SKRIPSI
Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada program Studi Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
RENI GUSTIA
J 310 161 027
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ubi jalar atau ketela rambat merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang
terkenal di Indonesia. Dilihat dari laju pertumbuhan produksi ubi jalar di Indonesia
mengalami penurunan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), dilaporkan bahwa produksi ubi jalar di Indonesia periode tahun
2012 hingga tahun 2016, mengalami penurunan rata-rata 4,14% per tahun. Jawa
sebagai salah satu sentra produksi ubi jalar dalam lima tahun terakhir juga mengalami
penurunan 6,80%.
Penurunan produksi ubi jalar disebabkan oleh masih rendahnya tingkat konsumsi
masyarakat dan rendahnya harga jual di pasaran sehingga berdampak pada minat
karena kebutuhan bahan pangan akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
olahannya. Ubi jalar yang potensial dikembangkan melalui diversifikasi adalah ubi jalar
ungu.
potensial, karena ubi jalar ungu memiliki berbagai keunggulan antara lain daya tarik
warna yang berasal dari zat warna alami yang disebut antosianin. Menurut Hwang
(2011) ubi jalar ungu memiliki berbagai keunggulan antara lain daya tarik warna yang
berasal dari zat warna alami yang disebut antosianin. Bridgers dkk (2010) menjelaskan
bahwa kandungan antosianin yang tinggi pada ubi jalar ungu memiliki tingkat kestabilan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lain yang memiliki antosianin seperti
seperti blueberry dan anggur. Truong et (2014), melaporkan kandungan antosianin pada
ubi jalar ungu segar 210 mg / 100 g, sehingga berpotensi besar sebagai sumber
antioksidan untuk kesehatan manusia yang dapat mencegah kanker. Keunggulan lain
ubi jalar ungu lainnya menurut Allen (2012) dan Ludvic (2008) yaitu nilai indeks glisemik
ubi jalar tergolong rendah yaitu 32-41 sehingga apabila dikonsumsi tidak akan
menaikkan kadar gula darah secara drastis. Karena itu, ubi jalar sangat baik jika
ubi jalar ungu adalah selai. Selai adalah produk makanan semi basah yang dapat
dioleskan yang dibuat dari pengolahan buah-buahan, gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan (BSN
2008). Buah-buahan yang biasa digunakan dalam pembuatan selai yaitu anggur, apel,
nenas, strawberry dan blueberry. Selai berbahan ubi jalar ungu memiliki kelebihan yaitu
selai bermanfaat bagi kesehatan dan juga bewarna ungu yang berpengaruh terhadap
mutu selai.
Karakteristik yang menentukan mutu selai antara lain sifat fisik, sifat kimia dan
sensorik. Sifat fisik selai dilihat dari sifat rheologinya, yang salah satunya viskositas.
fluida. Semakin besar viskositas fluida, semakin sulit suatu benda bergerak dalam fluida
tersebut (Ariyanti dan Agus, 2010). Amelia dkk (2016) menjelaskan bahwa kombinasi
pektin dan sukrosa dalam pembuatan selai akan mempengaruhi sifat kimia selai antara
lain kadar air dan pH. Sedangkan sifat sensorik selai yang meliputi warna, rasa, aroma,
Javanmard dan Edan (2010) menjelaskan bahwa mutu selai juga dipengaruhi
oleh komposisi bahan dan teknologi proses. Komposisi bahan dalam pembuatan selai
menurut Purwati (2012) yaitu asam, gula, pektin dan bahan utamanya seperti buah.
Rosyida (2014) menjelaskan bahwa Asam berguna untuk mengentalkan dan
menurunkan PH selai. Selain asam, syarat untuk mendapatkan hasil selai yang baik
yaitu gula.
Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur,
penampakan dan flavor yang ideal. Selain itu dalam pembuatan selai gula berperan
penting dalam pembentukan gel pektin (Yuliani, 2011). Menurut penelitian Fahrizal
(2014) dan Srivastava (2011) Pektin adalah bahan yang digunakan sebagai bahan
gelling, sangat penting dalam pengolahan bahan pangan terutama pada sifatnya yang
dapat menaikkan kekentalan cairan atau membentuk gel dengan gula dan asam.
Selain itu kriteria bahan utama yang digunakan dalam selai juga menentukan
mutu selai. Menurut Purwati (2012), selai yang kekentalannya bagus diperoleh dari buah
setengah matang karena banyak mengandung pektin dan asam. Apabila bahan yang
akan diolah menjadi selai memiliki kadar pektin rendah maka perlu ditambahkan pektin
dari luar pada proses pembuatan selai. Ubi jalar ungu termasuk bahan yang memiliki
kadar pektin yang rendah. Menurut hasil penelitian Yulistiani dkk (2013) didapatkan
bahwa penambahan pektin 1% dalam pembuatan ubi jalar ungu akan menghasilkan
selai yang memiliki tekstur dan kekentalan yang bagus serta disukai panelis.
Pembuatan selai dari ubi jalar ungu telah dilakukan oleh Yulistiani dkk (2013) dan
Utami (2015). Berdasarkan penelitian tersebut kelamahan selai ubi jalar ungu yang
direbus dan dikukus yaitu tidak bertahan lama sedangkan selai yang berbahan dasar
tepung ubi jalar ungu belum dilakukan. Selai yang terbuat dari ubi jalar ungu segar dan
tepung ubi jalar ungu dapat memberikan sifat fisik, sifat kimia maupun sifat sensorik
yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bentuk dan ukuran partikel bahan
dasarnya yaitu ubi jalar ungu. Rauf dkk (2015) melaporkan bahwa bentuk dan ukuran
partikel tepung dapat mempengaruhi sifat pasta atau gel dari suatu produk. Makin
seragam bentuk dan makin kecil ukuran partikel bahan-bahan, semakin baik sifat produk
yang dihasilkan.
Pemanfaatan ubi jalar ungu dalam bentuk tepung memberikan beberapa manfaat
antara lain masa simpannya lebih lama, lebih mudah dalam proses distribusi (Rauf
dan Sarbini, 2015) dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi berbagai
macam produk olahan (Husnah, 2010). Pembuatan tepung mengalami masalah yaitu
kekurangan maka perlu penelitian tentang perbedaan viskositas, pH, kadar air dan daya
terima selai yang dibuat dari ubi jalar ungu kukus dan tepung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan viskositas, kadar
air, pH dan daya terima selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan viskositas, kadar air, pH dan daya terima selai
dari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi konsentrasi pektin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur viskositas selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin.
a. Mengukur kadar air selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin.
b. Mengukur pH selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin.
c. Mengukur daya terima selai dari ubi jalar ungu kukus dan dengan variasi
konsentrasi pektin.
d. Menganalisis perbedaan viskositas selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung
e. Menganalisis perbedaan kadar air selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung
f. Menganalisis perbedaan pH selaidari ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan
g. Menganalisis perbedaan daya terima selai dari ubi jalar ungu kukus dan tepung
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
ungu serta memperkenalkan produk selai yang bernilai gizi tinggi kepada
masyarakat.
2. Bagi Peneliti
sejenis.
3. Bagi Industri
sehingga dapat meningkatkan kualitas selai, baik dari segi nilai gizi maupun nilai jual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” berasal dari Benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah
Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke
seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16 (Setyawan,
2015).
Juanda dan Cahyono (2009) mengatakan bahwa salah satu jenis ubi jalar yang memiliki
Tabel 1
Komposisi kimia ubi jalar ungu dan tepung ubi jalar
Komponen Ubi jalar ungu segar Tepung ubi jalar
ungu
-1
Kelembaban (g.100 g ) 73 ± 1.6 6.91 ± 0.71
Kadar Abu (g.100 g -1) 3.80 ± 0.49 3.07 ± 0.69
-1
Protein (g.100 g ) 5.70 ± 0.79 5.82 ± 1.43
Lemak (g.100 g-1) 0.42 ± 0.04 0.39 ± 0.03
Pati ((g.100 g-1) 103.7 ± 0.17 92.67 ± 1.94
-1
Serta kasar (g.100 g ) 4.28 ± 0.07 2.56 ± 0.14
Karbohidrat (g.100 g-1) 85.8 88.15
PH 6.55 ± 0.01 6.58 ± 0.02
Keasaman (mL NaOH.100 g -1) 0.90 ±0.22 0.87 ± 0.03
Sumber : Rodrigues (2016)
Truong et (2014), melaporkan kandungan antosianin pada ubi jalar ungu segar
210 mg / 100 g, sehingga berpotensi besar sebagai sumber antioksidan untuk kesehatan
Antosianin ubi jalar ungu terutama peonidin dan sianidin memiliki antiinflamasi yang
melewati saluran pencernaan. Selain itu, ubi jalar ungu menurunkan potensi resiko
kesehatan yang ditimbulkan oleh logam berat dan radikal oksigen. Ubi jalar ungu juga
Keunggulan ubi jalar ungu lainnya yaitu dapat menjadi pencegah terjangkitnya
penyakit kanker dalam tubuh seseorang dikarenakan ada kandungan zat aktif berupa
iodin dan selenium yang kapasitasnya mengungguli ubi lain kira-kira 20 kali
(Setyawan,2015). Ginting (2011), menyatakan bahwa nilai indeks glisemik ubi jalar ungu
tergolong rendah sehingga apabila dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah
secara drastis. menurut Allen (2012), Ludvic (2008) dan Siagan (2004) yaitu nilai indeks
glisemik ubi jalar tergolong rendah yaitu 32-41 jika dibandingkan dengan sumber
karbohidrat lainnya seperti beras (51), kentang (74), jagung (59), dan ubi kayu (46)
sehingga apabila dikonsumsi tidak akan menaikkan kadar gula darah secara drastis.
Karena itu, ubi jalar sangat baik jika dikonsumsi penderita diabetes
Selain itu ubi jalar ungu mengandung serat pangan dan oligosakarida yang
merupakan polisakarida yang tidak dapat dicerna atau dihidrolisis oleh enzim
pencernaan manusia dan sampai ke dalam usus besar dalam keadaan utuh (Ginting,
2011).
produksi ubi jalar ungu. Pengolahan menjadi tepung adalah salah satu bentuk
penggunaan tepung terigu import. Menurut Murtiningsih & Suyanti (2011) mengolah ubi
jalar ungu menjadi tepung merupakan salah satu cara untuk penyimpanan dan
pengawetan ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu dalam bentuk tepung juga akan
non-pangan.
Tepung ubi jalar dapat dibuat dengan menggunakan beberapa metode
dan menggunakan alat pengering seperti mesin pengering sawut ubi jalar,oven dan drum
drier. Metode pengeringan yang digunakan mempengaruhi mutu tepung ubi jalar yang
yang mengoksidasi senyawa polifenol. Pencoklatan non enzimatik terjadi karena adanya
proses pemanasan pada bahan pangan seperti pemanasan gula dalam peristiwa
karamelisasi.
Menurut Rumbaoa et al (2009) cara untuk membuat tepung ubi jalar yang
berkualitas adalah dengan memotong ubi jalar yang telah dicuci setebal 2 cm dan
mengukusnya selama 15 menit pada suhu 100°C. Perlakuan ini dimaksudkan untuk
ukuran 2 cm3. Pengeringan ubi jalar tersebut dilakukan menggunakan metode freeze
drying. Untuk menjaga kualitas, tepung disimpan pada suhu 4°C dalam wadah yang
dapat dengan mudah dikemas kembali hingga akan digunakan. Namun menurut Husnah
(2013) hampir 50% kadar antosianin penyebab warna ungu pada ubi jalar ungu
Menurut Sudewo (2012), tepung ubi jalar ungu mempunyai banyak kelebihan
antara lain :
a. Lebih mudah untuk pengembangan produk pangan dan peningkatan nilai gizi.
b. Lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyediaan bahan baku industri
c. Kandungan yang terdapat di dalam tepung ubi jalar ungu bermanfaat bagi
kesehatan.
2) Kandungan beta karoten, vitamin E, dan vitamin C untuk pencegah kanker dan
penyakit kardiovaskular.
3) Kandungan serat dan pektin untuk mencegah gangguang pencernaan, seperti wasir,
3. Selai
Selai adalah produk makanan semi basah yang dapat dioleskan yang dibuat dari
pengolahan buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan
Selai adalah salah satu produk olahan buah yang cukup populer dalam
masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi jua di luar negeri. Bagi sebagian masyarakat
selai digunakan sebagai pelengkap menu sarapan bersama roti yang cukup mudah dan
praktis untuk disajkan. Selai juga digunakan sebagai isian pada roti manis, nastar serta
pemanis dalam minuman seperti yoghurt dan ice krim (Purwati, 2012).
Syarat mutu selai buah-buahan menurut SNI 3746: 2008 sebagai berikut :
Tabel 2.
Syarat mutu selai buah
a Uji n aratan
aan
al
al
a al
buah f
an terlarut ksi massa 5
ran logam ai tabel
ran arsen (As) 1.0
ran mikroba
a Lempeng Total /g 1 x 101
ri coliform g
hlococcus aureus /g 2 x 101
idium sp /g
ng atau Kamir /g 5 x 101
Sumber : BSN (2008)
1) Bahan utama
selai yaitu buah-buahan. Buahan- buahan pada umumnya memiliki pektin dan
2) Gula
yang ideal. Selain itu dalam pembuatan selai gula berperan penting dalam
pembentukan gel pektin. Hal ini sama dengan penelitian Jariyah dkk (2010),
dengan air yang ada dan meniadakan kematapan pektin sehingga pektin tidak
bahwa Kadar gula dalam pembuatan selai ini ditentukan sebesar 65%-70%
Hal ini dimaksudkan untuk dapat membentuk tekstur gel dalam pembuatan
selai.
3) Pektin
Pektin adalah zat yang dapat mengentalkan selai buah, banyak
digunakan pada insustri baik pangan maupun non pangan. Pektin terdapat
dalam semua buah dengan kadar yang berbeda-beda. Apabila buah yang
diolah memilki kadar pektin yang rendah maka perlu ditambahkan pektin
gel sehingga selai yang dihasilkan memilki tekstur dan kekentalan yang bagus
contoh pektin sintetik yaitu citrus pectic grade 100. Gel pektin dapat terbentuk
berbagai faktor yaitu gul, konsentrasi pektin, jenis pektin , pH, dan suhu.
Pembentukan gel dapat menjadi lebih cepat dengan semakin rendahnya suhu
disamping sebagai bahan baku pembuatan jam dan jelly, pektin juga
2015).
4) Asam
digunakan adalah asam sitrat, asam asetat, atau cairan asam dari jeruk nipis
(Rosyida, 2014).
karena banyak mengandung pektin dan asam. Apabila bahan yang akan diolah
menjadi selai memiliki kadar pektin rendah maka perlu ditambahkan pektin dari
2) Pengupasan
Kulit bahan utama seperti buah dikupas menggunakan pisau stain less.
3) Pencucian
lebih kecil untuk memudahkan dalam proses penghancuran. Agar diperoleh bubur
5) Pemasakan
sedang), saat proses pemasakan perlu dilakukan pengadukan agar adonan selai
tidak gosong, tetapi pengadukan tidak boleh terlalu cepat ataupun memukul
adonan. Hal ini akan menimbulkan gelembung udara yang akan merusak tekstur
6) Pengemasan
lama (awet).
c. Viskositas Selai
gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida, semakin sulit suatu benda
Viskositas atau kekentalan adalah gaya hambat atau friksi internal yang
satuan Polse (P), cP, Pa.s atu mPa.s dimana 1 P=100 cP dan 1 cP= 1mPa.s.
cair dapat dibagi menjadi kelompok cair Newtonian dan non-Newtonian. Cairan
Newtonian adalah cairan yang nilai keknetalannya tidak dipengaruhi oleh besarnya
oleh gaya yang diberikan. Cairan yang mempunyai sifat Newtonian umumnya adalah
cairan encer seperti air, minuman ringan, larutan asam dan larutan garam sedangkan
produk yang lebih kental seperti saus, madu, dan sebagainya (Andarwulan, 2011).
1) Suhu
viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
2) Konsentrasi larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban
4) Tekanan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya
semakin cepat.
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi
7) Berat molekul
mikroba. Kadar air dalam bahan pangan seperti selai sangat berperan untuk
dikarenakan gel pektin merupakan sistem seperti spon yang diisi oleh air sehingga
semakin banyak pektin maka semakin besar air yang diikat oleh pektin (Ikhwal,
2014).
bersama air, gula dan asam sehingga air yang ada terperangkap untuk membentuk
gel. Sukrosa merupakan senyawa higrokopis yang mampu mengikat air bebas
menjadi air terikat yang sulit diuapkan pada saat pemasakan sehingga kadar air selai
meningkat.
Estiasih dan Ahmadi (2009) menyatakan bahwa gel pektin merupakan sistem
seperti spon yang diisi oleh air. Rantai molekul pektin membentuk jaringan tiga
dimensi dimana gula, air dan padatan terlarut yang lain diikat.
menyatakan tingkat keasaman atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Derajat keasaman didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara ekperimental,
pertumbuhan dan ketahanan hidup mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh (Barlina
dkk, 2007).
terkandung pada suatu larutan atau produk yang diukur. pH menunjukkan tingkat
keasaman semakin rendah nilai pH semakin tinggi tingkat keasaman (Amelia dkk,
2010).
penambahan pektin dan sukrosa maka PH semakin menurun. Hal ini disebabkan
pada pembuatan selai, pektin akan terhidrolisis menjadi asam pektat dan asam
pektinat sehingga semakin tinggi penambahan pektin dan sukrosa maka asam yang
indera sebagai alat utama pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Penilaian
dengan indera ini banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan
makanan. Indera penglihat, pencicip dan pembau merupakan alat yang sangat
1. Warna makanan
secara visual dan akan berpengaruh terhadap selera konsumen. Warna bagian dari
sifat-sifat produk yang paling menarik perhatian pada konsumen dan paling cepat
Aroma makanan adalah bau yang dihasilkan dari makanan dan merupakan
salah satu penambahan nilai terhadap cita rasa makanan. Pembauan juga disebut
pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal enaknya makanan yang
belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari jarak jauh.Indera pembau
berfungsi untuk menilai bau-bauan dari suatu produk atau komoditi baik berupa
makanan atau nonpangan. Banyak sekali jenis bau-bauan yang di terima alat
3. Tekstur makanan
Tekstur merupakan salah sau sifat dari produk yang penting juga untuk
(Purwati,2007).
4. Rasa makanan
Rasa makanan merupakan campuran air kesan icip, bau dan perabaan
Pengindraan tentang rasa berasal dari indera pegecap (lidah). Rasa terbagi
menjadi 4 macam yaitu asin, manis, pahit dan asam. Rasa dapat ditangkap oleh
indera pengecapan karena adanya zat terlarut dalam produk (Deman, 2013).
atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu berdasarkan kesan subjektif.
sebagai berikut :
yang diperoleh karena bakat dan latihan. Penelis ini disebut juga dengan
Panelis pencicip terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan
tinggi sehingga bias dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik
c. Panelis terlatih
Panelis terlatih merupakan panelis yang memilki kepekaan yang cukup baik.
pelatihan, panelis ini dapat menilai beberpa karakteristik bahan tetapi tidak
menguji alat sensori yang sederhana. Panelis ini dipilih berdasarkan jenis
Diperlukan sebanyak 15-25 orang anggota. Panelis ini tidak dipilih menurut
prosedur pemilihan panelis terlatih, tetapi juga tidak diambil dari orang
f. Panelis konsumen
Panelis ini biasanya mempunyai anggota 30-100 orang. Pengujiannya
(Agusman, 2013).
menganjurkan kepada umatnya untuk memakan makanan yang halal dan baik-baik. Hal
Artinya :” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
Ubi jalar ungu merupakan makanan yang halal dan thayib. Produksi ubi jalar ungu
di indonesia juga melimpah dan terkenal di kalangan masyarakat. Ubi jalar ungu memiliki
1. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
2. Kerangka konsep
Keterangan :
Variabel bebas
Variabel terikat
Variabel kontrol
D. Hipotesis
Ada perbedaan viskositas, kadar air, pH dan daya terima selai dari ubi jalar ungu
Penelitian ini dilakukan pembuatan selai berbahan ubi jalar segar dan tepung, bahan
lain yang digunakan untuk membuat selai tersebut antara lain gula pasir, pektin, asam sitrat
dan air. Peneltian pendahuluan tahap pertama percobaan yang dilakukan untuk mengetahui
komposisi yang tepat dari bahan-bahan penyusun selai. Percobaan dilakukan pada
komposisi pektin dengan variasi konsentrasi untuk mendapatkan viskositas yang sesuai
dengan selai.
dengan variabel konsentrasi yakni 1 gram, 2 gram, dan 2,5 gram. Penambahan 1 gram
pektin tidak membentuk gel selai secara baik, sedangkan penambahan pektin 2,5 gram
menyebabkan tekstur selai seperti puding. Direkomendasikan penambahan pektin 1,5 gram,
1,75 gram dan 2 gram pada selai dikarenakan pada penambahan tersebut telah terbentuk
Tahap kedua yaitu optimalisasi penggunaan air sehingga menghasilkan selai yang
tidak terlalu encer ataupun terlalu kental. Tahap terakhir yaitu penggunaan asam sitrat
Penelitian utama adalah pembuatan selai dengan menganalisis sifat fisik, sifat kimia
dan sensorik. Sifat fisik selai yang diteliti yakni viskositas. Pengukuran viskositas atau
kekentalan selai diuji dengan Viscometer Rion VT 04 digunakan untuk menilai tingkat
kekentalan selai yang ditambahkan pektin 1,5 gram, 1,75 gram dan 2 gram. Sifat kimia selai
meliputi Derajat keasaman (pH) dan kadar air. Derajat keasaman (pH) digunakan untuk
menentukan keasaman selai. Pengukuran kadar air menggunakan metode oven untuk
melihat peran kadar air dalam menjaga konsistensi teksur. Sedangkan sifat sensorik selai
yang meliputi warna, rasa, aroma, tekstur dan keseluruhan dilakukan dengan uji
Viskositas merupakan parameter penting dan sering penting dari produk cair dan
semi-padat untuk menentukan kekentalan yang menyatakan besar kecilnya gesekan dalam
fluida untuk melihat kualitas selai. (Shahnawaz, 2011). Pengukuran viskositas digunakan
untuk mengetahui perubahan kekentalan selai yang dihasilkan, maka perlu dilakukan
pembahasan perubahan viskositas pada awal, pertengahan dan akhir yakni pada detik 10,
Tabel 4
Nilai signifikansi viskositas selai yang diuji Menggunakan GLM-Univariat
Sig. Viskositas
Faktor 10 20 30 40 50 60
detik detik detik detik detik detik
Jenis bahan selai 0,023 0,002 0,001 0,005 0,003 0,001
Konsentrasi pektin 0,001 0,006 0,016 0,008 0,014 0,042
Interaksi jenis bahan dan 0,015 0,080 0,209 0,107 0,127 0,285
konsentrasi pektin
Berdasarkan hasil uji GLM-univariat (Tabel 4), menunjukkan bahwa ada pengaruh
jenis bahan selai ubi jalar kukus dan tepung, variasi konsentrasi pektin terhadap viskositas
yang dihasilkan pada detik 10, 20, 30, 40, 50, 50, dan 60 detik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikan masing-masing P < 0,05. Jenis bahan dan konsentrasi pektin tidak menunjukkan
Hal ini sesuai dengan penelitian Awasthi (2011) menyatakan bahwa Jenis bahan dan
konsentrasi pektin tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap viskositas selai. Hal ini
mungkin disebabkan oleh gugus asam karboksil pada rantai pektin yang menetralkan yaitu
reduksi ionisasi, dan menyebabkan reduksi dalam hidrasi gugus asam karboksilat.
Tabel 5
Viskositas Detik 10 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP ig.
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Selai dengan variasi konsentrasi pektin (Tabel 5), menunjukkan bahwa perbedaan
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 10. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 10. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 425 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 10. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05.
Tabel 6.
Viskositas Detik 20 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP Sig
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 20. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 20. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 400 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 20. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05.
Tabel 7.
Viskositas Detik 30 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP ig.
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Selai dengan variasi konsentrasi pektin (Tabel 7), menunjukkan bahwa perbedaan
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 30. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 30. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 400 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 30. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05..
Tabel 8.
Viskositas Detik 40 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP ig.
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Selai dengan variasi konsentrasi pektin (Tabel 8), menunjukkan bahwa perbedaan
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 40. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 40. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 400 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 40. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05.
Tabel 9.
Viskositas Detik 50 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP ig.
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Selai dengan variasi konsentrasi pektin (Tabel 9), menunjukkan bahwa perbedaan
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 50. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 50. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 400 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 50. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05.
Tabel 10.
Viskositas Detik 60 pada selai yang Diuji Menggunakan
Kruskal Wallis dan t-test
Viskositas dP Sig.
variasi konsetrasi pektin memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap viskositas detik 60. Oleh
karena itu analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Rate Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat beda nyata terhadap viskositas detik 60. Viskositas paling
tinggi yaitu selai tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 2 gram dengan nilai 400 dP
dan viskositas terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsetraasi pektin 1,5 gram
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan selai dari ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan penambahan setiap konsentrasi terhadap viskositas yang dihasilkan
pada detik 60. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan masing-masing P<0,05.
Gambar 7. Viskositas selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin.
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Gambar 7 menunjukkan bahwa selai dari tepung ubi jalar ungu memberikan
viskositas yang lebih tinggi dari selai dari ubi jalar ungu kukus. Penambahan pektin pada
Selai dari ubi jalar ungu kukus dengan pektin 2 gram (A3) menunjukkan viskositas
tertinggi diikuti perlakuan A2 dan A1 yang ditampilkan pada Gambar 7. Penggunaan pektin
dalam pembuatan selai dari tepung ubi jalar ungu dengan pektin 2 gram (B3) memberikan
viskositas tertinggi, diikuti selai B2 dan B1 sehingga kekentalan selai ubi jalar ungu kukus dan
sehingga viskositas selai tepung ubi jalar ungu memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan
selai ubi jalar ungu kukus. Viskositas pada selai ubi jalar ungu kukus dan tepung cenderung
stabil sehingga bersifat Newtonian. Cairan Newtonian adalah cairan yang nilai
kekentalannya tidak dipengaruhi oleh gaya yang diberikan (Andarwulan, 2011). Menurut
Awasthi (2011) larutan pektin encer menunjukkan Newtonian, tetapi pada konsentrasi
dengan konsentrasi.
penstabil maka semakin tinggi viskositas selai mangga. Hal ini sesuai laporan Siddiqui
(2015) menyatakan bahwa selain pektin pada buah-buahan, pektin komersial juga dapat
meningkat kan viskositas pada selai karena pektin memiliki sifat hidrofilik. Pemanasan pektin
yang larut akan membentuk suatu serabut halus. Struktur tersebut mampu menahan cairan
kandungan pektin yang tinggi yang mempengaruhi proses pembentukan gel pada selai
sehingga semakin kuat struktur yang dibentuk untuk menahan air. Semakin tinggi
konsentrasi pektin yang diberikan maka kandungan air pada selai ubi jalar ungu tidak dapat
larut yang baik. Pektin merupakan pestabil yang berfungsi untuk meningkatkan kekentalan
produk dan memberikan tekstur. Yoo et al (2009) menyatakan viskositas tergantung pada
faktor seperti konsentrasi pectin, jenis pektin, suhu, pH serta bahan baku. Menurut penelitian
Charles et al. (2005), menyatakan bahwa ubi ungu jalar ungu lebih asam dibandingkan
dengan ubi cilembu. Keasamaan yang tinggi pada ubi jalar ungu menghasilkan viskositas
yang lebih tinggi. Hal ini sama halnya dengan penelitian selai ubi jalar ungu. Dilihat dari nilai
pH nya, selai ubi jalar ungu yang memili pH lebih asam akan memiliki viskositas yang lebih
tinggi.
Bahan baku juga mempengaruhi viskositas pada selai. Selai tepung ubi jalar ungu
memilki viskositas lebih tinggi dibandingkan ubi jalar ungu kukus. Hal ini disebabkan
kandungan pati yang terdapat di ubi jalar ungu. Menurut Moorthy dan Balagopalan (2010)
Pati ubi jalar ungu memiliki kekentalan yang tinggi. Kandungan pati yang terdapat pada ubi
jalar ungu segar (13-19%) lebih sedikit dibandingkan pati yang terdapat pada tepung ubi
jalar ungu (18-22%). Hal ini sesuai dengan laporan Anggraeni (2014), menyatakan bahwa
semakin tinggi kandungan pati maka emakin tinggi viskositas yang dihasilkan.
Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan. Kandungan air di dalam
bahan pangan mempengaruhi daya tahan makanan terhadap serangan mikroba. Semakin
tinggi kandungan air yang terdapat dalam bahan pangan semakin cepat bahan pangan
membusuk. (Fellows, 2000) Kadar air dalam bahan pangan seperti selai sangat berperan
untuk menjaga konsistensi tektur. (Fahrizal dan Fadhil, 2014). kadar air pada selai
merupakan jumlah kandungan air yang terdapat pada selai ubi jalar ungu kukus dan tepung
tepung ubi jalar ungu ditampilkan pada Tabel 19 menunjukkan ada pengaruh jenis bahan ubi
jalar ungu kukus dan tepung, terhadap kadar air selai. Hal ini ditunjukkan nilai signifikan
untuk jenis bahan selai p<0,05. Berbeda dengan nilai signifikan untuk konsetrasi pektin dan
Tabel 13.
Nilai Signifikansi kadar air Selai Ubi Jalar Ungu yang diuji menggunakan
GLM-Univariat
r kansi
ntrasi pektin
Pengaruh perbedaan penambahan pektin terhadap kadar air pada selai ubi jalar
ungu kukus dan tepung dianalisis dengan uji stastistik One Way Anova. Data pengaruh
pektin terhadap kadar air pada selai ubi jalar ungu kukus dan tepung akan disajikan pada
Tabel 14.
Kadar Air selai yang Diuji Menggunakan One Way Anova
Kadar Air
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Hasil Uji One Way Anova yang ditampilkan pada Tabel 13, menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan secara signifikan oleh selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan
variasi konsentrasi pektin (P>0,05) terhadap kadar air selai., maka tidak perlu dilanjutkan uji
Gambar 8. Kadar Air selai dari ubi jalar kukus dan tepung dengan variasi konsentrasi
pekti
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Selai dari tepung ubi jalar ungu menunjukkan kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan selai dari ubi jalar ungu kukus. Kadar air dengan nilai paling tinggi yaitu selai
tepung ubi jalar ungu dengan konsetrasi pektin 1,5 gram dengan kadar air 56,4% dan kadar
air dengan nilai terendah pada selai ubi jalar ungu kukus dengan konsentrasi pektin 1,5
gram yaitu dengan nilai 49,52%. Selai ubi jalar kukus mengalami peningkatan kadar air
dengan adanya penambahan pektin. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Yulistiani
dkk (2013) menyatakan bahwa semakin banyaknya penambahan pektin maka kadar air
selai ubi jalar ungu juga semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Fahrizal dan
Fadhil (2014) semakin tinggi penambahan pektin maka kadar air selai nenas cenderung
semakin tinggi dengan adanya penambahan pektin. Hal ini disebabkan pektin mampu
membentuk gel bersama asam dan sitrat dan gula. Gula pasir (sukrosa) merupakan
senyawa yang bersifat higroskopis karena mampu mengikat air bebas. Proporsi pektin, gula
Selai tepung ubi jalar ungu mengalami penurunan kadar air sejalan dengan
penelitian Juwita dkk (2014) menyatakan bahwa semakin banyak konsentrasi pektin di
dalam bahan maka jumlah padatan akan semakin banyak dan kadar air bahan akan
menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Broomes and Badrie (2010) mengatakan semakin
tinggi pemberian pektin maka semakin rendah kadar air pada selai. Hal tersebut disebabkan
semakin tinggi kadar pektin maka struktur serabut halus akan semakin padat sehingga
penambahan pektin yang terlalu tinggi akan membentuk gel yang liat. Menurut penelitian
Javanmard dan Endan (2010), pektin memiliki sifat larut dalam air tetapi tidak larut dalam
pelarut organik. Penambahan air ke dalam pektin akan memberikan tekstur kental pada
produk. Jika jumlah pektin meningkat sekitar 10% dalam air panas maka pektin tidak akan
sepenuhnya larut.
Tabel 14.
Kadar Air selai yang Diuji Menggunakan t-test
Kadar Air
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Hasil uji t-test yang ditampilkan pada Tabel 14. menunjukkan ada perbedaan secara
signifikan dari selai ubi jalar ungu dan kukus dengan pektin 1,5, 1,75 dan 2 gram terhadap
kadar air selai. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan (p<0,05).
Kadar air yang dihasilkan oleh semua perlakuan yaitu masih memenuhi standar
kadar air selai ubi jalar ungu. Menurut Yulistiani (2013), menyatakan bahwa selai ubi jalar
ungu mempunyai kadar air kisaran 50,77%-58,08%. Menurut Widegren et al (2005) kadar air
mempengaruhi viskositas suatu bahan pangan. Jika kadar air tinggi maka selai yang
dihasilkan akan encer sehingga kadar air mempengaruhi kekentalan selai ubi jalar ungu.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator yang penting dalam prinsip
pengawetan bahan pangan, hal ini dikarenakan pH berkaitan dengan pertumbuhan dan
ketahanan hidup mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh (Barlina dkk, 2007). Tingkat
keasaman atau PH menurut Boyd C, et al, (2011) dan Amalia dkk (2010) yaitu berhubungan
dengan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung pada suatu larutan atau produk yang
Hasil uji GLM-univariat pada pH selai yang dibuat dari ubi jalar ungu kukus dan
tepung ubi jalar ungu ditampilkan pada Tabel Tabel 17 menunjukkan ada pengaruh jenis
bahan ubi jalar ungu kukus dan tepung, konsentrasi pektin dan interaksi keduanya terhadap
pH selai. Hal ini ditunjukkan nilai signifikan untuk jenis bahan dan konsentrasi pektin
masing-masing P<0,05. Berbeda dengan nilai signifikan untuk interaksi jenis bahan dan
Tabel 11.
Nilai Signifikansi pH Selai Ubi Jalar Ungu yang diuji menggunakan GLM-Univariat
r kansi
ntrasi pektin
kukus dan tepung dianalisis dengan uji stastistik One Way Anova. Data pengaruh pektin
terhadap pH pada selai ubi jalar ungu kukus dan tepung akan disajikan pada Tabel 12
sebagai berikut :
Tabel 12.
pH selai yang Diuji Menggunakan One Way Anova
pH
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Hasil Uji One Way Anova yang ditampilkan pada Tabel 12, menunjukkan bahwa ada
perbedaan secara signifikan oleh selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan variasi
konsentrasi pektin terhadap pH selai (p<0,05). Oleh karena ada beda nyata maka
dilanjutkan dengan uji beda Duncan Multple Rate Test (DMRT). Hasil analisis Duncan
Multple Rate Test (DMRT) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pH selai ubi jalar
ungu kukus dan tepung dengan variasi konsentrasi pektin. Penggunaan pektin pada selai A3
berbeda nyata dengan dengan A1 dan A2, sedangkan selai B3 berbeda nyata dengan B1 dan
B2.
Penggunaan pektin pada selai A1 dan B3, menunjukkan pH tidak berbeda nyata
secara signifikan ditampilkan pada Gambar 9. Hal ini serupa juga ditunjukkan oleh selai B1
dan B2 menunjukkan pH yang sama, namun selai A3 menunjukkan pH yang lebih rendah.
Hasil ini didukung oleh penelitian Yulistiani (2013) yang menyatakan bahwa selai dengan pH
terendah yaitu dengan penambahan pektin paling tinggi. Hal ini disebabkan pektin akan
terhidrolisis menjadi asam pektat dan asam pektinat, sehingga asam yang dihasilkan
semakin tinggi dan pH semakin menurun. Menurut penelitian Mohamad (2012), Penurunan
pH (lebih asam) pada selai terjadi karena asam askorbat degradasi, hidrolisis pektin dan
senyawa asam lainnya. pH yang rendah juga membantu dalam proses perubahan sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa dalam keadaan pH yang rendah agar gula tidak membentuk
Gambar 9. pH selai dari ubi jalar kukus dan tepung dengan variasi konsentrasi pektin.
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Hasil uji t-test yang ditampilkan pada Tabel 14. menunjukkan ada perbedaan secara
signifikan dari selai ubi jalar ungu dan kukus dengan pektin 1,5, 1,75 dan 2 gram terhadap
peningkatan asam. Menurut penelitian Ikhwal (2014), selai menjadi asam dikarenakan
pektin dapat mengikat gula, air, dan padatan terlaut seperti asam-asam dalam bahan
ditambah pektin itu sendiri yang bersifat asam sehingga asam meningkat dan juga semakin
banyak nya gula yang terhidrolisis menjadi asam. Menurut Awasthi (2011), pektin stabil pada
Tabel 12.
pH selai yang Diuji Menggunakan t-test
pH
Selai
1,5 gram 1,75 gram 2 gram
Nilai pH yang dihasilkan oleh semua perlakuan yaitu masih memenuhi standar pH
selai ubi jalar ungu. Menurut Yulistiani (2013), menyatakan bahwa selai ubi jalar ungu
mempunyai nilai pH kisaran 3,1 hingga 4,1. Faktor lain yang mempengaruhi pH selai adalah
asam sitrat. Menurut penelitian Yuliani (2011) selai mengalami penurunan pH dengan
semakin meningkatnya asam sitrat, kerena asam sitrat merupakan senyawa asidulan yang
bersifat asam yang mampu menurunkan pH. Penambahan asam pada pembuatan selai
rendah, sehingga terjadi sinersis yaitu keluar nya air dari dalam gel sebaliknya jika pH tinggi
akan menyebabkan gel menjadi pecah namun, penambahan asam juga dapat menghindari
terjadinya pengkristalan gula pada proses pemasakan selai. (Rosyida, 2014). Penambahan
asam sitrat sebanyak 1,5 gram sudah memenuhi standar pH selai ubi jalar ungu.
pH merupakan salah satu parameter penting dalam pembentukan gel selai yang
harus dipantau dan dikendalikan sehingga menghasilkan selai yang baik (Afoakwa et al.,
2006). PH dalam keadaan rendah cenderung menciptakan selai yang lebih awet dan stabil
D. Uji Daya Terima Selai Ubi jalar Ungu Kukus dan Tepung
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas selai terdiri konten warna, rasa, rasa, dan tekstur
dan nilai gizi. Semua parameter yang disebutkan dipengaruhi dari sifat bahan baku dan
kondisi pengolahan. Metode pengujian daya terima ini disepakati sebagai metode pengujian
yang praktis dalam menentukan ketetapatan. Pada daya terima penelitian ini dibedakan
menjadi 7 kategori yaitu sangat suka, suka, agak tidak suka, netral, agak tidak suka, tidak
suka, sangat tidak suka. Hasil daya terima dilakukan kepada 50 responden agak terlatih
terhadap warna, rasa, tekstur, keseluruhan dari selai ubi jalar ungu kukus dan tepung
Tabel 15.
Skor daya terima selai ubi jalar ungu kukus dan tepung
Sampel Warna Aroma Oles Rasa Keseluruhan
Selai ubi 5,14±1,18 3,17±1,43 5,35±1,10 4,73±1,28 4,76±1,19
jalar ungu
kukus
Selai ubi 5,07±1,48 3,51±1,56 2,50±1,21 3,59±1,50 3,33±1,24
jalar ungu
tepung
Nilai Sig 0,635 0,001 0,000 0,000 0,000
Berdasarkan uji stastistik friedman terhadap uji daya terima yang dilakukan pada
selai ubi jalar ungu didapati nilai untuk kategori penilaian lebih kecil dari 0,05 (P<0,05) yang
berarti terdapat pengaruh dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu dengan variasi pektin
terhadap aroma, oles, rasa dan keseluruhan. Namun untuk kategori warna penilaian lebih
dari 0,05 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh dari jenis bahan utama selai ubi jalar
Warna merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
penerimaan atau penolakan dari suatu produk, karena warna menjadi kesan pertama yang
tampil terlebih dahulu. Warna makanan dilihat secara visual dan akan berpengaruh terhadap
selera konsumen. Warna bagian dari sifat-sifat produk yang paling menarik perhatian pada
konsumen dan paling cepat juga memberikan kesan disukai atau tidak disukai
(Purwati,2007).
Tabel 16.
Skor daya terima warna selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan berbagai
konsentrasi.
Selai ubi jalar ungu Daya Terima Warna
Pektin 1,5 gram Pektin 1,75 gram Pektin 2 gram
Ubi jalar ungu kukus 5,06±1,20 4,96±1,22 5,40±1,08
Tepung ubi jalar ungu 5,04±1,47 5,24±1,37 4,94±1,59
Sig 0,622 0,398 0,631
Hasil statistik uji friedman menunjukkan bahwa nilai p pada warna selai ubi jalar ungu
p> 0,05 artinya tidak ada perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu dengan
berbagai konsentrasi pektin yang dibuat terhadap daya terima warna. Skor daya terima
warna selai ubi jalar ungu berada pada rentang 4,94-5,40 yaitu pada kategori agak suka.
Gambar 10. Daya Terima Warna Selai Ubi Jalar Ungu Kukus dan Tepung
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Skor daya terima warna yang paling disukai adalah warna selai jalar ungu kukus
dengan penambahan pektin 2 gram (A3) rata-rata 5,40 dalam kategori agak suka,
sedangkan warna yang tidak disukai adalah sampel selai ubi jalar ungu yang berbahan
utama tepung dengan penambahan pektin 2 gram (B3) rata-rata sebesar 4,94 dalam
kategori agak suka. Hal ini disebabkan penambahan pektin akan mempengaruhi perubahan
warna selai karena pektin mengandung asam galakturonat sehingga menghasilkan selai
dengan warna ungu kemerahan. Bahan lain yang mempengaruhi warna selai yaitu asam
sitrat. Warna akan sedikit pudar jika menggunakan asam sitrat yang sedikit. Tingkat
kecerahan warna produk dipengaruhi oleh asam – asam organik baik yang didalam produk
maupun yang ditambahkan. Penggunaan asam sitrat 1,5 gram sudah memberikan warna
selai yang cerah. Menururt Suryani et al (2004), selai yang bermutu baik salah satu
syaratnya memiliki warna cemerlang. Selai ubi jalar sudah memberikan warna yang
beberapa faktor seperti suhu, pH, dan oksigen. Perubahan warna terjadi karena adanya
polimerisasi pada saat pemanasan yang disebabkan adanya degradasi sukrosa. Selain itu
kadar antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu juga mempengaruhi warna selai. Kopjar
et.al (2009) menyatakan bahwa kerusakan warna pada ubi jalar ungu disebabkan karena
hilangnya pigmen antosianin. Pembentukan pigmen ubi jalar ungu juga berdampak pada
daya terima warna terhadap makanan. Menurut Huang (2015) makanan dengan warna yang
2. Aroma
Aroma bahan makanan banyak menentukan kelezatan makanan dan merupakan
salah satu penambahan nilai terhadap cita rasa makanan. (Susiwi, 2009). Aroma dnilai
cukup penting karena dapat memberikan hasil yang cepat mengenai kesukaan konsumen
Tabel 17.
Skor daya terima aroma selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan berbagai
konsentrasi.
Selai ubi jalar ungu Daya Terima Aroma
Pektin 1,5 gram Pektin 1,75 gram Pektin 2 gram
Ubi jalar ungu kukus 3,98±1,34 3,74±1,45 3,42±1,48
Tepung ubi jalar ungu 3,62±1,49 3,48±1,72 3,44±1,48
Sig 0,008 0,063 0,274
Hasil statistik uji friedman menunjukkan nilai p pada aroma selai ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan konsentrasi pektin 1,5 gram sebesar 0,008 (p<0,05) artinya ada
perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu dengan penambahan petin 1,5 gram
yang dibuat terhadap daya terima aroma. Berbeda halnya dengan aroma selai ubi jalar ungu
kukus dan tepung dengan konsentrasi pektin 1,75 gram dan 2 gram sebesar 0,063 dan
0,274 artinya tidak ada perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu terhadap daya
terima aroma pada konsetrasi pektin 1,75 gram dan 2 gram (p<0,05). Skor daya terima
aroma selai ubi jalar ungu berada pada rentang 3,42-3,98 yaitu pada kategori agak
suka-netral.
Gambar 11. Daya Terima Aroma Selai Ubi Jalar Ungu Kukus dan Tepung
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Gambar 11. menunjukkan skor daya terima aroma yang paling disukai adalah aroma
selai jalar ungu kukus dengan penambahan pektin 1,5 gram (A1) rata-rata 3,98 dalam
kategori netral, sedangkan aroma yang tidak disukai adalah sampel selai jalar ungu kukus
dengan penambahan pektin 2 gram (A3) rata-rata sebesar 3,42 dalam kategori agak tidak
suka.
Selai ubi jalar ungu mengalami penurunan daya terima aroma dengan meningkatnya
konsentrasi pektin. Hal ini sejalan dengan penelitian Ikhwal (2014) menyatakan bahwa
meningkat sehingga aroma tertahan akibat viskositas yang tinggi menyebabkan aroma
selai tertahan didalam, sehingga mempengaruhi nilai uji organoleptik aroma selai. Selain
itu pektin dan gula tidak mempunyai aroma yang menonjol, sehingga antara pektin dan
gula tidak berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu pektin dan gula tidak
berpengaruh terhadap aroma selai ubi jalar ungu. Menurut Hansoon et.al (2003)
menyatakan mulut dan hidung menunjukkan bahwa kekuatan dan struktur sistem. Mastikasi
dan air liur juga terbukti memiliki pengaruh besar pada seberapa banyak senyawa aroma
3. Oles
Tekstur merupakan salah satu sifat dari produk yang penting juga diperhatikan
Tabel 18.
Skor daya terima aroma selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan berbagai
konsentrasi
Selai ubi jalar ungu Daya Terima Oles
Pektin 1,5 gram Pektin 1,75 gram Pektin 2 gram
Ubi jalar ungu kukus 5,44±0,95 5,12±1,28 5,50±1,03
Tepung ubi jalar ungu 2,54±1,24 2,96±1,16 2,00±1,05
Sig 0,000 0,000 0,000
Hasil statistik uji friedman menunjukkan bahwa nilai p pada oles selai ubi jalar ungu
sebesar 0,000 (p<0,05), artinya ada perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu
dengan variasi konsentrasi pektin yang dibuat terhadap daya terima oles. Skor daya terima
oles selai ubi jalar ungu berada pada rentang 2,00-5,50 yaitu pada kategori agak tidak
suka-agak suka.
Gambar 12. Daya Terima Oles Selai Ubi Jalar Ungu Kukus dan Tepung
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Berdasarkan Gambar 12. menunjukkan skor daya terima oles yang paling disukai
adalah oles selai jalar ungu kukus dengan penambahan pektin 2 gram (A3) rata-rata 5,50
dalam kategori agak suka, sedangkan oles yang tidak disukai adalah sampel selai tepung
ubi jalar ungu dengan penambahan pektin 2 gram (A3) rata-rata sebesar 2,00 dalam kategori
tidak suka. Hal ini berarti penambahan pektin 2 gram pada selai tepung ubi jalar ungu
membuat tekstur semakin keras dan tidak disukai oleh panelis. Hal ini diduga karena selama
proses pemasakan, sebagian sukrosa akan terinversi menjadi glukosa dan fruktosa yang
berperan dalam proses dehidrasi dan mempengaruhi keseimbangan pektin dan air sehingga
pektin akan menggumpal dan membentuk gel dengan tekstur yang lebih keras
(Amelia,2016).
Berbeda halnya dengan selai ubi jalar ungu kukus yang menghasilkan tekstur tidak
keras, tidak lengket dan merata sehingga disukai oleh panelis. Selai ubi jalar ungu yang
baik adalah selai ubi jalar yang memiliki tekstur lembut namun tidak lembek. Hal ini karena
kandungan gliserol yang merupakan salah satu humektan yang berfungsi untuk menurunkan
kadar air bebas pada suatu bahan. Dengan semakin tingginya kadar air yang terikat, maka
4. Rasa
Cita rasa merupakan salah satu faktor penentu bahan makanan. Makanan yang
memiliki rasa yang nenak dan menarik akan disukai oleh konsumen. Hasil statistik uji
friedman menunjukkan bahwa nilai p pada rasa selai ubi jalar ungu sebesar 0,000 (p<0,05),
artinya ada perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi jalar ungu dengan variasi
Tabel 19.
Skor daya terima rasa selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan berbagai
konsentrasi
Selai ubi jalar ungu Daya Terima Rasa
Pektin 1,5 gram Pektin 1,75 gram Pektin 2 gram
Ubi jalar ungu kukus 4,88±1,13 4,50±1,40 4,80±1,29
Tepung ubi jalar ungu 3,84±1,583 3,56±1,44 3,38±1,46
Sig 0,002 0,002 0,000
Berdasarkan Gambar.13 menunjukkan skor daya terima oles yang paling disukai
adalah rasa selai jalar ungu kukus dengan penambahan pektin 1,5 gram rata-rata 4,88
dalam kategori agak suka, sedangkan rasa yang tidak disukai adalah sampel selai tepung
ubi jalar ungu dengan penambahan pektin 2 gram rata-rata sebesar 3,38 dalam kategori
Gambar
13. Daya Terima Rasa Selai Ubi Jalar Ungu Kukus dan Tepung
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Rasa selai ubi jalar ungu dipengaruhi oleh gula pasir, asam sitrat, dan pektin
yang ditambahkan dalam pembuatan selai. Semakin tinggi konsentrasi pektin, skor rasa
selai semakin asam, hal ini diduga karena pektin merupakan polimer asam D-galakturonat
yang bersifat asam, sehingga mempengaruhi citarasa selai ubi jalar ungu. Menurut
Saparinto dan Hidayati (2006), sukrosa, asam, glukosa, dan fruktosa dapat
mempengaruhi rasa produk pangan sehingga meningkatkan tingkat kesukaan pada produk
tersebut. Penambahan gula pasir pada prosuk selai dapat memberikan rasa manis.
Javanmard and Endan (2010) menyatakan bahwa larutan pektin digunakan dalam
campuran gula, akan membentuk jaringan lunak yang dapat diukur sifat elastisnya. Sifat
kental dari larutan pektin penting dalam produk makanan terutama dalam produk berbasis
buah seperti jus buah, jeli, dan selai buah karena meningkatkan viskositas yang diinginkan
Sampel selai ubi jalar ungu kukus lebih manis dibandingkan selai ubi jalar ungu
tepung. Hal ini disebabkan oleh interaksi konsentrasi penambahan gula yang seimbang
sehingga menghasilkan rasa disukai oleh panelis dan rasa manis alami yang dihasilkan oleh
ubi jalar ungu itu sendiri. Menurut Huang (2015) cita rasa makanan dipengaruhi oleh faktor
warna makanan oleh sebab itu ubi jalar ungu kukus memiliki warna lebih menarik sehingga
5. Keseluruhan
Hasil stastistik uji friedman menunjukkan bahwa nilai p pada Keseluruhan selai ubi
jalar ungu sebesar 0,000 (p<0,05), artinya ada perbedaan dari jenis bahan utama selai ubi
jalar ungu dengan berbabagai konsetrasi yang dibuat terhadap daya terima Keseluruhan.
Tabel 20.
Skor daya terima keseluruhan selai ubi jalar ungu kukus dan tepung dengan berbagai
konsentrasi
Selai ubi jalar ungu Daya Terima Keseluruhan
Pektin 1,5 gram Pektin 1,75 gram Pektin 2 gram
Ubi jalar ungu kukus 4,82±1,082 4,62±1,27 4,84±1,21
Tepung ubi jalar ungu 3,46±1,32 3,52±1,23 3,00±1,12
Sig 0,000 0,000 0,000
disukai adalah oles selai jalar ungu kukus dengan penambahan pektin 2 gram rata-rata 4,84
dalam kategori agak suka, sedangkan keseluruhan yang tidak disukai adalah sampel selai
tepung ubi jalar ungu dengan penambahan pektin 2 gram rata-rata sebesar 3,00 dalam
Keterangan :
A1 : Selai UBJ kukus pektin 1,5 gram
A2 : Selai UBJ kukus pektin 1,75 gram
A3 : Selai UBJ kukus pektin 2 gram
B1 : Selai UBJ tepung pektin 1,5 gram
B2 : Selai UBJ tepung pektin 1,75 gram
B3 : Selai UBJ tepung pektin 2 gram
Hasil uji daya terima secara keseluruhan terhadap sampel selai ubi jalar ungu kukus
dan tepung dengan variasi konsentrasi dapat disimpulkan bahwa penerimaan selai terbaik
yaitu pada sampel selai ubi jalar ungu kukus dengan penambahan pektin 2 gram yang
menghasilkan warna ungu kemerahan, aroma khas, oles tidak lengket dan merata dan rasa
manis.
kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi rasa. Suatu bahan pangan yang memiliki
tekstur yang baik dan rasa yang enak, tidak akan dimakan apabila warna telah menyimpang
konsumen. Rasa merupakan tanggapan cicip, bau dan trigeminal yang dipengaruhi oleh
kesan-kesan lain seperti penglihatan dan sentuhan. Tingkat penerimaan konsumen terhadap
selai ubi jalar ungu berhubungan dengan warna, aroma, oles dan rasa. Selai yang disukai
adalah selai yang berbahan dasar ubi jalar ungu kukus yang menghasilkan warna ungu
kemerahan, aroma khas ubi ungu, daya oles yang tidak lengket dan merata, dan rasa yang
manis.
Halal artinya boleh, makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan untuk
dimakan menurut syariat Islam. Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang
kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia dan jika ada nash (dalil) yang
shahih (tidak cacat periwayatannya) yang mengharamkan. Sesuai dengan firman Allah
tertulis dalam Al-Quran Surah An-Nahl: 114 tentang keharusan mencari makanan yang halal
yang berbunyi :
Artinya : “ Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya
Beranjak dari pedoman ayat Al-Qur’an tersebut diatas, maka dalam memilih
hukumnya, yaitu harus halal. Halal sumber dan cara memperolehnya serta unsur materi
dari makanan itu sendiri. Thoyyib diartikan dengan baik, yaitu adanya keterkandungan nilai
gizi, serta baik untuk kesehatan bila dikonsumsi atau tidak mengakibatkan efek samping
yang merugikan.
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apayang terdapat
Allah, sehingga apa yang telah diciptakanNya patut disyukuri dan di pelajari. Salah satu
tanaman yang diciptakan Allah adalah ubi jalar ungu yang merupakan bahan makanan yang
halal dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, untuk itu ubi jalar ungu dapat
dikembangkan menjadi produk baru yang dapat di konsumsi oleh manusia. Salah satu