yang terdiri dari 2 jenis yaitu jenis Channa, terdapat 26 spesies didaerah Asia, khususnya Malaysia
dan Indonesia, dan Parachanna dengan 3 spesies yang hidup didaerah Afrika Tropis. Beberapa
ikan gabus memiliki tubuh yang kecil, sekitar 17 sentimeter. Namun banyak juga yang memiliki
tubuh yang besar, dan pernah dilaporkan memiliki panjang mencapai 1,8 meter. Beberapa spesies
dari ikan gabus sangat bernilai bila dijadikan makanan, terutama di India,
tubuh relatif kecil (lebih kecil dari 90 cm) dan spesiesnya meningkat mulai dari tahun 1950 sampai
dengan tahun 2010 (Bloch, 1793). Jenis lain adalah gabus toman Channa micropeltes dan Channa
pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis gabus yang berukuran tubuh besar, yang panjang
Di Indonesia, ikan gabus channa striata banyak ditemukan di daerah sungai, danau, dan
rawa-rawa di Sumatera dan Kalimantan. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan ikan gabus mulai
ditemukan didaerah Pulau Jawa. Namanama ikan gabus menurut wilayah yang ada di Indonesia
antara lain haruan (melayu dan banjar), bacek (subulussalam), kocolan (betawi), bayong, bogo,
Ikan gabus disebut snakehead atau ikan kepala ular karena memiliki kepala besar dan agak
gepeng, mulut besar dengan gigi-gigi besar dan tajam serta memiliki sisik besar diatas kepalanya.
Tubuhnya berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang
dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ekor berwarna gelap,
hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih, mulai dari dagu sampai ke
belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini
Menurut Suwandi et al, (2014) kandungan protein yang diperoleh pada ikan gabus dengan
jenis kelamin yang berbeda tidak menunjukkan nilai yang besar. Kadar abu yang terkandung dalam
daging ikan gabus dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat pada habitat hidup dari ikan
gabus tersebut.
Kandungan zat gizi tiap 100 gram ikan gabus segar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kandungan zat gizi ikan gabus tiap 100 gram ikan gabus segar
Ikan gabus diketahui mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan
lainnya. Kadar protein ikan gabus mencapai 25,5%, lebih tinggi dibandingkan protein ikan
(20,0%), maupun ikan sarden (21,1%). Kadar albumin ikan gabus bisa mencapai 6,22% (Carvalo,
Ikan gabus merupakan sumber albumin yang potensial. Para praktisi kesehatan telah
memanfaatkan ekstrak ikan gabus sebagai makanan tambahan (menu ekstra) untuk penderita
terindikasi hipoalbuminemia, luka bakar, dan diet setelah operasi. Dari berbagai studi kasus dan
penelitian diketahui bahwa ekstra ikan gabus secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin pada
kasus-kasus albuminemia dan mempercepat proses penyembuhan luka pada kasus pasca operasi
(Nugroho, 2013).
Albumin merupakan fraksi protein didalam putih telur dan mempunyai beberapa
fungsional yang penting pada proses pengolahan pangan. Untuk mendapatkan protein albumin
yang awet antara lain dapat dilakukan dengan cara pengeringan (Legowo et al, 2003). Pemanfaatan
ikan gabus yang lebih optimal yaitu dengan cara pembuatan tepung ikan gabus sebagai makanan
tambahan
(Food Suplement) dan salah satu sumber pangan fungsional (Fatmawati, 2014). Menurut
Rohmawati (2010), Ada kecendrungan perbedaan kandungan albumin berdasarkan berat badan
ikan gabus. Semakin berat bobot badan ikan gabus, maka kandungan albumin cenderung
meningkat.
Pada tubuh manusia, albumin di produksi di hati (hepar) dalam bentuk proalbumin.
Kemudian sekresi oleh sel golgi dalam jumlah sekitar 60% cairan berupa serum darah, dengan
konsentrasi antara 30-50 gram/liter dengan kurun waktu sekitar 20 hari yang dibutuhkan. Hal ini
berfungsi untuk membentuk jaringan baru dan pemulihan jaringan yang rusak karena bakteri
dalam tubuh. Dalam kondisi normal, hati dapat memproduksi albumin sekitar 11-15 gram/hari,
dan kadar normal albumin yang dibutuhkan dalam tubuh manusia berkisar antara
Tepung ikan gabus merupakan suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan cara
mengeluarkan cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang terkandung di dalam daging ikan.
Tepung ikan gabus awalnya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ikan karena mengandung protein
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, tepung ikan gabus sudah mulai disubtitusikan dalam
Kusumawardhani (2006) melakukan pemberian diet formula ikan gabus pada pasien
sindrom nefrotik hipoalbuminemia selama 21 hari dengan konsentrasi 1,5 gr/kgbb/hari dan hasil
penelitiannya menunjukkan terdapat peningkatan kadar albumin serum dalam darah pasien selama
pasien.
Fatmawati (2014) menyebutkan bahwa untuk membuat tepung ikan gabus dapat digunakan
tiga metode yaitu dengan Perebusan, Pengukusan, dan Pengukusan serta ekstraksi lemak. Berikut
perbandingan hasil kandungan kadar air dan protein ketiga metode tersebut.
Tabel 2.2 Perbandingan Kadar Air dan Kadar Protein, dalam Berbagai Metode
Pembuatan Tepung Ikan Gabus
Parameter (%)
Metode
Air Protein
Perebusan 9,18 2,34
Pengukusan 8,22 7,75
Pengukusan dan Ekstraksi Lemak 7,46 10,88
Sumber : Fatmawati (2014). Tepung Ikan Gabus Sebagai Sumber Protein
Ketiga metode pembuatan tepung ikan gabus secara keseluruhan memenuhi standar mutu
nasional (Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-21751992 tentang persyaratan mutu standar
tepung ikan), yaitu kandungan air maksimum tepung ikan adalah 10%. Jika kadar air tepung ikan
lebih dari 10% maka akan menurunkan mutu tepung ikan karena dapat meningkatkan aktivitas
mekrooganisme khususnya bakteri Salmonella. Rata-rata kadar protein terlarut tepung ikan gabus
berkisar antara 2,34% dan 10,88%. Adanya perbedaan kadar protein terlarut pada pembuatan
tepung ikan gabus disebabkan oleh protein yang larut dalam air panas mudah terkoagulasi sehingga
terjadi penurunan kadar protein. Kadar protein terlarut pada tepung ikan gabus yang tertinggi
diperoleh pada perlakuan pengukusan dan ekstraksi lemak, sedangkan kadar protein terlarut yang
dan disiangi (dibuang kepala, ekor, sisik, insang, dan isi perut) kemudian dicuci menggunakan air
2014) hingga tidak ada darah dan lendir, lalu ditiriskan dan ditimbang. Selanjutnya ikan dikukus
dengan perbandingan catatan antara ikan dan air kukusan yaitu 1:1/3 (Fatmawati, 2014). Menurut
Sari et al, (2014) pengukusan selama 30 menit dengan suhu 85-900C dapat diperoleh kadar
albumin tertinggi sebesar 24,25%. Tujuan pengukusan ini untuk menginaktifasi enzim dan
membunuh mikroba pembusuk yang berifat pathogen dan tidak membentuk spora (Sari et al,
2014). Setelah dingin daging ikan dipisahkan dari kulit dan tulang, lalu disuir-suir. Ikan
dikeringkan dengan suhu 500 C selama ±9 jam. Selanjutnya ikan yang sudah dikeringkan
Proses pemasakan baik dengan cara perebusan ataupun pengukusan dapat mempengaruhi
nilai organoleptik produk tepung ikan gabus, khususnya terhadap tekstur. Menurut Irawan (1997)
dalam Fatmawati (2014) tujuan pemasakan baik perebusan maupun pengukusan dilakukan untuk
mengurangi kadar air dan mempertahankan mutu daging ikan yaitu tekstur yang padat.