Puji syukur atas kehadiran allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayatnya penulis dapat menyelesaikan laporan Semester Praktikum Toksikologi
ini dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi tentang hasil praktikum dan pengamatan tentang
Toksikologi. Dalam hal ini penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Toksikologi dan Asisten-asisten Dosen
yang sudah membantu dalam penyelesaian praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun dalam penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kebaikan laporan-laporan praktikum penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Jadi kalau di lihat dari definisi tersebut tidak
perlu lagi kata kima di tuliskan sesudah toksikologi seperti yang di tulis dalam
judul kegiatan ini, meskipun sumber zat toksik bisa juga berasal dari tumbuhan
dan binatang.
Gabungan antara berbagai efek potensial yang merugikan serta
terdapatnya keanekaragaman bahan kimia di lingkungan membuat toksikologi
sangat luas cakupannya. Toksikologi meliputi penelitian toksisitas bahan-bahan
kimia yang di gunakann misalnya:
di bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan, danterapeutik,
di bidang industri makanan sebagai zat tambahan langsung maupun tidak
langsung,
di bidang pertanian sebagai peptisida, zat
pengatur pertumbuhan,
seringnya pemaparan serta cara masuknya zat tersebut ke dalam tubuh. Semakin
besar pemaparan terhadap zat kimia semakin besar pula resiko keracunan.
Keamanan suatu xenobiotik perhitungan sukar di pahami. Hal ini disebabkan
perlu memperhitungkan keamanan dengan menerapkan "faktor keamanan", yang
kadang kala merupakan etimasi yang sering berlebihan. Manusia tidak dapat di
pakai sebagai "hewan" pecobaan untuk menilai xenobiotik seperti biasanya di
lakukan terhadap obat karena etis.
Oleh karena itu terpaksa perhitungan harus didasarkan etimasi
toksisitas dan bahaya terhadap suatu zat kimia melalui data yang di peroleh dari
hewan percobaan. Karena ada perbedaan antara sifat manusia dengan hewan
percobaan maka harus di perhitungkan faktor keamanan yang menurut konsensus
ilmish sebesar 100. Hal ini menyebabkan di terimanya standar pemaparan seperti:
acceptable Daily Intake (ADI), Tolerable Weekly Intake (TWI), Maximal
Allowable Concentration, Tolerance Level, dan sebagainya.
Lingkungan yang bebas dan terbuka akan mudah masuk bahan bahan
pencemar yang bersifat toksik seperti limbah. Makhluk hidup sangat tergantung
pada kondisi lingkungannya termasuk organisme air yang tergantung pada kondisi
perairan. Pencemaran bukan lagi hal yang baru dalam kehidupan manusia. Salah
satu contoh yang sering ditemui adalah pembuangan limbah industry ke wilayah
perairan sungai ataupun laut. Pengaruh bahan pencemar tersebut pada kondisi
perairan adalah penurunan kualitas air,
kondisi organisme air didalamnya. Pengaruh racun atau toksik dari bahan
pencemar tergantung pada jenis dan sifat dari toksikan dan juga tingkat kekebalan
organisme air.
Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah pencemaran
air, dimana air yang kita pergunakan setiap harinya tidak lepas dari pengaruh
pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar
seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida,
detergen), beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam) serta bahan kimia
lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Mason, 1991).
Pemakaian insektisida di bidang pertanian sebagai pengendali serangan
hama maupun gulma pada tanaman budidaya, akan berpengaruh pula terhadap
terdapat pada deterjen dan pestisida membentuk sebuah susunan rantai molekul
kimia yang berikatan sangat kuat, sehingga sulit terurai. Hal inilah yang
menimbulkan sifat toksik pada insektisida tersebut. Apabila konsentrasi zat
tersebut yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka akan membunuh
ikan yang ada di perairan tersebut karena senyawa kimia aktif tersebut mampu
untuk merusak insang ikan, sehingga menyebabkan ikan kesulitan bernapas (Idris,
2013).
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, untuk mengetahui kebenaran
dari berbagai bahaya zat toksik tersebut maka dilakukan pula beberapa percobaan
ini, yaitu uji toksisitas insektisida terhadap ikan air tawar Ikan Lele (Clarias Sp.).
Adapun tujuan dari praktikum ekotoksikologi perairan dalam acara ujitoksisitas
bahan pencemar terhadap ikan air tawar adalah untuk mempelajari cara
pengukuran daya racun (toksisitas) suatu bahan pencemar dan penentuan
toksisitasnya terhadap hewan air serta pengaruh bahan pencemar terhadap kualitas
air.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji dosis pestisida pada ikan air tawar, untuk
mengetahui dosis pestisida yang menyebabkan keracunan pada ikan air tawar dan
untuk mengetahui performa dan organ dalam ikan air tawar yang mengalami
keracunan.
1.3 Manfaat
Untuk memahami bagaimana dampak atau pengaruh zat yang bersifat
pestisida pada tingkat mortalitas organisme air seperti ikan melalui cara menguji
tingkatan dosis pada ikan air tawar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
bersungut atau berkumis. Secara anatomi dan morfologi lele terbagi menjadi 3
bagian.
Kepala (cepal). Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai
seperempat dari panjang tubuhnya. Kepala lele pipih ke bawah (depressed).
Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini
membentuk ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat
pernapasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele terletak pada ujung moncong
(terminal) dengan dihiasi 4 sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata,
atau hanya berupa permukaan kasar di mulut bagian depan. Lele juga memiliki
empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung,
sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan
sepasang sungut maxilar.
Ikan ini mempunyai alat olfaktori di dekat sungut yang berfungsi untuk
perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi baik. Mata
lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas. Matanya latero-lateral atau di
permukaan dorsal tubuh yang dapat mengenali warna. Untuk memfokuskan
pandangan, lensa mata dapat bergerak keluar-masuk. Ikan lele memiliki sepasang
lubang hidung (nostrils) yang terdapat pada bagian anterior. Nostrils tersebut
berfungsi mendeteksi bau dan sangat sensitif.
Badan (abdomen). Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda
dengan jenis ikan lainnya, seperti tawes, mas, ataupun gurami. Ikan lele
mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak bulat, dan tidak bersisik. Warna
tubuhnya kelabu sampai hitam. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai
potongan membulat. Sementara itu, bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih ke
samping (compressed). Dengan demikian, ada tiga bentuk potongan melintang
pada ikan lele, yaitu pipih ke bawah, bulat, dan pipih ke samping.
Ekor (caudal). Sirip ekor lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk bergerak maju.
Sementara itu, sirip perut membulat danpanjangnya mencapai sirip anal. Sirip
dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil. Selain
untuk membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya, patil ini juga
digunakan ikan lele untuk melompat keluar dari air dan melarikan diri. Dengan
menggunakan patil, lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup lama dan cukup
jauh.
2.1 Morfologi Ikan Lele
Clarias Sp yaitu ikan lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang
memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik). Sesuai dangan familinya yaitu
Clariidae yang memiliki bentuk kepala pipih dengan tulang keras sebagai batok
kepala. Secara anatomi ikan lele meiliki alat pernafasan tambahan yang terletak di
bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen
langsung dari udara. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan
yang mengandung sedikit kadar oksigen ( Suyanto, 1999 ).
: Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Ikan lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari
atau lebih menyukai tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele termasuk dalam
golongan pemakan daging (karnivora) (Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004).
Bahan insektisida yang masuk ke perairan dapat mempengaruhi kehidupan
ikan yang ada di perairan tersebut, karena
terdapat pada deterjen dan pestisida membentuk sebuah susunan rantai molekul
kimia yang berikatan sangat kuat, sehingga sulit terurai. Hal inilah yang
menimbulkan sifat toksik pada insektisida tersebut. Apabila konsentrasi zat
tersebut yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka akan membunuh
ikan yang ada di perairan tersebut karena senyawa kimia aktif tersebut mampu
untuk merusak insang ikan, sehingga menyebabkan ikan kesulitan bernapas (Idris,
2013).
Secara umum, ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang bulat dan
memanjang.
Kulitnya licin, berlendir, namun tidak bersisik.
Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap
biasa.
Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip
Clarias sp yaitu Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut
Aborescen organ yang merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan
kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah
hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan
menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat
eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Ikan lele ini, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang
memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki
ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele
berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan
kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ organ lainya dari
ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan
anus.
Ada hubungan yang sangat erat antara kesepuluh sistem anatomi tersebut,
misalnya : Menentukan cara bergeraknya daging dan system rangka. System
pernapasan dan peredaran darah O2 dari perairan di tangkap oleh darah,
dipertukarkan dengan CO2 dibawa ke seluruh tubuh oleh darah (wordpress,2010).
Anatomi atau organ-organ internal ikan adalah jantung, alat pencerna,
Gonad kandung kemih, dan Ginjal. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi
oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum
merupakan selaput atau membrane yang tipis berwarna hitam y6ang biasanya
dibuang joke ikan sedang disiangi (Pratama, 2009).
M
e
ru
t
wordpress (2010), adapun anatomi dari ikan nila adalah sebagai berikut :
1. Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar
lender dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (Urat Daging) : penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, organ
listrik.
3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ
dalam dan penegak tubuh.
4. Sistem pernafasan (respirasi)
organ-organ tambahan.
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : organnya jantung dan sel-sel darah,
mengedarkan O2, nutrisi dan sebagainya.
6. Sistem pencernaan 1 organnya saluran pencernaan dari mulut sampai anus
7. Sistem Hormon
: kelenjar-kelenjar hormone untuk
pertumbuhan reproduksinya dan sebaginya
8. Sistem Saraf
: Organ otak dan saraf-saraf tepi
9. Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi : Organnya terutama ginjal
10. Sistem reproduksi dan Embriologi : Organnya Gonad Jantan dan Betina
BAB III
MATERI DAN METODE
Jenis
ikan
Morfologi
Anatomi
ikan
Kondisi mata
lengkap
Usus berwarna merah
cembung, insang
tua
Empedu jantug,
Lele
gelembung renang
dan saluran
pencernaan masih
bagus
Dosis 3 cc/250
ml air
Sebelum di rendam
-
segar
Kondisi mata, insang
cerah
Ikan bergerak lincah
serta tidak mengalami
Dosis 6 cc/250
ml air
gejala apapun
Ikan masih hidup dan
segar
Kondisi mata, insang
cerah
Ikan bergerak lincah
serta tidak mengalami
Setelah drendam 24
-
jam
Ikan berbau busuk
Timbulnya lalat hijau
Warna kulit coklat
pucat
Mata cekung, insang
berwarna merah
dan menyengat
Adanya lalat hijau
Warna kulit putih
pucat
Mata cekung, insang
berwarna merah
pucat serta berlendir
gejala apapun
Tanpa
perlakuan
segar
Kondisi mata, insang
cerah
Ikan bergerak lincah
lembek
Berbau amis
Kulit berwarna colat
Mata sedikit cekung,
insang berwarna
merah
Dan tekstur lembek
tabel
dapat
dilihat
Setelah
drendam
24
jam
Dosis 3 cc/250
ml air
Sebelum di rendam
Setelah drendam 24
jam
Usus berwarna putih
lengkap
Usus berwarna merah
pucat
Isi perut masih utuh
tua
Empedu, jantug,
gelembung renang
pucat
dan saluran
pencernaan masih
bagus
Dosis 6 cc/250
ml air
lengkap
Usus berwarna merah
tua
Empedu, jantung,
gelembung renang
dan saluran
pencernaan masih
menyengat
Serta usus yang pucat
dan berlendir
Kondisi jantung,
empedu, hati hancur
bagus
Tanpa
lengkap
Usus berwarna merah
kemerahan
Berbau amis serta
tua
Empedu jantug,
perlakuan
gelembung renang
dan saluran
pencernaan masih
bagus
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/02/08/natrium-hipoklorit-sebagaipemutih-dan-desinfektan/
https://id.scribd.com/doc/208647549/Makalah-Toksikologi-docx
Readmore:http://www.mycatfish.com/2012/03/anatomi-dan-morfologi-ikanlele.html#ixzz4ReaEJvUz
http://www.mycatfish.com/2012/03/anatomi-dan-morfologi-ikanlele.html#axzz4Rea0pw2N
http://wardana-sl.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-toksikologitoxik menurut.htm
(diakses pada tanggal 01 desember 2016)
http://finasaindri.blogspot.co.id/2012/03/anatomi-ikan-nila.html
tanggal 01 desember 2016)
(diakses
pada