PENDAHULUAN
merupakan bagian utama penunjang dalam memperoleh energi dan metabolisme sel
dalam tubuh. Mengkonsumsi makanan yang berkualitas merupakan hal yang sangat
penting guna memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan
tubuh (Supriyatin et al., 2022). Oleh karena itu, keanekaragaman jenis pangan yang
dikonsumsi perlu diperhatikan dalam menghindari defisit atau kelebihan pada zat gizi
tersebut terkandung unsur-unsur zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tidak
mengandung bibit penyakit dan racun. Nuraini (2007) juga menyatakan bahwa
makanan yang sehat adalah makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup
seimbang, serta tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan atau merusak
kesehatan.
siap saji (ready to eat) yang cenderung tinggi lemak jenuh, gula, dan rendah serat.
Konsumsi fast food mulai menjadi kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan
tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan cepat. Salah satu produk
makanan siap saji yang populer beredar di masyarakat adalah nugget (Wibowo et al.,
2014).
Nugget merupakan jenis makanan cepat saji yang dibuat menggunakan daging
giling dan diberi bumbu kemudian dicampur bahan pengikat serta dicetak dalam
1
bentuk tertentu, dikukus lalu dipotong dan dilumuri perekat telur kemudian diselimuti
tepung roti. Nugget ini dapat dikonsumsi setelah digoreng dan disimpan pada freezer
Salah satu jenis nugget yang beredar di pasaran adalah nugget ikan atau fish
nugget. Keunggulan nugget ikan, yaitu memiliki kandungan gizi seperti protein dan
asam lemak lebih baik dibandingkan dengan nugget yang lain. Ikan memiliki
kandungan protein yang tinggi dengan kualitas protein yang mudah dicerna
(Jayasinghe, 2013).
Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan yang dapat digunakan sebagai
bahan baku produk nugget karena memiliki kadar protein hampir dua kali lebih tinggi
dari kadar protein telur. Dalam 100 g daging ikan tuna mengandung protein sebesar
yang dilakukan oleh Daroyani et al., (2022), serat pangan total ikan tuna yaitu 1,91%.
Serat ini masih tergolong rendah sehingga perlu dilakukan kombinasi produk nugget
dengan menggunakan ampas wortel yang memiliki serat pangan yang tinggi, yaitu
berkisar 2,3% - 3,2% (Kurniawati, 2010). Selain itu ampas wortel juga kaya akan
asam askorbat, dan α-tokoferol (Ali et al., 2003 dalam Melisa, 2011).
dengan rasio penggunaan ikan tuna dan ampas wortel untuk penganekaragaman
produk nugget yang bergizi dan kaya serat. Hal ini diharapkan dapat memberikan
nilai tambah pada produk nugget sehingga menjadi produk yang berkualitas.
2
1.2 Rumus Masalah
Penelitian ini memilih ampas wortel dan ikan tuna sebagai bahan baku
pembuatan nugget karena bahan baku pertanian ini melimpah, namun mudah rusak.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui formulasi nugget yang tepat
dengan menggunakan persentase ikan tuna dan ampas wortel (90% : 10%, 80% :
dan uji organoleptik, menentukan formulasi nugget dari bahan baku ikan dan ampas
wortel, serta mengetahui karakteristik nugget yang baik dari segi organoleptik
industri makanan, maupun peneliti tentang pemanfaatan ampas wortel dan ikan tuna
terhadap nilai gizi nugget yang dihasilkan. Menghasilkan produk pangan unggulan
yang menggunakan sumber pangan lokal menjadi nugget yang bernilai gizi baik.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nugget
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu
kemudian dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu
Nugget dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan dasar yang
digunakan, yaitu berupa bahan hewani dan bahan nabati. Nugget berbahan hewani
yang berasal dari daging hewan seperti nugget daging ayam, nugget daging sapi,
nugget daging ikan, dan nugget udang. Nugget daging ayam merupakan salah satu
nugget hewani yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Nugget berbahan
nabati atau nugget analog berbahan dasar tumbuhan seperti nugget tahu, nugget
2.2 Wortel
keluarga Apiaceae. Wortel memiliki nama-nama yang berbeda pada setiap negara
maupun daerahnya seperti: carrot (inggris), bortel (Belanda), bortol (Sunda), wortel
(Madura). Wortel pada umumnya bisa ditanam di daerah yang dingin dengan
ketinggian 1200 mdpl. Wortel bisa ditanam sepanjang tahun untuk daerah dataran
yang tinggi. Wortel memiliki batang, daun yang basah berupa sekumpulan pelepah
(tangkai daun) yang muncul dari pangkal sayuran bagian atas (umbi akar), mirip
dengan tanaman daun seledri. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian
4
umbi atau akarnya. Wortel memiliki batang yang pendek, akar tunggang yang bentuk
dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Kulit umbi wortel tipis
dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis. Wortel memiliki rasa manis
karena terdapat kandungan karbohidrat sehingga rasa manis alami dapat terasa pada
Ampas wortel merupakan sisa dari penggilingan wortel yang diambil sari
ekstraknya yang telah dipisahkan dan biasanya sisa-sisa ini mengendap diatas
permukaan sari atau bahkan menggumpal dengan sendirinya apabila terjadi proses
penyaringan. Ampas pada umumnya memiliki nilai ekonomis yang rendah karena
ampas biasanya hanya dibuang begitu saja tanpa ada penanganan lebih lanjut dari
ampas tersebut. Ampas wortel ini pada umumnya hanya sebagai sampah yang berasal
dari serat penggilingan dari pemisahan sari dan ampas wortel, seharusnya ada
penanganan yang lebih lanjut untuk meningkatkan nilai ekonomis pada ampas wortel
dengan cara mengolahnya menjadi produk seperti selai. Ampas wortel memiliki
kandungan gizi yang sama dengan wortel yang utuh, hanya saja kadar kandungan gizi
yang terdapat pada ampas wortel tidak sebanyak wortel utuh karena pada umumnya
kandungan gizi yang terdapat pada wortel termasuk ke dalam daging sayuran atau
Kandungan yang terdapat pada ampas wortel salah satunya, yaitu vitamin A,
vitamin B, vitamin C dan kandungan gizi lainnya. Kandungan yang tertinggi pada
merupakan terbentuknya warna atau pigmen pada wortel, sehingga pada saat
pemisahan sari dan ampas masih ada pigmen yang terdapat pada ampas wortel.
5
Vitamin A yang terkandung pada ampas wortel sedikit karena proses penggilingan
Ikan laut banyak mengandung sejumlah asam lemak tak jenuh omega-3, dan
turunan asam dokoheksanoat (DHA) dan asam eikosapentanoat (EPA) yang berfungsi
dalam perkembangan otak, saraf dan penglihatan. Maka dari itu dalam
mengkonsumsi ikan laut bukan hanya untuk kesehatan fisik, melainkan juga untuk
perkembangan kognitif (Farida et al., 2018). Salah satu jenis ikan laut yang bisa
Ikan tuna termasuk dalam family scrombidae dengan bentuk tubuh seperti
kerucut yang memiliki dua sirip punggung, sirip depan pendek dan terpisah dari sirip
punggung dan sirip dubur, serta sirip dada yang terletak agak ke atas dan sirip ekor
Ikan tuna juga memiliki kandungan gizi mineral kalsium, fosfor, besi dan
sodium, vitamin A, vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin), serta lemak yang
rendah antara 0,2 – 2,7 g/100 g daging. Sispaditanianggi (2017), menyatakan bahwa
ikan tuna memiliki kadar kolesterol lebih rendah yaitu 38-45 mg per 100 g daging
6
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2023. Analisis kadar serat, dan
kadar abu dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan dan Hasil Pertanian (APHP)
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan selama proses penelitian ini, yaitu pisau, talenan,
tangan. Adapun alat yang digunakan untuk analisis, yaitu erlenmeyer, pendingin
tegak, corong Bucher, kertas saring Whatman 541, cawan uji, cawan kurs, neraca
analitik, botol timbang, kompor listrik, tanur, desikator, penjepit botol/kurs, kurs
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi ampas wortel dan
ikan tuna yang diperoleh dipasar Lambaro Aceh Besar, telur. garam, tepung terigu,
merica, bawang merah, bawang putih, tepung panir, minyak goreng. Adapun bahan
yang digunakan untuk analisis, yaitu larutan H2SO4 1,25%, NaOH 3,25%, aquades,
etanol 96%, kapuas aktif, asam sulfat, silical gel, alumunium oksida, kalium klorida,
7
3.3 Metode Penelitian
Lengkap (RAL) non faktorial dengan faktor rasio penggunaan ikan tuna dan ampas
wortel yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu (P1) = 90% : 10%, (P2) = 80% : 20%, dan
(P3) = 70% : 30%. Setiap perlakuan dilakukan 6 kali ulangan sehingga menghasilkan
𝑌𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜏𝑖 +∈𝑖𝑗
dengan :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-𝑖 dan ulangan ke-𝑗.
∈𝑖𝑗 = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-𝑖 dan ulangan ke-𝑗
8
Bila hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh perbedaan nyata antar
perlakuan, maka akan dilalakukan dengan uji lanjut Beda Nyata (BNT) dengan rumus
sebagai berikut:
BNT a = tax
√ 2 KTG
n
Keterangan :
ta ( x ) : nilai baku (t) pada huruf uji (a ) dan derajat bebas galat (x).
n : jumlah ulangan.
Ikan tuna dibersihkan dengan cara membuang isi perutnya, dipisahkan dari
tulangnya, lalu dicuci dengan air bersih kemudian ditimbang sesuai perlakuan (90%,
Wortel yang telah dikupas kulit dan dicuci hingga bersih, kemudian di Juicer
untuk mendapatkan Ampas Wortel, lalu dilakukan sortasi untuk memisahkan wortel
yang masih utuh. Ampas wortel kemudian ditimbang sesuai dengan perlakuan (10%,
(2018), daging ikan tuna dan ampas wortel yang sudah ditimbang sesuai dengan
9
perlakuan. Kemudian ditambahkan bahan baku pendukung lainnya seperti, tepung
terigu 100 g, merica 4 g, larutan bawang merah 30 g, larutan bawang putih 15 g, telur
4 g dan garam 8 g kedalam wadah untuk dilakukan pengadonan. setelah semua bahan
Nugget kemudian didiamkan pada suhu ruang 25oC yang bertujuan untuk
menurunkan temperatur internal sehingga struktur nugget ikan akan menjadi padat.
Nugget dipotong dengan ukuran balok 3x3x1 cm dan dimasukkan ke dalam adonan
pelapis (pelumuran) yang dibuat dengan cara mencampurkan 3 butir telur ayam dan
digulirkan dalam 250 g tepung panir agar adonan pelapis tersebut melekat.
dalam 500 mL minyak pada suhu 150 OC selama 3 menit, sampai nugget berubah
penggunaan ikan tuna dan ampas wortel dapat dilihat pada Gambar 1.
10
Daging ikan tuna
Ampas wortel
Analisis
Rendemen Didinginkan dan dipotong ukuran 3x3x1 cm
Kadar serat
Kadar Abu
11
3.5 Parameter Pengamatan
Parameter yang diuji pada nugget ikan tuna dan ampas wortel adalah
3.5.1. Rendemen
Analisis rendemen adalah perbandingan berat bobot kering produk yang
dihasilkan dengan berat bobot basah bahan baku Rendemen dihitung berdasarkan
perbandingan berat akhir (berat yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa
Berat Nugget ( g )
% Rendemen= ×100 %
Bera t Bahan Baku ( g )
soxhletasi atau dengan cara mengaduk, mengendap tuangkan sampel dalam pelarut
panas disaring dengan corong Bucher yang berisi kertas saring Whatman 541 tak
berbau yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya (W1). Endapan yang terdapat
pada kertas saring dicuci berturut- turut dengan H 2SO4 1,25% panas, aquades panas,
dan etanol 96%. Kertas saring diangkat dan dimasukan pada kotak timbang yang
telah diketahui bobotnya (W2) kemudian dikeringkan pada suhu 105°C didinginkan
dan ditimbang sampai bobot tetap (W3) (Abdul et, al, 2018).
12
( w 3−w 2 )−w 1
% seratkasar = ×100 %
beratsempel
terdapat pada suatu bahan pangan dan merupakan residu organik dari proses
pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu
kemurnian, serta kebersihan suatu produk yang dihasilkan (Akolo, 2019). Kadar abu
ditimbang berat cawan porselen dengan neraca analitik (a gram). Sekitar 3 gram
sampel ditimbang dalam cawan porselen (w gram). Sampel di arangkan di atas hot
plate selama 30 - 60 menit sampai tidak berasap. Kemudian sampel di abukan dalam
tanur bersuhu 600°C selama 3 jam dan ditimbang (x gram). Kemudian didinginkan
Dimana:
tergantung dari tujuan pengujian tersebut. Pengujian organoleptik pada penelitian ini
13
memakai panel tidak terlatih karena hanya perlu sekelompok orang yang mempunyai
hedonik. Skala hedonik ada yang memiliki skala numerik 1-5, 1-7 hingga 1-9.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap bahan baku awal yang digunakan. Semakin rendah rendemen maka semakin
tinggi nilai (berat) rendemen suatu produk. Perbandingan bobot kering produk yang
dihasilkan dengan berat basah bahan baku rendemen ekstrak dihitung berdasarkan
perbandingan berat ahkir (nugget) dengan berat awal (nugget) dikalikan 100% (Sani
et al., 2014).
Data hasil analisis rendemen nugget dengan pemberian ikan tuna dan ampas
wortel pada persentase yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% : 20%, P3= 70% :
30%) nilai yang diperoleh berkisar antara 75,93% - 90,34% dengan nilai rata-rata
99,12% (Lampiran 1a). Hasil sidik ragam (Lampiran 1b) menunjukkan bahwa
persentase nugget ikan tuna dan ampas wortel tidak berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap nilai rendemen nugget ikan tuna dan ampas wortel. Sani et al., (2014),
yang dihasilkan) dengan berat awal (berat bahan total yang digunakan) dikalikan
100%. Menurut Anggraeni et al., (2014), granula pati dapat mengembang jika
menyerap air, apabila pati yang sudah menyerap air jika dipanaskan, maka energi
panas dapat memecahkan ikatan hidrogen sehingga kemampuan pati dalam mengikat
air semakin meningkat dan mengakibatkan pati dapat mengembang lebih besar.
Jumlah pati dan jumlah air yang terserap akan berpengaruhi pada rendemen produk.
15
4.2 Uji Kadar Serat
Pengujian kadar serat nugget dari ikan tuna dan ampas wortel dengan
persentase yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% : 20%, P3= 70% : 30%) nilai
yang diperoleh berkisar antara 2,66% - 3,79% dengan nilai rata-rata 3,01 (Lampiran
2a). Hasil sidik ragam (Lampiran 2b) mnenunjukkan bahwa persentase rasio nugget
ikan tuna dan ampas wortel tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar serat
Perbedaan kadar serat kasar pada tiap perlakuan nugget oleh kandungan
masing-masing ampas wortel yang berbeda antara satu sama lain, semakin tinggi
penambahan ampas wortel pada nugget semakin tinggi pula kandungan serat kasar
yang terkandung dalam nugget. Perbedaan kadar serat kasar pada tiap perlakuan
nugget ini diakibatkan oleh kandungan masing-masing ampas wortel yang berbeda
antara satu sama lain serta akibat dari proses pengolahan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Wibowo (2014) yang menyatakan bahwa kadar serat nugget yang
Pengujian kadar abu pada nugget ikan tuna ampas wortel dengan persentase
yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% : 20%, P3= 70% : 30%) nilai yang
diperoleh berkisar antara 0,90% - 1,98% dengan nilai rata-rata 1,38% (Lampiran 3a).
Hasil sidik ragam (Lampiran 3b) menunjukkan bahwa persentase nugget ikan tuna
dan ampas wortel tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar abu nugget ikan
tuna dan ampas wortel yang dihasilkan. Hasil rata-rata tertinggi adalah 1,66 (P2) dan
16
terendah 1,20 (P3). Menurut Putri et al., (2019) dalam proporsi kecil abu
mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yang bersumber dari
bahan pangan.
Proses pengukusan ikan diindikasikan dapat mengurangi kadar abu, hal ini
terjadi karena kadar abu akan larut oleh air yang digunakan. Penentuan kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan, kandungan mineral total dalam bahan
pangan dapat diperkirakan sebagai kandungan abu yang merupakan residu anorganik
yang tersisa setelah bahan-bahan organik terbakar habis, semakin banyak kandungan
mineralnya, maka kadar abu menjadi tinggi begitu juga sebaliknya apabila kandungan
mineral sedikit maka kadar abu bahan juga sedikit (Karmila et al., 2016). Hal ini
sesuai dengan pendapat Hasniar dan Fadilah (2019), bahwa semakin tinggi kadar abu
dari suatu bahan pangan menunjukkan tingginya kadar mineral dari bahan tersebut.
Menurut Giram et al., (2017) pada umumnya mineral tidak terpengaruh oleh adanya
proses pengolahan.
berbeda tergantung dari tujuan pengujian tersebut. Untuk pengujian organoleptik pada
penelitian ini memakai panel terlatih karena hanya perlu sekelompok orang yang
2014).
17
4.2.1 Uji Organoleptik Warna
Hasil pengamatan uji organoleptik warna nugget ikan tuna dan ampas wortel
dengan persentase pencampuran yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% : 20%, P3=
70% : 30%), terlihat bahwa analisis organoleptik warna yang dihasilkan berkisar
antara 2,92-3,88 (tingkat penerimaan agak suka hingga suka). Nilai rata-rata
keseluruhan uji organoleptik warna nugget ikan tuna ampas wortel adalah 3,51
(tingkat penerimaan suka) (Lampiran 4a). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4b)
menunjukkan bahwa perlakuan persentase pencampuran ikan tuna dan ampas wortel
yang yang berbeda berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai organoleptik warna
nugget ikan tuna ampas wortel yang dihasilkan. Hasil uji lanjut BNT0,05 pengaruh
persentase substitusi ikan tuna dan ampas wortel terhadap warna nugget yang
Organoleptik Warna
3.700 3.660 b
3.593 b
3.600
3.500
Warna
3.400
3.287 a
3.300
3.200
3.100
P1 = 90% : 10% P2 = 80% : 20% P3 = 70% : 30%
Perbandingan Ikan Tuna : Ampas Wortel
Gambar 2. Pengaruh persentase pemberian ikan tuna dan ampas wortel yang berbeda
berdasarkan uji organoleptik warna (nilai yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata BNT 0,05 =0,20, KK, 10,61%)
18
Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan ikan tuna dan ampas wortel
warna tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 yaitu 3,66 (tingkat penerimaan suka) dan
nilai rata-rata kesukaan terhadap warna terendah diperoleh pada perlakuan P3 yaitu
3,28 (tingkat penerimaan agak suka), Warna yang dihasilkan nugget dengan rasio
penggunaan ikan tuna dan ampas wortel yaitu kuning keemasan. Menurut Winarno
(2008), warna cokelat merupakan hasil akhir dari reaksi aldehid yang aktif
melanoidin. Menurut Leo dan Nollet (2007), tingkat intensitas warna yang
ditimbulkan dipengaruhi oleh lama penggorengan, suhu, dan komposisi kimia yang
terdapat pada permukaan luar bahan dari bahan pangan. Oleh karena itu warna dapat
menjadi faktor yang dapat mempengaruhi apakah produk pangan disukai atau tidak
(Defri, Jayiyah, and Nasichah 2021). Warna suatu produk pangan merupakan hasil
dari proses pengolahan pangan. Selama proses pengolahan terjadi berbagai reaksi dan
menghasilkan rasa yang gurih. Data hasil pengamatan uji organoleptik aroma nugget
ikan tuna dan ampas wortel dengan persentase pencampuran yang berbeda (Lampiran
6a), nilai analisis organoleptik aroma yang dihasilkan berkisar antara 3,43-3,51
(tingkat penerimaan agak suka sampai suka). Nilai rata-rata keseluruhan uji
organoleptik aroma pada nugget ikan tuna ampas wortel yaitu 3,47 (tingkat
19
penerimaan agak suka). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6b) memperlihatkan
bahwa setiap perlakuan dengan persentase pemberian ikan tuna dan ampas wortel
yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% : 20% : P3=70%, 30%) tidak berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik aroma nugget ikan tuna ampas wortel yang
dihasilkan.
lezat dan gurih karena terjadi penyerapan minyak selama proses penggorengan.
Kombinasi antara bahan utama dan bahan tambahan akan menghasilkan rasa yang
berbagai rasa yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan. Umumnya produk hasil
olahan berbahan baku ikan disebabkan oleh kandungan asam amino penyusun protein
ikan misalnya glisin, alanin, lisin dan asam glutamat dan jenis-jenis asam amino
Dalam industri pangan, aroma salah satu indikator sensori yang dihasilkan
dalam proses pengolahan pangan yang dapat menjadi daya tarik kuat sehingga dapat
makanan (Ratulangi dan Rimbing, 2021). Pengujian aroma dan bau dianggap sebagai
pengujian yang paling penting, dimana aroma atau bau dengan cepat memberikan
hasil penilaian terhadap produk terkait, baik diterima atau tidaknya suatu produk.
Data hasil pengamatan uji organoleptik aroma nugget ikan tuna dan ampas
wortel dengan persentase pencampuran yang berbeda (Lampiran 7a), nilai analisis
20
organoleptik aroma yang dihasilkan berkisar antara 3,46-3,55 (tingkat penerimaan
agak suka sampai suka). Nilai rata-rata keseluruhan uji organoleptik aroma pada
nugget ikan tuna ampas wortel yaitu 3,50 (tingkat penerimaan suka). Hasil analisis
persentase pemberian ikan tuna dan ampas wortel yang berbeda (P1= 90% : 10%,
P2= 80% : 20% : P3=70%, 30%) tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai
Hal ini tidak ada perubahan spesifik pada aroma nugget, sehingga panelis
memberikan tingkat penilaian yang hampir sama pada aroma nugget yaitu suka .
Dapat disimpulkan bahwa nugget ikan tuna ampas wortel tidak berpengaruh nyata
karakteristik warna, aroma khas dan lembut sehingga terbentuknya aroma juga
disebabkan karena adanya berbagai senyawa yang mudah menguap dan beberapa
reaksi sebagai akibat oleh aktivitas enzim maupun tanpa adanya aktivitas enzim
Dari hasil pengamatan uji organoleptik tekstur nugget ikan tuna dan ampas
wortel dengan persentase pencampuran yang berbeda (P1= 90% : 10%, P2= 80% :
20%, P3= 70% : 30%), terlihat bahwa analisis organoleptik tekstur yang dihasilkan
berkisar antara 3,63-3,89 (tingkat penerimaan suka) (Lampiran 8a). Nilai rata-rata
keseluruhan uji organoleptik tekstur nugget ikan tuna dan ampas wortel adalah 3,74
(tingkat penerimaan suka). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8b) menunjukkan
bahwa perlakuan persentase pencampuran ikan tuna dan ampas wortel tidak
21
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik tekstur nugget ikan tuna
Hal ini disebabkan tidak ada perubahan spesifik pada tekstur nugget, sehingga
panelis memberikan tingkat kesukaan terhadap tekstur nugget yaitu suka. Surawan
(2007) Menyatakan bahwa penambahan pati yang banyak dapat membuat tekstur
lebih badat dan keras, serta tekstur akan berubah dengan berubahannya kandungan
air, sedangkan Zulkarnain (2013) menjelaskan bahwa pati memagang peranan penting
dalam menentukan tekstur makanan, apabila campuran granula pati dan air
dipanaskan akan menentukan gel. Pati yang berubah menjdi gel bersifat irreversible,
membentuk tekstur.
Tekstur dapat dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dari setiap jenis bahan
pengisi yang digunakan. Demikian pula yang dijelaskan oleh Sormin et al., (2020)
berfungsi untuk membentuk tekstur yang baik pada suatu rangsangan fisik yang
terjadi saat makanan bersentuhan dengan rongga mulut (Hidayah et al., 2021). Setiap
jenis makanan memiliki sifat tesktur masing-masing yang dipengaruhi oleh keadaan
fisik, ukuran serta bentuk sel penyusunnya. Untuk penilaian tekstur terdiri dari
22
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dan ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai produk olahan pangan sehat untuk
1. Pembuatan nugget ikan tuna ampas wortel pada persentase pencampuran yang
berbeda (P1= 90% : 10%, P2 = 80% : 20%, P3= 70% : 30%) tidak berpengaruh
nyata terhadap rendemen, kadar serat, kadar abu, uji organoleptik aroma, tekstur
dan rasa, tetapi berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik warna nugget ikan
2. Analisis pengujian rendemen pada setiap taraf perlakuan, nilai tertinggi terdapat
pada perlakuan P2 (ikan tuna 80% : ampas wortel 20%), yaitu 98,60% dan nilai
terendah terdapat pada perlakuan P3 (ikan tuna 70% : ampas wortel 30%), yaitu
90,16%.
3. Analisis pengujian kadar serat pada setiap taraf perlakuan, nilai tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (ikan tuna 90% : ampas wortel 10%), yaitu 3,09% dan nilai
terendah terdapat pada perlakuan P2 (ikan tuna 80% : ampas wortel 20%), yaitu
2,88%
4. Analisis pengujian kadar abu pada setiap taraf perlakuan tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 (ikan tuna 80% : ampas wortel 20%), yaitu 1,66% dan nilai terendah
terdapat pada perlakuan P3 (ikan tuna 70% : ampas wortel 30%), yaitu 1,20%.
23
5. Produk nugget ikan tuna ampas wortel dengan penerimaan tertinggi dari segi
warna dan tekstur terdapat pada perlakuan (P2) 80% : 20%, yaitu warna (3,66) dan
tekstur (3,89) dengan tingkat penerimaan suka. Adapun penerimaan tertinggi dari
segi aroma dan rasa terdapat pada perlakuan (P1) 90% : 10%, yaitu aroma (3,55)
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang nugget ikan tuna dan
berbeda.
3. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daya simpan nugget ikan tuna
24
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah. PT. Gramedia Pusaka
Utama. Jakarta.
Anggraeni, D.A, Widjanarko, S.B, Ningtyas, D.W. 2014. Proporsi Tepung Porang
(Amorphophallus muelleri Blume): Tepung Maizena Terhadap Karakteristik
sosis ayam. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3):214-223
Arisanti, D. 2017. Varian Ikan Nike (Awaous melanocephalus) dan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Terhadap Mutu Kerupuk. JURNAL
TECHNOPRENEUR: Technology and Enterpreneur 5(2):44–53.
Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan, Teori Praktis dan Aplikasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Abdul, R.H., Korompot, Fatimah F., dan Wuntu, A. D. 2018. Kandungan Serat Kasar
dari Bakasang Ikan Tuna (Thunnus sp), pada Berbagai Kadar Garam, Suhu
dan Waktu Fermentasi. Jurnal Ilmiah Sains, Program Studi Kimia, FMIPA
Universitas Sam Ratulangi Manado, Vol 11118 no. 1, April 2018.
Akolo, R.A. 2019. Karakteristik Mutu Kadar Air, Kadar Abu dan Organoleptik pada
Penyedap Rasa Instan. Journal of Agritech Science, 3(2), 60-77.
Daroyani, D.I., Yusasrini, N.L.A. dan Sugitha, I.M. 2022. Pengaruh Perbandingan
Ikan Tuna (Thunnus sp.) dengan Puree Jantung Pisang (Musa paradisiaca sp.)
Terhadap Karakteristik Nugget. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 11(2).
Farida dan Roosita, K. 2018. Kebiasaan Konsumsi Ikan Laut, Tingkat Konsumsi,
Status Gizi, dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Daerah Pantai dan
Bukan Pantai. Jurnal Gipas: ISSN 2599-0152.
Fazil, Ayu, dan Zalfiatri. 2022. Karakteristik Sifat Kimia dan Organoleptik Nugget
Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) dengan Penambahan Jamur Tiram. Jurnal
Agroindustri Halal 8(1):104–15.
25
Giram, S.J. Agrawal, R.S. and Shere, D.M. 2017. Organoleptic and Nutritional
Evaluation of Cookies Supplemented with Oat and Finger Millet.
International Journal of Pure and Applied Bioscience, 5 (5). pp. 360–365.
Hasniar., Rais, M., dan Fadilah R. 2019. Analisi Kandungan Gizi dan Uji
Organoleptik pada bakso tempe dengan Penambahan Daun Kelor (Moringa
oleifera). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 5:189-200.
Hidayah., Restu., Oktaningrum, G.N., Fatikasari, M.H., dan Subiharta. 2021. Kualitas
Sensori Nugget Ayam Kub. Mediagro 17(2) : 146-153
Inarest, Fathonah, S., dan Rosidah. 2014. Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Kurniawati, L. 2010. Pemanfaatan Bekatul dan Ampas Wortel (Daucus carota) dalam
Pembuatan Cookies. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
Leo M. dan L. Nollet. 2007. Handbook of Meat Poultry and Seafood Quality.
Blackwell Publishing Jhon Wiley and Sons., Inc. New York.
Lidiyawati, R., Dwijayanti, F., Yuwita S., dan Pradigdo, S.F. 2013. Mentel (Permen
Wortel) sebagai Solusi Penambah Vitamin A. Jurnal Ilmiah Mahasiswa.
Melisa, N. 2011. Pengaruh Pencampuran Tepung Ampas Tahu dan Tepung Terigu
sebagai Bahan Pengikat Terhadap Mutu Nugget Wortel (Daucus carota).
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Andalas, Padang.
Muchtar, Febriana, Panga, dan Hastian. 2020. Pengaruh Penyimpanan pada Suhu
Rendah Terhadap Kandungan Protein dan Sifat Organoleptik Tahu. J. Sains dan
Teknologi Pangan (JSTP). 5(5):3256–64.
26
Muchtar, Febriana, Paridah, dan Yunawati, I. 2021. Uji Sensori dan Penentuan Indeks
Glikemik Nasi Beras Putih (Oryza satifa L.) Subtitusi Pisang Kepok (Musa
paradisiaca Forma Typical). J. Sains dan Teknologi Pangan. 6(6):4497–4512.
Nuraini, H. 2007. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal.
Qultumedia. Jakarta.
Nursholeh, Muhammad, Azis, L., Hariyandi, dan Dzulfikri, M.A. 2022. Efek Rasio
Penambahan Tepung Singkong dan Ikan Tongkol (Euthynnus affini)
Terhadap Sifat Organoleptik dan Daya Kembang Kerupuk. Jurnal Teknologi
dan Mutu Pangan1(2).
Persulessy, E.R., Lembang, F.K., dan Djidin, H. 2016. Penilaian Cara Mengajar
Menggunakan Rancangan Acak Lengkap. BAREKENG: Jurnal Ilmu
Matematika dan Terapan. 10(1), 9-16.
Putri, Cindy Y. K., Pranata, Fransiskus S., Swasti, dan Yuliana R. 2019. Kualitas
Muffin dengan Kombinasi Tepung Pisang Kepok Putih (Musa paradisiaca
forma typica) dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata). Biota Vol. 4
(2): 50–62.
Ratulangi F.S., dan Rimbing, S.C. Mutu Sensoris dan Sifat Fisik Nugget Ayam yang
Ditambahkan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L). Zootec 41(1):230-
239.
Simanjuntak, G.T.Y. BR. 2018. Pemanfaatan Ampas Jus Kedelai dan Ikan Patin
dalam Pembuatan Nugget serta Uji Daya Terima dan Kandungan Gizinya.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
27
Sani, R.N., Fithri C.N., Ria, D.A., dan Jaya, M.M. 2014. Analisis Rendemen dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetrasilmis chuii. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 2(2): 121-126.
Suartini, A. Indriastuti, T.D., dan Saiya, H.V. 2018. Pengaruh Penggunaan Bahan
Pengisi (Filler) Terhadap Tepung Keladi (Colocasia esculenta) pada
Pembuatan Nugget Ayam Terhadap Uji Organoleptik. Musamus Journal of
Animal Livestock Science1(1):33–38.
Supriyatin, T., Damayanti, F., dan Arfa, A.N. 2022. Kreasi Olahan Nugget dari
Jantung Pisang Sebagai Alternatif Cemilan Sehat. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Biologi dan Sains.
Solikha, H. P. 2016. Pengaruh Perbandingan Wortel (Daucus carota L.) dengan Apel
(Malus sylvestris Mill.) Varietas Rome Beauty dan Konsentrasi Gula Terhadap
Karakteristik Selai Wortel Apel. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan Fakultas
Teknik Universitas Pasundan, Bandung.
Trisnaningsih, D. 2014. Kadar Protein dan Betakaroten Bakso Ikan Tuna yang
Diperkaya Jamur Merang (Volvariella volvaceae) dan Umbi Wortel. Artikel
Publikasi Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wibowo, A. Hamzah, F., dan Johan, V.S. 2014. Pemanfaatan Wortel (Daucus carota
L.) dalam Meningkatkan Mutu Nugget Tempe. Jurnal Jurusan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Riau.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
28
Lampiran 1. Form Uji Organoleptik
Pembuatan diversifikasi nugget dengan rasio penggunaan ikan tuna (thunnus
thynnus) dan ampas wortel (daucus carota l) Sebagai produk olahan pangan sehat
untuk meningkatkan nilai tambah
Tanggal uji :
Nama Panelis :
NIM :
Jurusan :
Petunjuk : Nyatakan penilaian anda dengan menuliskan skor kesukaan antara
(1-5) pada kolom tanggapan kesukaan warna, aroma, rasa, dan
tekstur dengan kode sample yang tertera pada kolom.
Keterangan Notasi : Nilai kategori
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Agak suka
Kode sample Warna Rasa Aroma Tekstur
29
Lampiran 2. Hasil Analisis Rendemen Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Nilai rendemen
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
34 ,51
×100
93 ,31
6 , 21
¿ ×100
93 , 31
30
¿ 6,65%
Lampiran 3. Hasil Analisis Kadar Serat Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Nilai kadar serat
ULANGAN RATA-
PERLAKUAN TOTAL
U1 U2 U3 U4 U5 U6 RATA
P1 3,79 3,12 2,95 2,82 3,08 2,78 18,55 3,09
P2 2,66 2,67 2,95 3,21 2,73 3,04 17,26 2,88
P3 2,93 2,97 3,20 3,16 3,19 2,84 18,29 3,05
TOTAL 9,38 8,77 9,10 9,19 8,99 8,66 54,10 9,02
Rata-rata 3,13 2,92 3,03 3,06 3,00 2,89 18,03 3,01
Y = 3,01
Keterangan : P1 = Ikan Tuna 90% , Ampas Wortel 10%
P2 = Ikan Tuna 80%, Ampas Wortel 20%
P3 = Ikan Tuna 70%, Ampas Wortel 30%
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
0 ,07
×100
3 , 01
0 ,27
¿ ×100
3 , 01
31
¿ 8,83%
Lampiran 4. Hasil Analisis Kadar Abu Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Hsil uji kadar abu
RATA-
ULANGAN TOTAL
PERLAKUAN RATA
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P1 0,99 1,16 1,29 1,98 1,10 1,06 7,58 1,26
P2 1,26 1,91 1,85 1,94 1,86 1,15 9,97 1,66
P3 1,13 1,28 1,16 0,93 1,82 0,90 7,21 1,20
TOTAL 3,37 4,36 4,30 4,84 4,78 3,10 24,76 4,13
Rata-rata 1,12 1,45 1,43 1,61 1,59 1,03 8,25 1,38
Y = 1,38
Keterangan : P1 = Ikan Tuna 90% , Ampas Wortel 10%
P2 = Ikan Tuna 80%, Ampas Wortel 20%
P3 = Ikan Tuna 70%, Ampas Wortel 30%
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
0 ,12
× 100
1 , 38
0 ,35
¿ ×100
1 ,38
32
¿ 25,54%
Lampiran 5. Hasil Analisis Organoleptik Warna Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Hasil uji organoleptik warna
BNT 0,05 = α ×
√ 2 KTG
n
= 1,753 ×
√ 2 × 0,040
6
= 1,753 × √ 0 , 013
33
= 1,753 × 0,114
= 0,201
c. Tabel Hasil
Perlakuan Rata-rata BNT 0.05 Total
P1 3,593 0,201 3,794
P2 3,660 0,201 3,861
P3 3,287 0,201 3,488
d. Tabel Notasi
Perlakuan Rata-rata Total BNT Notasi
P3 3,660 3,861 a
P1 3,287 3,488 b
P2 3,593 3,794 b
34
Lampiran 6. Hasil Analisis Organoleptik Rasa Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Hasil uji organoleptik rasa
PERLAKUA ULANGAN RATA-
TOTAL
N RATA
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P1 3,72 3,60 3,44 3,32 3,56 3,40 21,0 3,51
P2 3,32 3,52 3,64 3,40 3,16 3,56 20,6 3,43
P3 3,60 3,56 3,36 3,52 3,36 3,40 20,8 3,47
TOTAL 10,64 10,68 10,44 10,24 10,08 10,36 62,44 10,41
RATA-RATA 3,55 3,56 3,48 3,41 3,36 3,45 20,81 3,47
Y = 3,47
Keterangan : P1 = Ikan Tuna 90% , Ampas Wortel 10%
P2 = Ikan Tuna 80%, Ampas Wortel 20%
P3 = Ikan Tuna 70%, Ampas Wortel 30%
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿
√0,021 ×100
3 , 47
0,146
¿ × 100
3 , 47
¿ 4,20%
35
Lampiran 7. Hasil Analisis Organoleptik Aroma Nugget Ikan Tuna dan Ampas Wortel
a. Hasil uji organoleptik aroma
ULANGAN RATA-
PERLAKUAN TOTAL
RATA
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P1 3,68 3,56 3,48 3,56 3,52 3,52 21,32 3,55
P2 3,32 3,48 3,56 3,48 3,64 3,32 20,80 3,46
P3 3,24 3,60 3,56 3,64 3,48 3,40 20,92 3,48
TOTAL 10,64 10,60 10,40 10,36 10,84 10,32 63,04 3,50
RATA-RATA 3,41 3,54 3,53 3,56 3,54 3,41 21,01 3,50
Y = 3,50
Keterangan : P1 = Ikan Tuna 90% , Ampas Wortel 10%
P2 = Ikan Tuna 80%, Ampas Wortel 20%
P3 = Ikan Tuna 70%, Ampas Wortel 30%
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
0,014
× 100
3 , 50
0,120
¿ ×100
3 ,50
¿ 3,42%
36
Lampiran 8. Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Nugget Ikan Tuna dan Ampas
Wortel
a. Hasil uji organoleptik tekstur
ULANGAN RATA-
PERLAKUAN TOTAL
RATA
U1 U2 U3 U4 U5 U6
P1 3,72 3,96 3,72 3,68 3,60 3,52 22,2 3,70
P2 3,60 3,60 4,00 3,72 4,92 3,52 23,4 3,89
P3 3,60 3,60 3,60 3,80 3,64 3,52 21,8 3,63
TOTAL 10,92 11,16 11,32 11,20 12,16 10,56 67,32 11,22
RATA-RATA 3,64 3,72 3,77 3,73 4,05 3,52 67,32 3,74
Y= 3,74
Keterangan : P1 = Ikan Tuna 90% , Ampas Wortel 10%
P2 = Ikan Tuna 80%, Ampas Wortel 20%
P3 = Ikan Tuna 70%, Ampas Wortel 30%
KK (%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿
√0,104 × 100
3 ,74
0,323
¿ ×100
3 ,74
37
¿ 8,62%
38
Hasil dari Proses Pemotongan Nugget Proses Penggorengan Nugget
39
RIWAYAT HIDUP
Nama : Analisda
TTL : Pucuk Lembang, 10 Juni 2002
Agama: Islam
Asal : Desa Pucuk Lembang
Penulis dilahirkan 21 tahun yang lalu di Kab Aceh Selatan, Kec Kluet Timur
tepatnya pada tanggal 10 Juni 2002 dari keluarga yang sederhana. Penulis merupakan
anak ke 2 dari 3 bersaudara dari Bapak Abdul Haji dan Ibu Marziah.
Tahun 2014 penulis lulus SD Negeri Pucuk Lembang, kemudian tahun 2017
penulis lulus SMP Negeri Pucuk Lembang, selanjutnya penulis lulus SMA Negeri 2
Pucuk Lembang 2020. Pada tahun 2020 penulis diterima di kampus Politeknik
Studi Agroindustri. Pada bulan Desember tahun 2022 penulis menyelesaikan Bakti
Profesi dengan judul “Pembuatan Sirup Ekstra Buah Nenas di Desa Lamceu
Kabupaten Aceh Besar” dan pada bulan November tahun 2022 penulis menyelesaikan
Magang dengan judul” Manajemen Mutu Minyak Kelapa Sawit di PT Agro Sinergi
Nusantara Kabupaten Aceh Barat dan pada bulan September 2023 penulis
Penggunaan Ikan Tuna (Thunus thynnus) dan Ampas Wortel (Daucus carota L.)
40