakan salah satu alternatif yang

dipilih dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani karena ayam pedaging

haraganya relative murah dibandingkan sapi dan kambing. Selain itu pertumbuhan

dan pertambahan berta badan ayam pedaging sangat cepat. (Arifin,dkk., 2015)

menyatakan bahwa ayam pedaging dapat dipanen dalam jangka 5-6 minggu

dengan berat hidup 1,4 – 1,6 kg. Pertumbuhan ayam pedaging sangat dipengaruhi

oleh komsumsi pakan dan kualitas pakan.

B. Fitobiotik

Fitobiotik merupakan senyawa aktif yang terdapat pada tanaman herbal

yang berperan sebagai antibakteri atau antimicrobial yang dapat menurunkan

jumlah bakteri potagen, menyeimbangkan jumlah mikroflora di dalam saluran

pencernaan, memperbaiki kondisi saluran pencernaan, meningkatkan komsumsi

pakan serta penyerapan nutrisi zat-zat makanan (Ulfah, 2006)

Penambahan fitobiotik dalam pakan dapat menyebabkan peningkatan

kecernaan protein dan bahan kering pakan. Kandungan senyawa aktif dalam

fitobiotik mempengaruhi perkembangan fisiolis ternak, meningkatkan proses

metabolism tubuh dalam mencerna protein, lemak dan karbohidrat serta memacu

pertumbuhan ayam pedaging yang diiringi dengan kenaikan bobot badan harian

dan komsumsi pakan yang tinggi (Mokhtari, et al., 2015). Pakan tambahan (feed

additive) memiliki fungsi untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan

memperbaiki efiensi penggunaan pakan oleh ternak, yang umumnya digunakan

antara lain antibiotic, hormon, dan sebagainya. Penggunaan feed additive

komersal dapat menimbulkan masalah yaitu adanya residu yang tertinggal dalam

7
daging yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Pemanfatan fitobiotik yang

bersifat alami bagi ayam pedaging dapat menghasilkan produk daging yang

organik. (Hermana,dkk., 2008) menyatakan bahwa kangdungan senyawa bioaktif

pada fitobiotik dapat meningkatkan komsumsi pakan, antimicrobial dan

imunostimulan yang berkaitan dengan 10 sistem kekebalan tubuh.

C. Daun Mangrove

Tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di pantai yang

memiliki ciri-ciri sebagai tumbuhan penahan abrasi. Tumbuhan mangrove

menyebar luas dibagian yang cukup panas didunia, terutama disekeiling

khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit subtropika. Di Indonesia tumbuhan

mangrove terdapat disekitar Dangkalan sunda yang relative tenang dan merupakan

tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra dan pantai

barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama

terkikis oleh kebuthan penduduknya terhadap lahan.

Indonesia memiliki luas hutan mangrove 22,6% dari luas total mangrove

di dunia atau sekitar 3,1 juta ha (Giri et al., 2011). Stabilitas ekologi hutan

mangrove dapat terjaga dengan memanfaatkan ekosistem penyusun hutan

mangrove dalam berbagai keperluan. Contohnya di india, memanfaatkan dau

mangrove dalam bentuk terapi, obat, fitokimia, dan farmakologi (Kar et al.,

2015). Mangrove yang dimanfaatkan dapat berupa kayu, daun, buah, maupun

lahan dengan mempertimbangkan status ekologi. Pemanfaatan tersebut berupa

bahan pangan, obat-obatan maupun pakan ternak.

8
Secara morfologis tumbuhan mangrove memiliki tinggi 20m, kulit batang

kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Daun berbentuk elip samapi bulat panjang,

ukuran 10-16 cm, ujung merunncing, pemukaan bawa tulang daun berwarna

kehijauan. Karangan Bunga tersusun atas 4-8 bunga tunggal, kelopak 4 warna

kunung gading, tangkai putik panjang 1-2 mm dengan ujung berbelah dua. Buah

berbentuk mirip jambu air, ukuran 2-2,3 cm, warna hijau kekuningan, hipokotil

silindris berdiameter2-2,5 cm, panjangan dapat mencapai 90 cm. Habitat

mangrove ini ditanah berlumpur dalam dan sedikit berpasir. Berikut klasifikasi

dari tumbuhan Mangrove (Rhizophora Sp)

Kindom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Mytales

Family : Rhizophoraceae

Genus : Rizhophora

Spesies : Rizhophora sp

Wibowo et al., (2009) juga melaporkan bahwa kadar protein pada daun

mangrove adalah 17,31%, Takarina dan Patria (2017) daun mangrove juga

mengandung anti nutrisi berupa tannin yang cukup tinggi yaitu sekitar 13,44%

sehingga dapat berpengruh negatif pada ternak apabila mengkomsumsi terlalu

banyak.

D. Kualitas Fisik Daging Broiler

Kualitas fisik daging sangat menentukan aksepltabilitas konsumen yang

dapat dipengaruhi oleh pakan (Sami et al., 2004; Suryanto, 2010; Mullen et al.,

9
2006). Secara biologi kerusakan daging ayam lebih banyak diakibatkan oleh

adanya pertumbuhan mikroba yang berasal dari ternak, pencemaran dari

lingkungan baik pada saat pemotongan maupun pemasaran.

1. Nilai PH

pH daging menjadi salah satu faktor penting dalam penilian kualitas

daging. pH daging akan mengalami penurunan setelah post mortem. Penurunan

pH daging disebabkan oleh proses glikologis anaerob yang menghasilkan asam

laktat dan menurunkan nilai pH (Septinova et al., 2018). Nilai pH normal daging

ayam menurut Van Laack et al., (2000) adalah 5,96 – 6,07. Hajrawati, dkk (2016)

daging broiler yang tanpa diberikan perlakuan memiliki pH dengan kisaran 6,00 –

6,37. Mekanisme perubahan pH daging dimulai pada saat pemotongan, pH akhir

tergantung pada jumlah glikogen yang tersimpan diotot daging, jumlah glikogen

yang terlalu banyak akan menyebabkan pH daging turun secara drastic, sedangkan

pH daging yang tinggi memiliki jumlah glikogen didalam otot daging yang

sedikit. pH daging yang tinggi cenderung dihasilkan oleh daging yang sebelum

pemotongan mendapat strees yang lama, biasanya akibat pemeliharaan, sedangkan

daging dengan pH yang rendah biasanya dihasilkan oleh daging yang

mendapatkan strees dalam jangka waktu yang sebentar biasanya akibat

transportasi (Fletcher, 2002). Nilai pH juga erat hubungannya dengan daya ikat air

dimana aktivitas glikolisis anaerob mengakibat penurunan nilai pH sehingga

kapasitas mengikat air rendah (Risnajati, 2010).

Penelitian Wei et al., (2014) menunjukkan perlakuan emisi ammonia 70

ppm dibandingkan dengan 30 ppm, berdampak pada perubahan pH daging dari

10
5,71 menjadi 5,48. Hal ini menunjukkan bahwa ammonia dapat mempengaruhi

nilai pH daging broiler. Strees panas yang dialami broiler selama hidup juga dapat

mempengaruhi pH daging dari gerak berlebih pada tubuh ayam, yang

menyebabkan asam menumpuk pada otot daging dan berpengaruh pada nilai pH

Frietas et al., (2017).

2. Daya Ikat Air

Daya ikat air adalah kemampuan daging untuk mengikat air atau menahan

airnya selama mendapatkan tekanan dari luar seperti pemanasan, pemotongan,

atau penggilingan (Soeparno, 2005). Daya ikat air juga menentukan keempukan,

warna, dan tekstur daging yang menjadi faktor penting mutu daging (Suradi,

2006). Persentase daya ikat air pada daging broiler segar sekitar 16,9 – 21,74%

(Hartono et al., 2013). Soeparno (2005) menambahkan, bahwa selain faktor pH,

pelayuan dan pemasakan atau pemanasan, daya ikat air juga dipengaruhi oleh

faktor yang menyebabkan perbedaan daya ikat air diantara otot, misalnya spesies,

umur dan fungsi otot, temperature, kelembaban, jenis kelamin, kesehatan,

perlakuan sebelum pemotongan dan lemak intramuscular. Daya ikat air juga

dipengaruhi oleh jumlah miofibriler protein dalam daging, semakin tinggi

miofibriler protein yang rusak, maka nilai daya ikat air semakin turun karena

banyak protein yang terdenaturasi (Hartono et al., 2013).

3. Susut Masak

Susut masak merupakan salah satu penentu kualitas daging yang penting,

karena berhubungan dengan banyak sedikitnya air yang hilang serta nutrien yang

larut dalam air akibat pengaruh pemasakan. Semakin tinggi temperatur dan waktu

11
pemasakan, maka semakin besar kadar cairan daging yang hilang sampai tingkat

konstan. Susut masak juga merupakan salah satu indikator nilai nutrisi daging

yang berhubungan dengan kadar jus daging yaitu jumlah air yang terikat didalam

dan diantara otot. Susut masak dipengaruhi oleh temperatur dan lama pemasakan

(Soeparno, 2005).

Susut masak dipengaruhi oleh pH, panjang sarkomer serabut otot, panjang

potongan serabut otot, status kontraksi miofibril, ukuran dan berat sampel daging

serta penampang lintang daging (Prayitno dkk, 2020).

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A . Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juli – Agustus 2022 yang bertempat

di jalan jend. Soekowati lorong 1 No.1, kelurahan Biringere, Kecamatan Sinjai

utara, kabupaten Sinjai dan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah

Sinjai.

B . Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam proses penelitian ini antara lain kandang

pemeliharaan, tempat air minum, tempat pakan, lampu pijar, surat kabar, suntik,

pH meter, pisau Katter, waterbath, timbangan, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC, tepung daun

mangrove, dedak padi, konsentrat, jagung giling, air, desinfektan, vaksin, kertas

saring, plastik klip dan label.

C . Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor broiler, sehingga

jumlah keseluruhan adalah 64 ekor broiler. Susunan perlakuan terdiri atas 4

macam ransum yaitu:

P0 : Pakan tanpa suplemantasi tepung daun mangrove

P1 : Pakan dengan suplementasi tepung daun mangrove 0,8%

P2 : Pakan dengan suplementasi tepung daun mangrove 1,2%

13
P3 : pakan dengan suplementasi tepung daun mangrove 1,6%

D . Prosedur penelitian

a. Persiapan Kandang

kandang yang digunakan adalah kandang sistem open house. Masing-

masing kandang telah dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Sebelum

ternak dimasukkan kedalam kandang terlebih dahulu di lakukan sanitasi kandang

menggunakan larutan desinfektan atau formalin yang di campurkan dengan air

bersih. Kemudian larutan tersebut disemprotkan keseluruh bagian kandang.

Setelah kering, dilakukan pengapuran secara merata pada bagian dinding dan

lantai kandang, peralatan kandang seperti tempat makan dan air mimum

sebelumnya dicuci dengan sabun, kemudian dibilas menggunkan air desinfektan.

b. Pembuatan Tepung Daun Mangrove

Daun mangrove yang sudah diambil dicuci dengan menggunakan air bersih

setelah itu dijemur dibawah sinar matahari langsung sampai mengering. Daun

mangrove yang sudah kering dihaluskan hingga berupa tepung memakai mesin

penepung.

c. Perlakuan Ransum

Ransum disusun dalam bentuk tepung karena disukai oleh ayam dan lebih

mudah diserap oleh usus sehingga efesiensinya lebih baik serta dapat di berikan

kesemua umur ayam.

14
Ransum yang disusun dari dedak, tepung jagung, konsentrat, mineral dan

disuplementasi fitobiotik sesuai perlakuan dicampur sampai homogen dengan

formulasi ransum sebagai berikut:

Tabel 1: kebutuhan ransum broiler


Kandungan Nutrisi
Bahan PK (%) SK (%) LK (%) EM (Kkal/Kg)
Konsentrat 35 8 3 2500
Dedak Padi 11 8 8,2 2700
Jagung Giling 9 2,2 4,1 3360
Tepung Daun Mangrove 14,75 13,29 4,80 2190
Sumber : Hartadi (2005)

Keterangan :PK: Protein Kasar, SK: Serat Kasar, LK: Lemak Kasar, EM: Energi
Metabolis.

Tabel 2. Formulasi dan kandungan pakan komplit.


Perlakuan
Komposisi Pakan P0 P1 P2 P3
Bahan Pakan (%)
Konsentrat 40 40 40 40
Jagung Giling 45 45 45 45
Dedak Padi 15 15 15 15
Tepung Daun Mangrove - 0,8 1,2 1,8
Kandungan Nutrien (%)
Protein Kasar 20 20,1 20,1 20,2
Serat Kasar 6 6 6 6
Lemak Kasar 4,9 4,9 4,9 5,0
Energi Metabolis 2835 2835,5 2844,2 2853,0

d. Pemeliharaan Broiler

Saat DOC datang ditempatkan dikandang brooding, lalu diberi larutan air

gula 5% dan lampu penghangat, suhu pemeliharaan sekitar 30°C-32°C.

15
Selanjutnya diberikan vaksin ND (Newcstle Disease) pada empat hari pertama

melalui tetes mata dan ayam diberi pakan adaptasi selama 14 hari dan diberikan

vaksin gumboro. Setelah 14 hari masa adaptasi, ayam broiler ditempatkan dengan

teracak kedalam 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 kandang

percobaan, selanjutnya dipelihara selama 35 hari dan diberikan ransum perlakuan

dan air minum secara adlibitum sampai panen.

e. Penyimpanan Daging Broiler Pasca Penyembelihan

Daging broiler bagian dada di masukkan kedalam lemari pendingin dengan

suhu 4°C selama 14 hari. Daging ayam yang telah disimpan kemudian dibersihkan

dan dipotong menjadi beberapa bagian sesuai kebutuhan dalam penelitian.

E. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitiaan kualitas fisik daging adalah:

1. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran nilai pH daging dilakukan dengan menggunakan pH meter yang

telah di standarisasi. Sampel yang digunakan adalah daging bagian dada. Ujung

elektroda pada permukaan daging. Ujung elektroda pada permukaan daging

bagian dada. Ujung elektroda pH meter dilepas dari permukaan daging bila hasil

pembacaan nilai pH telah konstan.

2. Daya Ikat Air (DIA) %

pengukuran daya ikat air menggunakan rumus sebagai berikut:

DIA = D ×100
T
Keterangan:

D = Luas area Sampel

16
L = Luas Area total

Daya ikat air (WHC) diatas diukur menggunakan metode tekanan atau Press

Method (Soeparno, 2005), Sampel daging bagian dada seberat 0,3 g diletakkan

pada kertas saring dan di tekan dengan bantuan dua plat dengan beban seberat 35

kg dalam waktu 5 menit. Setalah 5 menit kertas saring dan sampel di ambil.

Pengukuran area basah menggunakan kertas millimeter blok.

3. Susuk Masak (SM) %

Sampel daging yang digunakan untuk pengujian susut masak adalah daging

bagian dada dengan berat 0,5 gram dipotong berbentuk balok kemudian sampel di

masukkan kedalam plastic klip yang diberi label dan tutup rapat untuk

menghindari air masuk kedalam plastik pada saat perebusan. Kemudian sampel

direbus dalam waterbath pada suhu 70˚C selama 30 menit. Setelah perebusan

sampel daging diangkat dari waterbath lalu didinginkan memakai air dingin yang

mengalir, kemudian sampel di keluarkan dari plastik klip kemudian dikeringkan

dengan kertas tissue, dan dilakukan penimbangan kembali (Soeparno, 2005) Susut

masak (SM) dihitung menggunakan rumus:

Susut Masak (SM)=

berat sebelum pemasakan−berat setelah pemasakan


x 100 %
berat sebelum pemasakan

F. Analisis data

Kualitas fisik daginga broiler yang di suplementasi dengan tepung daun

mangrove dan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan

model matematika sebagai berikut:

γij=μ+ αi+εij

17
Dimana i = Perlakuan 1,2,3,4

J = Ulangan 1,2,3

Keterangan:

Yij = Respon terhadap perlakuan ke – i ulangan ke j

μ = Rataan nilai pengamatan

αi = Pengaruh perlakuan taraf ke-i

εij = Pengaruh galat percobaab pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Pengaruh diantara perlakuan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda

Duncan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. pH Daging Broiler

Grafik 1. Rataan pH Daging Broiler Setelah Penambahan Tepung Daun Mangrove


Dalam Pakan

pH Daging Broiler
5.55
5.5
5.45
5.4
nilai pH

5.35
5.3
5.25
5.2
5.15
p0 p1 p2 p3
perlakuan

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2022

Berdasarkan hasil Penelitian penambahan tepung daun mangrove dalam

ransum berpengaruh (P<0,05) terhadap pH daging broiler yang disimpan pada

suhu dingin selama 14 hari. Hal ini didasari karena kandungan nutrisi pada setiap

perlakuan memiliki nilai komsumsi pakan yang sama antar perlakuan P1 sampai

dengan perlakuan P3. sehingga menghasilkan nilai pH yang relatif sama juga. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Soeparno (2005) menyatakan bahwa salah satu

kandungan pada pakan berpengaruh terhadap nilai pH daging. Selain itu,

konsumsi pakan juga dapat berpengaruh terhadap pH daging. Selain itu Menurut

Forrest et al., (1975) nilai pH daging ayam setelah pemotongan adalah 6,8 dan

19
akan menurun sampai mencapai titik isoelektrik (5,0-5,2) pada suhu dingin selama

14 hari penyimpanan. Hasil penelitian ini menughasilkan nilai ph yang semakin

menurun yaitu 5,3-5,5 hasil penelitian sama dengan hasil penelitian Forrest et al.,

(1975) nilai pH daging ayam setelah pemotongan adalah 6,8 dan akan menurun

sampai mencapai titik isoelektrik (5,0-5,5) pada 30 menit sampai 4.5 jam pada

suhu ruang. Suradi (2008) melaporkan bahwa ayam broiler sebelum pemotongan

memiliki nilai pH 6,31 kemudian menurun menjadi 5,0 dan 5,6 setelah 12-14 hari

penyimpana pada suhu dingin. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh

Ramli (2001) bahwa setelah penyimpanan daging pada suhu dingin pH daging

akan turun.

Di jelaskan Aberle et al., (2001) bahwa penurunan nilai pH otot postmortem

banyak ditentukan oleh laju glikolisis serta cadangan glikogen otot.Lawrie (2003)

menyatakan bahwa setelah hewan mati terjadi penurunan pH daging akibat

perombakan glikogen melalui proses glikolisis secara anaerob yang menyebabkan

terbentuknya asam laktat. Pada metabolisme anaerob, ion hidrogen yang

dibebaskan pada proses glikolisis tidak dapat diikat oleh oksigen sehingga terjadi

akumulasi ion hidrogen dalam otot. Ion hidrogen ini kemudian dipergunakan

untuk mengubah asam piruvat menjadi asam laktat. Penimbunan asam laktat

dalam daging menyebabkan peningkatan keasaman otot. Laju penurunan pH akan

menentukan sifat fisik daging.

Menurunya pH dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Hsin-Chun

Chen et al., (2013) daun mangrove memiliki kandungan asam yang tinggi,yaitu

kandungan asam sitrat dan asam askorbat.Buses (2005) melaporkan bahwa

20
penambahan asam organik seperti asam sitrat pada daging unggas dapat meningkatkan

lama penyimpanan. Williams dan Phillips (1998) melaporkan bahwa asam-asam organik

dapat memperpanjang masa simpan pada suhu dingin pada bahan pangan termasuk

daging unggas. Gonzalez-Fandos dan Herrera (2014) melaporkan bahwa penambahan

asam organik dapat memperpanjang lama penyimpanan daging ayam.

B. Susut Masak Daging Broiler

Grafik 2. Rataan Susut Masak Daging Broiler Setelah Penambahan Tepung Daun
Mangrove Dalam Pakan

SM(susut Masak)%
58.5
58
57.5
Nilai Susut Masak

57
56.5
56
55.5
55
54.5
54
p0 p1 p2 p3
Perlakuan

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2022

Berdasarkan hasil Penelitian penambahan tepung daun mangrove dalam

ransum berpengaruh (P<0,05) terhadap susut masak (SM) broiler yang disimpan

pada suhu dingin selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan ada

kecenderungan penurunan pada susut masak selama penyimpanan suhu dingian

selama 14 hari meskipun secara statistik lama penyimpanan tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap susut masak daging dada broiler yang di

suplementasi tepung daun mangrove dalam pakan. dalam penelitian ini

21
menunjukkan kisaran persentase susut masak yang lebih rendah yaitu berkisar

antara 55,4%-58,1%. Daging dengan susut masak yang lebih rendah mempunyai

kualitas yang relatif yang lebih baik daripada daging dengan susut masak yang

lebih besar, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan akan lebih sedikit

(Soeparno, 2009).

Hal ini sesuai dengan Prayitno et al., (2010) semakin kecil persentase

susut masak berarti semakin sedikit air yang hilang dan nutrient yang larut dalam

air. Begitu juga sebaliknya semakin besar persentase susut masak maka semakin

banyak air yang hilang dan nutrient yang larut dalam air. Nur Sari Kasih et al.,

(2012) melaporkan bahwa susut masak daging dada broiler yang disimpan pada

suhu dingin selama 6 hari berkisar antara 48.13%-54.48%, sedangkan Risnajati

(2010) melaporkan bahwa susut masak daging broiler yang dikemas dalam plastik

polyethylene dan disimpan pada suhu dinginberkisar antara 52.24%-57.10%.

C. Daya Ikat Air Daging Broiler

Grafik 3. Rataan Daya Ikat Air Daging Broiler Setelah Penambahan Tepung Daun
Mangrove Dalam Pakan

DIA(Daya Ikat Air)%


27.5
27
26.5
Nilai Daya Ikat Air

26
25.5
25
24.5
24
23.5
p0 p1 p2 p3
Perlakuan

22
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2022
Berdasarkan hasil Penelitian penambahan tepung daun mangrove dalam

ransum berpengaruh (P<0,05) terhadap persentase daya ikat air (DIA) broiler

yang disimpan pada suhu dingin selama 14 hari. Daya mengikat air oleh protein

daging didefinisikan sebagai kemampuan daging untuk menahan air atau air yang

ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan, seperti pemotongan daging,

pemanasan, penggilingan, dan tekanan (Soeparno,2009). Daya mengikat air

merupakan faktor yang penting untuk kualitas daging dan produk daging

(Nurhayati, 2009). Hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan peningkatan

kadar air selama penyimpanan 14 hari meskipun secara statistik lama

penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air

daging dada broiler yang diberi tepung daun mangrove dalam pakan. hasil

penelitian ini menunjukkan hasil daya ikat air pada daging broiler yaitu 25,0%-

27,4% hasil penelitian ini lebih rendah dengan Heinz dan Hautzinger (2007)

melaporkan bahwa kandungan air pada daging ayam segar yaitu sekitar 70%-75%

dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daging dada broiler yang di beri

tepung daun mangrove dalam pakan dan disimpan pada suhu dingin dengan lama

penyimpanan 14 hari memiliki kandungan air yang masih berada dalam kisaran

normal.

Rendahnya daya ikat air dalam penelitian ini disebabkan oleh kandungan

vlovonoid dalam tepung daun mangrove yang berperan sebagai anti oksidan

sehingga asam laktat yang terakumulasi akibatnya banyak protein miofibriler yang

rusak, sehingga diikuti dengan kehilangan kemampuan protein daging untuk

23
mengikat air (Lawrie,2003). Menurut Honikeldan Hamm (1994), bahwa

perubahan daya mengikat air selama penyimpanan disebabkan oleh perubahan

ion-ion yang diikat oleh protein daging.

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkanan bahwa

suplementasi tepung dan mangrove pada ransum tidak berpengaruh terhadap

kualitas fisik daging (pH, daya ikat air dan susut masak) broiler pada

penyimpanan suhu dingin

B. Saran

Di sarankan penelitian selanjutnya pada penambahan tepung daun

mangrove dalam pakan agar meningkatkan persentase penggunaaan

25
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A., Budirahardjo, K., & Setiadi, A. (2015). Analisis Rentabilitas pada


Usaha Peternakan Ayam Pedaging Toha Farm di Desa Sonean
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.(The Analysis of Rentability of
Enterprise Broiler at Toha Farm in Sonean village Margoyoso District of
Pati Regency) (Doctoral dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian
Undip).

Barber, P., Balasubramanian, S., Anguchamy, Y., Gong, S., Wibowo, A., Gao, H.,
... & Zur Loye, H. C. (2009). Polymer composite and nanocomposite
dielectric materials for pulse power energy storage. Materials, 2(4), 1697-
1733.

Damayanthi, E., Yuliati, L. N., Suprapti, V. Y., & Sari, F. (2008). Aspek sanitasi
dan higiene di kantin asrama tingkat persiapan bersama (TPB) Institut
Pertanian Bogor. Jurnal gizi dan pangan, 3(1), 22-29.

Di Stefano, A. L., Fucci, A., Frattini, V., Labussiere, M., Mokhtari, K., Zoppoli,
P., ... & Iavarone, A. (2015). Detection, characterization, and inhibition of
FGFR–TACC fusions in IDH wild-type glioma. Clinical cancer
research, 21(14), 3307-3317.

Fletcher, D. L. (2002). Poultry meat quality. World's Poultry Science


Journal, 58(2), 131-145.
Freitas, L. C., de Sordi, M. R. L., Malavasi, M. M. S., & de Freitas, H. C. L.
(2017). Avaliação educacional: caminhando pela contramão. Editora
Vozes Limitada.

Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L. L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T., ... & Duke,
N. (2011). Status and distribution of mangrove forests of the world using
earth observation satellite data. Global Ecology and Biogeography, 20(1),
154-159.

Graham, S., & Perin, D. (2007). What we know, what we still need to know:
Teaching adolescents to write. Scientific studies of reading, 11(4), 313-
335.

Guo, G. P., & Guo, G. C. (2003). Quantum secret sharing without


entanglement. Physics Letters A, 310(4), 247-251.
Karuniastuti, N. (2013). Peranan hutan mangrove bagi lingkungan hidup.
In Forum manajemen (Vol. 6, No. 1, pp. 1-10).

26
Monteiro, J. G. S., Pinto, D. D., Zaidy, S. A., Hartono, A., & Svendsen, H. F.
(2013). VLE data and modelling of aqueous N, N-diethylethanolamine
(DEEA) solutions. International Journal of Greenhouse Gas Control, 19,
432-440.

Prabewi, N., & Nuryanto, N. (2015). Pengaruh Penambahan Cairan Ramuan


Herbal Fermentasi Terhadap Performan Ayam Broiler. Jurnal
Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 11(21), 23-29.

Prasad, K. A., Gnanappazham, L., Selvam, V., Ramasubramanian, R., & Kar, C.
S. (2015). Developing a spectral library of mangrove species of Indian east
coast using field spectroscopy. Geocarto International, 30(5), 580-599.

PRATIWI, W., & WAHYONO, F. (2017). Manajemen Pencegahan dan


Penanganan Penyakit pada Ayam Petelur di PT. REHOBAT Desa Sringin,
Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).

Prayitno, A. H., & Suryanto, E. (2010). Kualitas Fisik dan Sensoris Daging Ayam
Broiler yang Diberi Pakan dengan Penambahan Ampas Virgin Coconut
Oil (VCO)(Physical and Sensory Quality of Meat of Broiler Chicken Fed
with The Addition of Virgin Coconut Oil Waste). Buletin
Peternakan, 34(1), 55-63.

Prayitno, S. S., Sumarmono, J., & Rahardjo, A. H. D. (2020). Pengaruh lama


perendaman daging itik afkir pada ekstrak kulit buah carica (Carica
Candamarcensis) terhadap keempukan dan susut masak daging. Jurnal
Peternakan Nusantara, 6(1), 15-20.

Risnajati, D. (2010). Pengaruh lama penyimpanan dalam lemari es terhadap pH,


daya ikat air, dan susut masak karkas broiler yang dikemas plastik
polyethylen. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 309-315.

Risnajati, D. (2010). Pengaruh lama penyimpanan dalam lemari es terhadap pH,


daya ikat air, dan susut masak karkas broiler yang dikemas plastik
polyethylen. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 309-315.

Rohaeti, E. E. (2010). Critical and creative mathematical thinking of junior high


school students. Educationist Journal, 4(2), 99-106.

Sami, M., & Toporensky, A. (2004). Phantom field and the fate of the
universe. Modern Physics Letters A, 19(20), 1509-1517.

Septinova, D., Hartono, M., Santosa, P. E., & Sari, S. H. (2018). Kualitas fisik
daging dada dan paha broiler yang direndam dalam larutan daun salam
(Syzygium polyanthum). Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 6(1), 83-88.

27
Septinova, D., Hartono, M., Santosa, P. E., & Sari, S. H. (2018). Kualitas fisik
daging dada dan paha broiler yang direndam dalam larutan daun salam
(Syzygium polyanthum). Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 6(1), 83-88.

Suharti, S., Banowati, A., Hermana, W., & Wiryawan, K. G. (2008). Komposisi
dan kandungan kolesterol karkas ayam broiler diare yang diberi tepung
daun salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam ransum. Media
Peternakan, 31(2).

Suradi, K. (2006). Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selama
penyimpanan temperatur ruang (change of physical characteristics of
broiler chicken meat post mortem during room temperature
storage). Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 6(1).

Takarina, N. D., & Patria, M. P. (2017, July). Content of polyphenol compound in


mangrove and macroalga extracts. In AIP Conference Proceedings (Vol.
1862, No. 1, p. 030100). AIP Publishing LLC.

Tidore, S., Sondak, C. F., Rumengan, A. P., Kaligis, E. Y., Ginting, E. L., &
Kondoy, C. (2021). Struktur Komunitas hutan mangrove di Desa Budo
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir dan Laut
Tropis, 9(2), 71-78.

Ulfah, M. (2006). Potensi tumbuhan obat sebagai fitobiotik multi fungsi untuk
meningkatkan penampilan dan kesehatan satwa di penangkaran. Media
Konservasi, 11(3).

Van Laack, R. L. J. M., Liu, C. H., Smith, M. O., & Loveday, H. D. (2000).
Characteristics of pale, soft, exudative broiler breast meat. Poultry
Science, 79(7), 1057-1061.

Wibowo, M. (2009). Pemetaan Tingkat Kepekaan Lingkungan Pesisir di Kota


Semarang. Jurnal Hidrosfir Indonesia, 4(1).

Yang, J., Zheng, C., Xiong, P., Li, Y., & Wei, M. (2014). Zn-doped Ni-MOF
material with a high supercapacitive performance. Journal of Materials
Chemistry A, 2(44), 19005-19010.

28
LAMPIRAN SPPS

LAMPIRAN 1. pH DAGING BROILER

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:pH

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .102a 3 .034 .576 .642

Intercept 467.641 1 467.641 7.932E3 .000

perakuan .102 3 .034 .576 .642

Error .708 12 .059

Total 468.450 16

Corrected Total .809 15

a. R Squared = .126 (Adjusted R Squared = -.093)

Homogeneous Subsets

29
Ph

Subset
perakua
n N 1

Duncana p3 4 5.3000

p1 4 5.4000

p2 4 5.4000

p0 4 5.5250

Sig. .248

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .059.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

LAMPIRAN 2. HASIL SPPS SUSUT MASAK AYAM BROILER

30
Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Susut_Masak

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 235.221a 3 78.407 .960 .443

Intercept 824381.756 1 824381.756 1.009E4 .000

perakuan 235.221 3 78.407 .960 .443

Error 980.224 12 81.685

Total 825597.202 16

Corrected Total 1215.445 15

Homogeneous Subsets

31
Susut_Masak

Subset
perakua
n N 1

Duncana p3 4 5.5458E2

p0 4 5.8139E2

p2 4 5.8865E2

p1 4 5.8143E2

Sig. .145

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 81.685.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

LAMPIRAN 3. HASIL SPPS DAYA IKAT AIR AYAM BROILER

32
Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Daya_Ikat_Air

Type III Sum of


Source Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12.390a 3 4.130 .038 .990

Intercept 11243.975 1 11243.975 102.686 .000

perakuan 12.390 3 4.130 .038 .990

Error 1313.985 12 109.499

Total 12570.350 16

Corrected Total 1326.374 15

a. R Squared = .009 (Adjusted R Squared = -.238)

Homogeneous Subsets

33
Daya_Ikat_Air

Subset
perakua
n N 1

Duncana p0 4 25.0327

p1 4 26.7280

p2 4 26.9417

p3 4 27.3352

Sig. .778

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 109.499.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

DOKUMENTASI PENELITIAN

34

Anda mungkin juga menyukai