ALBERTUS HERONIUS
NIS. 20144814
TUGAS AKHIR
ALBERTUS HERONIUS
NIS. 20144814
Tugas Akhir
ALBERTUS HERONIUS
NIS. 20144814
Disetujui Oleh
Penguji I Penguji II
Disahkan Oleh
KEPALA SMA GEMBALA BAIK
Anggota
Tanggal Lulus :
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan
baik. Judul yang diambil oleh penulis adalah “Pemanfaatan Kulit dan Biji
Durian (Durio Zibethinus) sebagai Bahan Dasar Edible Film pada Buah
Stroberi”
Buah stroberi merupakan satu di antara beberapa buah-buahan yang cukup
diminati di Indonesia. Produksi stroberi yang tidak merata dan masa simpan
stroberi yang tidak lama membuat stroberi yang diproduksi tidak dapat di ekspor
ke luar daerah. Sehingga, buah stroberi diimpor dari luar negeri. Solusi yang
ditawarkan berupa edible film berbahan dasar biji dan kulit dari durian dalam
memperpanjang masa simpan buah stroberi. Penulis berharap penulisan karya
tulis ini dapat meningkatkan kualitas buah stroberi dan hidup masyarakat.
Penyelesaian karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua atas doa dan dukungannya.
2. Suster Lusianna Br Tarigan, S.Pd. selaku kepala sekolah dan mengizinkan
saya untuk membuat karya tulis ini untuk memenuhi ujian tugas akhir
Tahun 2017.
3. Bapak T. Winny Kurniawan, S.Si, M.Si. selaku guru pembimbing.
4. Keluarga dan teman-teman atas dukungan dan doa.
Demikian karya tulis ini saya buat, kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan sebagai evaluasi ke depannya. Akhir kata, penulis ingin
mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan selamat membaca.
Penyusun
v
Abstrak
Kata kunci : Edible Film, Pati-Pektin Biji dan Kulit Durian, Stroberi.
vi
Abstract
Key words: Edible Film, Durian Seed and Skin’s Starch-pectin, Strawberry
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1
2
dapat mencukupi kebutuhan stroberi dalam negeri. Hal ini berarti tingginya
permintaan stroberi di Indonesia tidak dapat diimbangi dengan produksi stroberi
serta kualitas stroberi di Indonesia sehingga harganya menjadi tidak stabil
(Susianti, 2015). Permasalahan pascapanen stroberi saat ini adalah rantai pasok
yang panjang dan tidak adanya dukungan teknologi yang memadai sehingga buah
stroberi mudah rusak (perishable) selama proses transportasi. Buah stroberi pada
suhu ruang normal rusak setelah 3-4 hari panen dan varietas tertentu justru ada
yang hanya bertahan 1 hari saja (Lestari, 2016). Usaha untuk mempertahankan
kualitas stroberi dan memperoleh umur simpan yang lebih panjang yang
ditawarkan oleh penulis yaitu menggunakan edible film berbahan dasar biji dan
kulit durian sebagai alternatif pengemasan buah stroberi untuk meningkatkan
masa simpan. Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang melapisi buah dan
dapat terdegradasi oleh alam secara biologis serta dapat dikonsumsi karena terbuat
dari nabati. (Kusumawati, 2013). Salah satu bahan dasar yang dapat digunakan
sebagai edible film adalah pati (Maulana, 2009).
Selama ini, bagian buah durian yang lebih umum dikonsumsi adalah
bagian salut buah atau dagingnya. Persentase berat bagian ini termasuk rendah
yaitu hanya 20-35%. Hal ini berarti kulit (60-75%) dan biji (5-15%) belum
termanfaatkan secara maksimal (Wahyono, 2009). Umumnya kulit dan biji
menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
bahkan sebagian besar dibuang begitu saja. Dari bijinya, kita dapat merebus atau
membakarnya dan dapat dijadikan camilan sehat karena mengandung pati yang
sangat tinggi (Djaeni, 2010).
Tapi perlu diingat, tidak diperbolehkan memakan biji mentah dari buah
yang berasal dari genus Durio ini, karena asam lemak siklopropena
(cyclopropene) yang terkandung dalam biji durian bersifat racun bagi tubuh
(Ferawati, 2015) Padahal jika diolah lebih lanjut biji durian dapat bermanfaat
lebih sebagai bahan baku berbagai hal yang tentunya akan memberikan nilai
tambah (Prasetyaningrum, 2010). Biji dari tanaman yang famili Bombacaceae
kaya akan karbohidrat terutama patinya yang cukup tinggi sekitar 42,1%
dibanding dengan ubi jalar (27,9%) atau singkong (34,7%). Pati adalah bahan
kimia utama komponen tepung biji durian, yang terdiri dari sekitar 56% dari berat
kering (Pimpa, 2015)
4
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sifat fisik dan sifat mekanik edible film berbahan dasar kulit dan
biji durian (Durio zibethinus)?
2. Bagaimana kemampuan film tersebut dalam menahan berat susut stroberi dan
besar transmisi uap air setelah diaplikasikan?
3. Bagaimana lama waktu edible film dapat terdegradasi oleh mikroba pengurai
dalam keadaan normal (dibiarkan dalam keadaan bebas)?
Batasan masalah yang dibatasi oleh penulis, agar penelitian ini terarah dan
untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka perlu adanya pembatasan
masalah, ialah hanya mencakup subyek penelitian adalah kulit dan biji durian
(Durio zibethinus) sebagai bahan dasar pembuatan edible film, obyek penelitian
adalah edible film dari bahan dasar kulit dan biji durian, serta parameter yang
diteliti yaitu sifat fisik (kelarutan dan ketebalan film) dan mekanik (elongasi dan
5
kuat regang putus), dan besar kecilnya permeabilitas uap air, serta kemampuan
lama edible film dalam menahan proses penguraian oleh mikroba pengurai.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengkaji:
1. Mengkaji sifat fisik dan sifat mekanik edible film berbahan dasar kulit dan biji
durian (Durio zibethinus).
2. Mengkaji kemampuan film tersebut dalam menahan berat susut stroberi dan
besar transmisi uap air setelah diaplikasikan.
3. Mengetahui lama waktu edible film dapat terdegradasi oleh mikroba pengurai
dalam keadaan normal (dibiarkan dalam keadaan bebas).
KAJIAN PUSTAKA
Durian (Durio zibethinus) adalah salah satu buah yang sangat popular di
Indonesia. Buah dengan julukan “The King of fruits” ini termasuk dalam famili
Bombacaceae dan banyak ditemukan di daerah tropis. Nama Durian adalah
diperkirakan berasal dari istilah Melayu yang "Duri" mendapatkan akhiran -an
menjadi durian. Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa
dan Sumatra. Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat
di hutan. Tiap pohon durian dapat menghasilkan 80 sampai 100 buah, bahkan
hingga 200 buah terutama pada pohon yang tua (Putri, 2011).
6
7
Buah durian mempunyai duri yang rapat dan tajam, dan pada setiap buah
terdiri dari 5-7 ruang dimana setiap ruang mengandung 2-5 biji. Buah yang sudah
matang, daging buah rasanya manis atau manis kepahit-pahitan disertai aroma
harum khas (Ambarita, 2012).
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Buah Durian per 100g Bahan (Darmawan, 2013)
Kandungan Gizi Satuan Jumlah
Energi Gram 92,6
Protein Gram 0,44
Lemak Gram 2,09
Karbohidrat Mgram 0,17
Kalsium Mgram 0,36
Fosfor Mgram 0,16
Air % 65
Vitamin A SI 175
Vitamin B1 Mgram 0,1
Vitamin C Mgram 53
Selama ini, bagian buah durian yang lebih umum dikonsumsi adalah
bagian salut buah atau dagingnya. Presentase berat bagian ini termasuk
rendah yaitu hanya 20-35%. Hal ini berarti kulit (60-75%) dan biji (5-15%)
belum termanfaatkan secara maksimal (Djaeni, 2010).
Umumnya kulit dan biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan bahkan sebagian besar dibuang
begitu saja. Biji durian mentah tidak dapat dimakan karena mengandung
asam lemak siklopropena yang beracun. Asam lemak siklopropena yang
terdapat dalam biji durian akan hilang dengan sendirinya ketika biji durian
direbus atau dipanaskan pada suhu 80°C (Ambarita, 2012).
2.2 Pektin
Pada tahun 1790, pektin belum diberi nama. Nama pektin pertama kali digunakan
pada tahun 1824, yaitu ketika Braconnot melanjutkan penelitian yang dirintis oleh
Vauquelin. Braconnot menyebut substansi pembentuk gel tersebut sebagai asam
pektat (Fitria, 2013).
Senyawa-senyawa pektin berfungsi sebagai perekat antara dinding sel
yang satu dengan yang lain. Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel
primer tanaman, khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa
(Lumbantoruan, 2013).
Ditinjau dari sifat fisika pektin dapat bersifat koloid reversibel, yaitu
dapat dilarutkan dalam air, diendapkan, dikeringkan dan dilarutkan kembali
tanpa perubahan sifat fisiknya. Pada penambahan air pada pektin kering
akan terbentuk gumpalan seperti pasta yang kemudian menjadi larutan
(Puspitasari, 2017).
2.3 Pati
Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau
melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak
larut dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk
tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil
dalam makanan (Indra, 2010). Pati adalah karbohidrat yang terdiri atas amilosa
dan amilopektin (Herawati, 2011).
merupakan glukan yang terdiri dari dua macam fraksi. Granula pati tersusun
secara berlapis-lapis mengelilingi nukleus. Pembentukan granula pati dikontrol
untuk endogeneus. Granula pati dapat mengalami perubahan bila dipanaskan.
Salah satu perubahan tersebut adalah gelatinisasi (Wahyono, 2009).
Edible packaging pada bahan pangan pada dasarnya dibagi menjadi tiga
jenis bentuk, yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi. Hal yang
membedakan edible coating dengan edible film adalah cara pengaplikasiannya.
Edible coating langsung dibentuk pada produk, sedangkan pada edible film
pembentukannya tidak secara langsung pada produk yang akan dilapisi/dikemas.
Enkapsulasi adalah edible packaging yang berfungsi sebagai pembawa zat flavor
berbentuk serbuk. Edible film didefinisikan sebagai lapisan yang dapat dimakan
yang ditempatkan di atas atau di antara komponen makanan (Wahyu, 2009)
Film dapat diartikan sebagai lapisan tipis dari material. Biasanya tersusun
dari polimer yang memungkinkan untuk menguatkan secara mekanik pada stand
14
yang terstruktur. Tiap sheet adalah film yang tipis. Film dapat berbentuk wadah,
bungkus, kapsul, kantong, atau pelindung lapisan luar selama proses di pabrik.
(Fathony dkk., 2011)
Edible film dapat mengontrol kelembaban, oksigen, karbon dioksida, rasa
dan aroma perpindahan antara komponen makanan atau suasana di sekitar
makanan. Edible film dapat digunakan sebagai pembungkus makanan. Film-film
ini bertindak sebagai sistem kemasan baru dan mengontrol pelepasan senyawa
aktif seperti antioksidan, rasa dan agen antimikroba. Penggunaan edible film
dalam perlindungan dan pelestarian makanan baru-baru ini meningkat karena
mereka menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan sintetis,
seperti menjadi biodegradable dan ramah lingkungan (Herawan, 2015).
2. Penghilangan pelarut
Penghilangan ini dilakukan dengan pengeringan. komponen
penyusun pati yang paling berperan adalah amilosa, karena amilosa
dapat dengan mudah membentuk gel, sedangkan amilopektin
mempunyai percabangan sehingga sulit terbentuk.
1. Ketebalan film
Ketebalan sangat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik edible
film, seperti tensile strength, elongation, dan water vapor
transmission rate (WVTR). Faktor yang dapat mempengaruhi
ketebalan edible film adalah konsentrasi padatan terlarut pada
larutan pembentuk film dan ukuran pelat pencetak (Anugrah, 2014).
Semakin tinggi konsentrasi padatan terlarut, maka ketebalan film
akan meningkat. Sebagai kemasan, semakin tebal edible film maka
kemampuan penahanannya semakin besar, sehingga umur simpan
produk akan semakin panjang. Edible film dengan gliserol sebagai
plasticizer mempunyai ketebalan paling tipis jika dibandingkan
dengan yang lain, berat molekulnya paling kecil, mempunyai
17
makin tinggi kelarutan film. Edible film dengan daya larut yang
tinggi menunjukkan film tersebut mudah dikonsumsi. (Krisna,
2011).
METODOLOGI PENELITIAN
(1) Alat:
(1) Alat yang digunakan untuk ekstraksi pektin kulit durian ialah:
blender, baskom, gelas beker, water bath, corong dan oven.
(2) Alat yang digunakan untuk ekstraksi pati biji durian ialah:
blender, pisau, gelas ukur 2500 ml, corong daan oven.
(3) Alat yang digunakan untuk membuat edible film ialah:
gelas ukur, plat plastik, kompor listrik, pengaduk, dan oven.
(4) Alat yang digunakan untuk karakterisasi edible film adalah:
mikrometer Mitutoyo ketelitian 0,001), Lloyd's Universal Testing
Instrument 50 Hz model 1000 s, Stoples plastik dan cawan.
(5) Alat yang digunakan untuk analisa permeabilitas uap air film dan nilai
susut berat ialah:
cawan, stoples, dan timbangan analitik.
Bahan utama dalam penelitian ini ialah kulit durian dan biji durian.
Bagian - bagian ini didapatkan dari buah yang telah matang. Bahan yang
digunakan untuk ekstraksi pektin antara lain:
20
21
Hingga saat ini, belum ditemukan edible film yang sempurna untuk
pengemasan buah stroberi. Hal tersebut sangat disayangkan karena buah
stroberi termasuk buah yang cukup diminati di Indonesia, tetapi kendala
pendistribusian akibat masa simpan stroberi yang tidak lama membuat
stroberi cukup sulit untuk di ekspor ke luar daerah.
1. Variabel terikat:
- sifat fisik (kelarutan dan ketebalan film)
- mekanik (elongasi dan kuat regang putus)
22
1. Menyiapkan dua jenis larutan, yaitu pektin dan gliserol dan pati.
Larutan pertama yang perlu disiapkan adalah larutan pektin dan
gliserol.
2. Pektin (0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%) b/b pati selanjutnya dilarutkan
dengan aquades sebesar 150 ml, kemudian dipanaskan dan
ditambahkan gliserol (0,5%) (b/v larutan total)
3. Larutan kedua yang harus disiapkan adalah larutan pati durian.
4. Konsentrasi pati 5,1g ditambahkan ke dalam 50 ml akuades.
Campuran aqudaes dan pati biji durian tersebut kemudian dipanaskan
dalam hot plate dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer.
Kemudian pemanasan dan pengadukan tersebut dilakukan sampai
semua larut.
5. Larutan pati biji durian yang dibuat kemudian dicampur dengan
larutan pektin-gliserol serta diaduk.
6. Larutan yang merupakan campuran kedua jenis larutan tersebut
kemudian dipanaskan selama 15 menit diikuti dengan pengadukan
dengan magnetic stirrer.
7. Kemudian larutan tersebut dituangkan ke dalam plat plastik (ukuran
10x8 cm2)
8. Selanjutnya, pengeringan larutan film dalam plat tersebut dilakukan
dengna overn pada suhu 60°C selama 8 jam untuk mendapatkan edible
film pektin-pati.
(3) Edible film seberat 0,9 gram yang akan diuji kemudian dimasukkan
ke dalam cawan tersebut.
(4) Uap air yang terdifusi melalui film akan diserap oleh silika gel dna
akan menambah berat silika gel tersebut.
(5) Besarnya permeabilitas uap air ditentukan dengan cara mengurangi
berat awal silika gel dengna berat silika gel setelah direndam dalam
cawan yang berisi alkohol dan edible film.
(6) Kondisi transmisi uap air setimbang tercapai dalam waktu 7-8 jam
penimbangan dilakukan pada jam ke-8.
(7) Pengujian Penghambatan Nilai Susut Berat Buah Stroberi
Pengujian ini ditentukan dengan cara wrapping dalam
pengemasan buah stroberi. Dalam pengujian ini, edible film yang diuji
adalah edible film kombinasi pati -pektin durian. Buah stroberi mula-
mula dibungkus dengan edible film, lalu ditimbang beratnya. Selanjutnya
buah stroberi disimpan dalam tempat terbuka dan diamati selama 5 hari.
Pada hari ke-5 dilakukan penimbangan dimana hasil akhir berat buah
tersebut dikurangi berat awal ketika stroberi dibungkus. Selisih antara
berat awal dan akhir merupakan besarnya susut buah stroberi.
(8) Pengujian lamanya edible film yang terbentuk dair kombinasi pati-
pektin durian terhadap mikroba pengurain.
Pengujian ini dengan cara meletakkan ke-4 perlakuan pada
lingkungan bebas dengan pengamatan secara langsung. Waktu yang
diperlukan untuk pengamatan yaitu sampai edible film tersebut di
uraikan oleh mikroba. Para meter yangd igunakan yaitu seberapa
banyak edible film dapat terdegradasi oleh mikroba. Semakin bertahan
lama edible film tersbeut dari penguraian mikoba, maka kualitas edible
film tersebut menunjukkan kualitas yang baik.
27
lama edible film dapat terurai oleh mikroba pengurai dengan menyajikan
data-data dalam bentuk grafik.
BAB IV
4.1. Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik Edible Film Berbahan Dasar Kulit Dan
Biji Durian (Durio zibethinus)
28
29
Pada Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa kuat regang putus edible
film dengan grafik yang cenderung naik. Kuat regang putus terkecil
didapat pada konsentrasi pektin 0,2% (0,324 Mpa) dikarenakan pada
konsentrasi tersebut daya lekat yang ditimbulkan dengan adanya pektin
kurang dapat mengikat konsentrasi pati sebesar 5,1 gram. Akibatnya,
kekuatan edible film yang terbentuk juga mudah putus. Adapun kuat
regang putus tertinggi didapat dari konsentrasi pektin 0,8% (0,834
Mpa), berbeda kurang lebih 0,1 Mpa dengan kuat regang putus yang
didapat dari konsentrasi 0,4% dan 0,6% pektin yaitu berturut-turut
sebesar 0,639 Mpa dan 0,712 Mpa.
4.2. Kemampuan Edible Film Dalam Menahan Berat Susut Stroberi Dan
Besar Transmisi Uap Air Setelah Diaplikasikan
4.3. Lama Waktu Edible Film Dapat Terdegradasi Oleh Mikroba Pengurai
Dalam Keadaan Normal
Edible film yang terbuat dari bahan nonorganik tidak akan mengalami
degradasi oleh mikroba, walaupun jika bisa terurai akan cukup membutuhkan
waktu yang relatif lama. Hal ini berbeda dengan edible film dari bahan dasar
organik seperti pati yang akan mengalami penguraian oleh mikroba pengurai
dan waktu yang dibutuhkan untuk penguraian tentu tidak selama bahan
nonorganik lainnya (Ummah, 2013). Edible film yan digunakan dengan luas
sekitar 2 cm2 ini dapat diuraikan oleh mikroba pengurai dalam waktu 35 hari.
Pada 10 hari pertama pada keempat edible film tidak terjadi perubahan yang
berarti, namun pada hari ke-11 sampai dengan hari ke-20 terdapat perubahan
namun tidak begitu berarti. Yang terjadi hanya adanya warna yang semakin
kusam. Setelah hari ke-20 sampai dengan 30 terjadi perubahan dimana sudah
terdapat lubang-lubang pada permukaan edible film, dan pada hari ke-31
sampai dengan ke-35 edible film berangsur-angsur mulai diuraikan mikroba
sampai hampir habis. Dapat disimpulkan bahwa edible film pati-pektin durian
ini dapat bertahan sampai kurang lebih 35 hari atau lebih dari 1 bulan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, L., 2012, Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan
terhadap Mutu Keripik Biji Durian, Universitas Sumatera Utara, Padang
(Skripsi).
Dwipayana, G. A. J., 2016, Induksi Kalus Stroberi (Fragaria sp) Melalui Aplikasi
Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat Secara In Vitro, Universitas Udayana, Bali
(Tesis).
Mu’min, N., 2012, Uji Daya Hambat Beberapa Ekstrak Nabati pada Pertumbuhan
Linier Mycosphaerella Fragariae Penyebab Bercak Daun pada Tanaman
Stroberi (Fragaria sp), Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hanif, Z. dan Hasim A., 2013, Sebaran Stroberi (Fragaria x ananassa) di
Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Batu.
Susianti, A., Ganies R. A., Sutikno S., Rina S. K., 2015, Karakterisasi Morfologi
dan Anatomi Stroberi (Fragaria x ananassa D. cv. Festival) Hasil Induksi
Kolkisin, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurnal Biogenesis 3(2):66-
75.
Lestari, L., 2016, Pemanfaatan Pati Gembili (Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill)
sebagai Bahan Baku Pembuatan Edible Coating pada Stroberi, Sma Plus
Gembala Baik, Pontianak (Makalah).
Anugrah, Y., 2014, Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film dari Variasi Pati
Sukun (Artocarpus altilis) dan Kitosan Menggunakan Plastisizer Gliserol,
Universitas Sumatera Utara, Medan (Skripsi).
Aprilia, R., 2014, Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Plasticizer terhadap Kualitas
Edible Film dari Gel Lidah Buaya-Kitosan, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Palembang (Tesis).
Awwaly, K. U. A., Abdul M., dan Esti W., 2010, Pembuatan Edible Film Protein
Whey: Kajian Rasio Protein dan Gliserol terhadap Sifat Fisik dan Kimia,
Universitas Brawijaya, Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak
5(1):45-56.
37
38
Coniwanti, P., Linda L., Mardiyah R. A., 2014, Pembuatan Film Plastik
Biodegredabel dari Pati Jagung dengan Penambahan Kitosan dan Pemplastis
Gliserol, Universitas Sriwijaya, Palembang. Jurnal Teknik Kimia 20(4): 22-
30.
Darmawan, Erlin W., 2013, Kualitas Selai Lembaran Durian (Durio zibethinus
Murr.) Dengan Kombinasi Daging Buah dan Albedo Durian, Universitas
Atma Jaya Yoygakarta, Yogyakarta (Tesis).
Dirjen Hortikultura, 2015, Produksi Buah-buahan di Indonesia.
Dirjen Hortikultura, 2015, Produksi Durian Menurut Provinsi.
Dirjen Hortikultura, 2015, Statistik Produksi Hortikultura.
Sobir, M. E., 2014, Pedoman Budi Daya Durian dan Rambutan di Kebun Campur.
Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia
Regional Program.
Djaeni, M., Prasetyaningrum, 2010, Kelayakan Biji Durian sebagai Bahan Pangan
Alternatif: Aspek Nutrisi dan Tekno Ekonomi, Universitas Diponegoro,
Semarang. Riptek, 4(2): 37-45.
Epriyanti, N. M. H., 2015, Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap
Karakteristik Komposit Plastik Biodegradable dari Pati Kulit Singkong dan
Kitosan, Universitas Udayana, Bali (Tesis).
Fathony, A., Ananta W. P., Dinaino N., Fahrizal S., Hosnatus H., Intan R. F.,
Nandar H.R., 2011, Edible Coating dan Edible Film, Universitas Brawijaya,
Malang (Makalah).
Fatma, Ratmawati M., dan Muhammad T., 2015, Pengaruh Variasi Persentase
Gliserol sebagai Plasticizer terhadap Sifat Mekanik Edible Film dari
Kombinasi Whey Dangke dan Agar, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan 4(2): 214-219.
Ferawati, 2015, Biosorpsi Ion Pb(II) Cd(II) dan Cu(II) dalam Larutan
Menggunakan Biji Durian (Durio zibethinus Murr), Universitas Andalas,
Padang (Tesis).
39
Fitria, V., 2013, Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi dari Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa balbisiana ABB), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta
(Skripsi).
Handayani, P. A. dan Hesmita W., 2015, Pembuatan Film Plastik Biodegradable
Dari Limbah Biji Durian (Durio Zibethinus Murr.), Universitas Negeri
Semarang, Semarang. Jurnal Bahan Alam Terbarukan 4(1): 21-26.
Haryati, Isnaeni A., Juliana M. N., Yanni H., Yuni S., 2014, Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Herawan, C. D., 2015, Sintesis dan Karakteristik Edible Film dari Pati Kulit
Pisang dengan Penambahan Lilin Lebah (Beeswax), Universitas Negeri
Semarang, Semarang (Skripsi).
Herawati, H., 2011, Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna sebagai
Pangan Fungsional, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah,
Ungaran. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1): 31-39.
Huri, D. dan Fithri C. N., 2014, Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak
Ampas Kulit Apel terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film
Universitas Brawijaya, Malang, Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(4):29-
40.
Indra, A., dan Galih A. W., 2010, Modifikasi Pati Tapioka Menggunakan
Komponen Aktif Minyak Jahe, Universitas Diponegoro, Semarang (Tesis).
Jepro, J., 2011, Hidrolisis Enzimatis Tepung Tapioka menjadi Maltodekstrin
dengan Sistem Pemanas Microwave, Universitas Diponegoro, Semarang
(Tesis).
Kader, A. A., 2011, Postharvest Technology of Horticultural Crops, University of
California, Agriculture and Natural Resources, Publication 3529.
Krisna, D. D. A., 2011, Pengaruh Regelatinasi dan Modifikasi Hidrotermal
Terhadap Sifat Fisik pada Pembuatan Edible Film dari Pati Kacang Merah
(Vigna angularis sp.), Universitas Diponegoro, Semarang (Tesis).
Kusumawati, D. H., Widya D. R. P., 2013, Karakteristik Fisik dan Kimia Edible
Film Pati Jagung yang Diinkorporasi dengan Perasan Temu Hitam,
40
Putri, F., 2015, Pengaruh Massa Tepung Maizena dan Plasticizer (Sorbitol)
Terhadap Kualitas Plastik Biodegradable dari Tepung Biji Durian.
Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang (Tesis).
Ramadhan, S., Ela T. S, dan Hervelly, 2016, Kajian Konsentrsi Tepung Ketan
(Oryza sativa Glutinous) dan Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film
Tepung Ketan, Universitas Pasundan Bandung, Bandung (Skripsi).
Rofaida, L. L., 2008, Komparasi Uji Karbohidrat pada Produk Olahan Makanan
dari Tepung Terigu dan Tepung Biji Durian (Durio zibethinus Murr.),
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta (Skripsi).
Sejati, D. F., 2015, RPUL: Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap SD Kelas 4,
5, & 6, PT KAWAHmedia, Jakarta Selatan.
Sidauruk, R., 2015, Pengaruh Perbandingan Sari Buah Mengkudu Dengan Sari
Buah Durian dan Jumlah Gum Arab Terhadap Mutu Permen Jelly
Mengkudu, Universitas Sumatera Utara, Medan (Skripsi).
Siregar, L. A., 2014, Pengaruh Lama Ekstraksi terhadap Mutu Pektin dari Kulit
Durian (Durio zibethinus), Universitas Sumatera Utara, Medan (Skripsi).
Syah, M. N., 2010, Daya Serap Pektin dari Kulit Buah Durian (Durio zibethinus)
terhadap Logam Tembaga dan Seng, Universitas Sumatera Utara, Medan
(Skripsi).
Taylor & Francis, 2014, Chemistry and Uses of Pectin — A Review. London:
Informa Ltd.
Ummah, N. A., 2013, Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji
Durian (Durio Zibethinus Murr) terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya,
Universitas Negeri Semarang, Semarang (Skripsi).
Wahyono, 2009, Karakteristik Edible Fiim Berbahan Dasar Kulit dan Pati Biji
Durian (Durio sp.) untuk Pengemasan Buah Strawberry, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta (Skripsi).
Wahyu, M. K., 2009, Pemanfaatan Pati Singkong sebagai Bahan Baku Edible
Film, Universitas Padjadjaran, Bandung.
42
Wahyudi, 2009, Karakterisasi Pati Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Varietas
Mentega untuk Pembuatan Edible Film dengan Penambahan Sodium
Tripolyphosphate (STPP), Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Skripsi).
Widodo, S. E., 2005, Bahan Penyerap KMnO4 dan Asam L·Askorbat dalam
Pengemasan Aktif (Active Packaging) untuk Memperpanjang Masa Simpan
dan Mempertahankan Mutu Buah Duku (Lansium domesticum Corr.),
Universitas Lampung, Bandar Lampung. Jurnal Teknol. dan Industri
Pangan, 16(2): 113-118.
Yuliawati, N. W. P., I W. W., Hestin Y., 2016, Identifikasi dan Karakterisasi
Sumber Daya Genetik Tanaman Buah-buahan Lokal di Kabupaten Gianyar,
Universitas Udayana, Bali. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 5(3): 297-309.
Yuniarta, R., 2015, Uji Aktivitas Antidiare Pektin Wortel (Daucus carota L.) pada
Mencit Jantan yang Diinduksi Oleum Ricini, Universitas Jember, Jember
(Skripsi).
RIWAYAT HIDUP PENULIS
43