Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al.

JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

PENGARUH LAMA PEMASAKAN TERHADAP KADAR PROTEIN, LEMAK,


PROFIL ASAM AMINO, DAN ASAM LEMAK TEPUNG IKAN SEPAT RAWA
(Trichogaster trichopterus)

Rabiatul Adawyah, Siti Khusnul Khotiffah, Wahyudinur, Findya Puspitasari*


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat
Jalan A. Yani, km 36, Banjarbaru, 70714
*Korespondensi: findya.p@gmail.com
Diterima:18 Juni 2020/Disetujui: 13 Juli 2020

Cara sitasi: Adawyah R, Khotiffah SK, Wahyudinur, Puspitasari F. 2020. Pengaruh lama pemasakan terhadap
kadar protein, lemak, profil asam amino, dan asam lemak tepung ikan sepat rawa. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 23(2): 286-294.

Abstrak
Populasi ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus) di Provinsi Kalimantan Selatan melimpah namun
masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pengolahan ikan sepat rawa menjadi tepung ikan diharapkan
dapat memaksimalkan pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perbedaan
lama pemasakan pada proses pengolahan tepung ikan terhadap kadar protein, kadar lemak, profil asam
amino, dan asam lemak tepung ikan sepat rawa. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan pemasakan. Perlakuan yang diberikan adalah pemasakan menggunakan panci
selama 30 menit (A), autoklaf 20 menit (B) dan autoklaf 30 menit (C). Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan memberikan pengaruh terhadap kadar protein dan lemak, serta profil asam amino dan asam
lemak. Kadar protein paling tinggi pada perlakuan C sebesar 63,76%, kadar lemak terendah pada perlakuan
B sebesar 3,53%. Untuk profil asam amino, lisin merupakan jenis asam amino esensial paling tinggi dari
profil asam amino penyusun protein tepung ikan, sedangkan jenis asam amino non esensial tertinggi adalah
asam glutamat, dan pada profil asam lemak terdapat 23 jenis asam lemak, tertinggi adalah asam palmitat
sebesar 21,66%, asam oleat d sebesar 17,49% dan asam linoleat sebesar 6,69%.

Kata kunci: asam amino, asam lemak, lemak, protein, sepat rawa, tepung ikan

Effect of Different Cooking Time on Protein and Fat Content, Amino Acid and Fatty
Acid Profile of Three Spot Gourami (Trichogaster trichopterus) Fish Flour

Abstract
Three spot gourami (Trichogaster trichopterus) population in South Kalimantan is abundant but not yet
utilized optimally. Processing three spot gourami into fish flour is expected to maximize its utilization. This
study aimed to understand the effect of different cooking time in three spot gourami fish flour processing on
protein and fat content, amino acid, and fatty acid profile. The design of this study was experimental with a
completely randomized design method. The protein content was analyzed by kjeldahl method, amino acid
analyzed by High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method, lipid content analyzed by the
soxhlet method and fatty acid analyzed by Gas Chromatography (GC). The treatments used were cooking
using a pan for 30 minutes (A), autoclave 20 minutes (B), and autoclave 30 minutes (C). The results showed
the treatment affected protein and fat content, as well as amino acid and fatty acid profiles. The highest
protein content in treatment C 63.76%, the lowest fat content in treatment B 3.53%. For the amino acid
profile, lysine is the highest type of essential amino acid, while the highest type of nonessential amino acid is
glutamic acid, and in the fatty acid profile there are 23 types of fatty acids, the highest is palmitic acid with
an average 21.66%, followed by oleic acid d 17.49% and linoleic acid 6.69%.

Keywords : amino acid, lipid, fatty acid, fish flour, protein, three spot gourami

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 286


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2 Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al.

PENDAHULUAN
Ikan sepat rawa khususnya pada Provinsi kualitasnya. Tepung ikan dapat disimpan lebih
Kalimantan Selatan sangat melimpah. Hasil lama, dalam proses pendistribusian lebih
produksi ikan tersebut di Provinsi Kalimantan praktis, dan dapat diolah menjadi berbagai
Selatan berjumlah sekitar 1.951,8 ton pada macam produk pangan yang diinginkan
perairan sungai dan pada perairan rawa masyarakat. Tepung ikan dapat dimanfaatkan
sebesar 3.051,7 ton (Dinas Kelautan dan sebagai fortifikasi sumber zat gizi dari ikan
Perikanan 2017). Melimpahnya ikan tersebut (Adeleke et al. 2010; Desai et al. 2018) sehingga
belum dimanfaatkan dengan maksimal. dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
Sebagian masyarakat kerap memanfaatkan khususnya protein.
ikan tersebut sebagai konsumsi sehari-hari, Ikan merupakan sumber protein hewani
ada juga yang memanfaatkannya sebagai yang bermanfaat sebagai pengganti sel-sel
produk olahan di antaranya ikan sepat kering yang rusak yang diperlukan oleh tubuh selama
dan bekasam yang pengolahannya masih proses pertumbuhan (Astawan 2004). Hal ini
sangat tradisional, bahkan ada yang hanya seperti yang dikemukakan oleh Larsen et al.
menjadikannya pakan ternak ketika musim (2011) ditinjau dari sisi nutrisi protein yang
ikan sangat melimpah. baik kandungan asam aminonya lengkap dan
Nilai ekonomis ikan sepat rawa daya cernanya tinggi.
(Trichogaster trichopterus) cukup tinggi, Keberadaan asam lemak memberikan
meskipun pemanfaatannya belum optimal di beragam manfaat seperti membantu dalam
Kalimantan Selatan. Ikan ini biasanya dijual menghasilkan energi serta sebagai zat
dalam keadaan segar di pasar, ada juga yang penyusun tubuh. Di alam, asam-asam lemak
mengawetkan menjadi ikan asin, bekasam dan sering ditemukan memiliki nomor atom
sebagainya (Murjani 2011). Ikan merupakan genap, rantai tidak bercabang dengan bentuk
salah satu komoditas hasil perairan yang asam-asam monokarboksilat. Asam lemak
sangat potensial karena keberadaannya digolongkan menjadi dua yaitu jenuh dan tak
sebagai bahan pangan dapat diterima oleh jenuh (Liputo et al. 2013).
berbagai lapisan masyarakat. Hal ini karena Menurut Adawyah (2016), salah satu
ikan memiliki kandungan gizi yang baik cara untuk membuat bahan pangan menjadi
khususnya memiliki kandungan protein yang lunak yaitu dengan cara menggunakan
tinggi dan mengandung asam amino esensial suhu dan tekanan tinggi yang disebut
yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, nilai dengan pengolahan presto. Saparinto (2007)
biologisnya yang mencapai 90% dan memiliki menyatakan bahwa produk dengan tulang yang
jaringan pengikat yang sedikit sehingga menjadi lunak dihasilkan dengan pemasakan
mudah dicerna dan yang paling penting menggunakan presto dengan tekanan dan
adalah harganya jauh lebih terjangkau oleh suhu yang tinggi sehingga memudahkan
masyarakat dibandingkan sumber protein untuk dikonsumsi dan pengolahan produk
hewani lainnya. lanjutan dari ikan presto berduri lunak
Pengolahan ikan sepat rawa tersebut. Beberapa penelitian tentang
menjadi tepung ikan diharapkan dapat perubahan komposisi kimia akibat perlakuan
memaksimalkan pemanfaatan produksi ikan suhu tinggi telah banyak dilaporkan di
sepat rawa yang melimpah selain diolah antaranya adalah proses pengukusan rajungan
menjadi ikan kering, bekasam, dan produk (Jacoeb et al. 2012), perebusan udang ronggeng
lainnya. Menurut Pratiwi (2013), upaya (Jacoeb et al. 2008), pengukusan kakap merah
mengeluarkan sebagian air dan lemak dalam (Jacoeb et al. 2013), perebusan kerang
ikan bisa menghasilkan produk padat yang pokea (Yenni et al. 2012), pemanfaatan
kemudian disebut tepung ikan. Tepung tulang ikan belida sebagai sumber kalsium
tersebut biasanya akan disimpan sebelum (Kusumaningrum et al. 2016), embal fortifikasi
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan untuk (Riry et al. 2016), fortifikasi ikan patin pada
produk jadi, sehingga penting untuk menjaga snack (Nurilmala et al. 2014), stik sepat siam

287 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2

(Sari et al. 2019), dan proses penggorengan kromatografi gas (gas chromatography) GC-
pada ikan cakalang (Nurjanah et al. 2015). FID.
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pengaruh waktu dan suhu Metode Penelitian
pemasakan pada proses pengolahan tepung Proses penepungan
ikan terhadap kadar protein dan lemak, serta Pembuatan tepung ikan sepat rawa
profil asam amino dan asam lemak tepung mengacu pada penelitian sebelumnya oleh
ikan yang dihasilkan. Sedangkan kegunaannya King (2017); Sunarma (2014); Sari et al. (2014);
adalah untuk memberikan informasi Saleh (1990) dengan modifikasi. Prosesnya
terhadap masyarakat mengenai pemanfaatan diawali dengan melakukan penyiangan
dan diversifikasi olahan ikan sepat rawa ikan dengan membuang jeroan dan kepala.
serta memperoleh data tentang pengaruh Selanjutnya dicuci bersih ditimbang dan
perbedaan lama pemasakan terhadap kadar ditiriskan. Setelah itu ikan dimasukkan ke
protein, kadar lemak, profil asam lemak, dan dalam panci dan autoklaf dimasak sesuai
profil asam amino tepung ikan sepat rawa. perlakuan yaitu pemasakan menggunakan
panci selama 30 menit, autoklaf 20 menit
BAHAN DAN METODE dan autoklaf 30 menit. Setelah itu dilakukan
Bahan dan Alat pengepresan dengan cara memerasnya
Ikan sepat rawa merupakan bahan baku menggunakan kain saring. Kemudian,
utama. Analisis kadar protein menggunakan mengoven selama 12 jam dengan kisaran suhu
bahan selenium, H2SO4 pekat, akuades, asam 50-65oC. Selanjutnya ikan yang sudah dioven
borat (H3BO3) 2%, NaOH 40%, HCl 0,1 N, dan tersebut digiling menggunakan blender
indikator bromcresol green-methyl red. Bahan kering. Setelah itu dilakukan pengovenan
untuk analisis asam amino adalah HCl 6 N, kedua selama 5 jam dengan kisaran suhu 50-
Ortoftalaldehida (OPA), HCl 0,01 N, metanol, 65oC yang kemudian digiling menggunakan
merkaptoetanol, brij-30 30%, kertas milipore blender kering. Setelah diblender dilakukan
buffer kalium borat, dan larutan asam amino pengayakan menggunakan ayakan ukuran 60
standar 0,5 µ mol/mL. Bahan dalam analisis mesh.
asam lemak digunakan heksana, metanol,
kloroform (CHCl3), NaOH, NaCl, dan BF3 Prosedur analisis
16%. Penelitian menggunakan metode
Alat yang digunakan pada proses Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan
penepungan di antaranya pisau, talenan, yang diberikan adalah pemasakan
wadah/baskom, timbangan digital, kompor, menggunakan panci selama 30 menit (A),
panci pengukus, autoklaf, sarung tangan, autoklaf 20 menit (B) dan autoklaf 30 menit
oven, blender, dan ayakan 60 mesh. Peralatan (C). Analisis kadar protein dengan metode
uji kimiawi (kadar protein) terdiri dari neraca Kjeldahl dan asam amino dengan metode
analitik, beaker glass, lemari asam, pipet ukur, High Performance Liquid Chromatography
labu kjeldahl, buret dan statif, Erlenmeyer, (HPLC) mengacu pada AOAC (2005),
distilator, labu ukur, dan alat destruksi, sedangkan untuk analisis kadar lemak dengan
sedangkan dalam analisis asam amino dengan metode soxhlet yang mengacu pada SNI
seperangkat alat High Performance Liquid (2006). Analisis asam lemak menggunakan
Chromatography (HPLC), syringe, oven, Gas Chromatography (GC) berdasarkan pada
dan evaporator. Peralatan pengujian kadar metode AOAC (2012):969.33
lemak yaitu kertas saring, timbangan analitik,
soxhlet, labu lemak, oven, pemanas listrik, HASIL DAN PEMBAHASAN
kapas bebas lemak, dan desikator/eksikator, Kadar Protein Tepung Ikan Sepat
sedangkan analisis asam lemak menggunakan Rawa
alat Erlenmeyer, sentrifuse, corong pisah, Protein merupakan makromolekul
homogenizer, botol vial, evaporator, dan penyusun utama hampir semua organisme,

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 288


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2 Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al.

66

65 63.76c

64

63

Protein Content (%)


60.76b
62 60.47a
61

60

59

58

57

56
A B C
Treatment

Figure 1 Protein content of Three Spot Gourami (Trichogaster trichopterus) fish flour; (A) 30 minute cooked;
(B) 20 minute autoclave cooked; (C) 30 minute autoclave cooked; different letters indicate statistically
significant differences p<0.05

penyusun utama struktur protein adalah kualitas tepung ikan yang dihasilkan. Proses
polipeptida yang tersusun dari asam amino pemasakan ikan menggunakan panci
(Lehninger 1982). Sumber asam-asam amino pengukus maupun autoklaf menyebabkan
adalah protein yang tersusun dari unsur keluarnya air bebas dari dalam bahan pangan.
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen Penguapan air bebas dari bahan tersebut
(Winarno (2008). Hasil analisis protein menyebabkan menurunnya kadar air, sehingga
dengan metode Kjeldahl disajikan pada Figure dapat meningkatkan kadar protein tepung
1. ikan sepat rawa. Seperti yang dikemukakan
Berdasarkan Figure 1 dapat diketahui oleh Adawyah (2016), kandungan protein di
kadar protein tepung ikan sepat rawa tertinggi dalam bahan akan mengalami peningkatan
sebesar 63,77% pada perlakuan C (pemasakan apabila kadar air menurun.
dengan autoklaf lama waktu 30 menit dengan Komposisi kimiawi tepung ikan
suhu 121°C), kemudian diikuti oleh perlakuan beragam tergantung pada jenis bahan
B sebesar 60,76% (pemasakan dengan autoklaf baku, mutu bahan baku, jenis ikan dan cara
lama waktu 20 menit dengan suhu 121°C), pengolahannya (Shaviklo et al. 2015; Hiswaty
dan kadar protein tepung ikan sepat rawa 2002). Berdasarkan hasil analisis kadar protein
terendah sebesar 60,47% pada perlakuan tepung ikan sepat rawa tertinggi yaitu 63,76%
A sebagai kontrol menerapkan metode masih di bawah standar tepung ikan tipe B
pemasakan dengan pengukusan selama 30 yaitu minimal kadar protein sebesar 65% SNI
menit pada suhu 85-90°C. Hasil analisis ragam tepung ikan. Kualitas kadar protein tepung
(ANOVA) untuk kadar protein diperoleh ikan sepat rawa yang dihasilkan merupakan
hasil p<0,05 artinya perlakuan yang diberikan tepung ikan tipe C yaitu minimal 60%
berpengaruh nyata terhadap kandungan berdasarkan standar Food and Agriculture
protein tepung ikan yang dihasilkan. Organization (FAO).
Metode pengolahan yang meliputi Kadar protein tepung ikan sepat rawa
seluruh rangkaian proses dalam pembuatan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan
tepung ikan juga memberikan pengaruh dengan kadar protein tepung ikan sejenis pada
terhadap kadar protein yang dihasilkan. Proses penelitian sebelumnya oleh King (2012) yang
pemasakan dengan pengukusan dan autoklaf memilliki rata-rata kadar protein 52,99%.
pada suhu yang berbeda antar perlakuan Kualitas tepung ikan ditinjau dari kadar
menghasilkan kadar protein yang berbeda protein menurut Standar Nasional Indonesia
pula. Ilza et al. (2000) melaporkan bahwa (SNI 2715:2013) mengenai tepung ikan bahan
proses pembuatan tepung ikan memengaruhi baku pakan, kadar protein tepung ikan sepat

289 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2

7
5.67a
6
4.65c
5
3.54b

Lipid Content (%)


4

0
A B C
Treatment

Figure 2 Lipid content of Three Spot Gourami (Trichogaster trichopterus) fish flour; (A) 30 minute cooked;
(B) 20 minute autoclave cooked; (C) 30 minute autoclave cooked; different letters indicate statistically
significant differences p<0.05
rawa tertinggi yaitu 63,76% termasuk dalam waktu dan suhu pada proses pengeringan
kategori tepung ikan mutu A yaitu dengan mengakibatkan kandungan lemak semakin
standar kadar protein minimal 60%. meningkat dan kandungan air yang menurun
(Yuniarti et al. 2007)
Kadar Lemak Tepung Ikan Sepat Kadar lemak tepung ikan sepat rawa yang
Rawa paling rendah pada perlakuan B 5,67%. Hasil
Hal yang menyebabkan perbedaan sifat ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar
fisik minyak (cair) dan lemak (padat) dalam lemak tepung ikan sejenis pada penelitian
suhu kamar adalah karena adanya pebedaan sebelumnya oleh King (2012) dengan rata-
panjang rantai karbon, jumlah ikatan rangkap rata kadar lemak 10,19%. Standar Nasional
dan bentuk trans atau cis yang terkandung Indonesia (SNI) tepung ikan terdiri dari tiga
pada asam lemaknya (asam lemak tak jenuh). kategori: kategori A kadar lemak maksimal
Minyak dan lemak adalah senyawa lipida yang 10%, kategori B dengan maksimal kadar
paling banyak ditemukan di alam (Kettaren lemak 11% dan kategori C dengan maksimal
1986). Hasil untuk analisis kadar lemak kadar lemak sebesar 12% (BSN 2013). Pada
dengan metode soxhlet dapat dilihat pada masing-masing perlakuan pengolahan tepung
Figure 2. ikan sepat rawa menghasilkan kadar lemak
Figure 2 menunjukkan bahwa perlakuan yang sudah memenuhi SNI tepung ikan
B sebesar 5,67% merupakan perlakuan dengan dari segi kadar lemaknya. Dengan demikian
kadar lemak terendah, kemudian diikuti oleh tentu tepung ikan sepat rawa dengan semua
perlakuan C sebesar 4,65% dan tepung ikan perlakuannya sudah termasuk ke dalam
yang memiliki kadar lemak paling tinggi kategori atau grade A jika diklasifikasikan
terdapat pada perlakuan A sebesar 5,67%. menurut SNI tepung ikan.
Secara statistik, kadar lemak yang dihasilkan
dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) Profil Asam Amino Tepung Ikan
menghasilkan nilai p<0,05 yang berarti Sepat Rawa
hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Dari Komponen penyusun protein adalah
kesimpulan tersebut berarti perlakuan lama asam amino yang masing-masing terhubung
waktu pemasakan yang berbeda terhadap dengan ikatan peptida, jika dihidrolisis protein
tepung ikan sepat rawa sangat berbeda nyata. akan membentuk asam amino. Kualitas
Perbedaan yang sangat nyata tersebut karena suatu protein dilihat dari perbandingan total
dipengaruhi oleh lama pemasakan yang asam amino dan jenis-jenis asam amino
mengakibatkan proses perubahan kimiawinya penyusun protein tersebut. Protein mutunya
menjadi berbeda serta adanya perbedaan suhu ditentukan oleh kandungan asam aminonya.
dan tekanan pada perlakuan A (kontrol). Lama Semakin lengkap jenis asam amino semakin

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 290


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2 Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al.

Figure 3 Amino acid profile of Three Spot Gourami (Trichogaster trichopterus) fish flour; A (cooked);
; B (20 minutes autoclave); C (30 minutes autoclave); D (fresh fish).

baik mutunya dan sesuai proporsinya untuk adalah asam amino lisin dan terendah histidin
pertumbuhan (Winarno 2008). sedangkan kandungan asam amino non
Berdasarkan data hasil penelitian yang esensial tertinggi adalah asam amino glutamat
diperoleh terdapat 15 jenis asam amino pada dan terendah serin (Desai 2018).
tepung ikan sepat rawa yang terdiri atas: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, peningkatan kandungan asam aspartat dan
tirosin, histidin, treonin (asam amino esensial) asam glutamat selama proses pengolahan pada
dan valin, alanin, arginin, asam aspartat, asam suhu dan lama waktu pemasakan tertentu.
glutamat, glisin (asam amino non esensial). Peningkatan ini disebabkan terjadinya
Hasil analisis asam amino tepung ikan pada proses pemanasan pada saat pengukusan
berbagai perlakuan disajikan pada Figure 3. dan pemrestoan menggunakan autoklaf
Figure 3 memperlihatkan bahwa asam yang menyebabkan deaminasi asam amino.
amino esensial paling tinggi pada tepung ikan Penelitian sebelumnya oleh Utami et al.
sepat rawa hasil dari penelitian ini adalah (2016) dan Putra et al. (2017), membuktikan
asam amino lisin yaitu 5,98% (perlakuan perbedaan metode pemasakan menyebabkan
A), 6,66% (perlakuan B), dan sebesar 6,15% kandungan asam amino non esensial ikan
(perlakuan C). Asam amino esensial terendah seluang menjadi meningkat.
yaitu asam amino histidin 1,51% (perlakuan
A), 1,60% (perlakuan B), dan sebesar 1,46% Profil Asam Lemak Tepung Ikan
(perlakuan C). Sepat Rawa
Asam amino non esensial paling tinggi Asam lemak adalah asam organik yang
pada tepung ikan sepat rawa hasil dari penyusunnya adalah rantai hidrokarbon lurus
penelitian ini adalah asam glutamat yaitu yang pada satu ujung rantainya terdapat gugus
sebesar 12,33% (perlakuan A), 12,99% metil (CH3) dan ujung satunya lagi terdapat
(perlakuan B), dan sebesar 12,02% (perlakuan gugus hidroksil (COOH) (Almatsier 2006).
C), sedangkan asam amino non esensial Hasil analisis asam lemak dapat dilihat pada
terendah adalah serin 2,85% (perlakuan A) Figure 4.
dan 2,64% (perlakuan C), dan pada perlakuan Asam lemak jenuh (SFA) tertinggi yaitu
B asam amino non esensial terendah adalah asam palmitat sebesar 21,74% (perlakuan
arginin sebesar 2,63%. Pada tepung ikan cod B), sedangkan asam lemak tak jenuh tunggal
kandungan asam amino esensial tertinggi (MUFA) tertinggi adalah asam oleat sebesar

291 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2

Figure 4 Fatty acid profile of Three Spot Gourami (Trichogaster trichopterus) fish flour; A (cooked);
B (20 minutes autoclave); C (30 minutes autoclave).

17,89% (perlakuan C) dan untuk asam lemak Asam oleat atau biasa disebut sebagai
tak jenuh jamak (PUFA) tertinggi adalah omega 9 dan asam linoleat (omega 6)
asam linoleat sebesar 6,88% (perlakuan C). juga memiliki beberapa keunggulan dan
Kandungan asam lemak pada tepung ikan manfaatnya masing-masing. Asam oleat
mas kering tertinggi adalah asam linoleat berfungsi sebagai zat antioksidan penghambat
46,14% diikuti oleh asam oleat 27,69% dan kanker, sumber energi dan dapat menurunkan
asam palmitat 11,54%. (Hossam et al. 2017). kadar kolestrol. Saat tubuh mengalami
Asam palmitat yang merupakan jenis kurangnya asam oleat, tubuh akan mengalami
asam lemak paling tinggi pada tepung ikan gangguan seperti gangguan pada janin
memiliki beberapa keunggulan dan manfaat. dan bayi pertumbuhan sel otak terganggu,
Asam palmitat biasanya terkandung pada gangguan pengelihatan serta menurunnya
minyak kelapa sawit dengan konsentrasi yang daya ingat (Al-Saghir et al. 2004). Menurut
relatif tinggi. Kandungan yang demikian mirip Orey (2008), minyak zaitun mengandung
dengan apa yang terdapat dalam air susu ibu 55-85% asam oleat yang berkhasiat dalam
(ASI). Bahkan menurut Karouw (2014) asam penurunan risiko penyakit jantung, mencegah
palmitat merupakan asam lemak utama pada kanker dan sebagainya.
komposisi sn-2 ASI, sehingga tepung ikan Asam linoleat mempunyai beberapa
dengan kandungan asam lemak palmitat manfaat di antaranya meningkatkan
yang relatif tinggi ini diduga dapat menjadi pertumbuhan otot dan mencegah pemecahan
alternatif dalam pemenuhan gizi anak dengan pada otot akibat dari aktivitas. Fungsi lainnya
melihat kaitannya sebagai zat penyusun ASI yaitu membantu dalam mengatasi depresi dan
yang seharusnya dikonsumsi anak-anak sejak penyakit jantung serta efek anti peradangan.
dari lahir. Linoleat juga bermanfaat dalam meningkatkan
Asam lemak tak jenuh merupakan kecerdasan balita, anti peradangan pada
komponen yang dominan dalam susunan sel tubuh, mempertahankan fungsi imun,
sel saraf di otak anak. Pertumbuhan dan membran sel dalam pembentukan membran
perkembangan janin, otak dan penglihatan sel otak dan juga memiliki peran yang penting
juga sangat dipengaruhi oleh asam lemak pada transpor dan metabolisme lemak (Diana
esensial. Asam oleat dan asam linoleat 2013).
merupakan jenis asam lemak tidak jenuh yang
banyak terdapat pada tepung ikan sepat rawa
yang dihasilkan.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 292


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2 Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al.

KESIMPULAN Selatan. Banjarbaru (ID).


Pemasakan dengan lama waktu yang Diana FM. 2013. Omega 6. Jurnal Kesehatan
berbeda pada proses pengolahan tepung ikan Masyarakat. 7(1):26-31
memberikan pengaruh terhadap kadar protein Hiswaty. 2002. Pengaruh Penambahan Tepung
dan kadar lemak, serta profil asam amino dan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
asam lemak pada tepung ikan sepat rawa yang Terhadap Karakteristik Biskuit. [Skripsi].
dihasilkan. Perlakuan yang terbaik adalah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
perlakuan C dengan kadar protein tepung Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
ikan tertinggi 63,77% dan kadar lemak 4,65% Hossam EB, Naglaa ES, Zeinab A, Azza O.
sudah memenuhi standar SNI. 2017. The impact of using chickpea
flour and dried carp fish powder on
DAFTAR PUSTAKA pizza quality. PLOS ONE. 12. e0183657.
Adawyah R . 2016. Pengantar Teknologi Hasil 10.1371/journal.pone.0183657.
Perikanan. Bumi Aksara. Jakarta. Ilza M, Leksono T, Syahrul. 2000. Studi
Adeleke RO, Odedeji JO. 2010. Acceptability pengaruh cara pemasakan terhadap
Studies on Bread Fortified with Tilapia mutu tepung ikan. Jurnal Peternakan dan
Fish Flour. Pakistan Journal of Nutrition. Lingkungan. 6(22): 43-49.
9. 10.3923/pjn.2010.531.534. Jacoeb AM, Nurjanah, Lingga LA Br. 2012.
Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Karakteristik protein dan asam amino
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. daging rajungan (Portunus pelagicus)
Al-Saghir S, Thurner K, Wagner KH, Frisch akibat pengukusan. Jurnal Pengolahan
G, Luf W. 2004. Effects of different Hasil Perikanan Indonesia. 15(2):156-163
cooking procedures on lipid quality and Jacoeb AM, Hamdani M, Nurjanah. 2008.
cholesterol oxidation of farmed salmon Perubahan komposisi kimia dan vitamin
fish (Salmo salar). Journal of Agricultural daging udang ronggeng (Harpiosquilla
and Food Chemistry. 52:5290&5296 raphidea) akibat perebusan. Buletin
[AOAC] Association of Official Analytical Teknologi Hasil Perikanan. 11(2):76-88.
Chemist. 2005. Official Method of Analysis Jacoeb AM, Nurjanah, Saraswati A. 2013.
of the Association of Official Analytical of Kandungan asam lemak dan kolesterol
Chemist. Virginia (US): The Association kakap merah (Lutjanus bohar) setelah
of Analytical Chemist, Inc. pengukusan. Jurnal Pengolahan Hasil
Astawan. 2004. Ikan yang Sedap dan Bergizi. Perikanan Indonesia. 16(2):168-176.
Tiga Serangkai. Solo. Karouw S. 2014. Pemanfaatan stearin sawit
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. dan minyak kelapa untuk formulasi
Penentuan Kadar Total Lemak pada asam lemak mirip asi. Jurnal perspektif.
Produk Perikanan. SNI 01-2354.3-2006. 13(2):63.
Cara Uji Kimia-Bagian 3. Jakarta (ID): Ketaren NS. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
Badan Standardisasi Nasional. dan Lemak Pangan. Cetakan pertama.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013. Jakarta: UI Press.
Tepung Ikan-Bahan Baku Pakan. King DES. 2017. Pengaruh Penambahan
SNI 2715:2013. Jakarta (ID): Badan Tepung Ikan Sepat Rawa (Trichogaster
Standarisasi Nasional. trichopterus Pall) Terhadap Kualitas Kue
Desai AS, Brennan MA, Brennan CS. Kering. [Skripsi]. Fakultas Perikanan
2018. Effect of fortification with fish dan Kelautan Universitas Lambung
(Pseudophycis bachus) powder on Mangkurat. Banjarbaru (ID): Universitas
nutritional quality of durum wheat pasta. Lambung Mangkurat.
Foods. 7. 62. 10.3390/foods7040062. Kusumaningrum I, Sutono D, Pamungkas BF.
Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan 2016. Pemanfaatan tulang ikan belida
Selatan. 2017. Laporan Tahunan Statistik sebagai tepung sumber kalsium dengan
Perikanan Tangkap Provinsi Kalimantan metode alkali. Jurnal Pengolahan Hasil
Selatan. Pemerintahan Provinsi Kalimantan Perikanan Indonesia. 19(2): 148-155.

293 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh lama pemasakan terhadap kadar protein, Adawyah et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2

Larsen R. Eilersten KE. and Elvevoll EO. enbal fortifikasi (makanan tradisional
2011. Health benefits of marine foods Kepulauan Kei) ditinjau dari daya terima
and ingredients. Biotechnology Advances. konsumen. Jurnal Pengolahan Hasil
29:508-518. Perikanan Indonesia. 16(3):259-267
Lehninger LA 1982. Dasar-dasar Biokimia. PT Saleh M. 1990. Pengaruh pengepresan, mutu
Gelora Aksara Pratama. Jakarta. bahan mentah dan lama penyimpanan
Liputo, Siti AS, Berhimpon, Feti F. 2013. terhadap mutu tepung ikan. Jurnal
Analisa nilai gizi serta komponen asam Penelitian Pasca Panen Perikanan. 65: 41-
amino dan asam lemak dari nugget ikan 52.
nike (Awaous melanocephalus) dengan Saparinto C. 2007. Membuat Aneka Olahan
penambahan tempe. Chemistry Progress. Bandeng. Jakarta: Penebar Swadaya.
6(1):38-44 Sari DK, Rahmawati H, Susilawati. 2019. Stik
Murjani A. 2011. Budidaya beberapa varietas sepat siam (Trichogaster pectoralis) tinggi
ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus protein dan kalsium sebagai diversifikasi
Pall) dengan pemberian pakan komersial. olahan hasil perikanan. Jurnal Pengolahan
Fish Scientiae. 1(2):214-232. Hasil Perikanan Indonesia. 22(2): 311-317
Nurilmala M, Suptijah P, Subagja Y, Hidayat Sari DK, Marliyati SA, Kustiyah L, Khomsan
T. 2014. Pemanfaatan dan fortifkasi A, Gantohe TM. 2014. Uji organoleptik
ikan patin pada snack ekstrusi. Jurnal formulasi biskuit fungsional berbasis
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. tepung ikan gabus (Ophiocephalus
17(2):175-185. striatus). Agritech. 34(2): 120-125.
Nurjanah, Suseno SH, Hidayat T, Paramudhita Shaviklo AR. 2015. Development of fish
PS, Ekawati Y, Arifianto TB. 2015. protein powder as an ingredient for food
Changes in nutritional composition applications: A Review. Journal Food
of skipjack (Katsuwonus pelamis) due Scientists and Technology. 52(2):649.
to frying process. International Food Sunarma AFF. 2014. Substitusi Tepung Tulang
Research Journal . 22(5): 2093-2102 Ikan Sebagai Sumber Kalsium pada
Orey, Cal. 2008. Khasiat Minyak Zaitun Resep Produk Bakso Ikan Patin (Pangasius
Umur Panjang Ala Mediterania. Jakarta: sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Hikmah. Kelautan. Banjarbaru (ID): Universitas
Ozugul Y, Ozugul F. 2007. Fatty acid profiles of Lambung Mangkurat.
commercially important fish species from Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
the mediterranean, agean dan black seas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Food Chemistry. 100(4): 1634-1638. Yenni, Nurhayati T, Nurjanah. 2012. Pengaruh
Pratiwi F. 2013. Pemanfaatan Tepung Daging perebusan terhadap kandungan asam
Ikan Layang untuk Pembuatan Stick Ikan. lemak dan kolesterol kerang pokea
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. (Batissa violacea celebensis Marten 1897).
Semarang (ID): Universitas Negeri Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Semarang. Indonesia. 15(3):193-198
Riry Johan, Lawalata1 VN, Tapotubun EJ, Far-
Far1 RA. 2016. Mutu organoleptik produk

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 294

Anda mungkin juga menyukai