USULAN PENELITIAN
Oleh :
Oleh
Disetujui oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Buah atau sayur yang digunakan untuk proses pembuatan selai harus
mengandung pektin, gula, dan asam yang cukup. Dalam proses pembuatan selai
4
pektin diperlukan untuk pembentukan gel atau sebagai bahan pengental pada
selai. Pektin adalah senyawa karbohidrat yang berguna untuk membuat gel jika
bereaksi dengan asam atau gula (Anova dan Kamsina, 2013). Kualitas selai yang
dihasilkan dapat dipengaruhi dari beberapa faktor. Tingkat kematangan buah juga
mempengaruhi kemanisan selai yang dihasilkan (Syahrumsyah et al., 2010). Gel
pektin dapat terbentuk pada berbagai suhu walaupun kecepatan pembentukan
gelnya tergantung pada berbagai faktor antara lain gula, konsentrasi pektin, jenis
pektin, pH dan suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ciplukan
seni, dan penyakit bisul (Sutomo dan Kurnia, 2016). Tanaman herbal ini apabila
dikonsumsi akan memberikan nutrisi bagi tubuh. Tanaman spesies ini termasuk
dalam genus holtikultura yang mempunyai nilai ekonomi penting karena kaya
akan nilai nutrisi yang tinggi pada kandungan vitamin, mineral dan antioksidan
(Hadiyanti et al., 2017).
2.2. Selai
Selai merupakan makanan kental atau semi padat yang dibuat dari buah
atau sayuran yang ditambahkan gula, kemudian dimasak agar terbentuk campuran
pekat. Selai dapat dibentuk dari olahan yang dibuat dari cacahan, sisa saringan
atau sisa gilingan buah yang dimasak dengan gula hingga terbentuk campuran
pekat (Susanto, 1993). Selai terbuat dari 45% bagian berat sari buah dengan 55%
berat gula dan dikentalkan sampai kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%
untuk semua jenis selai (Desrosier, 1998). Selai digunakan untuk mengisi
berbagai jenis makanan, seperti roti maupun kue kering. Selai diharapkan menjadi
salah satu alteratif diversifikasi pengolahan pangan semi basah yang dapat
dikonsumsi dan diperdagangkan.
mutu selai yang ditetapkan oleh SNI 3746 (1995) dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini.
Pengemasan produk selai dilakukan setelah produk selesai dimasak dan segera
mungkin diisi ke dalam kemasan yang kemudian ditutup. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan gel selai yaitu pektin dan gula.
2.3. Pektin
Pektin merupakan serat larut dalam air yang terdapat pada berbagai buah-
buahan, seperti jeruk dan apel. Pektin dapat membentuk gel, sehingga pektin
banyak digunakan dalam industri pangan maupun industri non pangan (Susanto
dan Saneto, 1994). Fungsi dari pektin adalah untuk membentuk gel atau
mengentalkan selai. Bila konsentrasi pektin rendah tidak akan dapat membentuk
selai, begitu juga bila konsentrasi pektin tinggi maka selai yang terbentuk menjadi
sangat keras. Konsentrasi pektin 0,75%-1,5% sudah dapat menghasilkan gel
dengan kekerasan yang cukup baik. Cara untuk memudahkan melarutkan pektin
yaitu pektin dapat dicampurkan dengan padatan yang mudah larut seperti natrium
karbonat, gula, atau melarutkan terlebih dalam air pada suhu 60oC-80oC sampai
kepekatan 10% dengan pengadukan cepat. Pektin juga dapat ditambahkan pada
rekontruksi air buah untuk memperoleh konsistensi, seperti keadaan aslinya
(Cahyadi, 2006). Kepadatan gel juga dipengaruhi oleh penambahan gula, semakin
tinggi kadar gula maka makin berkurang air yang ditahan oleh struktur gel karena
sifat gula yang dapat mengikat air. Jumlah yang seimbang pektin, asam, dan air
dapat membentuk struktur gel yang mampu menahan cairan (Nugraha, 2018).
2.4. Gula
menjadi glukosa dan fruktosa karena adanya panas dan asam yang kemudian
dapat meningkatkan kelarutan sukrosa. Konsentrasi gula yang tinggi pada selai
tanpa terjadi kristalisasi merupakan hasil dari pemecahan sukrosa tersebut. Gula
yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar kristal-kristal yang terbentuk di
permukaan gel dapat dicegah. Konsentrasi gula yang cukup tinggi sudah dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan mengakibatkan aw menjadi rendah
karena air dalam bahan pangan akan terikat sehingga tidak dapat digunakan oleh
mikroba (Muchtadi, 1997).
10
BAB III
Bahan yang digunakan dalam pembuatan seli adalah ciplukan 150 gram,
gula 65%, pektin 0,83%, 1,0% dan 1,17%.
Ciplukan
150 gram
Pendinginan
Pengemasan
kembali dan ditimbang kembali hingga beratnya konstan (W2). Bobot dianggap
konstan apabila selisih penimbangan tidak melebihi 0,2 mg. Sampel dimasukkan
dalam desikator ±15 menit, dilanjutkan dengan penimbangan. Kadar air dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
d. Pengujian Tekstur
e. Sifat Organoleptik
signifikasi 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Data hasil penelitian yang berupa
tekstur dianalisis secara deskriptif serta data hasil pengujian organoleptic rasa,
warna, dan aroma dianalisis dengan menggunakan uji Keuskal-Wallis dengan
taraf signifikasi 5%.
Kriteria penarikan kesimpulan yaitu jika P < α (0,05) maka H0 ditolak, H1
diterima. Jika P > α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anova, I.T. and Kamsina, K., 2013. Efek Perbedaan Jenis Alpukat dan Gula
Terhadap Mutu Selai Buah. Jurnal Litbang Industri, 3(2), pp.91-99.
Apriliana, N., 2017. Pengontrolan suhu pada proses pemasakan selai nanas
dengan menggunakan metode fuzzy logic (Doctoral dissertation,
POLITEKNIK NEGERI MALANG).
Arifiya, N., Y.A. Purwanto dan I. W Budiastra. 2015. Analisis perubahan kualitas
pascapanen pepaya varietas IPB9 pada umur petik yang berbeda. J.
Keteknikan Pertanian. 3(1):41-48
Badan Standar Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia. Selai Buah. SNI 01
3746- 1995
Barlina, R., 2016. Potensi buah kelapa muda untuk kesehatan dan
pengolahannya. Perspektif, 3(2), pp.46-60.
Gomez, A.A, dan K.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. UI Press, Jakarta.
Hadiyanti, N., Pardono, dan Supriyadi. 2017. Kerapatan dan sifat morfologi
ciplukan (Physalis sp.) di Gunung Kelud, Jawa Timur. Jurnal Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2(2)
Margono, D.S, dan S. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDI. LIPI dengan Swiss
Development Cooperation, Jakarta.
Mutia, A.K. and Yunus, R., 2016. Pengaruh Penambahan Sukrosa pada
Pembuatan Selai Langsat. Jurnal Technopreneur (JTech), 4(2), pp.80-84.
Nurvitha, L., 2016. Pengaruh Abu dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.) pada Media
Gambut. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 9(1), pp.33-41.
Suryani, A., E. Hambali dan M. Rivai. 2004. Membuat Aneka Selai. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Susanto. T, dan B. Saneto. 1994. Teknologi Hasil Pertanian. PT. Bina Ilmu,
Surabaya.
Sutomo,B.,Kurnia,D.2016. 378 Resep Jus & Ramuan Herbal. Jakarta Selatan : PT.
Kawan Pustaka
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Yulistiani, R., M. Mahmud, dan Murtiningsih. 2013. Peran Pektin Dan Sukrosa
Pada Selai Ubi Jalar Ungu. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional,
Surabaya