“Penerapan biokteknologi dalam proses fermentasi dalam bidang pangan”
DISUSUN OLEH: ERICK PRAWITNO 2122060011
PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN TAHUN AJARAN 2022 Jurnal APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM PEMBUATAN SILASE IKAN RUCAH MELALUI FERMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT Salah satu hasil samping perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan pakan yaitu ikan rucah. Ikan rucah merupakan sisa dari hasil tangkapan yang memiliki potensi untuk dijadikan tepung ikan serta memiliki nutrisi dan asam amino essensial yang bagus untuk laju pertumbuhan ikan. Di dalam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi bioteknologi dalam bidang perikanan dan untuk menemukan upaya pemanfaatan hasil samping perikanan tangkap yaitu ikan rucah. Aplikasi bioteknologi dalam bidang perikanan dapat diwujudkan melalui proses fermentasi pembuatan silase ikan rucah. Silase ikan mengandung protein yang lebih tinggi yaitu 57,49% dibandingkan dengan pakan buatan. Penggunaan bakteri asam laktat 15 - 20 % dengan tambahan karbohidrat 200 gram per 1 kg ikan dirasa efektif dalam proses fermentasi pembuatan silase ikan rucah. Dengan adanya penambahan karbohidrat maka akan merangsang proses fermentasi. Silase ikan yang diberi bakteri asam laktat mempunyai warna yang gelap, tekstur yang cair, serta memiliki aroma asam. Manfaat dari bakteri asam laktat adalah sebagai pengawet alami agar bakteri pembusuk pada suatu bahan pangan dapat dihilangkan, sehingga tingkat keamanan pangan bisa meningkat. Bakteri Aerococus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococus, Lactobacillus, Lactococcus, dan Vagococcus merupakan bakteri yang berperan dalam pembuatan silase ikan rucah.
Dalam jurnal VEGETABLE MILKS AND THEIR FERMENTED
DERIVATIVE PRODUCTS Apa yang disebut susu nabati menjadi sorotan berkat bebas laktosa, bebas protein hewani, dan fitur bebas kolesterol yang sesuai dengan permintaan produk makanan sehat saat ini. Namun demikian, dan kecuali kedelai, hanya sedikit informasi yang tersedia tentang jenis susu ini dan susunya turunan. manfaat nutrisi utama dari susu nabati kacang dan sereal yang tersedia di pasaran, difermentasi atau tidak; menggambarkan dasar langkah-langkah pemrosesan yang terlibat dalam proses pembuatannya; dan menganalisis masalah utama yang mempengaruhi kualitas mereka secara keseluruhan, bersama dengan solusi layak saat ini. Berdasarkan informasi tersebut dikumpulkan, susu nabati dan turunannya memiliki khasiat nutrisi yang sangat baik harapan pasar yang berpotensi tinggi dan positif. Namun demikian, kondisi pemrosesan yang optimal untuk setiap bahan baku atau penerapan teknologi baru harus diteliti untuk meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu, studi lebih lanjut perlu dikembangkan untuk memastikan stabilitas fisik produk di seluruh masa simpannya. Studi-studi ini juga akan memungkinkan pengurangan jumlah aditif (hidrokoloid dan/atau pengemulsi) dan dengan demikian mengurangi biaya produk. Dalam kasus khusus produk fermentasi, penggunaan starter yang mampu meningkatkan keduanya kualitas (dengan mensintesis rasa yang ditingkatkan dan memberikan tekstur yang optimal) dan memberikan manfaat kesehatan untuk konsumen (yaitu probiotik) adalah tantangan utama yang harus dihadapi dalam studi masa depan
MIKROORGANISME DALAM PEMBUATAN TAPE KETA Tape merupakan salah satu makanan khas minangkabau yang dihasilkan melalui proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat. Umumnya tape terbuat dari beras ketan hitam. Namun, di daerah payakumbuh tepatnya Koto Baru pembuatan tape menggunakan bahan beras ketan merah. Fermentasi merupakan proses metabolisme oleh mikroorganisme sehingga terjadi perubahan-perubahan kimia dalam substrat organik. Fermentasi dapat meningkatkan aktivitas antioksidan produk makanan dengan meningkatkan pelepasan senyawa bioaktif fenolik dan flavonoid dalam produk nabati. Semakin lama waktu fermentasi maka total gula akan semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk membandingkan lama perendaman dan juga perlakuan cara memasak beras ketan merah sehingga akan diperoleh karakteristik fisik seperti warna, rasa, tekstur, dan aroma tapai ketan merah dengan yang bervariasi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa perlakuan teknik pemasakan tape ketan merah sangat berpengaruh terhadap uji organoleptik. Tape ketan merah dengan teknik perebusan didapatkan hasil lebih baik dibandingkan dengan teknik pengukusan.
Dalam jurnal PERCOBAAN PENERAPAN BIOTEKNOLOGI
BERBANTUAN MIKROORGANISME DALAM PEMBUATAN TAPE KETAN bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi garam dan lama fermentasi terhadap kualitas terasi rebon (Acetes erythraeus).Percobaan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu konsentrasi garam yang berbeda dan waktu fermentasi yang berbeda, yang terdiri dari 5 tingkat perlakuan dan 3 tingkat perlakuan. Waktu pengulangan untuk setiap perlakuan, segar 200 gram udang rebon diberi dan ditambahkan garam 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, dan lama waktu fermentasi adalah 7 hari, 15 hari, 23 hari, dan 30 hari. Parameter yang diamati adalah protein kadar lemak, kadar air, kadar pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi garam danlama fermentasi berpengaruh nyata pada setiap parameter. Kandungan protein, kandungan lemak,kadar air, kadar pH, serta terbaik pada perlakuan G5F4 (30%+30 hari).