Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERLATIHAN MANDIRI

MK METODE KARYA ILMIAH (BDP 399)

Mata Kuliah Mayor untuk Mahasiswa Program Sarjana


Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH


GURAME(Osphronemus gouramy) YANG DIBERIKAN PAKAN
MENGANDUNG PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK

Oleh:

Dicky Winata Wiharja C14170015

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
ii

DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................1
Latar belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................2
Tujuan Penelitian..................................................................................................2
BAHAN DAN METODE.......................................................................................2
Materi Uji.............................................................................................................2
Rancangan Percobaan..........................................................................................3
Metode Penelitian.................................................................................................3
Parameter Penelitian.............................................................................................3
Analisis Data........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
1

PENDAHULUAN
Latar belakang

Gurame merupakan salah satu komoditas budidaya yang digemari


masyarakat. Gurame memilki rasa daging yang gurih dan tebal sehingga sering
dikonsumsi oleh masyarakat. Perkembangan budidaya ikan gurame di masyarakat
sudah berkembang cukup pesat. Produksi nasional ikan gurame menurut DJPB
(2016) dari tahun 2011 sampai 2016 mengalami kenaikan rata- rata sebesar 16.14
%. Target produksi pada tahun 2016 sebesar 197.400 ton dengan capaian sebesar
149.553 ton. Permintaan yang tinggi ini belum dapat diimbangin dengan tingkat
produktivitas dan efisiensi yang tinggi dalam pembudidayaan ikan gurame, masih
terdapat kekurangan dalam proses pembudidayaannya. Waktu tumbuh yang cukup
lama, akan mengurangi tingkat keuntungan dan memperbesar biaya yang
dikeluarkan dalam pembudidayaan ikan gurame(Sitanggang dan Sarwono 2007).

Petumbuhan yang lambat pada ikan gurame dapat diakibatkan karena


beberapa faktor, faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam diantaranya genetik
dan tingkat kematangan seks, faktor luar seperti pakan dan kualitas lingkungan.
Manajemen pakan yang baik serta pengelolaan lingkungan yang baik dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan gurame. Selain melalui manajemen pakan yang
baik peningkatan pertumbuhan ikan dapat juga dilakukan melalui penggunaan
probiotik(Nayak 2010). Melalui penambahan probiotik diharapkan tingkat
pertumbuhan ikan akan semakin tinggi.

Probiotik merupakan kumpulan organisme mikro seperti bakteri yang


memiliki manfaat baik bagi tubuh dan saluran percernaan organisme inang.
Menurut Arief et al. (2014), penambahan probiotik pada ikan lele akan
meningkatkan rasio konversi pakan. Probiotik juga mampu untuk meningkatkan
respon imun tubuh, dan memperbaikin kualitas air (Watson et al. 2008).
Peningkatan tingkat konversi pakan, perbaikan kualitas air, sertas peningkatan
respon imun tubuh ikan diharapkan akan berujung pada peningkatan pertumbuhan
pada ikan gurame. Menurut Solikhin et al. (2016) Probiotik yang dapat digunakan
sebagai peningkat pertumbuhan secara tidak langsung pada ikan yaitu Bakteri
Bacillus BR2 yang mampu melalukan proses nitrifikasi, dan pendegradasian
senyawa berbahaya lainnya dalam media pemeliharaan udang.

Prebiotik merupakan berbagai karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh


inang namun dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme tertentu untuk tumbuh dan
berkembang dalam saluran pencernaan inang. Mikroorganisme atau mikroflora
yang terdapat saluran pencernaan dapat kemudian mendukungproses pencernaan
2

karena berbagai enzim yang dihasilkan. Dengan proses pencernaan yang


berlangsung lebih optimal, diharapkan jumlah pakan yang tidak tercerna akan
berkurang dan energi yang diperoleh oleh ikan untuk tumbuh akan lebih tinggi.
Tidak semua karbohidrat termasuk sebagai prebiotik. Karbohidrat yang termasuk
kedalam prebiotik berjenis oligosakarida seperti fruktooligosakarida (FOS),
Mannanoligosakarida(MOS), dan inulin. Dalam penelitian ini akan digunakan
Mannanoligosakarida sebagai prebiotik mengacu pada penelitian Suryani et al.
(2017), yang menyatakan bahwa MOS berhasil meningkatkan rasio konversi
pakan, respon imun, dan pertumbuhan pada ikan nila. Ha serupa juga dinyatakan
oleh Prastiti (2017) pada pemeliharaan udang vaname yang diberikan prebiotik
MOS sebagai sumber nutrisi bagi probiotik saluran pencernaan.

Sinbiotik merupakan satu kesatuan probiotik dan prebiotik yang dapat


diberikan kepada ikan melalui pakan maupun langsung melalui air media
pemeliharaan. Menurut Agung (2015), selain dapat meningkatkan resistensi ikan
nila terhadap V.agalactiae, sinbiotik juga dapat meningkatkan kinerja
pertumbuhan.

Rumusan Masalah

Meningkatnya kebutuhan akan ikan gurame mengharuskan para


pembudidaya untuk meningkatkan produktivitas dalam pembudidayaan ikan
gurame. Permintaan yang tinggi ini belum dapat diimbangin dengan tingkat
produktivitas dan efisiensi yang rendah dalam pembudidayaan ikan gurame,
masih terdapat kekurangan dalam proses pembudidayaannya. Waktu tumbuh yang
cukup lama, akan mengurangi tingkat keuntungan dan memperbesar biaya yang
dikeluarkan dalam pembudidayaan ikan gurame. Oleh karena itu pemberian
probiotik, prebiotik, dan sinbiotik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
dan efisiensi dalam pembudidayaan ikan gurame

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektifitas aplikasi Bacillus BR2,


prebiotik mannan oligosakarida dan sinbiotik terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan gurame
3

Manfaat Penelitian

Acuan dalam menentukan efektivitas aplikasi Bacillus BR2, prebiotik


mannan oligosakarida dan sinbiotik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih ikan gurame

BAHAN DAN METODE


Materi Uji

Bakteri Probiotik

Bakteri Probiotik yang digunakan adalah Bacillus BR2 yang diperoleh dari
hasil koleksi Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Institut Pertanian
Bogor. Bakteri Bacillus BR2 merupakan bakteri yang diisolasi dari media
pemeliharaan udang dan diidentifikasi mampu mendegradasi ammonia, nitrat,
nitrit (Solikhin 2016).

Prebiotik

Prebiotik yang digunakan adalah TECHNO-MOS (Biochem, Germany).


Senyawa yang terkandung di dalamnya berupa (1-3)-β-D-glukan, (1-6)-β-D-
glukan, (1-4)-α-(1-3)-β-D-glukan, mannoprotein kompleks, kitin, dan organel
nukleotida.

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame (Osphronemus goramy)


berasal dari BBPBAT Sukabumi yang berumur tiga bulan pada stadia benih
dengan ratarata bobot 8.50±0.28 g dan panjang rata – rata 6.75±0. 15 cm.
4

Rancangan Percobaan

Pemberian probiotik Bacillus BR2, prebiotik mannan oligosakarida (MOS)


dan sibiotik melalui pakan menggunakan rancangan perlakuan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan A dengan
pakan + sel probiotik Bacillus BR2 109 CFU mL-1 a + putih telur 2% (2 mL/100
g pakan). Perlakuan B dengan pakan + prebiotik MOS 0,4 % (0.4 g/100 g
pakan)b+ putih telur 2% (2 mL/100 g pakan). Perlakuan C dengan pakan + sel
probiotik Bacillus BR2 109 CFU mL-1a + prebiotik MOS 0,4 % (0.4 g/100 g
pakan)b + putih telur 2% (2 mL/100 g pakan). Perlakuan K+ dengan pakan (tanpa
pemberian probiotik Bacillus BR2 dan prebiotik MOS) + putih telur 2% (2
mL/100 g pakan). Perlakuan K- pakan (tanpa pemberian probiotik Bacillus BR2
dan prebiotik MOS) + putih telur 2% (2 mL/100 g pakan), dan disuntik PBS 0,1
mL

Metode Penelitian

Kegiatan yang dilakukan selama penelitian adalah persiapan wadah dan


media pemeliharaan, persiapan ikan uji, pembuatan pakan uji, penyediaan bakteri
patogen dan probiotik, dan pengambilan parameter uji.

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca berukuran (60 x 30 x 30)


cm3 sebanyak 15 unit. Akuariun sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu dan
diisi dengan air tawar dengan ketinggian 25 cm dengan volume 45 L/akuarium.
Wadah didesinfeksi dengan klorin sebanyak 30 mg/L selama 24 jam dan diaerasi
kuat. Pemberian klorin berfungsi untuk membunuh mikroorganisme didalam air.
Akuarium dibilas dengan air tawar dan dikeringkan. Setelah itu, dipasang heater
untuk mejaga suhu dalam keadaan stabil dan filter untuk menyuplai oksigen dan
membantu menjaga kualitas air.
5

Persiapan Ikan Uji

Ikan diaklimatisasi terlebih dahulu untuk adaptasi terhadap lingkungan.


Setelah ikan diadaptasikan, ikan ditebar kedalam 15 akuarium dengan
masingmasing akuarium berisi 10 ekor ikan gurame. Sampling dilakukan setiap
lima belas 4 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan ikan gurame. Pergantian
air sebanyak 50% dari volume pemeliharaan dilakukan setiap tiga hari sekali.
Sipon dilakukan setiap hari sekali dengan menggunakan selang sipon berdiameter
1 inci.

Pembuatan Pakan Uji

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil (PF 1000) dengan frekuensi
pemberian pakan tiga kali sehari secara at satiation. Pakan uji terdapat tiga jenis
campuran yang berbeda, yaitu pakan A dicampur dengan probiotik Bacillus BR2
109 CFU mL-1 . Pakan B dicampur dengan prebiotik berupa mannan
oligosakarida (MOS) 0.4%. Pakan C dicampur dengan Bacillus BR2 109 CFU
mL-1 dan prebiotik mannan oligosakarida (MOS) 0.4%. Setiap perlakuaan pakan
ditambahkan dengan putih telur sebanyak 2% (2 mL/100 gram pakan). Putih telur
berfungsi sebagian binder. Pakan diaduk merata kemudian dikering udarakan
selama 15 menit. Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari yaitu pukul 08.00
WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB.

Penyediaan Bakteri Probiotik

Bakteri Bacillus BR2 yang digunakan menjadi bakteri probiotik


dikarakterisasi dengan diuji pewarnaan gram, uji biokimia meliputi
oksidase/fermentasi, katalase, oksidase, dan motilitas untuk memastikan bahwa
bakteri probiotik adalah bakteri Bacillus BR2. Identifikasi ini berdasarkan
Bergey’ Mannual of Determinatie Bacteriology (Holt et al. 1994). Bakteri diambil
satu ose kemudian dikultur dimedia trypticase soy agar (TSA), kemudian
diinkubasi didalam inkubator selama 24 jam pada suhu 27 0C sebagai bakteri
stok. Bakteri probiotik dimurnikan setiap dua minggu dan disimpan pada suhu 4
oC. Bakteri dari stok dikultur kembali sebanyak satu ose ke dalam media TSB 10
mL dan dishaker dengan kecepatan 1400 rpm selama 24 jam. Probiotik Bacillus
BR2 yang dikultur kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit. Supernatan dibuang dan pellet yang dihasilkan dicampur dengan Phosphate
6

Buffer Saline (PBS) sebanyak 1000 µL lalu divortex hingga homogen. Pada akhir
tahap ini diperoleh kepadatan sel bakteri kisaran kepadatan sel 10-9 CFU mL-1

Parameter Penelitian

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihitung mengikuti rumus yang


digunakan oleh (Mundheim et al. 2004)

yaitu: LPS =( (ln Wt – ln Wo) x 100 )/T

Keterangan:

LPS = laju pertumbuhan spesifik (%)

Wt = rata-rata bobot individu pada akhir penelitian (g)

Wo = rata-rata bobot individu pada awal penelitian (g)

T = lama waktu pemeliharaan (hari)

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan uji dihitung dengan cara menimbang
pakan yang diberikan setiap hari, dan juga pakan yang tersisa setiap hari sebagai
pengurangnya. Jumlah keseluruhan pakan yang dikonsumsi pada setiap unit
percobaan selama 60 hari dicatat sebagai data jumlah konsumsi pakan.

Retensi Protein
7

Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan Takeuchi (1988)


sebagai berikut :

RP (%) = [(F-I)/P] x 100%

Keterangan :

RP = retensi protein (%)

F = jumlah protein tubuh ikan pada akhir penelitian (g)

I = jumlah protein tubuh ikan pada awal penelitian (g)

P = jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

Efisiensi Pakan

Perhitungan efisiensi pakan didasarkan pada NRC (1977), yaitu besarnya


rasio perbandingan antara pertambahan bobot ikan yang didapatkan dengan
jumlah pakan yang dikonsumsi ikan. Semakin besar nilai pertambahan bobot
maka efisiensi pakan semakin besar.

EP (%) = ((Wt + D) – Wo x 100)/JKP

Keterangan :

EP = efisiensi pakan (%)

Wt = biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)

Wo = biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)


8

D = bobot ikan yang mati selama penelitian (g)

JKP = Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan yang


dikemukakan oleh Huisman (1987) yaitu:

SR (%) = Nt x 100% No

Keterangan;

Nt = jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

No = jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft excel 2013 dan
SPSS versi 16.0. Data diuji homogenitas, uji normalitas, transformasi data dan
dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila hasil analisis
ragam menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Duncan

DAFTAR PUSTAKA

Agung LA. 2015. Aplikasi mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik mannan
oligosakarida untuk pencegahan streptococcosis pada ikan nila [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
9

Arief M, Fitriani N, Subekti S. 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda pada pakan
komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan lele sangkuriang Clarias
sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1):49-53.

[DJPB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016.
Laporan Kinerja 2016. Jakarta (ID): DJPB. p 65-66.

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Department of Fish Culture and
Fisheries, Wageningen Agriculture University, Wageningen, Netherland. 170p

Mundheim H, Aksnes A, Hope B. 2004. Growth, feed efficiency and digestibility in


salmon (Salmo salar L.) fed different dietary proportions of vegetable protein
sources in combination with two fish meal qualities. Aquaculture 237: 315-331.

Nayak SK. 2010. Probiotics and immunity : A fish perspective. Review. Fish and Shellfish
Immunology. 29: 2-14.

[NRC]. National Research Council. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes.


National Academy of Sciences. Washington DC. Hlmn 78.

Prastiti LA. 2017. Efektifitas mannan oligosakarida untuk peningkatan respon imun
udang vaname Litopenaeus vannamei terhadap infeksi White Spot Disease
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Solikhin N. 2016. Isolasi dan seleksi Bacillus sp. pendegradasi amonia, nitrit, nitrat dari
air tambak udang tradisional secara in vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

Suryani N. 2017. Aplikasi prebiotik mannan oligosakarida (MOS) dosis berbeda melalui
pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan gambaran darah ikan nila
Oreochromis sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrients. Di dalam:


Watanabe T, editor. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Textbook the General
Aquaculture Course. Department of Aquatic Bioscience. Tokyo University of
Fisheries. Hlmn 179-233.
10

Watson AK, Kaspar H, Lategan MJ, Gibson L. 2008. Probiotics in aquaculture: The need,
principles and mechanisms of action and screening processes. Aquaculture.
274: 1-14.

Anda mungkin juga menyukai