Tanggal submisi: 18 Mei 2020; Tanggal revisi: 26 Juli 2020; Tanggal penerimaan: 27 Juli 2020
ABSTRAK
Chao merupakan produk fermentasi tradisional dari daerah Sulawesi Selatan dengan bahan baku ikan tembang,
garam dan nasi yang difermentasi dengan ragi tape dan ragi tempe. Penelitian ini menggunakan bakteri asam laktat
(BAL) proteolitik Lactobacillus plantarum Ags1-3 dan P. acidilactici Ags7-3 sebagai co-starter untuk mempelajari
perananan dan potensinya sebagai penghasil ACE inhibitor selama fermentasi chao ikan tembang. Penelitian ini
terdiri dari tiga tahap yaitu fermentasi garam (20%) (A-B), fermentasi BAL (C-D), dan fermentasi campuran BAL
dengan nasi terfementasi (E-F). Sebagai kontrol adalah chao yang difermentasi tanpa penambahan inokulum BAL.
Selama fermentasi diamati kadar garam, aktivitas air, populasi mikroorganisme, produksi asam dan perubahan
pH serta kadar protein terlarut dan aktivitas inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada fermentasi garam (A-B) terjadi kenaikan kadar garam pada ikan tembang dari 10,75%
menjadi 16,48% dan tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada tahap ini. Pada tahap fermentasi BAL
(C-D), terjadi kenaikan jumlah bakteri dan total BAL lebih dari 2 siklus log, namun pada kontrol, jumlah bakteri
dan total BAL lebih rendah. BAL proteolitik mendegradasi protein menjadi komponen yang lebih sederhana yang
ditandai dengan kenaikan yang nyata pada kadar protein terlarutnya dan tidak terjadi penurunan pH. Isolat BAL
proteolitik berpotensi menghasilkan inhibitor ACE yang ditandai dengan aktivitas ACE-I mencapai 84-85%, sedang
pada kontrol, aktivitas penghambatan ACE pada ikan yang difermentasi hanya 58%. Pada fermentasi campuran
(E-F) terjadi peningkatan produksi asam dan penurunan pH yang nyata karena tersedianya sumber karbon yang
berasal dari nasi terfermentasi. Fermentasi chao tanpa penambahan inokulum juga terjadi penurunan pH, namun
nilai pHnya lebih tinggi. Fermentasi chao dengan penambahan inokulum BAL proteolitik berpotensi menghasilkan
aktivitas penghambatan ACE dan dapat memperpendek waktu fermentasi.
Kata kunci: Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme; fermentasi ikan; chao; bakteri asam laktat proteolitik;
protein terlarut
DOI: http://doi.org/10.22146/agritech.56155
ISSN 0216-0455 (Print), ISSN 2527-3825 (Online)
34
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
ABSTRACT
A traditionally fermented fish from the South Sulawesi region, also known as chao, was prepared from tembang
fish, salt, and fermented rice. This study employed Lactobacillus plantarum Ags 1-3 and Pediococcus acidilactici
Ags 7-3 proteolytic lactic acid bacteria (LAB) as a co-starter to determine the role and potentials of producing
ACE inhibitors during the fermentation process. Also, the experiment was comprised of fermentation three stages,
termed salt (20%) (A-B), LAB (C-D), and mixed by the addition of fermented cooked rice with or without starter
culture (E-F). While, the control was fish fermentation without the use of starter culture. Salt content, water
activity, microorganism population, acid production, pH, soluble protein, and activity of angiotensin-converting
enzyme inhibitor (ACE-I), were major factors monitored. The result showed during salt fermentation, the saline
content in fish increased significantly from approximately 10.75% - 16.48%, with no microbial growth detected.
Subsequent salt removal and starter culture inoculation enhanced the bacteria load and LAB by two log cycles,
although, without the use of starter culture, the LAB quantity observed a decline. Furthermore, proteolytic lactic
acid bacteria appeared to have successfully disintegrated protein into lesser molecular weight and peptides. This
situation was indicated by an improvement in soluble protein, without any reduction of pH values. Proteolytic LAB
tends to produce ACE inhibitor, with an activity value extending between 84-85%, while without the use of starter
culture, the estimate was barely 58%. Consequently, an increase in acid production and decrease in pH occurred
during mixed fermentation, as a result of readily available carbon source from the rice. However, pH of chao,
without starter culture showed a higher value. Therefore, chao fermentation using proteolytic lactic acid bacteria
produced ACE-I, with the tendency to reduce the reaction time.
Keywords: Angiotensin converting enzyme inhibitor; chao; fish fermentation; proteolytic lactic acid bacteria;
soluble protein
35
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
fermentasi ikan tradisional (Rhee dkk., 2011). Beberapa diinokulasikan ke dalam media 5 mL MRS cair dan
BAL yang diisolasi dari fermentasi ikan ini mempunyai diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Selanjutnya
aktivitas anti mikrobia terhadap beberapa bakteri 1 mL kultur dipindahkan ke dalam 9 mL media MRS cair
patogen (Desniar dkk., 2013; Sanpa dkk., 2019). dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Kultur
Selama fermentasi ikan tradisional suanyu BAL umur 24 jam berisi 108 cfu/mL siap digunakan
ditemukan adanya aktivitas proteolitik, yang sebagai inokulum.
menghasilan peptida rantai pendek dan asam amino
bebas yang berkontribusi pada rasa umami produk Fermentasi Nasi
suanyu (Wang dkk., 2017). proteolitik berperan penting Nasi ditaburi ragi tape (NKL) 0,5% b/b dan ragi
pada fermentasi ikan yaitu menghidrolisis protein tempe (Raprima inokulum tempe) 1,0% b/b. Fermentasi
menjadi komponen peptida yang lebih sederhana dilakukan menggunakan wadah plastik polipropilen (PP)
dan asam amino. Wikandari dkk. (2012a) melaporkan berbentuk kotak dan berukuran panjang 8 cm, lebar
bahwa proteolitik Lactobacillus plantarum, Lactobacillus 8 cm, dan tinggi 7 cm. Wadah ditutup menggunakan
pentosus, dan Pediococcus pentosaceus yang diisolasi penutup wadah plastik. Setelah wadah ditutup, nasi
dari bekasam dapat meningkatkan kandungan peptida difermentasi pada suhu kamar (30±2 ºC) selama 48
dan aktivitas ACE inhibitor ketika digunakan sebagai jam. Nasi terfermentasi siap dicampurkan ke dalam
isolat tunggal pada fermentasi bekasam-like product. ikan tembang yang telah difermentasi garam selama 48
Dalam penelitian ini, proteolitik L. plantarum Ags1-3 jam. Nasi terfermentasi dianalisis jumlah bakteri, yeast
dan P. acidilactici Ags7-3 yang diisolasi dari fermentasi dan jamurnya. Pada nasi dan setelah fermentasi 48
chao, digunakan sebagai co-starter pada fermentasi jam dilakukan analisis pH, asam tertitrasi, total bakteri
chao ikan tembang untuk mengetahui peranan dan aerobik, BAL, yeast, dan jamur.
potensinya sebagai penghasil ACE inhibitor.
Pembuatan Chao
METODA PENELITIAN Proses pembuatan chao ikan tembang terdiri dari
Bahan tiga tahap. Tahap pertama adalah fermentasi garam (A-
B), proses penggaraman yaitu, ikan segar dibersihkan,
Bahan utama pembuatan chao adalah ikan dan dibuang kepala dan isi perutnya, selanjutnya dicuci
tembang (Sardinilla gibbosa) diperoleh dari nelayan di dengan air mengalir, lalu ditiriskan. Ikan yang sudah
Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Ikan tembang bersih ditaburi dengan garam sebanyak 20% b/b.
segar dikemas dalam cool box yang berisi es batu Penggaraman dilakukan dengan metode penggaraman
dan dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Studi kering menggunakan garam kristal pada wadah plastik
Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. PP. Wadah yang berbentuk kotak berukuran panjang
Beras IR 64 dibeli dari pasar syawalan, ragi tempe 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 9 cm. Wadah terlebih
(Raprima inokulum tempe), ragi tape (NKL) dan garam dahulu ditaburi garam secara merata, kemudian ikan
(Special Garam Krasak) diperoleh dari pasar tradisional disusun rapi selapis demi selapis. Setiap lapisan ikan
di Yogyakarta. Isolat BAL yang digunakan adalah L. ditaburi garam sampai lapisan ikan paling atas. Setelah
plantarum Ags1-3 dan P. acidilactici Ags7-3, strain lokal pemberian garam, wadah ditutup menggunakan
yang diisolasi dari chao ikan tembang (Matii dkk., 2019). penutup wadah plastik. Setelah wadah ditutup, ikan
NaCl, CaCO3, HCl, NaOH, TCA, Bovine serum albumin diinkubasi pada suhu kamar (30±2 ºC) selama 48 jam.
(BSA), SDS dan methanol yang diperoleh dari Sigma- Pengambilan sampel dilakukan saat ikan ditaburi garam
Aldrich (St. Louis, MO, USA). Media yang digunakan (A) dan setelah fermentasi garam 48 jam (B). Tahap
untuk analisis mikrobiologis adalah Plate Count Agar kedua adalah fermentasi BAL (C-D), proses fermentasi
(PCA), De Man, Ragosa and Sharpe Broth (MRSb), BAL yaitu, setelah fermentasi garam 48 jam, ikan dicuci
Malt Extract Agar (MEA) diperoleh dari Merck KgaA untuk membersihkan sisa garam, dan dibuang tulang dan
(Darmstadt, Jerman). Bahan yang digunakan untuk ekornya, ditiriskan dan dikecilkan ukurannya sehingga
analisis aktivitas ACE inhibitor adalah Angiotensin diperoleh daging ikan berukuran kecil (±1,5x2,5 cm).
Converting Enzyme (A6778-1UN,) dan substrat Hip-His- Daging ikan dibagi menjadi tiga bagian perlakuan pada
Leu (H1635-25MG) diperoleh dari Sigma-Aldrich (St. wadah plastik PP berbentuk kubus dengan ukuran
Louis, MO, Amerika Serikat). tinggi 8 cm dan diameter 10 cm. Daging pertama
diinokulasi dengan kultur BAL L. plantarum Ags1-3
Penyiapan Inokulum Bakteri Asam Laktat
dan daging ikan kedua diinokulasi dengan P. acidilactici
Kultur stok BAL L. plantarum Ags1-3 dan P. Ags7-3 masing-masing sebanyak 1% v/b atau 108
acidilactici Ags7-3 masing-masing sebanyak 1% v/v CFU/g. Daging ketiga sebagai kontrol tidak dilakukan
36
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
inokulasi kultur BAL. Setelah inokulasi, wadah ditutup masing-masing sebanyak 1% v/b, sedang untuk kontrol
menggunakan penutup wadah. Selanjutnya semua tidak diinokulasi dengan kultur BAL. Fermentasi chao
ikan diinkubasi pada suhu kamar (30±2 ºC) selama 48 dilakukan pada suhu kamar selama 6 hari (144 jam).
jam. Pengambilan sampel dilakukan pada ikan setelah Dilakukan pengambilan sampel setelah penambahan
diinokulasi dengan kultur BAL (C) dan setelah fermentasi nasi terfermentasi dan penambahan kultur BAL (E),
48 jam (D). Tahap ketiga adalah fermentasi campuran, setelah fermentasi 48 jam (F), setelah fermentasi 96
prosesnya yaitu, semua perlakuan pada tahapan kedua jam (G), dan setelah fermentasi 144 jam (H). Diagram
ditambahkan dengan nasi terfermentasi (1:1 b/b) alir penelitian disajikan pada Gambar 1. Pada sampel
dan selanjutnya untuk perlakuan satu diinokulasi lagi A-H dilakukan analisis kadar garam, aktivitas air, pH,
dengan kultur BAL L. plantarum Ags1-3 dan perlakuan asam tertitrasi, total bakteri, BAL, yeast, jamur, protein
kedua diinokulasi dengan kedua P. acidilactici Ags7-3 terlarut, dan aktivitas ACE inhibitor.
Ikan segar
Ikan bersih
Garam,
Pembersihan dan pencucian tulang,
ekor
L. plantarum Ags1-3 Daging Ikan bersih
0,5 mL (1x1088 cfu/mL)
Fermentasi
Suhu kamar (30±2
ºC), 48 jam Fermentasi (Suhu kamar, 48 jam) D
Nasi
Pencampuran dengan nasi (1:1 b/v)
Terfermentasi
Chao
L. plantarum Ags1-3
1 mL (1x1088 cfu/mL) Ags1-3 Ags7-3 Kontrol
P. acidilactici Ags7-3
1 mL (1x1088 cfu/mL)
Fermentasi (Suhu kamar, 6 hari)
Keterangan:
A= Ikan tembang setelah penambahan garam; B= setelah fermentasi garam 48 jam; C= setelah penambahan
inokulum BAL atau tanpa inokulum; D= setelah inkubasi 48 jam suhu kamar; E= setelah penambahan nasi
terfermentasi dan inokulum BAL atau tanpa inokulum, fermentasi 0 jam; F= fermentasi chao 48 jam; G=
fermentasi chao 96 jam; dan H= fermentasi chao 144 jam.
37
dengan cara
dengan cara titrasi
titrasi sampel
sampel (10
(10 mL
mL suspensi)
suspensi) yang
yang tela
te
dengan larutan
dengan larutan NaOH
NaOH 0,1
0,1 NN sampai
sampai terjadi
terjadi perubahan
perubahan
Penghitungan
tertitrasi
tertitrasi dinyatakan jumlah
dinyatakansebagai
sebagai total
persen
persen asambakteri,
asam BALd
laktat,dihitung
laktat, dihitung
A. Matti dkk. /dilution
agriTECH, 41dan plating.
(1) 2021, 34-48 Untuk V x N x 9 penghitungan
x fp jumla
Totalasam
Total tertitrasi== V x N x 9 x fp xx100%
asamtertitrasi 100% (
(2
media PCA, dan MRS agarv sampel dengan 0,5% (b/v) Ca
v sampel
1
0,9
0,8
0,7
Nilai Aw
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
A B C D E F G H
Perlakuan
(1) (2)
(2)
Keterangan:
Fermentasi dilakukan 3 tahap: (i) penambahan garam: kondisi awal (A) dan setelah fermentasi garam 48 jam (B); (ii) pencucian ikan
terfermentasi garam (C) yang dilanjutkan dengan penambahan inokulum BAL dan diinkubasi 48 jam suhu kamar (D); dan (iii) penambahan
nasi terfermentasi dan inokulum BAL pada tahap 2 kemudian diinkubasi selama 0 jam (E); 48 jam (F), 96 jam (G); dan 144 jam (H).
Gambar 2. Kadar garam (1) dan aktivitas air (2) pada pembuatan chao ikan tembang
Garam diketahui mempunyai pengaruh yang besar molekul-melekul penyusunnya. Oleh sebab itu, proses
terhadap mikroflora pada ikan. Konsentrasi garam pencucian dapat menurunkan kadar garam dari 16%
tinggi menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk, menjadi 7%. Namun, pencucian tidak menyebabkan
sebaliknya menyokong pertumbuhan mikroorganimse kadar garam ikan berada di bawah batas toleransi
halofilik atau halotoleran, (2)
dan garam juga menyokong pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen. Kadar
flavor pada ikan yang difermentasi (Zang dkk., 2020). garam cenderung menurun pada tahapan fermentasi
Penggaraman ikan dalam proses pengolahan campuran berakhir (E-H) sampai kurang dari 6%.
chao bertujuan untuk menekan pertumbuhan bakteri Sejalan dengan hal ini terjadi kenaikan Aw pada kisaran
pembusuk dan patogen pada daging ikan. Penambahan 0,73-0,79% pada fermentasi BAL dan selanjutnya relatif
garam tinggi (20%) untuk mempercepat proses konstant sampai akhir fermentasi campuran yaitu pada
penetrasi garam ke dalam daging ikan sehingga bakteri kisaran aw 0,80-0,84%. Produk sejenis dari Jepang,
pembusuk dan patogen tidak bisa tumbuh selama aji-no-susu mengandung garam 6,0-7,0% dan aktivitas
proses pengolahan. Selama fermentasi garam terjadi air 0,88-0,90% (Kuda dkk., 2009), sedang produk
penetrasi garam ke dalam daging ikan sehingga kadar rusip dengan kadar garam 14,76% mempunyai nilai
garam dalam daging ikan meningkat. Difusi larutan aktivitas air pada kisaran 0,856 - 0,877 (Khairi dkk.,
garam ke dalam daging ikan menyebabkan keluarnya 2014). Nilai Aw produk akhir fermentasi chao sudah
cairan/molekul air dari dalam daging ikan. Hal ini aman karena berada di bawah Aw 0,9 sebagaimana
39
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
produk fermentasi ikan sejenis. Nilai aktivitas air pertumbuhan mikroorganisme selama fermentasi garam
penting dalam menentukan kualitas dan keamanan 48 jam (A-B). Yeast juga tidak dapat tumbuh selama
pangan karena dapat mempengaruhi umur simpan fermentasi ikan dengan garam sukuti dari Nepal (Thapa
makanan. Aktivitas air juga dapat digunakan untuk dkk., 2006).
memperkirakan mikroorganisme yang dapat tumbuh Pada tahapan fermentasi BAL Gambar 3 (C-D),
pada produk tersebut. Aktivitas air chao ikan tembang garam yang menempel di bagian kulit ikan dihilangkan,
lebih rendah dari 0,85%, hal ini akan menghambat ikan dicuci, dipotong, dan diinokulasi dengan kultur
pertumbuhan bakteri pembusuk dan produksi toksin starter BAL proteolitik sehingga terjadi kenaikan total
oleh bakteri patogen. Penambahan garam menyebabkan BAL dan total bakteri berkisar 106 dan 107 CFU/g (C)
tekanan osmosis produk meningkat. Peristiwa osmosis dari sebelumnya 102 CFU/g dan 103 CFU/g (B). Setelah
menyebabkan air bebas dalam daging ikan tertarik difermentasi selama 48 jam pada suhu kamar meningkat
keluar sehingga menurunkan Aw produk chao. menjadi masing-masing 108 dan 109 CFU/g (D).
Peningkatan total BAL dan total bakteri pada produk yang
Perubahan Populasi Mikroorganisme pada Ikan tidak diinokulasi dengan BAL juga meningkat, namun
dan Fermentasi Chao lebih rendah. Peningkatan ini berasal dari ikan setelah
Penambahan garam menyebabkan tekanan fermentasi garam dan pencucian. Hal ini menandakan
osmosis meningkat. Peristiwa osmosis menyebabkan bahwa pada fermentasi chao secara tradisional
air bebas dalam daging ikan tertarik keluar sehingga terdapat bakteri dan BAL proteolitik yang tahan garam.
menurunkan Aw. Penurunan Aw menyebabkan air bebas Pada kondisi ini (C-D) kadar garam ikan berkisar 7,4-
untuk kebutuhan mikroba tidak tersedia pada daging 7,6%, BAL maupun bakteri halofilik atau halotolerant
ikan. Selain menurunkan Aw, garam juga menarik air lainnya yang ada pada ikan dapat tumbuh baik. Hasil
dalam sel mikroba sehingga terjadi plasmolisis sel. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Desniar dkk., (2009) melaporkan bahwa semakin (Saithong dkk., 2010), dimana penambahan inokulum
tinggi jumlah garam yang ditambahkan, semakin efektif BAL yang diisolasi dari plaa-som dapat meningkatkan
sebagai bakteriosin terhadap bakteri pembusuk dan pertumbuhan BAL. Pada tahap fermentasi ikan dengan
patogen sehingga menjaga mutu dan keamanan produk BAL proteolitik ini, mikroorganisme menggunakan
fermentasi. BAL merupakan bakteri yang berperan pada sumber nutrisi yang ada pada ikan. Ikan merupakan
berbagai fermentasi ikan tradisional yang berlangsung sumber protein, sehingga kultur BAL proteolitik maupun
secara spontan. BAL telah diisolasi dari berbagai produk bakteri indigenous ikan tembang menggunakan protein
fermentasi ikan seperti inasua (Mahulette dkk., 2016), sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan aktivitas
fermentasi ikan tradisional dari Korea, Jepang, Filipina metabolismenya. BAL proteolitik menghidrolisis protein
dan Thailand (Rhee dkk., 2011). Beberapa BAL pada ikan menjadi protein yang lebih sederhana, peptida
fermentasi ikan secara spontan tersebut mempunyai dan asam amino bebas yang dapat digunakan sebagai
aktivitas antimikrobia terhadap bakteri patogen (Desniar sumber C dan N yang diperlukan untuk pertumbuhan
dkk., 2013; Sanpa dkk., 2019) sehingga berkontribusi dan aktivitas metabolismenya. Ikan juga mengandung
terhadap keawetan dan keamanan produk fermentasi komponen mineral yang diperlukan.
ikan tradisional. Pada tahapan fermentasi BAL ini (C-D), kondisi
Pada tahap penggaraman ini Gambar 3 (A-B), saat kadar garam 7,4-7,6% masih merupakan kondisi yang
ikan segar ditaburi dengan garam 20%, terkandung 103 cocok bagi BAL dan bakteri halofilik atau halotolerant
CFU/g BAL dan 104 CFU/g total bakteri yang kemungkinan sehingga terjadi peningkatan Total BAL. Hasil penelitian
berasal dari bahan baku ikan, sedang yeast dan jamur ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Saithong
kurang dari 101 CFU/g. Setelah diinkubasi selama 48 dkk., (2010) melaporkan bahwa penambahan inokulum
jam pada suhu ruang terjadi penurunan BAL dan total BAL yang diisolasi dari plaa-som dapat meningkatkan
bakteri masing-masing 1 siklus log menjadi 102 CFU/g total BAL produk akhir. Pada tahap fermentasi oleh
dan 103 CFU/g (B). Hal ini kemungkinan berhubungan BAL ini (D), mikroorganisme menggunakan sumber
dengan kadar garam yang meningkat dan aktivitas air nutrisi yang ada pada ikan. Ikan merupakan sumber
yang menurun pada ikan selama fermentasi garam. Pada protein, sehingga kultur BAL proteolitik maupun bakteri
fermentasi spontan, garam bersifat selektif terhadap indigenus pada ikan tembang menggunakan protein
pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan bakteri sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan aktivitas
juga ditemukan semakin terhambat dengan semakin metabolismenya. Kultur starter BAL proteolitik yang
tingginya kadar garam pada fermentasi peda dan rusip digunakan pada penelitian ini diisolasi dari fermentasi
secara spontan (Kusmarwati dkk., 2011; Rinto, 2010). tradisional chao secara tradisional(Matti dkk., 2019) .
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terjadi Peneliti lain juga melaporkan adanya BAL proteolitik
40
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
pada fermentasi ikan secara spontan (Siddegowda diduga dihasilkan oleh yeast. Diduga yeast juga akan
dkk., 2017; Wikandari dkk., 2012). Dengan demikian mengasilkan alkohol jika fermentasi terus berlanjut.
inokulasi BAL L. plantarum Ags1-3 dan P. acidilactici Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
Ags7-3 dapat meningkatkan total bakteri dan BAL serta inokulasi BAL proteolitik pada produk chao ikan tembang
yeast, tetapi tidak menyebabkan jamur tumbuh. Jamur tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap total
tidak terdeteksi setelah fermentasi BAL 48 jam karena bakteri, total BAL, total jamur, dan total yeast. Artinya
jamur tidak dapat bersaing memperebutkan nutrisi total bakteri antara produk yang diinokulasi isolat
dengan bakteri yang mendominasi pada fermentasi 48 dengan L. plantarum Ags1-3 dan P. acidilactici Ags7-
jam setalah ditambahkan BAL. 3 tidak berbeda dengan produk yang tidak diinokulasi
Pada tahapan fermentasi campuran Gambar 3 (E- BAL.
H), daging ikan ditambahkan nasi terfermentasi, dengan
perbandingan 1:1 (b/b) dan kultur starter L. plantarum Tabel 1. Fermentasi nasi menggunakan ragi tempe dan
Ags-13 dan P. acidilactici Ags7-3. Untuk kontrol hanya ragi tape
ditambahkan nasi terfermentasi. Terjadi kenaikan
kenaikan jumlah yeast sekitar dua siklus log, bahkan Nasi ditambah
populasi jamur mencapai 105 CFU/g. Berbeda dengan ragi tempe dan
Nasi
fermentasi ikan tradisional lainnya yang ditambahkan ragi tape (48 jam
nasi, pada fermentasi chao ini digunakan nasi yang suhu kamar)
telah difermentasi dengan ragi tape dan ragi tempe
pH 6,51 ± 0,01 5,43 ± 0,02
salam 48 jam. Selama fermentasi nasi, populasi yeast
dan jamur yang pada awalnya sangat rendah dibawah Asam tertitrasi 0,08 ± 0,01 1,15 ± 0,01
batas pengujian meningkat menjadi 105 CFU/g setelah (%)
fermentasi 48 jam (Tabel 1). Mikroorganisme pada ragi
tape dan tempe merombak makro molekul pada nasi, Total bakteri 2,86 ± 0,13 5,20 ± 0,05
terutama karbohidrat menjadi gula sederhana yang siap (log CFU/g)
digunakan oleh mikroorganisme pada fermentasi chao.
Penambahan nasi yang telah difermentasi dengan ragi BAL (logCFU/g) 1,53 ± 0,05 4,40 ± 0,07
tempe dan ragi tape berfungsi sebagai sumber glukosa Yeast < 300 5,24 ± 0,05
bagi mikroorganisme terutama BAL yang akan digunakan (log CFU/g)
untuk nutrisi dan energinya serta menghasilkan asam
laktat dan menurunkan pH. Terjadi peningkatan yang Jamur < 200 5,15 ± 0,03
nyata pada populasi bakteri, BAL, dan yeast, sedangkan (log CFU/g)
jamur cenderungstabil pada 48 jam fermentasi (F). Chao
yang difermentasi dengan penambahan kultur starter
memberikan aroma asam yang lebih kuat dibandingkan
tanpa control. Hal ini mengindikasikan terjadinya pH dan Produksi Asam
degradasi gula gula menjadi asam laktat oleh BAL. Pada Perubahan pH dan produksi asam selama
fermentasi lebih lanjut cenderung terjadi penurunan fermentasi chao dengan atau tanpa penambahan kultur
populasi mikroorganisme kecuali pada yeast (Gambar starter BAL proteolitik disajikan pada Gambar 4. Pada
2, sampel E-H). Hasil penelitain Saithong dkk., (2010) fermentasi garam 48 jam terjadi sedikit sekali produksi
menunjukkan kecenderungan yang serupa yaitu terjdi asam (sampel A-B), maupun pada fermentasi BAL (C-
kenaikan populasi BAL pada 24 jam fermentasi plaa-som D). Produksi asam meningkat tajam setelah fermentasi
dan selanjutnya menurun. Hal ini kemungkinan terkait campuran selama 48 jam yaitu setelah ditambahkan
dengan pH yang semakin rendah karena terbentuknya nasi terfermentasi, dengan atau tanpa penambahan
asam yang semakin besar. kultur starter. Fermentasi campuran lebih lanjut sampai
Populasi yeast mengalami peningkatan saat ikan dengan 144 jam masih terjadi kenaikan asam tertitrasi
ditambahkan dengan nasi terfermentasi (E), walaupun namun tidak terlalu tinggi. Produksi asam menyebabkan
peningkatannya tidak drastis, tetapi terus meningkat penurunan pH, tampak bahwa pH selama fermentasi
sampai proses fermentasi chao berakhir (F-H). Yeast chao sejalan dengan produksi asamnya. pH sampel
dapat menggunakan glukosa dari nasi sebagai nutrisi cenderung tetap selama fermentasi garam, terjadi
sehingga mengalami peningkatan, hal ini ditandai oleh sedikit peningkatan pH pada fermentasi bakteri asam
adanya dorongan udara saat tutup wadah dibuka yang lakat, dan pH turun drastis sampai dibawah 4,6 setelah
menunjukkan adanya produksi karbondioksida yang fermentasi campuran 48 jam.
41
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
1. 2.
3. 4.
Ketarangan:
Fermentasi chao ikan tembang dilakukan 3 tahap: (i) penambahan garam: kondisi awal (A) dan setelah fermentasi garam 48 jam (B); (ii)
pencucian ikan terfermentasi garam (C) yang dilanjutkan dengan penambahan inokulum BAL dan diinkubasi 48 jam suhu kamar (D); dan
(iii) penambahan nasi terfermentasi dan inokulum BAL pada tahap 2 kemudian diinkubasi selama 0 jam (E); 48 jam (F), 96 jam (G); dan
144 jam (H).
Gambar 3. Populasi total bakteri (1), BAL (2), yeast (3), dan jamur (4) mikroorganisme ikan dan selama proses
pembuatan chao ikan tembang
BAL merupakan bakteri yang dominan pada dkk., 2011; Sanpa dkk., 2019; Wang dkk., 2017). Namun
fermentasi ikan dan terutama berperan dalam pada penelitian ini pH relatif tetap selama fermentasi
memfermentasi karbohidrat yang tersedia menghasilkan garam karena kadar garam yang tinggi (16,48%)
asam organik, sehingga pHnya turun. Oleh karenanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme termasuk
pada fermentasi ikan dengan penambahan garam dan BAL, sehingga tidak terjadi aktivitas metabolisme (A-B).
sumber karbon seperti nasi, atau biji-bijian lain, maupun Pada tahap (C-D) nilai pH cenderung mengalami
gula aren pada fermentasi ronto, suanyu dan plaa-som sedikit peningkatan karena pada tahap ini ditambahkn
segera terjadi kenaikan asam asam tertitrasi akibat kultur starter BAL tanpa ada penambahan sumber karbon.
dari fermentasi karbohidrat atau gula oleh BAL yang Oleh karena terjadi degradasi protein oleh kultur stater
menyebabkan terjadinya penurunan pH (Kusmarwati maupun BAL indigenous menghasilkan komponen yang
42
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
1. 2.
Keterangan:
Fermentasi dilakukan 3 tahap: (i) penambahan garam: kondisi awal (A) dan setelah fermentasi garam 48 jam (B); (ii) pencucian ikan
terfermentasi garam (C) yang dilanjutkan dengan penambahan inokulum BAL dan diinkubasi 48 jam suhu kamar (D); dan (iii) penambahan
nasi terfermentasi dan inokulum BAL pada tahap 2 kemudian diinkubasi selama 0 jam (E); 48 jam (F), 96 jam (G); dan 144 jam (H).
Gambar 4. pH (1) dan produksi asam (2) pada pembuatan chao ikan tembang
lebih sederhana sehingga pH cenderung sedikit naik. Jepang yang difermentasi menggunakan ikan makrel
Inokulum yang ditambahkan pada tahap fermentasi ikan dan nasi berkisar antara pH 4,15-4,32 (Kuda dkk.,
(C-D) hanya menggunakan protein ikan sebagai nutrisi 2009), Suanyu dari China yang diolah dari campuran
sehingga metabolit yang dihasilkan hanya merupakan ikan mas dan nasi memiliki nilai pH 4,53 (Wang dkk.,
peptida dan asam amino tanpa adanya sumber glukosa 2017). Nilai pH tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai
yang bisa dimetabolisme menjadi asam laktat. Pada pH akhir produk chao, baik yang diinokulasi dengan
kondisi kadar garam sekitar 7% dan aw relatif rendah BAL maupun yang berkisar antara ±4,6-4,7 dan 4,69.
(< 0,80) ini memberikan efek perlindungan terhadap Begitu juga dengan kadar asam tertitrasi tidak ditarget.
pertumbuhan bakteri pembusuk maupun patogen. Kadar asam tertitrasi akhir produk chao yang diinokulasi
Kondisi ini tidak berlangsung lama karena dengan BAL, yaitu 3,75% dan 3,65%. Nilai tersebut lebih
penambahan nasi terfermentasi dengan atau tanpa rendah dibandingkan dengan kadar asam laktat rusip
kultur starter (E), terjadi degradasi karbohidrat dan ikan teri yang difermentasi dengan Streptococcus sp,
gula–gula yang ada pada nasi terfermentasi sehingga Lactococcus sp, dan Leuconostoc sp, yaitu sekitar 5,04%
dalam fermentasi 48 jam (F) terjadi kenaikan produksi (Koesoemawardani dkk., 2013). Namun, nilai total asam
asam yang nyata dan penurunan pH sampai dibawah tertitrasi produk chao lebih tinggi dibandingkan produk
4,6 pada fermentasi dengan penambahan kultur starter fermentasi pa-som 1,3-1,4 % (Marui dkk., 2014).
BAL. Fermentasi chao tanpa penambahan kultur starter Penambahan L. plantarum Ags-13 dan P.
menghasilkan penurunan pH sampai 4,6-4,7 setelah acidilactici Ags7-3 dapat mempercepat penurunan
fermentasi 144 jam. Pada tahap fermentasi campuran/ pH sehingga dapat mempersingkat waktu fermentasi
chao (E-H) inkulum dapat menggunakan karbohidrat dan chao ikan tembang. Penambahan BAL proteolitik dapat
protein sebagai nutrisi sehingga metabolit yang dihsilkan memperpendek waktu fermentasi didukung oleh data
selain peptida dan asam amino, juga menghasilkan pH dan produksi asam laktat. Pada data tersebut
asam laktat yang diiringi dengan penurunan pH. Nilai terlihat bahwa produksi asam laktat dan penurunan pH
pH produk fermentasi ikan dapat digunakan sebagai optimal pada fermentasi 48 jam (F) dan sudah stabil
indikator keberhasilan proses fermentasi. Lambatnya pada fermentasi 96 dan 144 jam (G dan H). Sedangkan
penurunan pH memungkinkan bakteri pembusuk dan produksi asam laktat dan penurunan pH pada produk
patogen tumbuh and menyebabkan kerusakan produk. yang tidak ditambahkan BAL baru optimum fermentasi
Nilai pH beberapa produk fermentasi ikan sejenis chao 96 jam dan stabil pada fermentasi 144 jam. Nilai
yang telah dilaporkan, antara lain aji-no-susu dari pH dan asam laktat merupakan indikator utama
43
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
keberhasilan suatu fermentasi. Penurunan pH yang ACE inhibitor produk inokulasi dan kontrol memiliki
lambat memungkinkan bakteri pembusuk dan patogen nilai sama di akhir fermentasi. Untuk mempertahankan
dapat tumbuh dan merusak produk. Hasil penelitian aktivitas ACE inhibitor pada produk inokulasi, maka
Saithong dkk., (2010) menunjukkan penggunaan kultur proses fermentasi sebaiknya dihentikan pada fermentasi
campuran L. plantarum IFRPD P15 dan L. reuteri IFRPD 48 jam.
P17 pada fermentasi plaa-som memungkinkan waktu Pada tahap penggaraman, protein terlarut ikan
fermentasi yang lebih pendek. mengalami peningkatan sekitar 50% setelah inkubasi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa 48 jam (A-B), yang menunjukkan bahwa inkubasi
inokulasi BAL tidak berpengaruh nyata (p<0,05) garam dapat meningkatkan kadar protein ikan. Protein
terhadap nilai pH dan total asam laktat produk chao ikan terlarut mengalami penurunan drastis setelah dicuci,
tembang. Artinya nilai pH dan total asam laktat tertitrasi dibersihkan, dikecilkan ukurannya, dan ditambahkan
antara produk yang diinokulasi isolat L. plantarum Ags1- BAL proteolitik (C). Pada tahap fermentasi BAL
3 dan P. acidilactici Ags7-3 tidak berbeda dengan produk proteolitik (C-D), protein terlarut kembali mengalami
yang tidak diinokulasi BAL. peningkatan yang tajam setelah difermentasi 48
jam (6,89-9,64 menjadi 25,15-28,12%). Hal ini
Protein Terlarut dan Aktivitas ACE-I menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis protein menjadi
Pada Gambar 5 (sampel C-D) terlihat bahwa peptida dan asam amino yang larut, baik dari BAL
kenaikan kadar protein terlarut tertinggi terjadi pada proteolitik yang diinokulasikan maupun indigenous ikan.
fermentasi BAL menggunakan kultur starter L. plantarum Pada tahap fermentasi chao (E-F), protein terlarut juga
Ags-13 dan P. acidilactici Ags7-3. Pada tahap ini BAL mengalami peningkatan setelah difermentasi 48 jam,
proteolitik tersebut mendegradasi protein ikan menjadi yang diduga dihasilkan oleh hidrolisis bersama-sama
peptida peptide sederhana dan asam amino bebas BAL proteolitik yang diinokulasikan, indigenous, jamur,
untuk mendapatkan nutrisi dan sumber energinya. dan lingkungan fermentasi. Sejalan dengan perubahan
BAL memerlukan sumber asam amino eksogenus atau protein terlarut tersebut, aktivitas ACE inhibitor juga
peptida yang disediakan melalui hidrolisis protein oleh mengalami perubahan yang sama, yaitu meningkat
enzim proteolitik (Savijoki dkk., 2006). Pada fermentasi tajam saat ikan diinkubasi dengan garam selama 48 jam
chao tanpa penambahan kultur starter juga terjadi (B), difermentasi dengan BAL proteolitik selama 48 jam
kenaikan kadar protein terlarut meskipun tidak setinggi (D), dan fermentasi campuran (F).
fermentasi dengan kultur starter. Hal ini menunjukkan Tahapan fermentasi ikan merupakan tahapan
mikroorganisme indigenous pada ikan juga berperan yang memberikan persentasi protein terlarut tertinggi
pada degradasi protein. Peningkatan kadar protein pada kedua produk inokulasi, yaitu masing-masing
terlarut sejalan dengan aktivitas penghambatan ACE. 25,15% dan 28,12% untuk inokulum L. plantarum
Diduga hasil hidrolisis protein ikan menjadi komponen Ags1-3 dan Pediococcus acidilaciti Ags7-3. Sedangkan
yang lebih sederhana dan larut ini menghasilkan persentasi protein terlarut pada kedua produk inokulasi
komponen peptida yang mempunyai aktivitas ACE. pada tahapan fermentasi chao (campuran), yaitu
Aktivitas penghambatan ACE pada chao dengan masing-masing 27,61% dan 21,23% untuk inokulum L.
penambahan kultur BAL adalah 83-85%, sedang pada plantarum Ags1-3 dan P. acidilaciti Ags7-3. Walaupun
fermentasi chao secara spontan tanpa penambahan persentasi protein terlarut pada kedua tahapan tersebut
inokulum, aktivitas penghambatan ACE yang dihasilkan tidak jauh berbeda, tetapi pada tahapan fermentasi
58,02%. ikan, yang berperan menghidrolisis protein hanya
Protein terlarut pada perlakuan penambahan BAL proteolitik yang ditambahkan dan indigenous
inokulum lebih tinggi dari pada tanpa inokulum, tetapi ikan. Sedangkan pada tahapan fermentasi chao, yang
aktivitas ACE inhibitornya ketiganya sama setelah akhir berperan menghidrolisis, selain BAL proteolitik yang
(H). Aktivitas ACE inhibitor produk inokulasi mulai ditambahkan dan indigenous, juga terdapat peran
menurun pada fermentasi 96-144 jam (G-H) yang jamur proteolitik yang berasal dari ragi yang digunakan
diduga disebabkan oleh tidak adanya lagi produksi saat fermentasi nasi. Hal yang sama juga terjadi pada
peptida yang didukung oleh berkurangnya total BAL aktivitas ACE inhibitor, L. plantarum Ags1-3 dan P.
dan jamur pada waktu fermentasi tersebut. Selain acidilaciti Ags7-3 menghasilkan aktivitas ACE inhibitor
itu, juga diduga disebabkan adanya hidriolisis peptida tertinggi pada tahapan fermentasi ikan.
lebih lanjut sehingga aktivitas biologisnya berkurang, Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
sedangkan aktivitas ACE inhibitor produk kontrol masih inokulasi BAL proteolitik berpengaruh nyata (p<0,05)
berlanjut sampai akhir fermentasi yang diproduksi oleh terhadap protein terlarut dan aktivitas ACE inhibitor
mikroorganisme indigenous. Oleh karena itu, aktivitas chao ikan tembang. Artinya aktivitas ACE inhibitor antara
44
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
produk yang diinokulasi isolat L. plantarum Ags1-3 dan indigenuos pada fermentasi bakasang juga berpotensi
P. acidilactici Ags7-3 tidak sama dengan aktivitas protein menghasilkan inhibitor ACE.
terlarut dan ACE inhibitor produk yang tidak diinokulasi Terbentuknya peptida penghambat ACE dipengaruhi
BAL. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa protein terlarut oleh susunan residu asam amino pada protein
dan aktivitas ACE inhibitor yang dihasilkan oleh produk ikan dan aktivitas proteolitik mikroorganisme pada
1. 2.
Keterangan:
Fermentasi dilakukan 3 tahap: (i) penambahan garam: kondisi awal (A) dan setelah fermentasi garam 48 jam (B); (ii) pencucian ikan
terfermentasi garam (C) yang dilanjutkan dengan penambahan inokulum BAL dan diinkubasi 48 jam suhu kamar (D); dan (iii) penambahan
nasi terfermentasi dan inokulum BAL pada tahap 2 kemudian diinkubasi selama 0 jam (E); 48 jam (F), 96 jam (G); dan 144 jam (H).
Gambar 5. Protein terlarut (1) dan aktivitas ACE-I (2) pada pembuatan chao ikan tembang
kontrol nyata (p<0,05) lebih kecil dibandingkan dengan fermentasi ikan. Pada fermentasi chao ini, terbentuknya
kedua produk inokulasi. komponen inhibitor ACE terutama terjadi pada waktu
Wang dkk. (2017) melaporkan bahwa aktivitas fermentasi BAL, dimana sumber energi yang tersedia
proteolitik selama fermentasi ikan tradisional suanyu terutama adalah protein, sehingga bakteri proteolitik
menghasilkan sejumlah besar peptida pendek dan menghidrolisis protein ikan menjadi peptida yang
asam amino bebas yang berkontribusi pada aroma dan sederhana. Berdasarkan pola aktivitas penghambatan
rasa suanyu. Adanya aktivitas proteolitik oleh bakteri ACE selama fermentasi chao, dan pH chao yang sudah
pada fermentasi ikan berkontribusi pada terbentuknya dibawah 4,6 maka fermentasi campuran kultur starter
peptida-peptida sederhana yang berpotensi sebagai BAL dan nasi terfermentasi bisa dihentikan pada
inhibitor ACE. Pengunaan kultur starter BAL proteolitik fermentasi 48 jam, sehingga memperpendek waktunya.
yang diisolasi dari bekasam pada fermentasi bekasam- Penggunaan kultur starter BAL proteolitik pada
like product juga telah dilaporkan dapat meningkatkan fermentasi chao ini meningkatkan kadar protein terlarut,
kadar peptida dan memberikan aktivitas penghambatan meningkatkan produksi asam dan mempercepat
ACE (Wikandari dkk., 2012). Pada penelitian Wikandari penurunan pHnya dan berpotensi sebagai sumber ACE-I.
dkk. (2012) ini, ikan disterilisasi dulu sebelum diinokulasi ACE inhibitor yang terbentuk dalam chao ikan tembang
dengan kultur starter dengan tujuan untuk mengetahui selama fermentasi menunjukkan bahwa BAL proteolitik
aktivitas inhibitor ACE yang berasal dari kultur starter. yang diinokulasikan dapat mendegradasi protein ikan
Sedang pada fementasi chao ini, aktivitas proteolitik menjadi peptida dan asam amino yang kemungkinan
berasal dari kultur starter BAL maupun bakteri memiliki sifat biologis menghambat ACE. Namun
proteolitik indigenus yang ada pada ikan. (Wenno dkk., demikian, sifat penghambatan dalam produk tersebut
2016) melaporkan bahwa bakasang ikan tuna dari pulau belum bisa diklaim mampu menghambat aktivitas ACE
Banda mempunyai aktivitas penghambatan ACE sebesar di dalam tubuh karena produk ini masih mengalami
68,80%. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme pengolahan lebih lanjut untuk siap dikonsumsi. Selain
45
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
itu, peptida aktif yang terbentuk dalam chao juga lingkungan. Penambahan BAL proteolitik juga pada
belum diuji stabilitasnya terhadap hidrolisis enzim- tahapan ini dapat meningkatkan total bakteri, total
enzim peptidase dalam pencernaan, seperti pepsin, BAL, total yeast serta tidak menyebabkan total jamur
tripsin, dan kimotripsin. Terkait dengan aktivitas menurun terutama pada fermentasi 48 jam.
penghambatan ACE pada fermentasi chao, masih perlu
diteliti lebih lanjut terkait dengan derajat hidrolisis dan
peptida yang terbentuk serta aktivitas proteolitik selama KESIMPULAN
fermentasi chao untuk mendapatkan gambaran yang
Fermentasi garam menurunkan aktivitas air dan
lebih komprehensif potensi chao sebagai penghasil
menekan pertumbuhan bakteri, yeast maupun jamur.
inhibitor ACE.
Pencucian dan penghilangan garam memungkinkan
Secara umum penambahan BAL proteoltik L.
bakteri, termasuk BAL dan yeast tumbuh. Peranan
plantarum Ags1-3 dan P. acidilaciti Ags7-3 dilakukan dua
BAL proteolitik L. plantarum Ags1-3 dan Pediococcus
kali bertujuan untuk mengetahui peranan kedua BAL
acidilaciti Ags7-3 pada tahapan fermentasi BAL (C-D)
tersebut selama proses fermentasi chao ikan tembang.
dapat meningkatkan protein terlarut dan aktivitas ACE
Penambahan kedua BAL proteolitik tersebut pada
inhibitor, tetapi keduanya tidak dapat memproduksi
tahap fermentasi ikan bertujuan untuk mempelajari
asam laktat dan menurunkan pH. Kedua BAL proteolitik
peranan keduanya selama fermentasi ikan yang hanya
tersebut bersama-sama dengan jamur, mikroorganisme
mengandung protein tanpa sumber karbohidrat.
indigenous dan lingkungan pada tahapan fermentasi
Sedangkan penambahan BAL proteolitik pada fermentasi
campuran (E-H) berperan meningkatkan protein terlarut
campuran bertujuan untuk mengetahui peranan kedua
dan aktivitas ACE inhibitor, serta dapat memproduksi
bakteri tersebut dalam fermentasi campuran bahan
asam laktat dan menurunkan pH. Inokulasi BAL
sumber protein dan karbohidrat yang telah difermentasi
proteolitik L. plantarum Ags1-3 dan P. acidilaciti Ags7-3
dengan ragi tape dan ragi tempe.
dapat mempersingkat waktu fermentasi chao menjadi 48
Penambahan kedua BAL proteolitik tersebut pada
tahapan fermentasi ikan (C-D) menunjukkan bahwa jam. BAL proteolitik L. plantarum Ags1-3 dan P. acidilaciti
keduanya dapat meningkatkan persentase protein Ags7-3 berpotensi digunakan sebagai penghasil ACE
terlarut dan aktivitas ACE inhibitor, tetapi keduanya inhibitor pada fermentasi pangan berprotein.
tidak dapat memproduksi asam laktat dan menurunkan
pH. Peningkatan protein terlarut dan aktivitas ACE UCAPAN TERIMA KASIH
inhibitor diduga disebabkan oleh hidrolisis protein
daging ikan menjadi peptida sederhana dan asam Penelitian didukung oleh Kementerian Riset,
amino yang mudah larut dan memiliki sifat biologis Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
menghambat ACE. Kedua BAL proteolitik tersebut tidak melalui Program Hibah Disertasi Doktor 2018 [No. 3/E/
dapat memproduksi asam laktat dan menurunkan pH KPT/2018, 2018], untuk itu diucapkan terima kasih.
disebabkan oleh tidak adanya sumber glukosa pada
ikan yang bisa dimetabolisme menjadi asam laktat dan KONFLIK KEPENTINGAN
menurunkan pH. Penambahan BAL proteolitik pada
tahapan ini, juga dapat meningkatkan total bakteri, total Tidak ada konflik kepentingan terkait dengan
BAL, dan yeast, tetapi menekan pertumbuhan jamur. naskah ini.
Penambahan kedua BAL proteolitik tersebut pada
tahapan fermentasi campuran (E-H) menunjukkan
bahwa keduanya dapat meningkatkan persentase DAFTAR PUSTAKA
protein terlarut dan aktivitas ACE inhibitor, serta dapat
Afriani, Arnim, Marlida, Y., & Yuherman. (2018). Isolation and
memproduksi asam laktat dan menurunkan pH. Namun
Characterization of Lactic Acid Bacteria Proteases from
demikian, dalam tahapan ini fermentasi campuran ini
Bekasam for use as a Beef Tenderizer. Paki. J. Nutr., 17(8),
terdapat jamur proteolitik yang berasal dari ragi tempe
361–367. https://doi.org/10.3923/pjn.2018.361.367
yang digunakan pada fermentasi nasi. Oleh sebab itu,
peningkatan protein terlarut dan aktivitas ACE inhibitor Desniar, Poernomo, D., & Wijatur, W. (2009). Pengaruh
pada tahapan ini diduga dihasilkan bersama-sama oleh konsentrasi garam pada peda ikan kembung (Rastrelliger
BAL proteolitik yang ditambahkan, jamur, indigenous, dan sp.) dengan fermentasi spontan. Jurnal Pengolahan
lingkungan. Begitu juga dengan peningkatan produksi Hasil Perikanan Indonesia, 12(1), 73–87.
asam laktat dan penurunan pH pada tahapan ini diduga Desniar, Rusmana, I., Suwanto, A., & Mubarik, R. (2013).
disebabkan oleh BAL yang ditambahkan, jamur dari ragi Characterization of lactic acid bacteria isolated from
tape, mikroorganisme indigenous, dan mikroorganisme an Indonesian fermented fish (bekasam) and their
46
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
antimicrobial activity against pathogenic bacteria. Emir. Journal of Aquatic Food Product Technology, 28(7),
J. Food Agric, 25(6), 489–494. https://doi.org/10.9755/ 781–793. https://doi.org/10.1080/10498850.2019.163
ejfa.v25i6.12478 9872
Khairi, I. N. mohd, Huda, N., Abdullah, W. N. W., & Al-Kharki, A. Rhee, S. J., Lee, J. E., & Lee, C. H. (2011). Importance of lactic
F. M. (2014). Protein Quality of Fish Fermented Product: acid bacteria in Asian fermented foods. Microbial Cell
Budu and Rusip. Asia Pacific Journal of Sustainable Factories, 10(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/1475-
Agriculture, Food and Energy, 2(2), 17–22. 2859-10-S1-S5
Khairina, R., Cahyanto, M. N., Utami, T., & Rahardjo, S. (2016). Rinto. (2010). Perubahan kandungan mikroflora akibat
Physical, Chemical, and Microbiological Characteristics of penambahan starter Pediococcus acidilactici F-11 dan
Ronto During Storage. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan garam selama fermentasi peda. Jurnal Pengolahan Hasil
Indonesia, 19(3), 348. https://doi.org/10.17844/jphpi. Perikanan Indonesia, 13(1), 35–47.
v19i3.15112
Saithong, P., Panthavee, W., Boonyaratanakornkit, M., &
Khairina, R., Utami, T., Raharjo, S., & Cahyanto, M. N. (2017). Sikkhamondhol, C. (2010). Use of a starter culture of
Changes in sensory, physicochemical and microbiological lactic acid bacteria in plaa-som, a Thai fermented fish.
properties of ronto during fermentation. Pakistan Journal Journal of Bioscience and Bioengineering, 110(5), 553–
of Nutrition, 16(8), 629–637. https://doi.org/10.3923/ 557. https://doi.org/10.1016/j.jbiosc.2010.06.004
pjn.2017.629.637
Sanpa, S., Sanpa, S., & Suttajit, M. (2019). Lactic acid bacteria
Koesoemawardani, D., Rizal, S., & Tauhid, M. (2013). isolates from Pla-som, their antimicrobial activities and
Perubahan sifat mikrobiologi dan kimiawi rusip selama fermentation properties in Pla-som. Journal of Food
fermentasi. Agritech, 33(3), 265–272. Health and Bioenvironmental Science, 12(1), 36–43.
Kuda, T., Tanibe, R., Mori, M., Take, H., Michihata, T., Yano, Savijoki, K., Ingmer, H., & Varmanen, P. (2006). Proteolytic
T., Takahashi, H., & Kimura, B. (2009). Microbial systems of lactic acid bacteria. Applied Microbiology and
and chemical properties of aji-no-susu, a traditional Biotechnology, 71(4), 394–406. https://doi.org/10.1007/
fermented fish with rice product in the Noto Peninsula, s00253-006-0427-1
Japan. Fisheries Science, 75(6), 1499–1506. https://doi.
Siddegowda, G. S., Bhaskar, N., & Gopal, S. (2017).
org/10.1007/s12562-009-0175-0
Fermentative Properties of Proteolytic Pediococcus
Kusmarwati, A., Heruwati, E. S., Utami, T., & Rahayu, E. S. Strains Isolated from Salt Fermented Fish Hydrolysate
(2011). Pengaruh penambagan pediococcus f-11 sebagai Prepared Using Freshwater Fish Rohu ( Labeo rohita
kultur starter terhadap kualitas rusip teri (Stolephorus ) Fermentative Properties of Proteolytic Pediococcus
sp). Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Strains Isolated from Salt Fermented Fish Hydr. Journal
Perikanan, 6(1), 13–25. https://doi.org/10.15578/jpbkp. of Aquatic Food Product Technology, 26(3), 341–355.
v6i1.84 https://doi.org/10.1080/10498850.2016.1185754
Mahulette, F., Rachmania Mubarik, N., & Suwanto, A. (2016). Thapa, N., Pal, J., & Tamang, J. P. (2006). Phenotypic
Isolation and Characterization of Lactic Acid Bacteria identification and technological properties of lactic
from Inasua. Journal of Tropical Biodiversity and acid bacteria isolated from traditionally processed
Biotechnology, 1(2), 71–76. https://doi.org/https:// fish products of the Eastern Himalayas. International
journal.ugm.ac.id/jtbb/article/view/16380/16376 Journal of Food Microbiology, 107, 33–38. https://doi.
org/10.1016/j.ijfoodmicro.2005.08.009
Marui, J., Boulom, S., Panthavee, W., Momma, M., Kusumoto,
K.-I., Nakahara, K., & Saito, M. (2014). Culture- Wang, W., Xia, W., Gao, P., Xu, Y., & Jiang, Q. (2017). Proteolysis
independent analysis of the bacterial community during during fermentation of Suanyu as a traditional fermented
fermentation of pa-som , a traditional fermented fish fish product of China. International Journal of Food
product in Laos. Fish Sci, 80, 1109–1115. https://doi. Properties, 20(1), S166–S176. https://doi.org/10.1080/
org/10.1007/s12562-014-0780-4 10942912.2017.1293089
Matti, A., & Kumalasari, T. (2017). Karakteristik Ikan Tembang Wenno, M. R., Suprayitno, E., Aulanni’Am, A., & Hardoko.
(Sardinella gibbosa) sebagai Bahan Baku Pembuatan (2016). The physicochemical characteristics and
Produk Fermentasi Chao. Jurnal Galung Tropika, 6(2), angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitory activity
72–80. Retrieved from http://jurnalpertanianumpar. of skipjack tuna (katsuwonus pelamis) “bakasang.” Jurnal
com/index.php/jgt/article/download/215/pdf_6 Teknologi, 78(4–2), 119–124. https://doi.org/10.11113/
jt.v78.8191
Matti, A., Utami, T., Hidayat, C., & Rahayu, E. S. (2019).
Isolation, Screening, and Identification of Proteolytic Wikandari, P. R., Marsono, Y., & Rahayu, S. (2012).
Lactic Acid Bacteria from Indigenous Chao Product. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Proteolitik pada
47
A. Matti dkk. / agriTECH, 41 (1) 2021, 34-48
Bekasam. Jurnal Natur Indonesia, 14(2), 120–125. Zang, J., Xu, Y., Xia, W., & Regenstein, J. M. (2020). Quality,
https://doi.org/10.31258/jnat.14.1.120-125 functionality, and microbiology of fermented fish: a
review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition,
Wikandari, P. R., Suparmo, Marsono, Y., & Rahayu, E. S.
60(7), 1228–1242. https://doi.org/10.1080/10408398.2
(2012). Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari
019.1565491
Bekasam sebagai Penghasil Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor pada Fermentasi Bekasam-Like
Product. Agritech, 32(3), 258–264.
48