Anda di halaman 1dari 13

Vol. 2, No.

1, Tahun 2013

PENGOLAHAN NUGGET SAYUR

Rujiah*), Retty Ninsix**), dan Zinatal Hayati**)


*)
Alumni Teknologi Pangan Faperta UNISI
**)
Dosen Teknologi Pangan Faperta UNISI

Abstrak

Selama ini nugget yang dijual dipasaran berasal dari bahan baku hewani
seperti ikan, daging, ayam maupun udang. Dengan memodifikasi bahan dasar
pengolahan nugget pada penelitian ini dengan menggunakan sayur seperti wortel
diharapkan dapat menghasilkan nugget yang bergizi tinggi namun harganya lebih
murah sehingga dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus carota L) dan
Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus) Terhadap Karakteristik Nugget. Dari hasil
analisis diperoleh perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan E (3:1) dengan Kadar Air
(61,75%), Kada Abu (20%), Kadar Protein (8%), Kadar Lemak (13,25%), Kadar B-
Karoten (5,50%), Kadar Karbohidrat (17,25%), Warna (3,50), Rasa (3,25), Aroma
(3,00), dan Tekstur (3,00).

PENDAHULUAN Selama ini nugget yang dijual


dipasaran berasal dari bahan baku
Latar Belakang hewani seperti ikan, daging, ayam
Salah satu pengolahan pangan maupun udang. Penetapan perbandingan
yang dapat meningkatkan nilai gizi perlakuan dalam pengolahan nugget
terhadap hasil olahannya adalah nugget, berdasarkan percobaan pendahuluan
hal tersebut disebabkan dalam proses yang telah dilakukan dengan
pengolahannya memadukan bahan perbandingan ikan dan wortel (1:1),
pangan yang beragam. Dasar pemilihan (1:2), (1:3), (2:1), dan (3:1) berdasarkan
jenis bahan yang digunakan sebagai pengamatan peneliti nugget yang
bahan pembuatan nugget dalam dihasilkan dengan perlakuan ini dari segi
penelitian ini adalah penggabungan organoleptik ( rasa, warna, tekstur dan
antara bahan pangan hewani dengan aroma ) rasanya enak, warnanya cerah,
bahan pangan nabati yang harganya tekstur lembut dan aromanya khas
relatif murah, pengolahan nugget sayur dengan bumbu – bumbu yang
tidak rumit dan tidak membutuhkan digunakan. Sedangkan untuk mengetahui
biaya yang terlalu besar serta perbandingan bahan mana yang hasilnya
keterampilan khusus, namun produk lebih disukai oleh konsumen, kandungan
makanan jenis ini memiliki gizi yang gizi yang tinggi dan pada akhirnya
cukup tinggi, aman dikonsumsi oleh didapatkan suatu kesimpulan tentang
masyarakat karena diolah dari bahan formulasi dan hasil terbaik.
pilihan yang bernilai gizi tinggi pula, Nugget diharapkan dapat
yang lebih penting hampir semua memenuhi asupan gizi khususnya bagi
kalangan dan usia masyarakat menyukai anak-anak yang pada umumnya susah
produk ini. mengkonsumsi sayuran dalam bentuk
segar. Disamping itu juga bertujuan

Jurnal Teknologi Pertanian 35


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

untuk dapat memenuhi kebutuhan Manfaat Penelitian


konsumen akan gizi makanan yang Manfaat penelitian ini adalah
tidak sempat mengkonsumsi sayuran sebagai berikut :
segar secara langsung. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian lebih lengkap 1. Diharapkan menjadi salah satu
terhadap nugget seperti kadar air, kadar alternatif dalam memenuhi
abu, kadar protein, kadar lemak, B- kebutuhan gizi masyarakat secara
karoten dan kadar karbohidrat. umum dan khususnya bagi anak-
Berdasarkan hal tersebut penulis telah anak yang mengalami kesulitan
mengadakan penelitian tentang dalam mengkonsumsi sayuran
Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus dalam bentuk segar.
carota L) dan Ikan Gabus 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
(Ophiocephalus stiatus) Terhadap digunakan sebagai sumber informasi
Karakteristik Nugget. dalam pengolahan nugget.
Perumusan Masalah 3. Terciptanya keaneka ragaman
konsumsi pangan yang bergizi,
Nugget merupakan makanan beragam, berimbang dan aman.
yang memiliki gizi tinggi dikarenakan
bahan dasar pengolahan nugget berasal METODOLOGI PENELITIAN
dari bahan pangan hewani seperti daging
ayam, daging sapi dan berbagai jenis Tempat dan Waktu
daging ikan, sehingga harganya relatif
mahal. Dengan demikian nugget hanya
bisa dikonsumsi oleh konsumen yang Penelitian dilakukan di
tingkat ekonominya kalangan menengah Laboratorium Teknologi Pangan
keatas. Dengan memodifikasi bahan Fakultas Pertanian Universitas Islam
dasar pengolahan nugget penelitian ini Indragiri dimulai pada bulan Mei 2011
dengan menggunakan sayur seperti sampai dengan bulan Juli 2011 dan
wortel diharapkan dapat menghasilkan analisa dilakukan di UPT Balai
nugget yang bergizi tinggi namun Pengujian Mutu Barang Provinsi Riau Jl.
harganya lebih murah sehingga dapat DR. Sutomo Nomor 108 Pekanbaru.
dikonsumsi oleh semua kalangan
masyarakat. Dari berbagai hasil Bahan dan Alat
penelitian pendahuluan tentang nugget 1. Bahan
maka panulis telah melakukan penelitian
dengan judul Formulasi Perbandingan Bahan-bahan yang digunakan
Wortel (Daucus carota L) dan Ikan dalam proses pengolahan nugget adalah
Gabus (Ophiocephalus stiatus) Terhadap ikan gabus, wortel, telur, tepung terigu,
Karakteristik Nugget. tepung maizena, air, gula, garam,
merica, bawang putih dan penyedap rasa,
Tujuan Penelitian sedangkan bahan selama penelitian
adalah sampel produk yang akan diuji,
Penelitian ini bertujuan untuk aquades, fospor pentoksida kering,
mengetahui Formulasi Perbandingan kalsium klorida atau butiran halus silica
Wortel (Daucus carota L) dan Ikan gel, larutan dietil eter, NaOH, HCl.
Gabus (Ophiocephalus stiatus) Terhadap
Karakteristik Nugget.

36 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

2. Alat merah pada perut, bila dipegang terasa


kenyal dan baunya tidak terlalu amis.
Peralatan yang digunakan dalam
Bau ikan yang amis menandakan bahwa
proses pengolahan nugget sayur adalah
ikan sudah tidak segar lagi
timbangan, blender/ penggiling daging,
(Sumoprastowo, 2000).
kompor, panci, mangkok, sendok dan
pisau. Sedangkan peralatan yang akan Menurut Sumoprastowo, (2000)
digunakan selama penelitian antara lain (1) wortel yang dipilih adalah wortel
Oven, cawan lengkap dengan tutupnya, yang utuh, segar, tegar, bentuknya
penjepit cawan, timbangan analitik, bagus, tidak terdapat cacat, luka patah,
cawan pengabuan, desikator, tanur atau memar. (2) pilih wortel yang telah
(bunsen), alat Soxhlet lengkap dengan ditumbuhi akar-akar halus dipermukaan
condenser dan labu lemak, dan alat kulitnya, hal ini menandakan bahwa
pemanas listrik. wortel telah lama dipanen. (3) Jangan
pilih wortel dengan bagian pangkal yang
Metode Penelitian berwarna hijau, warna hijau tersebut
timbul karena wortel telah dibiarkan
Rancangan penelitian yang
lama kena sinar matahari, dan bagian
digunakan didalam penelitian ini yaitu
yang hijau itu terasa pahit. (4) pilih
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
wortel yang berwarna merah tua, sebab
teridiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.
wortel seperti itu kaya akan vitamin A.
Perlakuan yang dilakukan adalah
Wortel yang berwarna pucat tidak
perbandingan ikan dan wortel dengan
mengandung banyak vitamin dan kurang
ukuran berat/berat (b/b)sebagai berikut:
gizi.
A = 1 : 1 ( Ikan 1 : Wortel 1 ) b/b
B = 1 : 2 ( Ikan 1 : Wortel 2 ) b/b 2. Penggilingan
C = 1 : 3 ( Ikan 1 : Wortel 3 ) b/b Ikan yang digunakan dalam
D = 2 : 1 ( Ikan 2 : Wortel 1 ) b/b pembuatan nugget adalah ikan yang
E = 3 :1 ( Ikan 3 : Wortel 1 ) b/b masih segar, dalam pembuatan nugget
ikan gabus ini daging ikan yang diambil
Dari hasil analisa data dilakukan
adalah bagian dalam daging saja dan
analisa statistik apabila F hitung > F
kulitnya dibuang. Sebelum digiling
tabel (berbeda nyata) maka dilanjutkan
daging dimasukkan ke dalam frezer.
dengan uji lanjut Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf nyata Penggilingan daging dilakukan
5%. pada suhu 15˚C, caranya yaitu bisa
dengan menambahkan es pada saat
Pelaksanaan Penelitian penggilingan atau bisa juga dengan
membekukan daging tersebut terlebih
Di dalam pelaksanaan penelitian
dahulu. Pendinginan daging ini bertujuan
pengolahan terdiri dari beberapa
untuk mencegah denaturasi protein
tahapan, yaitu :
aktomiosin oleh panas, karena pada
proses penggilingan terjadi gesekan-
1. Pemilihan Bahan (Sortasi)
gesekan yang menimbulkan panas. Pada
Pilih ikan yang masih terlihat saat digiling sebaiknya daging dicampur
segar dengan mata jernih terang dan dengan garam untuk mengekstrak
bulat tanpa terdapat bekas darah, pilih aktomisin sehingga akan terbentuk produk
ikan yang insangnya masih merah, kulit dengan stabilitas emulsi yang baik.
mengkilat, tidak terdapat bercak-bercak

Jurnal Teknologi Pertanian 37


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

3. Pengadonan pengikat berfungsi untuk memperbaiki


tekstur, cita rasa, meningkatkan daya
Pengadonan dalam pengolahan
ikat air dan menghemat biaya
nugget pada prinsipnya adalah
operasional. Penambahan bahan
pencampuran seluruh bahan yang telah
pengikat pada produk emulsi adalah
disiapkan diantaranya daging ikan yang
untuk memerbaiki elastisitas pada
sudah dihancurkan, wortel yang telah
produk akhir (Tanikawa, 1963).
diblender, tepung , telur dan bumbu-
bumbu lainnya dicampurkan semua, 4. Pengukusan
diaduk sampai rata. Pengukusan dalam rangkaian
Menurut Pisula (1984) proses pengolahan nugget sangat
pembentukan adonan dengan menggiling penting, hal ini bertujuan agar adonan
daging yang ditambahkan dengan es yang telah terbentuk itu dipastikan
dimaksudkan agar suhu daging tetap benar-benar matang, sehingga dalam
dingin sehingga protein tidak proses selanjutnya yaitu pencetakan
terdenaturasi. Penghancuran daging lebih mudah dan penyimpanan juga akan
bertujuan untuk memecah dinding sel lebih tahan lama. Pengukusan adonan
serabut otot sehingga protein seperti dilakukan sekitar 30 menit.
miosin dan aktin dapat terekstrak dengan
5. Pencetakan
penggunaan larutan garam. Suhu
optimum untuk mengekstrak protein Pencetakan nugget dapat
serabut otot adalah 4˚C - 5˚C dan dilakukan sesuai dengan bentuk dan
dipertahankan agar tidak melebihi 20˚C, selera yang diinginkan, selain itu
karena gesekan daging dengan alat pencetakan dengan aneka bentuk juga
penghalus daging seperti “cutter”, bertujuan untuk menarik minat
“mixer” atau alat pengemulsi lemak konsumen terhadap produk tersebut,
mengakibatkan terhambatnya ekstraksi apalagi bagi anak-anak. (Anonimus,
protein serabut otot sehingga terjadi 2009) lepaskan adonan nugget yang
koagulasi (penggumpalan) protein. sudah membeku/ padat dari loyang
dengan bantuan spatula plastik yang
Air yang ditambahkan kedalam pipih. Keluarkan secara perlahan dan
adonan nugget pada waktu penggilingan hati-hati agar nugget tidak patah dan
daging dalam bentuk serpihan es. Air ini hancur sebelum dipotong atau dicetak
penting untuk membentuk adonan yang sesuai selera.
baik dan untuk mempertahankan
temperatur selama pendinginan. Air ini 6. Breading
selain berfungsi sebagai fase pendispersi Breading adalah tepung-tepung
dalam emulsi daging, juga berfungsi yang digunakan untuk melapisi produk-
untuk melarutkan protein sarkoplasma produk makanan. Breading merupakan
dan sebagai pelarut garam yang akan bagian yang penting dalam proses
melarutkan protein miofibril (Kramlich, pembuatan makanan beku, industri
1973). francise, dan industri-industri pangan
Emulsifier berfungsi untuk lainnya. Kerenyahan produk-produk
memperbaiki elastisitas produk akhir, yang dibreading membuat produk
mengikat air dan menstabilkan emulsi. tersebut lebih enak dan lezat (Suderman
Bahan pengikat pada produk ini yang dan Frank, 1983). Memanir dilakukan
digunakan yaitu roti tawar. Bahan untuk mendapatkan lapisan nugget yang
renyah dan membuat warnanya menjadi

38 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

kecokelatan sehingga penampilan nugget uji DMRT dengan taraf 5%


lebih menarik dan menggugah selera menunjukkan bahwa antara perlakuan
(Anonimus, 2009). Menurut Chen et al D(2:1) dengan E(3:1) menunjukan tidak
(2009) butter pada permukaan produk beda nyata, tetapi untuk perlakuan yang
makanan berbentuk lapisan yang dapat lain menunjukan beda nyata pada taraf
memberikan tekstur krispi, warna kuning 5%. Dari perlakuan dapat dilihat bahwa
keemasan dan dapat mempertahankan perlakuan C dengan perbandingan ikan
kelembaban alami makanan. dan wortel 1 : 3, Kadar Airnya 65%, hal
tersebut disebabkan karena kadar air
HASIL DAN PEMBAHASAN yang terdapat dalam wortel sangat tinggi
dibandingkan dengan ikan, sementara
Kadar Air
pada perlakuan E Kadar Air lebih rendah
Hasil analisis statistik Formulasi yaitu 61,75% dikarenakan perbandingan
Perbandingan Wortel (Daucus Carota L) ikan dan wortel adalah 3 : 1.
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Air merupakan komponen
Terhadap Karakteristik Nugget terhadap
penting dalam bahan makanan, karena
Kadar Air yang dihasilkan dapat dilihat
air dapat mempengaruhi penampakan,
pada tabel 5.
tekstur serta cita rasa makanan
Tabel 5. Pengaruh Formulasi (Winarno, 1984). Stanby (1963),
Perbandingan Wortel (Daucus Carota L) menyatakan bahwa jumlah air yang
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus) dilepaskan dipengaruhi oleh lama proses
Terhadap Kadar Air Nugget. pengolahan. Secara umum kadar air
Perlakuan Kadar Air (%) nugget masih tinggi di atas rata-rata
C (1:3) 65.00a yang ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Tahun 2002 tentang
B (1:2) 64.250b persyaratan mutu nugget ikan ayam dan
A (1:1) 63.00c daging kadar air maksimal hanya 60%.
Hal ini diduga bahwa kadar air nugget
D (2:1) 62.00d dipengaruhi oleh bahan baku nugget
E (3:1) 61.75d dimana kadar air wortel 88.20% lebih
tinggi dari kadar air daging ayam 55,9%
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama dan daging 70%.
diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata Kadar Abu
menurut Uji Lanjut DMRT pada
taraf 5%. Kadar abu menunjukkan
banyaknya mineral yang tidak terbakar
Kadar Air Nugget tertinggi menjadi zat yang menguap. Untuk
65,00% terdapat pada perlakuan C (1:3) pengaruh formulasi perbandingan wortel
sedangakan kadar air terendah terdapat (Daucus carota L) dan ikan gabus
pada perlakuan E (3:1) sebesar 61,75%. (Ophiocepalus stiatus) terhadap kadar
Kadar Air nugget yang dihasilkan abu nugget yang dihasilkan dapat dilihat
berturut –turut adalah A(1:1) 63,00%, pada Tabel. 6.
B(1:2) 64,25%, C(1:3) 65%, D(2:1) 62%
dan E(3:1) 61,75%. Hasil analisis
statistik kadar air tersaji pada lampiran 4
menunjukkan berbeda nyata menurut uji
lanjut DMRT pada taraf nyata 5%. Dari

Jurnal Teknologi Pertanian 39


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Tabel. 6. Pengaruh Formulasi Protein Nugget dapat dilihat pada tabel


Perbandingan Wortel (Daucus Carota L) 7.
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Terhadap Kadar Abu Nugget. Tabel 7. Pengaruh Formulasi
Perlakuan Kadar Abu (%) Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
E (3:1) 20.00a dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Terhadap Kadar Protein Nugget.
D (2:1) 18.50b Perlakuan Kadar Protein
A (1:1) 18.00c (%)
E (3:1) 8.00a
B (1:2) 16.00d
D (2:1) 7.00b
C (1:3) 15.00 e
A (1:1) 6.00c
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
diikuti oleh huruf kecil yang sama B (1:2) 6.00c
menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada C (1:3) 4.75d
taraf 5%.
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
Tabel 6 menunjukan bahwa diikuti oleh huruf kecil yang sama
seluruh perlakuan berbeda nyata pada menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada
taraf 5%, sedangkan kadar abu tertinggi
taraf 5%.
terdapat pada perlakuan E(3:1) yaitu
20%. Kadar abu yang dipunyai nugget Nugget yang dihasilkan
adalah 18% A(1:1), 16% B(1:2), 15% mempunyai kadar protein sebagai
C(1:3), 18.5% D(2:1) dan 20% E(3:1). berikut A(1:1) 6,00%, B(1:2) 6,00%,
Besarnya kadar abu pada fish nugget C(1:3) 4,75%, D(2:1) 7,00% dan
diduga bahwa bahan baku yang E(3:1) 8,00%. Hasil Uji Dari uji DMRT
digunakan adalah bahan pangan hewani dengan taraf 5% menunjukkan antara
yang memiliki kandungan abu yang perlakuan A(1:1) dengan B(1:2)
cukup tinggi (Sudarmadji dkk, 1996). menunjukan tidak beda nyata, tetapi
Hal ini berhubungan dengan kadar air untuk perlakuan yang lain menunjukan
bahan. Semakin banyak air yang hilang beda nyata pada taraf 5%.
dari nugget mengakibatkan kandungan Pada perlakuan E(3:1)
bahan keringnya semakin besar dan mempunyai kadar protein tertinggi yaitu
menyebabkan kadar abu juga semakin 8,00% hal ini dikarenakan perbandingan
meningkat. berat ikan gabus lebih banyak
Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar dibandingkan berat wortel. Dapat
abu tertinggi terdapat pada perlakuan diketahui bahwa untuk kadar protein
E(3:1) yaitu 20%, hal ini dikarenakan nugget sangat dipengaruhi oleh ratio
pada perlakuan ini banyak mengandung berat ikan dan wortel. Pada perlakuan ini
air yang banyak terdapat senyawa ikan yang digunakan lebih banyak
mineral. dibandingkan dengan wortel, dimana
protein yang terdapat pada ikan gabus
Kadar Protein adalah 20 gram/100 gram daging segar
Hasil statistik Pengaruh sedangkan protein yang terdapat dalam
Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus 100 gram wortel segar hanya 1,2 gram.
Carota L) dan Ikan Gabus
(Ophiocephalus stiatus) Terhadap Kadar

40 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Dari hasil penelitian tersebut B(1:2) tidak berbeda nyata pada taraf
kandungan protein yang terdapat belum 5%. Seluruh perlakuan kadar lemak
dapat mencapai standar mutu nugget masih dibawah SNI nugget 2002 karena
yang ditetapkan BSN tahun 2002 yakni kadar lemak maksimal untuk nugget
minimal 12%. Hal tersebut dikarenakan adalah 20%.
dalam pengolahannya menambahkan Berdasarkan grafik di atas dapat
wortel dengan berbagai perbandingan, diketahui kadar lemak terendah pada
Connell (1980) menyatakan bahwa perlakuan perbandingan antara ikan dan
proses pengolahan cenderung wortel adalah 1:3, sedangkan kadar
menyebabkan susunan makanan berubah lemak tertinggi terdapat pada perlakuan
dan perubahan ini akan langsung dengan perbandingan wortel dan ikan
berakibat pada susunan proteinnya.
adalah 3:1.
Kadar Lemak Kandungan β-Karoten
Kadar lemak pada nugget yang Hasil statistik Formulasi
dihasilkan berasal dari ikan sehingga Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
kadar lemak juga sangat dipengaruhi dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
oleh rasio berat ikan dalam bahan Terhadap Kadar Beta Karoten Nugget
nugget. Untuk kadar lemak nugget dapat dilihat pada Tabel 9.
sangat dipengaruhi perbandingan wortel
dan ikan gabus pada karakteristik nugget Tabel 9. Pengaruh Formulasi
yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
8. dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Tabel 8. Pengaruh Formulasi Terhadap Kadar Beta Karoten Nugget.
Perbandingan Wortel (Daucus Carota L) Perlakuan Kadar β-karoten
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus) (μg/100g (db)
Terhadap Kadar Lemak Nugget. C (1:3) 14.75a
Perlakuan Kadar Lemak (%) B (1:2) 8.50b
E(3:1) 13.25a
A (1:1) 6.50bc
D(2:1) 13.00a
D (2:1) 6.0c
A (1:1) 12.25ab
E (3:1) 5.50c
B(1:2) 11.50ab
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
C(1:3) 10.50b diikuti oleh huruf kecil yang sama
menunjukan berbeda tidak nyata
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
menurut Uji Lanjut DMRT pada
diikuti oleh huruf kecil yang sama
taraf 5%.
menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada Kandungan β-karoten tertinggi
taraf 5%. terdapat pada perlakuan C(1:3) 14,75
Semakin banyak rasio berat ikan μg/100g (db) hal ini dikarenakan rasio
gabus maka semakin tinggi juga kadar berat wortel lebih besar dibanding berat
lemak dalam nugget. Kadar lemak ikan sedangkan kadar β-karoten berturut-
nugget sebagai berikut A(1:1) 12,25%, turut A(1:1) 6,5 μg/100g (db), B(1:2) 8
B(1:2) 11,5%, C(1:3) 10,5%, D(2:1) μg/100g (db), C(1:3) 14,75 μg/100g
13% dan E(3:1) 13,25%. Dari tabel 8. (db), D(2:1) 6 μg/100g (db) dan E(3:1)
terlihat bahwa perlakuan A(1:1) dan 5,5 μg/100g (db). Dari Uji DMRT

Jurnal Teknologi Pertanian 41


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

terlihat bahwa perlakuan C(1:3) Tabel 10. Pengaruh Formulasi


mempunyai nilai berbeda sangat nyata Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
dengan perlakuan yang lain, sedangkan dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
perlakuan A (1:1) tidak berbeda nyata Terhadap Kadar Karbohidrat Nugget.
dengan perlakuan B(1:2) dan D(2:1) Perlakuan Kadar Karbohidrat
ataupun E(3:1). (%)
Kumalawati (2009), melaporkan C(1:3) 18.75a
bahwa penurunan beta karoten pada A (1:1) 18.50a
pilus yang terbuat dari tepung ubi jalar
dengan perlakuan tidak dikupas adalah B(1:2) 18.25a
sebesar 79,44%, sedangkan dari tepung D(2:1) 17.75a
ubi jalar dengan perlakuan dikupas
adalah 78,04%. Hutching (1994), E(3:1) 17.25a
melaporkan bahwa perubahan Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
konfigurasi dari trans ke cis diikuti oleh huruf kecil yang sama
menyebabkan penurunan aktifitas menjadi menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada
13 – 52 % dibandingkan dalam bentuk all taraf 5%.
trans. Besarnya tingkat penurunan
kandungan beta karoten pada pembuatan Karbohidrat merupakan sumber
fish nugget karena proses pembuatan energi utama yang terdapat dalam suatu
adonan dan pengukusan. bahan pangan. Nugget yang dihasilkan
mempunyai kadar karbohidrat sebagai
Menurut Karrer and Jucker berikut A(1:1) 18,5%, B(1:2) 18,25%,
(1950), beta karoten mengalami C(1:3) 18,75%, D(2:1) 17,75% dan
kerusakan pada suhu diatas 60°C. deMan E(3:1) 17,25%. Pada perlakuan C(1:3)
(1985) menyatakan bahwa senyawa beta yaitu 18,75% mempunyai nilai tertinggi
karoten dapat mengalami kerusakan hal ini karena rasio berat wortel yang
karena adanya perlakuan panas, digunakan lebih banyak dibanding berat
pengaruh pelarut organik, perlakuan ikan, dimana dalam 100 gram ikan gabus
dengan asam, peristiwa oksidasi dan hanya mengandung karbohidrat sebesar
adanya cahaya. Beta karoten memiliki 0,2 gram sedangkan dalam 100 gram
potensi untuk dapat diubah menjadi wortel mengandung 9,30 gram. Pada
vitamin A (Manorama dan Rukmini Tabel 10 terlihat bahwa semua perlakuan
1991). tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Kadar Karbohidrat Karbohidrat dihitung sebagai kandungan
100% bahan dikurangi kandungan air,
Hasil statistik Pengaruh
abu, protein dan lemak. Sehingga jika
Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus
terjadi penurunan salah satu atau
Carota L) dan Ikan Gabus
sebagian dari kadar air, abu, protein dan
(Ophiocephalus stiatus) Terhadap Kadar
lemak maka karbohidrat mengalami
Karbohidrat Nugget dapat dilihat pada
peningkatan. Secara umum, ikan
tabel 10.
diketahui memiliki jumlah karbohidrat
yang rendah, namun tingginya jumlah
karbohidrat dalam produk berasal dari
lapisan bahan yang mengandung
karbohidrat seperti tepung (Tokur et al,
2006).

42 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Seluruh perlakuan yang karena nugget yang telah dilakukan


dilakukan memiliki kategori kadar penggorengan dan siap untuk dimakan
karbohidrat masih dapat di terima sesuai memberikan warna kecoklatan. Warna
dengan SNI nugget 2002 karena kadar kecokelatan diperoleh karena reaksi
karbohidrat maksimal untuk nugget maillard yang terjadi, yaitu reaksi antara
adalah 25%. gula produksi dalam bahan pengikat
yaitu tepung maizena dengan gugus
Uji Organoleptik (Meilgaard et al, amino dalam ikan (deMan, 1997). Data
1999) secara statistik Pengaruh Formulasi
Hal yang terpenting dari nugget Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
adalah penampakan produk akhir, dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
meliputi keutuhan bentuk akhir, warna, Terhadap Organoleptik Warna Nugget
rasa, tekstur, aroma (Azwar, 1995). tersaji pada tabel 11.
Mutu nugget sebagaimana produk Tabel 11. Pengaruh Formulasi
coating lainnya yaitu juicy, tekstur, Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
adhesi dan kekenyalan, penampakan dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
produk akhir salah satunya dipengaruhi Terhadap Organoleptik Warna Nugget.
oleh minyak goreng. Perlakuan Organoleptik Warna (%)
Winarno (1994) menyatakan B(1:2) 4.50a
bahwa minyak goreng berfungsi sebagai C(1:3) 4.50a
medium penghantar panas, menambah
rasa gurih karena menyerap minyak D(2:1) 4.25ab
selama proses penggorengan, menambah A (1:1) 3.75ab
nilai gizi dan memperbaiki cita rasa
nugget dengan membentuk warna E(3:1) 3.50b
kuning kecokelatan selama Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
penggorengan, serta menambah kalori diikuti oleh huruf kecil yang sama
dalam nugget. menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada
Kriteria yang dapat digunakan taraf 5%.
untuk menentukan makanan/minuman
Dari Tabel 11 terlihat bahwa
kemasan masih pantas dikonsumsi dapat
seluruh perlakuan tidak berbeda nyata
dilakukan dengan uji inderawi.Uji
pada taraf 5% pada prinsipnya panelis
inderawi dilakukan dengan
menyukai warna nugget yang mana nilai
menggunakan panelis (pencicip yang
organoleptik untuk warna berkisar dari
terlatih maupun yang tidak terlatih).Uji
3,25 – 4,75. Untuk perlakuan B(1:2) dan
ini dianggap lebih praktis dan lebih
C(1:3) sangat tidak berbeda nyata.
murah biayanya.Tetapi kelemahannya,
Perbedaan warna pada produk nugget
tanpa terdapat variasi produk dan variasi
ikan ini di duga sebagai pengaruh dari
kelompok-kelompok konsumen yang
lamanya proses penggorengan. Menurut
mungkin tidak bisa terwakili oleh
Murdjiati dkk (1989) karotenoid
panelis.
merupakan kelompok pigmen larut
1. Organoleptik warna lemak yang berwarna kuning, oranye
Penerimaan panelis terhadap dan oranye kemerahan.
warna sebelum penggorengan berbeda
dengan setelah dilakukan penggorengan,

Jurnal Teknologi Pertanian 43


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

2. Organoleptik rasa Menurut Hadiwiyoto (1993), rasa


ikan desebabkan oleh reaksi-reaksi
Data secara statistik Pengaruh
biokimia yang terjadi pada tubuh ikan.
Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus
Ditambahkan oleh Siddaiah et.al (2001)
Carota L) dan Ikan Gabus
rasa khas ikan dihasilkan oleh senyawa-
(Ophiocephalus stiatus) Terhadap
senyawa volatile dan non volatile.
Organoleptik Rasa Nugget tersaji pada
tabel 12. Senyawa volatile yang berperan
yaitu karbonil dan alkohol (turunan asam
Tabel 12. Pengaruh Formulasi
lemak bebas), sulfur, bromophenol dan
Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
hidrokarbon.Senyawa non volatile yang
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
berperan adalah senyawa yang
Terhadap Organoleptik Rasa Nugget.
mempunyai berat molekul rendah, yaitu
Perlakuan Organoleptik Rasa (%)
senyawa nitrogen (asam amino bebas,
B(1:2) 4.75a
peptide, nukleotida dan basa organik).
A (1:1) 4.00ab Rasa gurih ini ditimbulakan
D(2:1) 3.75ab karena terjadinya reaksi pencoklatan
selama pemasakan (penggorengan). Dari
C(1:3) 3.50ab aroma yang terbentuk ini dapat
E(3:1) 3.25b menyamarkan rasa amis ikan yang
sebelumnya dapat tercium pada nugget
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
diikuti oleh huruf kecil yang sama ikan yang belom digoreng (Forrest,
menunjukan berbeda tidak nyata 2005). Pada proses penggorengan terjadi
menurut Uji Lanjut DMRT pada pelarutan makanan. Cita rasa makanan
taraf 5%. yang digoreng terbentuk akibat
Dari Tabel 12 terlihat bahwa pemanasan dari komponen makanan
seluruh perlakuan berbeda tidak nyata tersebut seperti protein, karbohidrat,
pada taraf 5%, tetapi untuk perlakuan lemak dan komponen minor lainnya
B(1:2) dan E(3:1) berbeda nyata pada yang terdapat dalam makanan tersebut
taraf 5%. Rasa merupakan parameter (Olson, 1988).
yang sangat mempengaruhi terhadap Selama proses penggorengan
tingkat penerimaan konsumen terhadap juga terjadi reaksi maillard yang
suatu produk makanan, karena rasa yang merupakan reaksi antara gula pereaksi
enak dapat memberikan kepuasan dan dan asam amino yang terdapat dalam
penilaian baik oleh konsumen terhadap bahan baku ikan. Prolina merupakan
suatu produk makanan.Rasa pada nugget asam amino yang terdapat dalam ikan
ikan dipengaruhi oleh komponen- dan mungkin memberikan sumbangan
komponen yang ditambahkan, pada rasa manis. Gula ribosa, glukosa,
khususnya bumbu. dan glokosa-6-fosfat adalah penyumbang
Bawang putih dan merica yang rasa manis. Senyawa belerang atsiri
ditambahkan pada adonan memberikan menyumbang ciri khas rasa ikan
rasa manis serta membentuk warna pada (deMan, 1997).
permukaan produk, karena hasil reaksi
gula dengan grup amino protein selama 3. Organoleptik Aroma
proses pemasakan (McCromick dalam Hasil analisis statistik Pengaruh
Kamallnl. 1988). Penambahan garam Formulasi Perbandingan Wortel (Daucus
juga memperkaya rasa.

44 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Carota L) dan Ikan Gabus Berdasarkan uji organoleptik


(Ophiocephalus stiatus) Terhadap dengan metode hidonik terhadap rasa
Organoleptik Aroma Nugget tersaji pada nugget ikan menggunakan kriteria
table 13. penilaian yaitu sangat lembut (5), lembut
(4), netral (3), agak lembut (2) dan tidak
Tabel 13. Pengaruh Formulasi
lembut (1). Data secara statistik tersaji
Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
pada tabel 14.
dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Terhadap Organoleptik Aroma Nugget. Tabel 14. Pengaruh Formulasi
Perlakuan Organoleptik Aroma (%) Perbandingan Wortel (Daucus Carota L)
B (1:2) 4.50a dan Ikan Gabus (Ophiocephalus stiatus)
Terhadap Organoleptik Tekstur Nugget
A (1:1) 4.00ab yang dihasilkan.
C (1:3) 4.00ab Perlakuan Organoleptik Tekstur
(%)
D (2:1) 3.50bc
B (1:2) 4.50a
E (3:1) 3.00c
A (1:1) 3.75ab
Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
diikuti oleh huruf kecil yang sama C (1:3) 3.75ab
menunjukan berbeda tidak nyata
menurut Uji Lanjut DMRT pada
D (2:1) 3.50ab
taraf 5%. E (3:1) 3.00b
Dari Tabel 13 terlihat perlakuan Keterangan : Angka-angka pada jalur yang sama
B(1:2) dan E(3:1) sangat berbeda nyata diikuti oleh huruf kecil yang sama
pada taraf 5%, sedangkan untuk menunjukan berbeda tidak nyata
perlakuan A(1:1) dan B(1:2) tidak menurut Uji Lanjut DMRT pada
taraf 5%.
berbeda nyata pada taraf 5%. Aroma
ikan timbul karena adanya proses Dari Tabel 14 terlihat bahwa
penggorengan yang melibatkan reaksi perlakuan B (1:2) dan E(3:1) sangat
maillard didalamnya. Di dalam ikan berbeda nyata pada taraf 5%. Rata-rata
mengandung hidrogen sulfida, metil, skor yang tertinggi adalah 4,5 terletak
merkaptan dan dimetilsulfida yang pada perlakuan B(1:2) ini menunjukan
menyumbang aroma ikan pada makanan. bahwa pada perlakuan tersebut disukai
oleh para panelis.
4. Organoleptik Tekstur Kekerasan didefinisikan sebagai
Tekstur adalah penginderaan gaya yang dibutuhkan untuk menekan
yang dihubungkan dengan rabaan atau suatu bahan atau produk sehingga terjadi
sentuhan. Pengujian tekstur secara fisik perubahan produk yang diinginkan
meliputi kekerasan dan elastisitas. (Rospiati, 2006). Kekerasan dapat juga
Kekerasan didefinisikan sebagai gaya didefinisikan sebagai besarnya gaya
yang dibutuhkan untuk menekan suatu yang diperlukan untuk menekan produk
bahan atau produk sehingga terjadi hingga pecah atau terbelah. Tekstur
perubahan produk yang diinginkan. merupakan unsur mutu yang penting
Sedangkan elastisitas adalah kemampuan pada produk olahandaging. Kelembutan
makanan untuk kembali kebentuk (tenderness), firmness dan sliceability
semula setelah diberi tekanan (Rospiati, pada produk akan mempengaruhi
2006). penerimaan konsumen.

Jurnal Teknologi Pertanian 45


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Tingkat kekerasan dapat juga menggunakan wortel, untuk


dipengaruhi oleh jumlah air yang mengurangi kandungan beta karoten
terkandung di dalam bahan pangan selama penyimpanan.
tersebut. Adanya serat menyebabkan 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
kandungan air bebas dalam bahan aktifitas antioksidan beta karoten
menjadi semakin sedikit, hal itu pada nugget ikan selama
dikarenakan air terserap ke dalam penyimpanan.
struktur molekul serat. Ollsom (1988)
menyatakan bahwa jumlah air yang
terkandung dalam bahan pangan DAFTAR PUSTAKA
berpengaruh terhadap tekstur, juiceness
dan tingkat kekerasan. Apriyantono, A; D. Fardiaz; N.L.
Puspitasari; Sedarnawati; dan S.
KESIMPULAN DAN SARAN Budiyanto., 1989. Analisis
Pangan. Pusat Antar Universitas.
Kesimpulan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dari hasil penelitian ini dapat Astawan, M. 2004. Ikan yang Sedap dan
diperoleh kesimpulan antara lain : Bergizi. Tiga Serangkai, Solo.
1. Dari hasil analisis diperoleh Azwar, 1995. Pembuatan Fish Nugget
perlakuan yang terbaik yaitu dari Ikan Nila Merah
perlakuan E (3:1) dengan Kadar Air (Oreochromis sp). Skripsi.
(61,75%), Kada Abu (20%), Kadar Program Studi Teknologi Hasil
Protein (8%), Kadar Lemak Perikanan, Fakultas Perikanan,
(13,25%), Kadar B-Karoten (5,50%), Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kadar Karbohidrat (17,25%), Warna Dahuri, R. 2004. Gerakan Makan Ikan,
(3,50), Rasa (3,25), Aroma (3,00), Budidaya Bahari, dan Kualitas
dan Tekstur (3,00). Hidup Bangsa. Harian Kompas,
2. Dari hasil analisis organoleptik Jakarta, Senin 14 Juni 2004.
terhadap nugget, yang mana panelis Desrorier, 1988. Teknologi Pengawetan
masih dapat menerima dengan nilai pangan. Penerjemah m.
organoleptik warna berkisar antara Mudjohardjo. UI-Press.
3,50 – 4,50; Rasa 3,25 – 4,75; Aroma
3,00 – 4,50 dan Tekstur 3,00 – 4,50. Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
3. Secara uji organoleptik penilaian Fakultas Teknologi Pertanian
panelis terhadap penerimaan sensori UGM, Liberty, Yogyakarta.
nilai terbaik pada perlakuan B (1:2)
dengan skor nilai Warna 4,50; Rasa Herlina Ersi dan Supriati Yati, 2010.
4,75; Aroma 4,50; dan Tekstur 4,50. Bertanam 15 Sayuran Organik
Dalam Pot. Penebar Swadaya,
Saran Jakarta.
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk Indartiyah Ndri. Ir, 1992. Pedoman
memperbaiki warna fish nugget yang Praktis Bercocok Tanam Sayuran
menggunakan wortel. Sumber Vitamin A (Wortel,
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk Bayam dan Kangkung). PD.
kemasan fish nugget yang Mahkota, Jakarta.

46 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 2, No. 1, Tahun 2013

Irawati Anies dan Syarief Rizal, 1988. Press. Boca Raton London New
Pengetahuan Bahan Pangan York Washington, D.C.p 79-82.
Untuk Industri Pertanian. PT. Pisula, A. 1984. Meat Processing. FAO,
Mediatama Sarana Perkasa, Rome. Italy.
Jakarta. Soekarto, S.T. 1985. Penelitian
Kramlich, W.E., 1973. Sausage Product Organoleptik untuk Industri
dalam J.F. Price dan B.S. Pangan dan Hasil Pertanian.
Schewiger (eds). The Science of Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Meat Product. W.H. Freeman and Sumoprastowo. R.M, CDA, 2010.
Co. San Fransisco. Memilih Dan Menyimpan Sayur
Kurniasih Dian. Dr, 2003. Memilih dan Mayur, Buah Buahan, Dan Bahan
Mengolah Buah dan Sayur Segar. Makanan. Bumi Aksara, Jakarta.
Awan Indah, Jakarta. Sunarjono Hendra. H. Drs, 2003.
Labuza, T.P, 1982. Shelf-life Dating of Bertanam 30 Jenis Sayur.
Foods., Connecticut 06880 USA, Penebar Swadaya, Jakarta.
Food And Nutrition Press, Inc. Syartiwidya, 2003. Kajian Tekstur dan
Westport. Perubahan Mikrostruktur Nugget
Maghfiroh, I. 2000. Pengaruh ikan Selama Pengolahan dan
Penambahan Bahan Pengikat Penyimpanan. Tesis. Program
Terhadap Karaktristik Nugget Pascasarjana, Institut Pertanian
dari Ikan Patin (Pangasius Bogor, Bogor.
hypothalamus). Skripsi, Program Tanikawa, 1963. Dalam Hilma.Y, 1999.
Studi Teknologi Hasil Perikanan, Pengaruh Perbandingan
Fakultas Perikanan Institut Penambahan Ampas Tahu dan
Pertanian Bogor, Bogor. Ikan Tongkol. UNPAS, Bandung.
Meilgaard, M., Civille, G.V. and Carr Tim Dapur Demedia, 2009. Variasi
B.T., 1999. Sensory Evaluation Nugget Crispy & Sehat.
Tecniques 3rd Edition. CRC Demedia, Jakarta.

Jurnal Teknologi Pertanian 47

Anda mungkin juga menyukai