I. PENDAHULUAN
andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik
karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki
daya cerna yang tinggi sebesar 85%- 98%.Kandungan gizi dalam tahu, memang
masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan
ikan.Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih
memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani
untuk memenuhi kebutuhan gizi. Tahu diproduksi (dibuat) dengan
memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam
(cuka). Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan
serentak pada cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula
tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang
terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin
besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari
gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu
(Widaningrum, 2015). Disamping bahan baku, faktor lain yang memepengaruhi
mutu tahu adalah penggunaan bahan penggumpal (coagulant). Bahan
penggumpalan yang sering digunakan oleh para pengarajin tahu antara lain
kalsium sulfat (batu tahu), larutan asam cuka, dan whey tahu, sedangkan bahan
penggumpalan alami yang berasal dari ekstrak buah nanas masih jarang
digunakan dalam pembuatan tahu (Mustafikdkk, 2005).
Menurut Hou et al. (1999), kelemahan tahu yang dibuat dengan
penggumpal asam adalah mempunyai rasa lebih asam, pori-pori besar dan kasar,
serta tekstur kurang kompak. Penggumpalan protein dalam air susu akan lebih
lambat jika digunakan bahan pengumpalan larutan asam, sehingga rendaman tahu
yang dihasilkan menjadi rendah. Sebaliknya, tahu yang dibuat dari penggumpal
alami ekstrak buah nenas di samping lebih ekonomis dan aman dari segi
kesehatan, diharapkan juga mempunyai rasa tidak asam, pori-pori lebih kecil.
Hal ini karena ekstrak buah nanas muda, terutama daging buahnya, banyak
mengandung enzim bromelin (Moore and Caygill, 1999). Enzim tersebut bersifat
proteolisis yangmempunyai kemampuan tinggi untuk menggumpalkan protein
dalam susu (Daulay, 1991; Yamamoto, 1995). Di samping itu, enzim bromelin
3
termasuk enzim yang tahan terhadap panas dan mempunyai aktivitas tinggi (Reed
1995). Ekstrak buah nanas dan pepaya muda dapat digunakan sebagai
penggumpal alami dalam pembuatan tahu dari susu layu (Mustaufik, 2003).
Buah nanas dapat digunakan sebagai penggumpal (acidulant) alami dalam
pembuatan tahu susu karena mengandung enzim protease yang menjadi
biokatalisator dalam pemecahan protein tahu susu. Hasil penelitian
Wahyuningsihdkk (2013), menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar ekstrak
nanas yang ditambahkan menghasilkan tahu susu dengan kandungan protein yang
paling tinggi.
Menurut Nugroho dan Hayati (2014), penggunaan ekstrak buah nanas
sebagai penggumpal alami terbukti dapat meningkatkan kandungan protein dalam
tahu susu sebesar 18,61% .Lama pemasakan juga berpengaruh terhadap kadar
protein yang terkandung di dalam tahu susu yang dibuat karena pemanasan akan
menyebabkan denaturasi protein.
Sehingga dengan kombinasi tahu dan ikan yang dicampurkan mampu
memberi warna baru sebagai alternatif sumber pendapatan keluarga karena
pembuatan tahu ikan relatif mudah dan memiliki gizi tambah menurut Suprapti
(2005).
4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah nanas (Ananas
comosus.L. Merr.), terhadap tekstur tahu ikan patin (Pangasius
hypophthalmus).
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap tahu ikan
patin(Pangasius hypophthalmus).
3. Untuk mengetahui perlakuan terbaik pada tahu ikan patin (Pangasius
hypophthalmus).
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang pengaruh penambahan ekstrak buah nanas
(Ananas comosus. L. Merr.)terhadap mutu tahu ikan patin (Pangasius
hypophthalmus).
2. Memberikan informasi dan sebagai bahan menambah wawasan ilmu
pengetahuan di bidang perikanan, khususnya teknologi hasil perikanan.
5
2.1Ikan Patin
Ikan patin merupakan golongan ikan pemakan segala (Susanto dan Amr,
1996) menjelaskan, di alam makanan utama ikan patin berupa udang renik
(crustacea), insekta dan moluska. Sementara makanan pelengkap ikan patin
berupa rotifera, ikan kecil dan daun-daunan yang ada di perairan.
Ikan patin merupakan ikan konsumsi yang hidup di perairan tawar yang
memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, kecepatan
tumbuhnya relatif cepat, dapat diproduksi secara masal dan memiliki peluang
pengembangan skala industri (Susanto, 2009).
Secara taksonomi, klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Siluriforiformes
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasiuse
Spesies :Pangasius hypophthalmus
Adapun gambar ikan patin (Pangasius hypophthalmus)dapat dilihat pada
Gambar 1 sebagai berikut.
masih tumbuh. Selain Hawaii, negara-negara lain yang secara komersial tumbuh
nanas termasuk Thailand, Filipina, China, Brasil dan Meksiko ( D.Lawal, 2013).
Dalam klasifikasi atau sistematika tumbuhan (taksonomi), nanas termasuk
dalam famili Bromiliaceae. Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama
nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl)
Schultes, A. Fritzmuelleri, A. Adapun secara lengkap, klasifikasi tanaman Nanas
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus
Adapun gambar buah nanas (Ananas comosus. L. Merr.) dapat dilihat pada
gambar 2 sebagai berikut.
sumber: http://suaramerdeka.com
2.5 Ekstraksi
11
2.7 Kedelai
Kedelai merupakan komoditas jenis kacang-kacang yang memiliki
kandungan protein nabati yang tinggi. Permintaan kedelai saat ini terus meningkat
seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan kedelai. Masyarakat tidak
mengonsumsi kedelai secara langsung tetapi diolah menjadi berbagai produk
olahan seperti susu kedelai, tahu, dan tempe. Disamping itu kedelai juga banyak
diolah menjadi berbagai aneka makanan jajanan anak-anak, remaja maupun orang
dewasa. kedelai tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena diolah
menjadi tahu dan tempe sebagai pengganti lauk. Kebutuhan tahu dan tempe saat
12
ini semakin meningkat, sehinngga banyak diusahakan baik dalam skala rumah
tangga maupun dalam skala besar.
Menurut Adisarwanto (2005) kedudukan tanaman kedelai dalam
sistematik tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Species : Glycine max
Disisi lain kedelai dapat diolah menjadi tempe sebagai pengganti lauk. Tempe
merupakan hasil fermentasi kacang kedelai dengan kapang Rhizopus oligosporus
atau biasa dikenal sebagai ragi tempe, yaitu sejenis jamur yang dapat mengurai
protein didalam kacang kedelai menjadi asam amino, sehingga lebih mudah
dicerna tubuh. Kandungan protein tempe berbeda dengan kandungan protein
dalam kacang kedelai. Proses fermentasi pada tempe ini dapat menjadi makanan
yang mengandung sumber probiotik, yakni bakteri baik yang dapat membantu
kesehatan usus dan sistem kekebalan tubuh (Dina, 2013).
Komposisi Kedelai dalam 100 g Tahu dapat diuraikan pada Tabel 3
berikut.
Tabel 3. Komposisi Kedelai dalam 100 gram Tahu
Komposisi Jumlah
Energi (kal) 6
Air (g) 86,7
Protein (g) 7,9
Lemak (g) 4,1
Korbohidrat 0,4
Serat (g) 0,1
Abu/Mineral (g) 0,9
Kalsium (mg) 150
13
2.8 Tahu
Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang dijadikan sebagai lauk pauk
yang banyak diminati dan digemari masyarakat Indonesia, karena harganya
murah, mudah didapat dan bergizi tinggi. Suprapti (2005), mengemukakan bahwa
tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila
bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka ini berlangsung
secara cepat dan bersamaan diseluruh bagian kedelai, sehingga sebagian besar air
yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terkumpul didalamnya.
Gumpalan protein yang dihasilkan tersebut dicetak menjadi tahu. Kedelai
yang diolah menjadi tahu dapat meningkatkan kandungan gizi seperti kalsium,
natrium, protein, lemak, besi, dan vitamin (Purwaningsih, 2007).
Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat
melalui proses pengolahan kedelai (Glycine max.) dengan cara pengendapan
proteinnya, dengan atau tidak ditambah bahan lain yang diizinkan (Badan
Standarisasi Nasional, 1998). Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan hanya
selama 1 hari saja tanpa pengawet (Harti dkk., 2013).
Adapun gambar tahu dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut :
Tahu merupakan salah satu produk olahan yang sangat umum dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai lauk kaya protein. Konsumsi tahu yang tinggi di
masyarakat juga mendorong berkembangnya pabrik tahu dan mendorong
produsen menciptakan olahan tahu yang berbeda dari kebanyakan tahu lainnya
agar diminati oleh masyarakat. Salah satu bentuk inovasi dalam perkembangan
tahu di Indonesia adalah tahu susu. Pembuatan tahu susu dapat dibuat dengan
15
bahan penggumpal alami seperti ekstrak buah pepaya yang mengandung enzim
papain dan ekstrak buah nanas yang mengandung enzim bromelin. Kedua enzim
tersebut bersifat proteolitik yang mampu memutuskan ikatan peptida sehingga
menggumpalkan protein susu (Anggraini dkk, 2013).
7. Sendok/Spatula
19
8. Sarung Tangan
9. Cetakan Tahu
10. Kain Mori
11. Talenan
12. Oven
13. Ayakan
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk ekstraksibuah nanas(Ananas
comosus.L. Merr.)dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8.Bahan-bahan Pengekstraksian Buah Nanas(Ananas comosus.L. Merr.)
No Bahan Jumlah
.
1. Buah nanas 1000 g
2. Air 100 ml
Sumber : Data primer(2021)
Adapunbahan-bahan Pembuatan tahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus)
dengan penambahan ekstraksi buah nanas(Ananas comosus.L. Merr.) dapat dilihat
pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Bahan Pada Pembuatan Tahu Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
No Bahan Gram
1. Daging ikan patin (Pangasius hypophthalmus) 1000 gr
2. Tepung ikan patin (Pangasius hypophthalmus) 200 gr
3. Kacang kedelai (Glycine sp.) 2000 gr
4. Buah nanas (Ananas comosus L. Merr.) 195 ml
5. Minyak goreng 2L
6. Asam cuka (Acetic acid) 50 ml
Sumber : Data primer (2021)
Adapun komposisi masing-masing pembuatan tahu ikan patin (Pangasius
hypophthalmus) dapat terlihat pada tabel 10 di bawah ini:
Tabel 10. Komposisi Tiap Perlakuan Tahu Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
No. Bahan A B C D
1 Tepung ikan patin 50 gr 50 gr 50 gr 50gr
20
1 Kg daging
buah nanas
Penyaringan ekstrak
Ekstrak buah
nanas
1 Kg daging
ikan patin
Proses Pengepresan
Proses Pengayakan
Tepung ikan patin
2 Kgkedelai
Pencucian
Perebusan
Ekstrak Pencampuran
Buah nanas
3.5. Hipotesis
Hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Penambahan ekstrak buah nanas (Ananas comosus L. Merr.) tidak
berpengaruh terhadap mututahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus).
H1: Penambahan ekstrak buah nanas (Ananas comosus L. Merr.)
berpengaruh terhadap mututahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus).
W 1 X fP
Kadar glukosa= X 100 %
W
Keterangan:
Kadar karbohidrat = 0,09 x kadar glukos
W1 = bobot cuplikan dalam mg
W = glukosa yang terkandung untuk ml tio
yang dipergunakan dalam mg dari daftar
fp = faktor pengenceran
Keterangan:
1. PerlakuanA=Tahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan penambahan
Asam cuka (Acetic acid) sebagai kontrol.
2.Perlakuan B=Tahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan penambahan
ekstrak buah nanas (Ananas comosus L. Merr.)50 ml
3. PerlakuanC=Tahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan penambahan
ekstrak buah nanas (Ananas comosus L. Merr.)65 ml
4. Perlakuan D=Tahu ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan penambahan
ekstrak buah nanas (Ananas comosus L. Merr.)80 ml
U = Ulangan
T = Jumlah/Total
R = Rata-rata
Data diatas kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas. Uji normalitas data
pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov, dengan taraf
signifikasi α = 0,05. Adapun ketentuan untuk menerima atau menolak pengujian
normalitas atau tidaknya suatu distribusi data adalah sebagai berikut:
Jika Dhitung ≥ D tabel, maka distribusi data tidak normal
Jika Dhitung ≤ D tabel, maka distribusi data normal
Untuk mengetahui kehomogenan data, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas
data menggunakan uji Levene.
36
Uji Levene adalah suatu uji hipotesis dimana semua faktor standar deviasi (atau
uji kesamaan ragam) adalah satu sama atau tidak. Uji Levene merupakan alternatif
dari uji Barlett (Kusuma, 2010).
Setelah diketahui data yang diperoleh homogen, maka dilakukan analisa
keragaman seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Contoh Tabel Analisis Keragaman (ANOVA)
Sumber DB JK KT F Hitung F Tabel
Keragaman 5% 1%
Perlakuan (t-1) JKP KTP
Galat T (n-1) JKG KTG
KTP
KTG
Total (t x n)-1 JKT
Penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis didasarkan pada nilai F hitung yang
diperoleh dengan kemungkinan sebagai berikut:
1. Jika Fhitung< Ftabel 5% berarti antar perlakuan tidak berbeda nyata, maka Ho
diterima dan H1 ditolak.
2. Jika Fhitung> Ftabel 5% berarti antar perlakuan berbeda nyata, maka Ho ditolak
dan H1 diterima.
3. Jika Fhitung> Ftabel 1% berarti antar perlakuan berbeda sangat nyata, maka Ho
ditolak dan H1 diterima.
Apabila hasil perhitungan tersebut menunjukan antar perlakuan berbeda nyata
atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan.
Nilai Koefisien keragaman menentukan uji lanjut yang sebaiknya
digunakan.Menurut Hanafiah (2001), hubungan nilai KK dan uji lanjutan yang
sebaiknya digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal 20% pada
kondisi heterogen) uji lanjutan yang sebaiknya digunakan adalah uji Duncan
atau DMRT (Duncan Multiple Range Test).
37
2. Jika KK sedang (antara 5% sampai 10% pada kondisi homogen atau minimal
20% pada kondisi heterogen) uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji
BNT (Beda Nyata Terkecil).
3. Jika KK kecil (maksimal 5% kondisi homogenatau maksimal 10% pada
kondisi heterogen) uji lanjutan yang sebaiknya digunakan adalah BNJ (Beda
Nyata Jujur).
Untuk menghitung koefisien keragaman (KK) digunakan rumus sebagai
berikut:
KTE
KK =
√
YijK
x 100 %
Keterangan: KK = Koefisien Keragaman
KTE = Kuadrat tengah Eror
YijK = ∑ rata-rata dibagi perlakuan (t)
Nilaiperlakuan−Nilaiterjelek
Neff =
Nilaiterbaik−Nilaiterjelek
2 Konsultasi
Proposal skripsi
3 Seminar
penelitan
proposal skripsi
4 Penyusun
proposal skripsi
dan distribusi
5 Konsultasi
laporan
penelitian
skripsi
6 Penelitian
skripsi
7 Seminar hasil
skripsi
8 Ujian
skripsi/sidang
9 Distribusi hasil
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R.P., A.H.D. Rahardjo., & S.S. Santosa. 2013. Pengaruh level enzim
bromelin dari nanas masak dalam pembuatan tahu susu terhadap rendemen
dan kekenyalan tahu susu. Jurnal Ilmiah Peternakan, Vol.1(2): 507-513.
Hou, H.J., K.C. Chang, and M.C. Shin. 1999. Yield and textural properties of soft
tofu as affected by coagulation method. J. Food. Sci. 62(4): 824-827.
Ilyas S. 2003, Kemungkinan Membuat Makanan dengan Kadar Protein Ikan
Tinggi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta:
Departemen Pertanian.
J.Dostalova, P. K. (2009). The Changes of - Galaktosidase during Germination
and High Pressure Treament of Legume Seeds. Czech J. Food Sience , S76.
Januaresti, Aldia., Sutrisno, Ela, Turmala&Taufik, Yusman. 2016. Pengaruh
Konsentrasi Inokulum Acetobacter aceti Dan Lama Fermentasi Terhadap
Karakteristik Vinegar Murbei (Morus alba). Skripsi. Jurusan Teknologi
Pangan,Fakultas Teknik, Universitas Pasun dan, Bandung.
Luthfi Assadad dan Bagus Sediadi Bandol Utomo. 2011, Pemanfaatan Garam
DalamIndustri Pengolahan Produk Perikanan.Squalen (Buletin Pasca
panen & Bioteknologi Kelautan dan Perikanan), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Vol 6 No. 1, Mei 2011.
Akreditasi No.148/Akred LIPI/P2MBI/03/2009.ISSN.19780249.
Monalisa, K., Islam, M. Z., Khan, T., Abdullah, A. T. M., dan Hoque, M. M.
2012. Comparative Study on Nutrient Contents of Native and Hybrid Khoi
(Anabas testudineus) and Pangas (Pangasius pangasius, Pangasius
hypotalamus) Fish in Bangladesh. International Food Research Journal.
20(2): 79-797 (203).
Moeljanto. 1992, Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mustaufik, 2003. Pemanfaat bahan penggumpal alami dari ekstrak buah nenas dan
pepaya pada pembuatan tahu dari susu layu. Laporan Penelitian. Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto.
Nugroho, A.T.K., & M. Hayati. 2014. Pemanfaatan berbagai ekstrak buah lokal
sebagai alternatif acidulant alami dalam upaya peningkatan kualitas tahu
susu. Jurnal Cendekia, Vol. 12(3): 49-55. ISSN: 1693-6094.
Permadi A., 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka Bunda.
SII. 1990. SII 0270-1990 (Mutu dan Cara Uji Tahu). Departemen Perindustrian
RI, Jakarta
Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivias Spesifik Enzim Bromelin dari
Buah Nanas ( Ananas comosus L.). J Kim. Sains & Apl, VIII(3), pp. 78–
82.
Yamamoto, A. 1995. Proteolytic enzymes. Pp. 15-18. In: G. Reed ( E d . ) , E n z
y m e s i n F o o d Academic Press, New York.
44