Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang dapat diaplikasikan secara
tradisional maupun modern ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam
aplikasinya, bioteknologi menerapkan berbagai macam disiplin ilmu. Salah satu
ilmu bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme (Ade dan Hatika, 2015). Pembuatan
produk nata merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan keterlibatan
mikroorganisme dan termausk dalam bioteknologi tradisional. Nata adalah
selulosa hasil sintesis gula oleh bakteri Acetobacter xylinum berbentuk agar,
berwarna putih dan mengandung air sekitar 98%. Nata tergolong makanan
berkalori rendah karena mengandung serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
untuk proses pencernaan makanan yang terjadi dalam usus dan penyerapan air
dalam usus besar(Suryani, 2010). Pada saat ini banyak peneliti melakukan
eksperimen pembuatan nata selain menggunakan air kelapa sebagai substrat atau
sering di sebut nata de coco. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
nata dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber substrat, antara lain air limbah
tahu disebut dengan nata de soya (Iryandi et al., 2014); limbah nira tebu disebut
nata de cane (Arifiani et al., 2015) dan bengkoang (nata de besusu) (Melina,
2016). Salah satu bahan yang dapat dijadikan bahan pembuatan nata yaitu labu
kuning.
Kandungan gizi dari labu kuning yang cukup tinggi yaitu betakaroten sebesar
1569 μg/100 g bahan, dan juga mengandung gizi lain berupa karbohidrat, protein,
lemak, serat, beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta vitamin yaitu
Vitamin A, B dan C dan serat (Nurhidayati 2011). Pembuatan nata berbahan filtrat
labu kuning dapat disebut dengan nata de pumpkin. Walaupun kandungan gizi
yang dimiliki labu kuning cukup tinggi, harga buah tersebut sangat ekonomis di
pasar. Labu kuning telah dimanfaatkan untuk membuat produk olahan kukis
(Tambunan, 2015), manisan labu kuning kering (Gardjito dan Sari, 2014) dan
masih banyak lagi. Diversifikasi produk dari labu kuning terus dikembangkan
untuk meningkatkan daya guna hasil pertanian. Melihat dari kandungan gizi,
pemanfaatan labu kuning sebagai bahan pangan dan harga yang cukup ekonomis
ini, menjadikan kelompok kami ingin melakukan penelitian pembuatan nata dari
filtrat labu kuning dengan berbagai konsentrasi untuk mendapatkan konsentrasi
paling optimal.
Nata yang memiliki kandungan kalori rendah dapat dimanfaatkan oleh
penderita diabetes dan sebagai makanan diet (Warisno, 2009). Dari sisi biologi,
pembuatan nata de pumpkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian teori
pembuatan nata dari bahan selain kelapa. Selain itu dapat mengetahui kandungan
yang terdapat pada nata de pumpkin. Pembuatan nata de pumpkin ini diharapkan
mendapat produk nata yang rendah kalori akan tetapi tetap memiliki kandungan
gizi tinggi yang berasal dari filtrat labu kuning. Tubuh manusia sangat
membutuhkan kandungan gizi yang mencukupi agar organ tubuh tetap berfungsi
dengan baik. Bahan pembuatan nata de pumpkin ini tidak sulit ditemukan dan
memiliki harga yang murah sehingga konsumen dapat membeli nata de pumpkin
dengan harga sesuai kantong bahkan bisa membuat sendiri dengan diadakan
pelatihan pembuatan nata de pumpkin sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh konsentrasi filtrat labu kuning dalam pembuatan nata de
pumpkin berdasarkan uji organoleptik yang meliputi warna, tekstur, dan
keremahan, dan uji kandungan serat pada nata de pumpkin?
2. Berapa konsentrasi paling optimal dari konsentrasi filtrat labu kuning dalam
pembuatan nata de pumpkin berdasarkan uji organoleptik?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi filtrat labu kuning dalam pembuatan nata de
pumpkin berdasarkan uji organoleptik yang meliputi warna, tekstur, dan
keremahan, dan uji kandungan serat pada nata de pumpkin?
2. Mengetahui konsentrasi paling optimal dari konsentrasi filtrat labu kuning
dalam pembuatan nata de pumpkin berdasarkan uji organoleptik?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Memberi wawasan bahwasanya labu kuning dapat dijadikan bahan pembuatan
nata dengan konsentrasi filtrat tertentu.
2. Memberikan alternatif pengolahan nata dengan bahan labu kuning.
3. Mendapatkan produk nata dengan kandungan gizi tinggi yang didapatkan dari
kandungan gizi labu kuning.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Nata adalah salah satu produk bioteknologi tradisional. Nata adalah lapisan
polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang dibentuk oleh kumpulan sel bakteri
pembentuk kapsul. Lapisan ini mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan
terapung pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh didalam cairan).
Nata dikenal sebagai salah satu produk makanan fermentasi yang berbentuk gelatin
seperti agar – agar atau kolang- kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es
krim, pencampur fruit cocktail, dan yoghurt. (Hardi, 2013).
Penghasil gula dengan karbohidrat yang cukup tinggi salah satunya adalah
labu kuning. Labu kuning memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia
dan produksinya meningkat dari tahun ke tahun. Data produksi labu kuning tahun
2010 menunjukkan produksi labu kuning di Indonesia 369.846 ton. Labu kuning
(Cucurbita maxima) memiliki potensi sebagai sumber provitamin A nabati berupa β-
karoten. Kandungan provitamin A dalam labu kuning sebesar 767 μg/g bahan. Selain
itu, labu kuning juga mengandung vitamin C, serat dan karbohidrat yang cukup
tinggi, dapat dilihat pada tabel 1. (Chatrine, 2013).
Tabel 1. Kandungan Gizi Daging Buah Labu Kuning Segar per 100 gram
DAFTAR PUSTAKA