Anda di halaman 1dari 19

PRAKATA

Puji syukur atas kehadiran allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayatnya penulis dapat menyelesaikan laporan Semester Praktikum Toksikologi
ini dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi tentang hasil praktikum dan pengamatan tentang
Toksikologi. Dalam hal ini penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Toksikologi dan Asisten-asisten Dosen
yang sudah membantu dalam penyelesaian praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun dalam penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kebaikan laporan-laporan praktikum penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, 3 Desember 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Jadi kalau di lihat dari definisi tersebut tidak
perlu lagi kata kima di tuliskan sesudah toksikologi seperti yang di tulis dalam
judul kegiatan ini, meskipun sumber zat toksik bisa juga berasal dari tumbuhan
dan binatang.
Gabungan antara berbagai efek potensial yang merugikan serta
terdapatnya keanekaragaman bahan kimia di lingkungan membuat toksikologi
sangat luas cakupannya. Toksikologi meliputi penelitian toksisitas bahan-bahan
kimia yang di gunakann misalnya:
di bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan, danterapeutik,
di bidang industri makanan sebagai zat tambahan langsung maupun tidak
langsung,
di bidang pertanian sebagai peptisida, zat

pengatur pertumbuhan,

penyerbuk buatan, dan


di bidang industri kimia sebagai pelarut, reagen dan sebagainya.
Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity
(toksisitas), hazard (bahay), risk (resiko), dan safety (keamanan). Hazard suatu
zat kimia berarti: "kemungkinan zat kimia tersebut untuk menimbulkan cedera",
sedangkan dalam bahas Indonesia Hazard diterjemahkan sebagai "bahaya".
Hazard berbeda pengertiannya dengan toksisitas, yang berarti "deskripsi dan
kuantifikasi sifat-sifat toksis suatu zat kimia". Hazard dapat berbeda tergantung
cara pemaparan zat kimia tersebut. Zat X dalam bentuk cair misalnya akan lebih
berbahaya (hazardous) dari pada bentuk butiran karena lebih mudah menempel
di kulit dan di serap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas akan menimbulkan
hazard lebih besar dari pada bentuk cair, karena dapa menyebar luas di udara dan
mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila gas di simpan dalam tangki
dengan baik atau dalam ruangan sejuk maka hazard akan menjadi lebih kecil.
Risk didefinisikan sebagai "besarnya kemungkinan suatu zat kimia untuk
menimbulkan keracunan".
Hal ini terutama tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke
dalam tubuh. Peningkatan dosis di tentukan oleh tingginya konsentrasi,2 lama dan

seringnya pemaparan serta cara masuknya zat tersebut ke dalam tubuh. Semakin
besar pemaparan terhadap zat kimia semakin besar pula resiko keracunan.
Keamanan suatu xenobiotik perhitungan sukar di pahami. Hal ini disebabkan
perlu memperhitungkan keamanan dengan menerapkan "faktor keamanan", yang
kadang kala merupakan etimasi yang sering berlebihan. Manusia tidak dapat di
pakai sebagai "hewan" pecobaan untuk menilai xenobiotik seperti biasanya di
lakukan terhadap obat karena etis.
Oleh karena itu terpaksa perhitungan harus didasarkan etimasi
toksisitas dan bahaya terhadap suatu zat kimia melalui data yang di peroleh dari
hewan percobaan. Karena ada perbedaan antara sifat manusia dengan hewan
percobaan maka harus di perhitungkan faktor keamanan yang menurut konsensus
ilmish sebesar 100. Hal ini menyebabkan di terimanya standar pemaparan seperti:
acceptable Daily Intake (ADI), Tolerable Weekly Intake (TWI), Maximal
Allowable Concentration, Tolerance Level, dan sebagainya.
Lingkungan yang bebas dan terbuka akan mudah masuk bahan bahan
pencemar yang bersifat toksik seperti limbah. Makhluk hidup sangat tergantung
pada kondisi lingkungannya termasuk organisme air yang tergantung pada kondisi
perairan. Pencemaran bukan lagi hal yang baru dalam kehidupan manusia. Salah
satu contoh yang sering ditemui adalah pembuangan limbah industry ke wilayah
perairan sungai ataupun laut. Pengaruh bahan pencemar tersebut pada kondisi
perairan adalah penurunan kualitas air,

yang selanjutnya berpengaruh pada

kondisi organisme air didalamnya. Pengaruh racun atau toksik dari bahan
pencemar tergantung pada jenis dan sifat dari toksikan dan juga tingkat kekebalan
organisme air.
Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah pencemaran
air, dimana air yang kita pergunakan setiap harinya tidak lepas dari pengaruh
pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar
seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida,
detergen), beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam) serta bahan kimia
lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Mason, 1991).
Pemakaian insektisida di bidang pertanian sebagai pengendali serangan
hama maupun gulma pada tanaman budidaya, akan berpengaruh pula terhadap

organisme non target. Pada beberapa tanaman, penggunaan insektisida dan


insektisida dapat mempengaruhi ikan melalui run off /pembilasan residu
insektisida oleh air hujan, yang pada akhirnya sampai pada perairan tempat
hidupnya ikan.
Bahan insektisida yang masuk ke perairan dapat mempengaruhi kehidupan
ikan yang ada di perairan tersebut, karena

bahan/senyawa kimia aktif yang

terdapat pada deterjen dan pestisida membentuk sebuah susunan rantai molekul
kimia yang berikatan sangat kuat, sehingga sulit terurai. Hal inilah yang
menimbulkan sifat toksik pada insektisida tersebut. Apabila konsentrasi zat
tersebut yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka akan membunuh
ikan yang ada di perairan tersebut karena senyawa kimia aktif tersebut mampu
untuk merusak insang ikan, sehingga menyebabkan ikan kesulitan bernapas (Idris,
2013).
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, untuk mengetahui kebenaran
dari berbagai bahaya zat toksik tersebut maka dilakukan pula beberapa percobaan
ini, yaitu uji toksisitas insektisida terhadap ikan air tawar Ikan Lele (Clarias Sp.).
Adapun tujuan dari praktikum ekotoksikologi perairan dalam acara ujitoksisitas
bahan pencemar terhadap ikan air tawar adalah untuk mempelajari cara
pengukuran daya racun (toksisitas) suatu bahan pencemar dan penentuan
toksisitasnya terhadap hewan air serta pengaruh bahan pencemar terhadap kualitas
air.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji dosis pestisida pada ikan air tawar, untuk
mengetahui dosis pestisida yang menyebabkan keracunan pada ikan air tawar dan
untuk mengetahui performa dan organ dalam ikan air tawar yang mengalami
keracunan.
1.3 Manfaat
Untuk memahami bagaimana dampak atau pengaruh zat yang bersifat
pestisida pada tingkat mortalitas organisme air seperti ikan melalui cara menguji
tingkatan dosis pada ikan air tawar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
bersungut atau berkumis. Secara anatomi dan morfologi lele terbagi menjadi 3
bagian.
Kepala (cepal). Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai
seperempat dari panjang tubuhnya. Kepala lele pipih ke bawah (depressed).
Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini
membentuk ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat
pernapasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele terletak pada ujung moncong
(terminal) dengan dihiasi 4 sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata,
atau hanya berupa permukaan kasar di mulut bagian depan. Lele juga memiliki
empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung,
sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan
sepasang sungut maxilar.
Ikan ini mempunyai alat olfaktori di dekat sungut yang berfungsi untuk
perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi baik. Mata
lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas. Matanya latero-lateral atau di
permukaan dorsal tubuh yang dapat mengenali warna. Untuk memfokuskan
pandangan, lensa mata dapat bergerak keluar-masuk. Ikan lele memiliki sepasang
lubang hidung (nostrils) yang terdapat pada bagian anterior. Nostrils tersebut
berfungsi mendeteksi bau dan sangat sensitif.
Badan (abdomen). Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda
dengan jenis ikan lainnya, seperti tawes, mas, ataupun gurami. Ikan lele

mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak bulat, dan tidak bersisik. Warna
tubuhnya kelabu sampai hitam. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai
potongan membulat. Sementara itu, bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih ke
samping (compressed). Dengan demikian, ada tiga bentuk potongan melintang
pada ikan lele, yaitu pipih ke bawah, bulat, dan pipih ke samping.
Ekor (caudal). Sirip ekor lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk bergerak maju.
Sementara itu, sirip perut membulat danpanjangnya mencapai sirip anal. Sirip
dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil. Selain
untuk membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya, patil ini juga
digunakan ikan lele untuk melompat keluar dari air dan melarikan diri. Dengan
menggunakan patil, lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup lama dan cukup
jauh.
2.1 Morfologi Ikan Lele

Clarias Sp yaitu ikan lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang
memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik). Sesuai dangan familinya yaitu
Clariidae yang memiliki bentuk kepala pipih dengan tulang keras sebagai batok
kepala. Secara anatomi ikan lele meiliki alat pernafasan tambahan yang terletak di
bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen
langsung dari udara. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan
yang mengandung sedikit kadar oksigen ( Suyanto, 1999 ).

Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh


Weber de Beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Subfilum : Vertebrata
Kelas

: Pisces

Subkelas : Teleostei
Ordo

: Ostariophysi

Subordo : Siluroidae
Famili

: Clariidae

Genus

: Clarias
Ikan lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari

atau lebih menyukai tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele termasuk dalam
golongan pemakan daging (karnivora) (Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004).
Bahan insektisida yang masuk ke perairan dapat mempengaruhi kehidupan
ikan yang ada di perairan tersebut, karena

bahan/senyawa kimia aktif yang

terdapat pada deterjen dan pestisida membentuk sebuah susunan rantai molekul
kimia yang berikatan sangat kuat, sehingga sulit terurai. Hal inilah yang
menimbulkan sifat toksik pada insektisida tersebut. Apabila konsentrasi zat
tersebut yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka akan membunuh
ikan yang ada di perairan tersebut karena senyawa kimia aktif tersebut mampu
untuk merusak insang ikan, sehingga menyebabkan ikan kesulitan bernapas (Idris,
2013).

Morfologi Ikan Lele:

Secara umum, ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang bulat dan

memanjang.
Kulitnya licin, berlendir, namun tidak bersisik.
Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap

lele mempunyai warna khas yang membalut tubuhnya.


Ikan lele memiliki ukuran mulut yang relatif lebar dan hampir membelah

setengah dari lebar kepalanya.


Memiliki kumis yang terletak di area sekitar mulutnya. Kumis ini pula
yang menyebabkan ikan lele sering disebut catfish. Kumis ini memiliki
fungsi sebagai alat untuk meraba pada saat mencari makan atau bergerak

biasa.
Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip

tunggal, yaitu sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung.


Ikan lele juga mempuyai dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip
perut dan sirip dada. Disamping digunakan sebagai alat bantu berenang,
sirip juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh ikan lele

saat diam atau tidak bergerak.


Pada bagian sirip dada terdapat sirip yang runcing dan keras yang disebut

patil yang digunakan sebagai senjata.


Disamping itu, patil juga bermanfaat sebagai alat untuk berjalan di darat
tanpa air dalam rentang waktu yang lama dan dengan jarak tempuh yang
cukup jauh.

2.2 Anatomi Ikan lele

Clarias sp yaitu Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut
Aborescen organ yang merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan
kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah
hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan
menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat
eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Ikan lele ini, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang
memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki
ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele
berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan
kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ organ lainya dari
ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan
anus.
Ada hubungan yang sangat erat antara kesepuluh sistem anatomi tersebut,
misalnya : Menentukan cara bergeraknya daging dan system rangka. System
pernapasan dan peredaran darah O2 dari perairan di tangkap oleh darah,
dipertukarkan dengan CO2 dibawa ke seluruh tubuh oleh darah (wordpress,2010).
Anatomi atau organ-organ internal ikan adalah jantung, alat pencerna,
Gonad kandung kemih, dan Ginjal. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi
oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum
merupakan selaput atau membrane yang tipis berwarna hitam y6ang biasanya
dibuang joke ikan sedang disiangi (Pratama, 2009).

M
e

ru

t
wordpress (2010), adapun anatomi dari ikan nila adalah sebagai berikut :
1. Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar
lender dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (Urat Daging) : penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, organ
listrik.
3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ
dalam dan penegak tubuh.
4. Sistem pernafasan (respirasi)

: organnya terutama insang, ada

organ-organ tambahan.
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : organnya jantung dan sel-sel darah,
mengedarkan O2, nutrisi dan sebagainya.
6. Sistem pencernaan 1 organnya saluran pencernaan dari mulut sampai anus
7. Sistem Hormon
: kelenjar-kelenjar hormone untuk
pertumbuhan reproduksinya dan sebaginya
8. Sistem Saraf
: Organ otak dan saraf-saraf tepi
9. Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi : Organnya terutama ginjal
10. Sistem reproduksi dan Embriologi : Organnya Gonad Jantan dan Betina

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Fermentasi dilaksanakan mulai dari tanggal 21 november - november
2016 di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum uji dosis pestisida adalah
pestisida,air galon,ikan mas,ikan patin,ikan nila,ikan lele,dan kertas label.
Sedangkan alat yang digunakan adalah pisau catter,talenan,ember,plastic
hitam,nampan,timbangan,tabung ukur.
3.3 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam uji dosisi pestisida pada ikan air
tawar sebelum diberi perlakuan,yang pertama siapkan semua ikan air tawar
kemudian,ukur panjang dan timbang berat ikan,amati morfologi ikan air tawar
yang masih segar,setelah itu lakukan pembedahan pada ikan yang masih
segar.sedangkan siapkan pestisida sesuai dosis,perlakuan 100% dengan 20cc/10
liter air,perlakuan 80% dengan 16 cc/10 liter air,perlakuan 60% dengan 12 cc/10
liter air,perlakuan 40% dengan 8 cc/10 liter air,perlakuan 20% dengan 4 cc/10 liter
air,perlakuan 0% denagan 2 cc/10 liter air.
Adapun perlakuan dengan pestisida yang pertama,siapkan 6 buah ember
berisi air 10 liter air,masukkan pestisida sesuai dosis kedalam ember berisi
air,setelah itu masukkan ikan kedalam ember yang berisi pestisida,kegiatan diatas
pada ikan yang berbeda,biarkan ikan selama 24 jam,setelah 24 jam lakukan
pengamatan dengan menghitung jumlah ikan yang mati,kemudian lakukan
pengamatan morfologiikan yang telah direndam dengan pestisida,lakukan
pembedahan untuk mengamati organ dalam ikan yang telah terkontaminasi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Klasifikasi Morfologi Ikan


Lele

Gambar 1. Morfologi dan Anatomi ikan lele


Tabel 1. Hasil pengamatan sebelum diberi perlakuan
N

Jenis

ikan

Morfologi

Anatomi

Ikan masih segar


Masih berbau khas

Organ dalam masih

ikan
Kondisi mata

lengkap
Usus berwarna merah

cembung, insang

muda dan segar


Hati berwarna merah

tua
Empedu jantug,

Lele

berwarna merah dan


-

kulit yang cerah


Panjang 29 cm
Tinggi 4 cm
Berat 65 gr

gelembung renang
dan saluran
pencernaan masih
bagus

Di tabel dapat dilihat ikan masih segar serta berbau khas


ikan, mata cembung, insang berwarna merah dan kulit yang
cerah panjang 29 cm, tinggi 4 cm dan berat 65 gr. pada data
anatomi organ dalam masih lengkap usus berwarna merah muda
dan segar, hati berwarna merah tua, pada organ empedu jantug,

gelembung renang, saluran pencernaan juga terlihat masih


bagus.

4.2 Dosis Pemutih Pakaian pada Ikan Lele

Gambar 2. Proses pemutih pakaian


Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi sebelum dan setelah di beri
perlakuan
Perlakuan

Dosis 3 cc/250
ml air

Sebelum di rendam
-

Ikan masih hidup dan

segar
Kondisi mata, insang

dan kulit masih bagus


Warna kulit coklat

cerah
Ikan bergerak lincah
serta tidak mengalami

Dosis 6 cc/250
ml air

gejala apapun
Ikan masih hidup dan

segar
Kondisi mata, insang

dan kulit masih bagus


Warna kulit coklat

cerah
Ikan bergerak lincah
serta tidak mengalami

Setelah drendam 24
-

jam
Ikan berbau busuk
Timbulnya lalat hijau
Warna kulit coklat

pucat
Mata cekung, insang
berwarna merah

pucat dan berlendir


Tekstur lembek

Ikan berbau busuk

dan menyengat
Adanya lalat hijau
Warna kulit putih

pucat
Mata cekung, insang
berwarna merah
pucat serta berlendir

gejala apapun

Tanpa
perlakuan

Ikan masih hidup dan

segar
Kondisi mata, insang

dan kulit masih bagus


Warna kulit coklat

cerah
Ikan bergerak lincah

Dan teksur sangat

lembek
Berbau amis
Kulit berwarna colat
Mata sedikit cekung,
insang berwarna

merah
Dan tekstur lembek

serta tidak mengalami


gejala apapun
Di tabel dapat dilihat ikan sebelum direndam dengan tidak
penambahan dosis pemutih pakaian tanpa perlakuan, maka
dapat menunjukkan ikan masih hidup dan segar, kondisi mata,
insang dan kulit masih bagus, warna kulit coklat cerah dan ikan
bergerak lincah serta tidak mengalami gejala apapun.
Di

tabel

dapat

dilihat

Setelah

drendam

24

jam

penambahan tanpa perlakuan, pada pemutih pakaian sebanyak 3


cc/250 ml ikan berbau busuk, timbulnya lalat hijau serta warna
kulit coklat pucat, mata cekung, insang berwarna merah pucat
dan berlendir, tekstur lembek. penambahan pemutih pakaian 6
cc/250 ml di data ikan berbau busuk menyengat,adanya lalat
hijau, warna kulit putih pucat, mata cekung, insang berwarna
merah pucat serta berlendirdan teksur sangat lembek. tanpa
perlakuan maka didapatkan ikan berbau amis, kulit berwarna
colat, mata sedikit cekung, insang berwarna merah dan an
tekstur lembek,
4.3 Pengamatan Organ Dalam Sebelum dan Setelah
Direndam

Gambar 3. Organ dalam ikan


Tabel 3. Hasil pengamatan anatomisebelum dan setelah di beri
perlakuan
Perlakuan

Dosis 3 cc/250
ml air

Sebelum di rendam

Setelah drendam 24

Organ dalam masih

jam
Usus berwarna putih

lengkap
Usus berwarna merah

pucat
Isi perut masih utuh

muda dan segar


Hati berwarna merah

dan tidak pecah


Serta berbau busuk
Kondisi jantung,

tua
Empedu, jantug,

empedu, hati terlihat

gelembung renang

pucat

dan saluran
pencernaan masih
bagus

Dosis 6 cc/250
ml air

Organ dalam masih

lengkap
Usus berwarna merah

muda dan segar


Hati berwarna merah

tua
Empedu, jantung,
gelembung renang
dan saluran
pencernaan masih

Isi perut pecah


berwarna kuning dan
berbau busuk yang

menyengat
Serta usus yang pucat

dan berlendir
Kondisi jantung,
empedu, hati hancur

bagus
Tanpa

Organ dalam masih

Usus berwarna putih

lengkap
Usus berwarna merah

kemerahan
Berbau amis serta

muda dan segar


Hati berwarna merah

tua
Empedu jantug,

perlakuan

gelembung renang
dan saluran

organ dalam jantung,


empedu dan hati
masih utuh da
berwarna sedikit
merah pucat.

pencernaan masih
bagus

Di tabel dapat dilihat Dosis 3 cc/250 ml air menunjukkan


organ dalam masih lengkap, usus berwarna merah muda dan
segar hati berwarna merah tua, empedu jantug, gelembung
renang dan saluran pencernaan masih bagus
Setelah drendam 24 jam dengan penambahan pemutih
pakaian sebanyak 3 cc/250 ml, 6 cc/250 ml dan tanpa perlakuan,
anatomi menunjukkan pada dosis pemutih pakaian sebanyak 3
cc/250 ml di dapatkan usus berwarna putih pucat, isi perut masih
utuh dan tidak pecah serta berbau busuk serta kondisi jantung,
empedu, hati terlihat pucat. penambahan dosis pemutih pakaian
sebanyak 6 cc/250 ml di dapatkan isi perut pecah berwarna
kuning dan berbau busuk yang menyengatserta usus yang pucat
dan berlendir, kondisi jantung, empedu, dan hati hancur. Pada
tanpa perlakuan maka didapatkan anatomi ikan dengan usus
berwarna putih kemerahan, berbau amis serta organ dalam jantung,
empedu dan hati masih utuh da berwarna sedikit merah pucat.

BAB V
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/02/08/natrium-hipoklorit-sebagaipemutih-dan-desinfektan/

https://id.scribd.com/doc/208647549/Makalah-Toksikologi-docx

Readmore:http://www.mycatfish.com/2012/03/anatomi-dan-morfologi-ikanlele.html#ixzz4ReaEJvUz
http://www.mycatfish.com/2012/03/anatomi-dan-morfologi-ikanlele.html#axzz4Rea0pw2N

http://wardana-sl.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-toksikologitoxik menurut.htm
(diakses pada tanggal 01 desember 2016)
http://finasaindri.blogspot.co.id/2012/03/anatomi-ikan-nila.html
tanggal 01 desember 2016)

(diakses

pada

Anda mungkin juga menyukai