PENDAHULUAN
umum dalam
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur
dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama
kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat
dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai
produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam
menyebabkan rasa kelelahan pada otot. Fermentasi alkohol merupakan suatu
reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida.
Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan
tape, roti atau minuman keras. Reaksi Kimia yaitu:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari fermentasi ikan atau udang adalah fermentasi didalam larutan
garam atau dengan penambahan garam kristal sehingga terbentuk flavour yang
masih enak atau falvour yang menyerupai daging. Proses dari fermentasi dari
substrat tidak diharapkan sempurna dalam pembuatan bagoong (terasi) karena
produk harus mengandung protein yang terhidrolisis atau tanap hidrolisis. Salah
satu perubahan selama fermentasi yang diharapkan adalah liquid fiksi. Setelah
proses penggaraman, cairan dari dalam ikan (udang) terekstrak keluar. Kandungan
nitrogen pada cairan mula-mula rendah tapi setelah disimpan beberapa hari,
yaituselama proses fermentasi menyebabkan terjadinya proses hidrolisis protein
sehingga kandungan nitrogen terlarut naik. Bila menggunakan garam yang kurang
murni meneyababkan pengerasan jaringan, sehingga memperlambat penetrasi
garam kedalam jaringan ikat (udang). Dengan menggunakan garam murni bakteri
halofil dapat tumbuh baik sehingga terbentuk flavour yang enak. Pada suhu
fermentasi yang tinggi 55C dapat mempercepat proses hidrolisis. Tetapi setelah 1
minggu fermentasi kandungan protein terlarut dalam cairab lebih tinggi bila
fermentasinya dilakukan pada suhu 45C . Suhu optimal untuk fermentasi adalah
1-2 minggu (Rahayu, 1988).
Terasi digunakan sebagai bahan penyedap masakan seperti pada makanan
sayuran, sambal, rujak dan sebagainya. Sebagai bahan makanan setengah basah
berkadar garam tinggi, tersai dapat disimpan berbulan-bulan (Anonymous, 2007).
2.2 Kecap Ikan
Perkembangan industri perikanan di Indonesia mengalami peningkatan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebanyak 25,87% hasil perikanan
digunakan untuk keperluan pengolahan ikan secara tradisional. industri
pengolahan ikan secara tradisional telah berlangsung lama dan turun temurun di
masyarakat serta memiliki arti penting dari aspek ekenomi karena sektor ini dapat
menopang dan memperkuat perekonomian rakyat sehingga tetap diterapkan
dikalangan masyarakat nelayan dan pengusaha kecil di Indonesia.
Salah satu industri pengolahan ikan secara tradisional adalah fermentasi
dan salah satu jenis proses fermentasi adalah pembuatan kecap ikan. Kecap ikan
merupakan proses pengolahan yang paling sedikit dilakukan oleh para pengolah
hasil perikanan dibandingkan proses fermentasi yang lain. Kecap ikan dapat
4
dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan proses enzimatis, kimiawi dan fermentasi
secara spontan.
Di Vietnam kecap ikan (nouc mam) dibuat dengan menggarami ikan kecilkecil yang telah dihaluskan dengan tangan dan disimpan di dalam wadah dari
tanah, kemudian ditanam dalam tanah selama 3 hingga beberapa bulan. Satu liter
nouc mam kualitas baik mengandung 15,85 gram total nitrogen (11,15 gram
nitrogen organik dan 5 gram nitrogen amino), 270 gram sodium klorida, 0,5 gram
CaO. Selain itu, nauc mam mengandung metil keton tinggi yang menyebabkan
beraroma seperti keju, asam amino, basa dan asam volatil, serta histamin.
Di Filipina kecap ikan dibuat dengan menggunakan ikan kecil-kecil dan
ikan shrimp (Atya sp). Proses pembuatannya sama dengan nouc mam, walaupun
kurang komplet dan tanpa memerlukan pertimbangan waktu. Patis ini dibuat
dengan mengeringkan sebagian kandungan air dalam fermentasi dengan
merebusnya.
Di Thailand kecap ikan (nam pla) dibuat dari ikan-ikan Clupeidae dan
dapat pula dari ikan kecil-kecil. Proses pembuatannya sama dengan nouc-mam
tetapi biasanya lebih sederhana dengan waktu pemeraman 6 bulan, bahkan 2-3
tahun dianjurkan untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Pendekatannya, 1
kg ikan akan menghasilkan 1 liter nam-pla. Di beberapa daerah Thailand, nam-pla
juga kadang-kadang dibuat dari ikan air tawar.
Di Jepang, shottsuru dipersiapkan dari sarden, hering atau sisa-sisa limbah
pengolahan ikan. Pembuatannya hampir sama dengan pembuatan kecap ikan
lainnya. Penambahan antioksidan juga telah direkomendasikan dalam produk
tersebut untuk mencegah ketengikan. Sedangkan petis di Indonesia dibuat dengan
memasak dan mengkonsentratkan cairan fermentasi ikan yang telah digarami tadi
dengan menambahkan sedikit tepung. Produk ini biasanya bermutu rendah
dibanding dengan produk kecap ikan negara-negara Asia Tenggara lainnya karena
perbandingan nitrogen dan garamnya agak rendah.
2.3 Pembuatan Rusip
Pemanfaatan produk fermentasi sebagai makanan tradisional telah lama
dilakukan seperti halnya di negara barat untuk menghasilkan produk-produk
fermentasi yang kaya akan rasa. Di negara Asia dikenal berbagai macam makanan
jenis
mikroba
dan
kondisi
di
sekelilingnya
yang
aktivitas air oleh garam dan gula, pengeringan serta kombinasi denganpenurunan
pH karena terbentuknya asam akibat aktivitas bakteri pembentuk asam.Selain
garam, bahan lain yang ditambahkan adalah gula aren yang dapat berfungsi
sebagai sumber energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri-bakteri yang
berperan dalam proses fermentasi (Winarno, 1980).
Proses fermentasi menggunakan bakteri asam laktat merupakan cara
fermentasi yang relatif mudah, murah dan aman. Dalampembuatan produk-produk
fermentasi ikan semacam ini juga ditambahkan garamdalam jumlah yang
optimum untuk merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Garam dalam
proses fermentasi disamping berfungsi untuk meningkatkan citra, juga berperan
sebagai pembentuk tekstur dan mengontrolpertumbuhan mikroorganisme yang
diinginkan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan
patogen (Suriawiria, 1980).
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fermentasi dilaksanakan mulai dari tanggal 21 november 30
november 2016 di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan terasi adalah
pisau, talenan, ember, tikar penjemur, nampan, timbangan. Adapun bahan yang
digunakan yaitu, ikan teri, udang rebon, udang, ikan rucah, garam, air bersih,
kertas label, plastic PE, tepung tapioca, dan daun pisang.
Adapun alat yang digunakan pada praktik kecap ikan adalah pisau, ember,
blender, timbangan, toples kaca, plastic bening, gelas ukur, corong, oven, baskom,
sendok, kompor, Erlenmeyer, geles beker, dan telenan. Bahan yang digunakan
pada praktikum kecap ikan adalah tulang ikan nila, sarden ( direbus dan tidak
direbus ), air bersih, nanas, kertas saring, garam dan kertas label.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan rusip,
botol/toples kaca, sendok,pisau, timbangan, PH meter, telenan, ember dan plastic.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah, ikan teri, air bersih, nasi, garam,
Erganol, karet gelang dan kertas label.
3.3 Metoda
3.3.1 Pembuatan Terasi
Adapun metode yang digunakan pada praktikum pembuatan terasi dimulai
dari pembersihan dan penyiangan ikan teri, udang rebon dan ikan rucah.
Kemudian, bahan tersebut dijemur hingga kering 1-2 hari. Setelah bahan tersebut
kering dilakukan penumbukan hingga halus dengan penambahan garam sebanyak
3 5%
tumbukan tersebut dibuat gumpalan, dibungkus dengan daun pisang / tikar selama
8
2 jam. Gumpalan kemudian dijemur dan dihancurkan namun jangan terlalu kering
lalu, gumpalan dicetak kembali sesuai dengan keinginan dan dibungkus kembali
menggunakan daun. Bagian terakhir dilakukan penyimpanan dengan suhu 20
300 c selama 7 hari setelah itu dilakukan pengamatan sifat Erganoleptic dan kimia.
3.3.2 Pembuatan Kecap Ikan
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum kecap ikan yakni dimulai
dari pembuatan filtrate (enzimbromelin) nanas dibersihkan dan diambil bagian
tengahnya lalu dipotong kecil-kecil dan dilumatkan. Lakukan penyaringan dan
pisahkan ampas dan filtratnya. Bagian selanjutnya yaitu pembuatan kecap ikan
dimulai dari tulang ikan dengan dan tanpa perebusan ditambahkan garam 20 %
dan enzimbromelin diaduk hingga homogeny. Inkubasi pada suhu 50-600c selama
3 hari kemudian filtrate disaring. Filtrate yang diperoleh dilakukan pemanasan
800c selama 10 menit. Setelah inkubasi selesai lakukan pendinginan lalu disaring
kembali. Tahap akhir dilakukan ujian rendemen, kenampakan, Erganol rasa.
3.3.3 Pembuatan Rusip
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum pembuatan rusip diawali
dengan proses penyiangan ikan teri seberat 50 gram dan dibersihkan. Penambahan
garam dengan konsentrasi 10, 20, 30 dan 40% dan diikuti dengan penambahan
nasi sebanyak 3 gram. Semua bahan dicampur hingga rata kemudian dimasukkan
kedalam toples kaca dimana, pada bagian atasnya ditutup dengan platik yang
dilingkari karet gelang. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruangan selama 5-7
hari. Kemudian lakukan pengamatan Ph, Erganoleptic ikan teri sebelum dan
sesudah fermentasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Terasi Ikan Lambak
c. Pemeraman II
10
Bahan baku
Kenampakan
Kenampakan
Sebelum
setelah Fermentasi
Fermentasi
Berwarna
ungu Warna
abu
abu
Ikan teri
dengan
Udang basah
tekstur
dan
dan
penampakan
berbau
teri
sebelumnya,
ikan dengan
halus
dan
berair
berbau
Berwarna
khas terasi
kuning, Berwarna putih pucat,
tekstur
lembek tekstur
keras
dan
coklat Berwarna
Ikan rucah
lembek
coklat
abuan
kering
serta
11
dan berbau
menyengat
usuk penampakan
dan
berbau
busuk
kasar,
ikan
bercampur
daun pisang
Pada pengamatan terasi menunjukkan penggunaan bahan
baku ikan teri dengan kenampakan sebelum fermentasi terasi
berwarna ungu tua, tekstur keras dengan penampakan halus dan
berbau ikan teri, sedangkan kenampakan setelah fermentasi
berwarna abu abu muda dan pudar dari sebelumnya, tekstur
lembek dan berair dengan penampakan halus dan berbau khas
terasi.
Pada pengamatan terasi menunjukkan penggunaan bahan
baku udang basah dengan kenampakan sebelum fermentasi
terasi berwarna kuning, tekstur lembek dan berbau khas udang,
sedangkan kenampakan setelah fermentasi berwarna putih
pucat, tekstur keras dan berbau khas terasi.
4.2 Pembuatan Kecap Ikan dari Ikan Sarden
13
Kelompo
Berat Awal
Bahan
Perlakuan
Tidak Rendemen
Direbus
Kenampakan
Direbus
%
Warna kuning
pudar dan
B1 tulang
7,74
ikan nila
gr
2067,2 %
keruh dan
berminyak,
,volume nya
160 ml.
Aroma
Rasa
aroma
kecap
tulang
Asin
ikan
nanas
Warna kuning
keruh,
B2 Tulang
ikan Nila
10.1
8
Aroma
Rasanya
khas
sedikit
busuk
asin
982,3%
gram
beraroma
Warna kuning
A2 Ikan
Sarden
pudar agak
65 gr
123,07 %
keruh,
,volume nya
ml.80 ml
kecap
tulang
ikan
nanas
dan
sedikit
tengik
14
Asin
A1 ikan
Sarden
Warna kuning
26,2 gr
687,02 %
pudar dan
Beraroma
khas ikan
dan
bening
nanas
ikan
penjelasan
secara
fungsi
enzimatis
setiap
dalam
perlakuan,
praktikum
penggunaan
dilengkapi
alat
dan
organoleptic
kenampakan,
aroma,
dan
rasa.
15
Rasa
sedikit
asam,
amis
dan asin
Kadar
Kenampakan sblm
Kenampakan stlah
Garam
Fermentasi
Fermentasi
Bau khas ikan ,
tekstur lembut .
10 %
30 %
tekstur lembut .
40 %
tekstur lembut .
16
Kelas
Kadar
Kenampakan sblm
Kenampakan stlah
Garam
Fermentasi
Fermentasi
Bau ikan teri basah, warna
10 %
20 %
30 %
40 %
air
Bau sedikit menyengat,
putih
Bau mulai menyengat,
tekstur lembut,
Bau sangat menyengat,
di pengang, tidak
17
Berat
ok
Awal
Perlakuan
Dire Tidak
Bahan
bus
Rendem Kenampa
Aroma
Rasa
Asin
en %
kan
2067,2
Warna
aroma
kuning
kecap
Direb
us
B1
7,
tulang
74
ikan
gr
nila
nanas
k,
,volume
nya
160
ml.
B2
10
Aroma
Rasan
Tulang
.1
Warna
khas
ya
ikan
kuning
busuk
sedikit
Nila
gr
keruh,
982,3%
asin
a
m
A2 ikan 65 gr
sarden
123,07
Warna
beraro
kuning
ma
pudar
kecap
agak
tulang
keruh,
ikan
,volume
nanas
Asin
18
A1 ikan 26,2 gr
Sarden
nya
dan
ml.80 ml
sedikit
687,02
Warna
tengik
Beraro
Rasa
kuning
ma
sedikit
asam,
bening
ikan
amis
dan
dan
nanas
asin
Pembahasan :
Adapun pembahasan pada praktikum pembuatan rusip adalah menjelaskan
yang dimaksud dengan rusip sebagai produk fermentasi dan menjelaskan bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan rusip, dan menjelaskan proses pembuatan
rusip dalam prakikum dilengkapi penjelasan fungsi setiap perlakuan, penggunaan
alat dan penambahan bahn bahan yang digunakan dalam pembuatan rusip. Dan
menjelaskan hasil yang diperoleh dari praktikum baik pH , suhu dan parameter
organleptic kenampakan, tekstur, aroma ,warna dan rasa.
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Alternatif penanganan ikan yang hingga kini masih dilakukan secara
tradisional adalah olahan pembuatan terasi. Ada dua
macam terasi
diperdagangkan di pasar , yaitu terasi udang dan terasi ikan. Jenis terasi udang
umumnya mempunyai warna cokelat kemerahan pada produk yang dihasilkan,
sedangkan pada terasi ikan hasil nya berwarna kehitaman. Proses pembuatan
terasi meliputi pencuncian, penggilingan, penggaraman, pemeraman 1 dan
pemeraman 2 serta pengeringan.
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik lagi, tertib dan
nyaman. Selain itu diharapkan pula agar praktikum ini dapat direalisasikan dalam
kehidupan sehari- hari sehingga dapat dikembangkan dan diberitahukan kepada
masyarakat luas
20
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta
Afrianto, E dan E. Liviawaty, 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Arifudin, R. 1983. Bandeng duri lunak dalam Kumpulan Hasil Penelitian
Teknologi Pasca Panen Perikanan. BPTP. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Idonesia No. 01-2729.1-2006
Mutu Ikan Segar. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Idonesia No. 4106.1-2006
Bandeng Presto Bagian I. Jakarta.
Direktorat Pemasaran Dalam Negeri. 2012. Warta Pasar Ikan dan Kemandirian
Pangan. Dirjen PPHP
Purnomowati, I. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta
Saleh, 2002. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Riset
Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Badan Riset
Kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
Suprapti., M.L, 2002. Membuat Terasi. Kanisius. Yogyakarta
Teknologi desa.Jakarta : Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kerja,
1983. Seri PengolahanPangan. Hal. 14-16
21
LAMPIRAN
Kecap Ikan
R endemen=
Rendemen = 123,07 %
Rendemen = 687,02 %
Rendemen = 982,3%
Rendemen = 2067,2 %
22