Anda di halaman 1dari 9

Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.

1, Tahun 2018

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN


PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU
TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

Tantan Widiantara
Hervelly
Devy Nur ‘Afiah

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr.Setiabudi No 93, Bandung, 40153,
Indonesia

Email: tantanwidiantara@unpas.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan gula merah dengan sukrosa dan
perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau terhadap karakteristik jenang. Manfaat dari
penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan jenang dari bahan baku yang
bervariasi sebagai bentuk diversifikasi produk pangan serta untuk meningkatkan nilai gizi jenang dengan menggunakan
bahan yang mengandung karbohidrat dan protein cukup tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3 x 3 dan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor yang pertama adalah
perbandingan gula merah dengan sukrosa (A) terdiri dari a1 (5:2), a2 (5:3) dan a3 (5:4). Faktor kedua adalah
perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau (B) terdiri dari b1 (1:1:1), b2 (1:1:2) dan b3
(2:1:1). Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis kimia (kadar air dan kadar gula reduksi) dan uji
organoleptik (warna, rasa, aroma dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan gula merah dengan
sukrosa (A) hanya berpengaruh terhadap kadar air jenang. Sedangkan untuk kadar gula reduksi, faktor perbandingan
gula merah dengan sukrosa (A) dan faktor perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau
(B) serta interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh. Berdasarkan uji organoleptik, kedua faktor dan
interaksinya tidak berpengaruh pada penilaian panelis terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur. Perlakuan terbaik adalah
perlakuan a3b3 (perbandingan gula merah dengan sukrosa 5:4 serta perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar
dengan tepung kacang hijau 2:1:1) yang memiliki kadar protein 6,33% dan nilai tekstur 3.128,27 g f.

Kata kunci: jenang, gula merah, sukrosa, tepung jagung, tepung ubi jalar, tepung kacang hijau

1. Pendahuluan contohnya Bali, belanja wisata untuk makanan dan


Indonesia memliki ragam makanan lokal yang minuman mencapai 12% dari seluruh total belanja
diolah dari bahan pangan yang berasal dari alam wisata. Animo wisatawan domestik maupun
Indonesia. Keanekaragaman makanan di setiap daerah mancanegara yang besar terhadap kuliner khas daerah
memang menjadi poin tersendiri bagi Indonesia karena di Indonesia dapat dijadikan sebagai peluang untuk
selain sebagai identitas, makanan tersebut juga mengembangkan produk jenang.
berpotensi untuk dikembangkan menjadi makanan Bahan-bahan yang umumnya digunakan dalam
yang dapat mengangkat kekayaan kuliner nusantara. pembuatan jenang atau dodol terdiri dari tepung ketan,
Jenang adalah salah satu makanan khas daerah gula merah atau gula pasir dan santan yang dididihkan
di Indonesia. Jenang merupakan jenis makanan semi sampai mengental. Gula merupakan bahan yang tidak
basah yang serupa dengan dodol. Baik jenang, dodol dapat dilhilangkan saat membuat jenang atau dodol.
dan makanan sejenisnya tergolong ke dalam jenis Berdasarkan SNI merujuk pada pengolahan dodol
makanan ringan dan bukan sebagai makanan utama beras ketan, disebutkan bahwa jumlah minimal gula
atau lauk pauk. Jenang dikonsumsi sebagai kudapan dalam produk dodol yang dihitung sebagai sukrosa
yang dimakan setelah makan makanan pokok. Jenang adalah sebesar 30%. Tujuan penambahan gula dalam
adalah makanan tradisional yang erat kaitannya dengan pembuatan jenang adalah untuk pembentukan tekstur,
tradisi masyarakat terutama di daerah Jawa. rasa dan warna. Semakin banyak gula yang
Potensi produk jenang untuk dikembangkan ditambahkan maka tekstur jenang yang dihasilkan akan
sangatlah tinggi, mengingat makanan tak bisa lepas menjadi keras, rasa akan semakin manis dan warna
dari kegiatan sehari-hari termasuk dalam hal yang dihasilkan akan semakin gelap(Satuhu, 2004).
pariwisata. Data yang diperoleh oleh Fandeli (2002) Gula memiliki kemampuan untuk mengikat air.
dalam Taslim (2015), menyatakan bahwa di Indonesia, Semakin banyak gula yang ditambahkan ke dalam

1
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

adonan maka semakin banyak pula air yang diikatnya, Kacang hijau merupakan salah satu jenis
sehingga kadar air dari produk jenang menjadi rendah kacang-kacangan dengan kandungan gizi yang cukup
yang berpengaruh terhadap tekstur produk tersebut. tinggi dan komposisinya lengkap. Karbohidrat
Selain tekstur, banyaknya gula yang ditambahkan juga merupakan bagian terbesar dibandingkan dengan
akan mempengaruhi rasa dan warna dari produk. komponen-komponen lain yang terdapat pada kacang
Adanya glukosa, sukrosa, pati dan lain-lain dapat hijau. Dalam 100 gram kacang hijau, terdapat 62,90
meningkatkan cita rasa pada bahan makanan. Misalnya gram karbohidrat, 22,00 gram protein, 1,20 gram
sukrosa menimbulkan rasa manis, pati menimbulkan lemak dan sisanya berupa air, serat, vitamin dan
rasa khusus pada makanan karena tekstur yang mineral (Rukmana, 1997). Profil dari asam amino
dimilikinya, demikian juga bila gula dalam hal ini kacang hijau setara dengan kacang kedelai dan juga
sukrosa yang dipanasakan akan terbentuk warna kaya akan vitamin A, B1, B2, C dan niasin (Supriyono,
cokelat akibat dari terjadinya karamelisasi (Winarno, 2008).
2004). Penggunaan ketiga komoditas tersebut dalam
Pengembangan produk jenang perlu dilakukan, pengolahan jenang akan menambah keragaman
seiring dengan kebutuhan dan permintaan konsumen sekaligus meningkatkan nilai gizi dari jenang.
yang beranekaragam. Penambahan bahan-bahan lain Kandungan protein yang didapat dari kacang hijau dan
sebagai bahan pengisi ataupun sebagai pemberi rasa jagung dapat menjadi sumber energi cadangan di
dilakukan terhadap produk jenang sebagai suatu bentuk samping karbohidrat, selain itu protein juga penting
inovasi. Bahan-bahan lain yang biasa ditambahkan untuk pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Beberapa
dalam pembuatan jenang adalah buah-buahan dan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh juga bisa
umbi-umbian, bahkan saat ini mulai dikembangkan diperoleh dari ketiga bahan tersebut.
jenang dengan bahan baku ikan. Pengembangan Proses pengolahan jenang dilakukan dengan
tersebut berpotensi untuk lebih meningkatkan cara blending yaitu dengan mencampurkan dan
kekayaan pangan lokal yaitu jenang. Pada penelitian memanaskan semua bahan disertai pengadukan secara
kali ini, dilakukan diversifikasi jenang dari bahan terus menerus sampai tekstur jenang mengental.
jagung, ubi jalar dan kacang hijau.
Manfaat Penelitian
Produktivitas jagung, kacang hijau dan ubi jalar
di Indonesia termasuk tinggi. Hal ini ditinjau Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara
menunjukan bahwa produksi jagung di Indonesia rata- pembuatan jenang dari bahan baku yang bervariasi
rata selama tiga tahun (2013-2015) mengalami yang merupakan suatu bentuk diversifikasi terhadap
kenaikan sebesar 549.925,5 ton. Untuk ubi jalar, pangan lokal. Selain itu, diharapkan juga dengan
produktivitasnya pada tahun 2015 mencapai 161,26 melakukan penelitian ini dapat memanfaatkan jagung,
kuintal per hektar. Dan untuk produksi kacang hijau di ubi jalar dan kacang hijau sebagai bahan baku
Indonesia, rata-rata selama tiga tahun (2013-2015) pembuatan jenang yang memiliki nilai gizi lebih,
mengalami kenaikan sebesar 33.375 ton (Badan Pusat berupa kandungan protein yang cukup tinggi.
Statistik, 2015).
Jagung merupakan komoditas strategis dilihat 2. Metode Penelitian
dari perannya sebagai sumber karbohidrat kedua Penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian
setelah beras. Di beberapa tempat di Jawa Tengah, pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan dari
Jawa Timur dan Madura, jagung menjadi makanan penelitian pendahuluan adalah untuk membuat tepung
pokok bagi penduduknya. Di daerah lain, seperti Jawa jagung, tepung ubi jalar dan tepung kacang hijau yang
Barat, jagung penting sekali yaitu sebagai makanan akan digunakan untuk penelitian utama serta untuk
tambahan dalam masa paceklik (Prapnomo, 2001). menganalisis ketiga bahan tersebut (analisis kadar air,
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga kadar gula reduksi dan kadar protein). Penelitian utama
merupakan sumber protein yang penting dalam menu merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang
masyarakat di Indonesia. Prolamin merupakan kadar bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan
tertinggi pada protein jagung yaitu mencapai 47% gula merah dengan sukrosa dan perbandingan tepung
(Richana, 2012). jagung, ubi jalar dan kacang hijau.
Ubi jalar merupakan kelompok tanaman pangan Metode penelitian yang digunakan adalah
yang paling banyak dibudidayakan sebagai komoditas metode eksperimental dengan Rancangan Acak
pertanian sumber karbohidrat setelah gandum, beras, Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor yang
jagung dan singkong (UNDP, 2013). Keunggulan ubi masing-masing memiliki tiga taraf dengan ulangan
jalar adalah memiliki indeks glikemik 54 yang sebanyak tiga kali, sehingga akan diperoleh 27 total
tergolong rendah yang berarti karbohidratnya tidak perlakuan (Gasperz, 1995).
mudah diubah menjadi gula sehingga baik untuk Faktor (A) perbandingan gula merah dengan
dikonsumsi penderita diabetes. Di dalam ubi jalar juga sukrosa (dari total jumlah gula yang ditambahkan atau
terkandung betakaroten terutama pada ubi jalar kuning 26%), terdiri dari 3 taraf yaitu: a1 = 5:2, a2 = 5:3, dan
(Kunia, 2009). a3 = 5:4

2
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

Faktor (B) perbandingan tepung jagung, tepung Tabel 2. Analisis Variansi Percobaan dengan RAK
ubi jalar dengan tepung kacang hijau (dari total jumlah Derajat Jumlah Kuadrat F
tepung yang ditambahkan atau 21%), terdiri dari 3 taraf Sumber
Bebas Kuadrat Tengah F Hitung Tabel
yaitu: b1 = 1:1:1, b2 = 1:1:2, dan b3 = 2:1:1. Variansi
(db) (JK) (KT) 5%
Model matematika untuk rancangan ini adalah Kelompok r – 1 JKK KTK
sebagai berikut: Faktor A a – 1 JK(A) KT(A) KT(A)/KTG
Yijk = μ + Kk + Ai + Bj + (AB)ij + ɛij Faktor B b – 1 JK(B) KT(B) KT(B)/KTG
Keterangan : Interaksi (a-1)(b- KT(AxB)/
JK (AxB)KT(AxB)
Yijk = Nilai pengamatan (respon) faktor A pada AB 1) KTG
taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j (r-1)(ab-
Galat JKG KTG
i = 1,2,3 (banyaknya variasi perbandingan gula 1)
merah dengan sukrosa (a1, a2, a3)) Total rab-1 JKT
j = 1,2,3 (banyaknya variasi perbandingan Sumber : Gaspersz, 1995
tepung jagung, ubi jalar dengan kacang hijau
(b1, b2, b3)) Selanjutnya ditentukan daerah penolakan
k = 1,2,3 (banyaknya ulangan) hipotesis, yaitu :
μ = Nilai rata-rata perlakuan 1. Jika Fhitung ≤ Ftabel pada taraf 5% maka tidak ada
Ai = Pengaruh perlakuan faktor A pada taraf ke-i pengaruh antara rata-rata dari setiap perlakuan,
Bj = Pengaruh perlakuan faktor B pada taraf ke-j artinya perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh
(AB)ij = Pengaruh interaksi antara faktor A pada terhadap mutu jenang maka hipotesis ditolak.
taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j 2. Jika Fhitung > Ftabel, pada taraf 5% maka adanya
Kk = Pengaruh kelompok ulangan ke-k pengaruh antara rata-rata dari setiap perlakuan,
ɛij = Pengaruh galat percobaan pada kelompok artinya perlakuan yang diberikan berpengaruh
ke-k yang memperoleh taraf ke-i pada faktor terhadap mutu jenang yang dihasilkan, maka
A dan taraf ke-j pada faktor B hipotesis diterima dan selanjutnya dilakukan uji
jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 1. Rancangan Percobaan Model Rancangan Rancangan respon yang dilakukan pada
Acak Kelompok (RAK) penelitian utama untuk produk jenang terdiri dari :
Perbandingan Perbandingan Ulangan Analisis kimia yang dilakukan pada produk
gula merah tepung jagung, jenang adalah analisis kadar air dengan metode
dengan sukrosa ubi jalar dengan I II III destilasi dan kadar gula reduksi dengan metode Luff
(A) kacang hijau (B) Schoorl.
1:1:1 (b1) a1b1 a1b1 a1b1 Tipe pengujian yang digunakan dalam uji
5:2 (a1) 1:1:2 (b 2) a1b2 a1b2 a1b2 organoleptik ini adalah uji hedonik. Dalam uji hedonik,
2:1:1 (b3) a1b3 a1b3 a1b3 panelis diminta mengungkapkan tanggapan senang
atau sebaliknya disertai dengan tingkat kesukaannya
1:1:1 (b1) a2b1 a2b1 a2b1 yang disebut skala hedonik. Uji hedonik dilakukan oleh
5:3 (a2) 1:1:2 (b2) a2b2 a2b2 a2b2 30 orang panelis agak terlatih dengan atribut yang
2:1:1 (b3) a2b3 a2b3 a2b3 dinilai adalah warna, rasa, aroma dan tekstur dari
1:1:1 (b1) a3b1 a3b1 a3b1 jenang yang dihasilkan.
5:4 (a3) 1:1:2 (b2) a3b2 a3b2 a3b2
3. Hasil dan Pembahasan
2:1:1 (b3) a3b3 a3b3 a3b3
Tabel 3. Hasil Analisis Bahan Baku
Berdasarkan rancangan di atas dapat dibuat Kadar Gula Kadar
Kadar
denah (layout) percobaan sebagai berikut. Bahan Baku Reduksi Protein
Air (%)
(%) (%)
Kelompok ulangan I Tepung
a2b1 a3b3 a1b3 a2b3 a3b1 a1b2 a2b2 a1b1 a3b2 10,00 6,61 5,88
jagung
Kelompok ulangan II Tepung ubi
5,25 6,61 4,75
a3b2 a1b1 a2b2 a2b1 a1b2 a3b3 a3b1 a1b3 a2b3 jalar
Kelompok ulangan III Tepung
9,50 6,85 7,88
a1b3 a2b2 a3b1 a3b2 a2b3 a2b1 a1b2 a3b3 a1b1 kacang hijau
Berdasarkan Tabel 3, tepung jagung, tepung ubi
Berdasarkan rancangan percobaan maka dapat
jalar dan tepung kacang hijau memiliki kadar air
dibuat analisis variansi (ANAVA) untuk mendapatkan
masing-masing sebesar 10,00%, 5,25% dan 9,50%.
kesimpulan mengenai pengaruh perlakuan. Hipotesis
Kadar air tepung jagung yang digunakan dalam
variansi percobaan dengan RAK dapat dilihat pada
penelitian ini masih sesuai dengan standar SNI 01-
Tabel 2.
3727-1995, dimana kadar air maksimal tepung jagung
3
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

adalah sebesar 10,00%. Jika dibandingkan dengan Analisis kadar protein pada tepung ubi jalar
kedua tepung lainnya, kandungan air dalam tepung menunjukkan bahwa tepung ubi jalar memiliki kadar
jagung cukup besar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh protein sebesar 4,75%. Hasil tersebut sedikit lebih
perbedaan kondisi atau sifat saat bahan dikeringkan. besar dibandingkan beberapa hasil penelitian tentang
Jagung dan kacang hijau dikeringkan dalam bentuk tepung ubi jalar di Indonesia, dimana rata-rata kadar
biji, sedangkan ubi jalar dikeringkan setelah dilakukan proteinnya adalah 3,16% (Ambarsari, 2009).
size reduction yaitu dengan cara slicing. Kandungan protein dalam tepung ubi jalar dapat
Analisis kadar air pada tepung ubi jalar dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah
menunjukkan bahwa tepung ubi jalar memiliki kadar jenis atau varietas ubi jalar itu sendiri serta proses
air sebesar 5,25%. Hasil tersebut lebih rendah jika pengupasan pada saat produksi. Menurut Woolfe
dibandingkan dengan hasil penelitian Ambarsari (1992) dalam Ambarsari (2009), kandungan protein
(2009), dimana tepung ubi jalar kuning yang diamati tertinggi pada ubi jalar terletak pada lapisan terluar
memiliki kadar air sebesar 6,77%. Beberapa hal yang daging umbi, yang berdekatan dengan kulit luar.
dapat mempengaruhi kandungan air produk tepung ubi Adanya proses pengupasan yang berlebihan
jalar adalah perlakuan suhu, lama pengeringan dan menyebabkan bagian daging ubi jalar yang kaya
umur panen ubi jalar sebagai bahan baku (Antarlina, protein menjadi ikut terbuang.
1991 dalam Ambarsari, 2009). Analisis tepung kacang hijau yang dilakukan
Analisis tepung kacang hijau yang dilakukan menghasilkan kadar protein sebesar 7,88%, jauh lebih
menghasilkan kadar air sebesar 9,50%. Tepung kacang kecil dibandingkan dengan literatur yang ada.
hijau yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Calloway (1994) dalam Blessing (2010)
tepung yang diperoleh dari biji kacang hijau tanpa mengemukakan bahwa kadar protein pada tepung
pengupasan kulit. Hasil penelitian Blessing (2010) kacang hijau yang tanpa melalui pemisahan kulit
menyatakan bahwa kandungan air pada tepung kacang adalah sebesar 20,3%. Kadar protein dari tepung
hijau tanpa pengupasan kulit (undehulled mungbean kacang hijau dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
flour) mencapai 10,25%. termasuk proses pengolahan. Penggunaan suhu yang
Tabel 3 menunjukkan kandungan gula reduksi tinggi dengan waktu yang lama saat pengeringan dapat
pada tepung jagung, tepung ubi jalar dan tepung menyebabkan kerusakan pada senyawa protein. Selain
kacang hijau adalah sebesar 6,61%, 6,61% dan 6,85%. itu, jenis dan sumber atau asal bahan serta keadaan
Kadar gula reduksi ketiga tepung tersebut tergolong selama penyimpanan dan distribusi juga dapat menjadi
tinggi. Dalam penelitian Suarni (2007), tepung jagung faktor yang menyebabkan kandungan protein pada
varietas lokal mengandung gula reduksi sebesar 0,14%. tepung kacang hijau berbeda-beda.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi kadar gula Kadar protein dalam tepung akan berpengaruh
reduksi dari suatu bahan, termasuk jenis atau varietas, terhadap viskositas dan suhu gelatinisasi. Protein yang
proses pengolahan dan lain sebagainya. rendah dari larutan pati menyebabkan pati mempunyai
Gula reduksi merupakan golongan gula viskositas lebih besar karena granula tanpa protein
(karbohidrat) yang mempunyai kemampuan untuk lebih mudah pecah dan jumlah air yang masuk ke
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron. granula lebih banyak yang mengakibatkan peningkatan
Semua monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa) pengembangan granula. Semakin kecil kadar protein
berperan sebagai gula pereduksi. Ada tidaknya sifat semakin besar pengembangan granula yang
pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada meningkatkan viskositas pada pemanasan (Suarni,
tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif 2013).
(Winarno, 2004).
Penelitian Utama
Kandungan gula reduksi pada suatu bahan dapat
mempengaruhi karakteristik produk. Selama proses 1. Respon Organoleptik
pengolahan jenang, adanya gula pereduksi dan asam a. Warna
amino dari protein akan menimbulkan reaksi yang Warna merupakan komponen yang sangat
dikenal sebagai reaksi Maillard. penting dalam menentukan kualitas atau derajat
Tabel 3 menunjukkan kandungan protein pada penerimaan dari suatu bahan pangan. Sebelum faktor-
tepung jagung, tepung ubi jalar dan tepung kacang faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna
hijau adalah sebesar 5,88%, 4,75% dan 7,88%. Hasil tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat
analisis protein tepung jagung lebih rendah jika menentukan (Winarno, 2004).
dibandingkan dengan literatur. Etikawati (2007) Hasil analisis variansi (ANAVA) yang telah
menyatakan kadar protein pada tepung jagung adalah dilakukan menunjukkan bahwa perbandingan gula
6,32%. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan merah dengan sukrosa (A), perbandingan tepung
dengan kadar protein dalam biji jagung yaitu sekitar jagung, ubi jalar dengan kacang hijau (B) serta
11,1%-26,6%. Hal ini sesuai dengan perrnyataan interaksi keduanya tidak mempengaruhi penilaian
Budiman (2011) yang menyatakan bahwa protein panelis terhadap warna jenang.
tepung jagung sedikit mengalami penurunan jumlah Hal ini disebabkan intensitas warna dari gula
dibandingkan protein pada biji jagung sebelum diolah. merah yang lebih tinggi sehingga menghasilkan jenang

4
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

dengan warna cokelat gelap. Intensitas warna pada gula sukrosa dan gula pereduksi seperti glukosa dan
merah dipengaruhi oleh proses pemasakan dan nilai fruktosa. Sedangkan dalam sukrosa atau yang lebih
akhir brix. Suhu dan lama evaporasi mempengaruhi dikenal di pasaran dengan nama gula pasir, terkandung
warna gula, dimana semakin lama evaporasi semakin sukrosa sebesar 94% (Mahmud, 2009).
tinggi nilai brix akhir. Warna kecokelatan pada gula c. Aroma
merah disebabkan adanya reaksi Maillard dan Bau-bauan (aroma) dapat didefinisikan sebagai
karamelisasi yang menghasilkan pigmen melanoidin sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Di
yaitu pigmen warna cokelat (Saloko, 2009 dalam dalam industri pangan, pengujian terhadap bau
Dewi, 2014). dianggap penting karena dengan cepat dapat
Intensitas warna dari gula merah yang tinggi memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang
menyebabkan warna yang dihasilkan ketiga tepung diterima atau tidaknya produk tersebut (Kartika, 1988).
tertutup oleh warna gula merah tersebut sehingga Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
produk yang dihasilkan dominan berwarna cokelat terhadap aroma menunjukkan bahwa perbandingan
gelap. gula merah dengan sukrosa (A), perbandingan tepung
Beberapa reaksi terjadi selama proses jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau
pengolahan jenang, dimana hal tersebut turut berperan (B) serta interaksi keduanya tidak berpengaruh
dalam memberikan warna cokelat pada produk yang terhadap aroma jenang.
dihasilkan. Proses perubahan warna pada produk Tepung-tepungan seperti tepung kacang hijau
jenang adalah proses pencokelatan yang disebabkan mengeluarkan aroma yang khas. Selain itu, pati yang
oleh adanya pemanasan. Pada produk yang diberi terdapat dalam tepung memberikan aroma khas tepung
penambahan gula, bila dilakukan pemanasan yang yang diduga berasal dari amilosa yang terkandung di
lebih lama terjadi reaksi pencokelatan non enzimatik dalam tepung tersebut. Haryadi (2006) mengemukakan
yang menimbulkan warna pada produk. Adanya bahwa kandungan amilosa berkorelasi positif dengan
protein dalam bahan juga turut mempengaruhi warna aroma bahan dan berkorelasi negatif dengan tingkat
produk. Gula pereduksi dengan asam amino dari kelunakan, kelekatan, warna dan kilap. Meskipun
protein akan bereaksi menghasilkan warna gelap, demikian, adanya gula merah yang ditambahkan
dimana reaksinya dikenal sebagai reaksi Maillard membuat aroma yang lain tertutup. Selain sebagai
(Winarno, 2004). pemanis dan pemberi warna, gula merah juga
b. Rasa digunakan sebagai penambah aroma. Gula merah
Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari mempunyai perbedaan sifat fungsional dengan gula
suatu produk makanan ataupun minuman selain warna pasir terutama pada rasa manis, warna, aroma dan
dan aroma. Komponen yang dapat menimbulkan rasa keempukannya (Soekarto, 1999).
yang diinginkan pada suatu bahan atau produk Aroma yang timbul pada produk jenang atau
tergantung dari senyawa penyusunnya. Cita rasa suatu dodol disebabkan karena terjadinya reaksi yang
bahan pangan biasanya tidak stabil, dapat mengalami melibatkan gula dengan komponen lain dalam bahan
perubahan selama pengolahan dan penyimpanan pembuat jenang. Reaksi Maillard yang melibatkan gula
(Setiawan, 2005). pereduksi dengan gugus amino dari protein serta
Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA) terjadinya karamelisasi akan menghasilkan aroma yang
terhadap rasa menunjukkan bahwa perbandingan gula khas dan senyawa berwarna cokelat yang disebut
merah dengan sukrosa (A), perbandingan tepung melanoidin (Winarno, 2004).
jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau Aroma khas jenang juga dapat ditimbulkan dari
(B) serta interaksi keduanya tidak berpengaruh penggunaan santan. Santan mengandung senyawa
terhadap rasa dari jenang yang dihasilkan. nonylmethylketone, dengan suhu pengolahan yang
Gula merah dan sukrosa memberikan rasa manis tinggi akan menyebabkan bersifat volatil dan
pada jenang, namun penambahan keduanya dengan menimbulkan bau yang enak (Yasin, 2013 dalam
variasi perbandingan yang berbeda tidak berpengaruh Rosyadi, 2014).
terhadap rasa jenang. Perbandingan tepung jagung, d. Tekstur
tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau juga tidak Tekstur merupakan sensasi yang dapat diamati
mempengaruhi rasa dari jenang. Pati yang terdapat dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan
dalam tepung akan menimbulkan rasa khusus pada ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika, 1988).
makanan karena tekstur yang dimilikinya (Winarno, Tekstur juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas
2004). yang perlu diperhatikan, terutama untuk jenis makanan
Interaksi antara perbandingan gula merah lunak dan makanan renyah.
dengan sukrosa dan perbandingan tepung jagung, Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau tidak terhadap tekstur menunjukkan bahwa perbandingan
mempengaruhi penilaian panelis terhadap rasa dari gula merah dengan sukrosa (A), perbandingan tepung
jenang. Rasa yang ditimbulkan dari tepung jagung, ubi jagung, tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau
jalar dan kacang hijau tertutupi oleh rasa manis yang (B) serta interaksi keduanya tidak berpengaruh
dihasilkan dari gula. Dalam gula merah terkandung terhadap tekstur jenang.
5
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

Perbandingan gula merah dengan sukrosa tidak tetapi perlakuan penambahan gula merah dan sukrosa
berpengaruh terhadap tekstur jenang. Gula memiliki dengan perbandingan 5:2 (a1) berbeda nyata dengan
kemampuan untuk mengikat air. Semakin banyak gula perlakuan penambahan gula merah dan sukrosa dengan
yang ditambahkan ke dalam adonan maka semakin perbandingan 5:4 (a3).
banyak pula air yang diikatnya, sehingga kadar air dari Penambahan gula dengan perbandingan yang
produk jenang menjadi rendah yang berpengaruh berbeda, berpengaruh cukup signifikan terhadap kadar
terhadap tekstur produk tersebut. air dari jenang yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan
Perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar menunjukkan bahwa semakin banyak gula pasir atau
dengan tepung kacang hijau juga tidak berpengaruh sukrosa yang ditambahkan maka kadar air semakin
terhadap tekstur jenang. Hal tersebut berbeda dengan menurun.
yang diungkapkan oleh Murtiningrum (2011) yang Gula pasir yang 94% terdiri dari sukrosa
menyatakan bahwa penggunaan jenis tepung yang memiliki kemampuan mengikat air lebih besar
berbeda akan berpengaruh pada tekstur jenang yang dibanding gula merah yang mengandung sukrosa lebih
dihasilkan. Perbedaan perbandingan kandungan sedikit. Sukrosa memiliki kemampuan untuk mengikat
amilosa dan amilopektin dalam pati di tepung air, dimana semakin banyak sukrosa yang ditambahkan
menentukan sifat produk olahan, dimana semakin ke dalam adonan maka semakin banyak pula air yang
rendah kandungan amilosa menyebabkan makin kenyal diikatnya, sehingga kadar air dari produk jenang
produk olahannya. menjadi rendah yang berpengaruh terhadap tekstur
produk tersebut.
2. Respon Kimia
Penambahan sukrosa berpengaruh pada
a. Kadar Air kekentalan gel yang terbentuk. Sukrosa akan
Air merupakan komponen penting dalam bahan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan sukrosa
pangan karena air dapat mempengaruhi kenampakan, akan mengikat air sehingga pembengkakan butir-butir
tekstur, serta cita rasa makanan. Bahkan dalam bahan pati terjadi lebih lambat, akibatnya suhu gelatinisasi
pangan yang kering sekalipun, seperti buah kering, menjadi lebih tinggi (Winarno, 2004).
tepung serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah Kadar air jenang dipengaruhi oleh proses
tertentu. Kandungan air dalam bahan pangan ikut pemasakan adonan. Kriteria pemasakan jenang sampai
menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan kental dan tidak lengket di pengaduk merupakan
bahan pangan itu sendiri (Winarno, 2004). prosedur yang cukup kritis, diperlukan kepekaan dan
Kandungan air dalam bahan pangan dapat latihan sehingga diperoleh jenang dengan kekentalan
mempengaruhi daya tahan makanan terhadap serangan yang pas, tidak keras dan tidak lembek.
mikroorganisme yang dinyatakan dalam aktivitas air Kandungan air dalam jenang akan berpengaruh
(Aw), yaitu jumlah air bebas yang digunakan oleh pada tekstur. Air yang terlalu banyak akan membuat
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Semakin tekstur jenang menjadi lembek dan hancur sedangkan
tinggi kadar air yang terkandung dalam bahan pangan, air yang terlalu sedikit membuat jenang menjadi keras.
maka kemungkinan rusaknya bahan pangan karena Air juga berpengaruh pada ketahanan produk jenang
aktivitas mikroorganisme akan semakin tinggi. terhadap mikroorganisme.
Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
terhadap kadar air jenang menunjukkan bahwa
b. Kadar Gula Reduksi
Menurut istilah umum, gula biasa disebutkan
perbandingan gula merah dengan sukrosa (A)
berpengaruh terhadap kadar air dari jenang yang untuk setiap jenis karbohidrat yang digunakan sebagai
pemanis. Jenis karbohidrat yang terkandung dalam
dihasilkan, sedangkan perbandingan tepung jagung,
gula adalah berupa sukrosa dan gula pereduksi. Ada
tepung ubi jalar dengan tepung kacang hijau (B) serta
tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula
interaksi keduanya tidak berpengaruh terhadap kadar
ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH)
air jenang.
bebas yang reaktif. Sukrosa tidak mempunyai gugus
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Perbandingan Gula OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling
Merah dengan Sukrosa terhadap Kadar Air Jenang terikat, karena itu sukrosa bersifat non pereduksi
Nilai (Winarno, 2004).
Perlakuan Taraf Nyata
Rata-rata Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
a1 (5:2) 16,187 b terhadap kadar gula reduksi jenang menunjukkan
bahwa perbandingan gula merah dengan sukrosa (A),
a2 (5:3) 14,600 ab perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar dengan
a3 (5:4) 12,325 a tepung kacang hijau (B) serta interaksi keduanya tidak
berpengaruh terhadap kadar gula reduksi jenang.
Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar air pada Rata-rata kadar gula reduksi pada semua
perlakuan penambahan gula merah dan sukrosa dengan perlakuan adalah 4,8871%. Selain dari penggunaan
perbandingan 5:3 (a2) tidak berbeda nyata dengan tepung, kandungan gula reduksi juga diperoleh dari
perlakuan penambahan gula merah dan sukrosa dengan gula merah yang digunakan. Dalam gula merah
perbandingan 5:2 (a1) dan perbandingan 5:4 (a3), akan terkandung sukrosa sebesar 84,31% dan gula pereduksi
6
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

seperti glukosa dan fruktosa sebesar 0,53% (Mahmud, kecil dengan struktur tidak bercabang. Sementara
2009). Selama proses pemanasan, penguraian sukrosa amilopektin merupakan molekul berukuran besar
yang terdapat dalam bahan-bahan juga akan dengan struktur bercabang banyak dan membentuk
meningkatkan kadar gula reduksi. double helix. Saat pati dipanaskan, beberapa double
Penambahan sukrosa dan gula merah helix fraksi amilopektin merenggang dan terlepas saat
berdasarkan literatur akan mempengaruhi kadar gula ada ikatan hidrogen yang terputus. Jika suhu yang lebih
reduksi dari produk jenang. Dalam gula merah tinggi diberikan, ikatan hidrogen akan semakin banyak
terkandung sukrosa sebesar 84,31% dan gula pereduksi yang terputus, menyebabkan air terserap masuk ke
seperti glukosa dan fruktosa sebesar 0,53%. Sedangkan dalam granula pati. Pada proses ini, molekul amilosa
dalam sukrosa atau yang lebih dikenal di pasaran terlepas ke fase air yang menyelimuti granula, sehingga
dengan nama gula pasir, terkandung sukrosa sebesar struktur dari granula pati menjadi lebih terbuka, dan
94% (Mahmud, 2009). Berdasarkan hal tesebut, lebih banyak air yang masuk ke dalam granula,
penambahan sukrosa dan gula merah dengan berbagai menyebabkan granula membengkak dan volumenya
variasi perbandingan seharusnya memberikan meningkat. Molekul air kemudian membentuk ikatan
pengaruh. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dari molekul
hal yang sebaliknya. Hal ini dapat disebabkan karena amilosa dan amilopektin. Di bagian luar granula,
variasi perbandingan keduanya yang tidak terlalu jauh jumlah air bebas menjadi berkurang, sedangkan jumlah
sehingga hasilnya pun tidak memberikan pengaruh amilosa yang terlepas meningkat. Molekul amilosa
yang signifikan terhadap kadar gula reduksi jenang. cenderung untuk meninggalkan granula karena
Perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar strukturnya lebih pendek dan mudah larut. Mekanisme
dengan tepung kacang hijau tidak berpengaruh ini yang menjelaskan bahwa larutan pati yang
terhadap kadar gula reduksi jenang. Ketiga tepung dipanaskan akan lebih kental (Mailhot, 1988 dalam
tersebut memiliki kandungan gula reduksi yang tidak Imanningsih, 2012).
berbeda jauh sehingga saat diolah menjadi produk Pemanasan larutan pati di atas temperatur
tidak ada perbedaan. Selain itu, variasi perbandingan gelatinisasi membuat pati yang mengandung
ketiga tepung yang juga tidak berbeda jauh dapat amilopektin lebih banyak akan membengkak lebih
menjadi penyebab tidak adanya pengaruh penambahan cepat dibandingkan dengan pati lain (Tester, 1997
tepung jagung, ubi jalar dan kacang hijau dengan dalam Imanningsih, 2012).
perbandingan berbeda terhadap kadar gula reduksi Kandungan amilosa yang semakin tinggi,
jenang. menyebabkan kemampuan pati untuk menyerap air
Adanya karbohidrat khususnya gula pereduksi lebih besar karena amilosa mempunyai kemampuan
akan bereaksi dengan gugus amina primer dari protein lebih besar daripada amilopektin dalam membentuk
menghasilkan bahan berwarna cokelat. Reaksi tersebut ikatan hidrogen. Pati yang banyak mengandung
dikenal dengan reaksi Maillard (Winarno, 2004). amilopektin (amilosa rendah), bila dimasak tidak
Karbohidrat dalam bahan pangan umumnya mampu membentuk gel yang kukuh dan pasta yang
menunjukkan beberapa perubahan selama proses dihasilkan lebih lunak (disebut long texture). Sifat long
pengolahan atau pemasakan. Perubahan yang umum texture tersebut menyebabkan kecenderungan sifat
terjadi antara lain dalam hal kelarutan, hidrolisis dan yang merenggang dan patah, sehingga menghasilkan
gelatinisasi pati. Pada saat pemanasan, sebagian tingkat pengembangan yang lebih besar (Houston,
sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa. 1972 dalam Rahmadan, 2014).
Proses penguraian tersebut dinamakan hidrolisis. Hasil
Perlakuan Terpilih
hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa
disebut gula invert (Poedjiadi, 2005). Penentuan produk terpilih dilakukan
Pati merupakan polimer glukosa yang terdiri berdasarkan hasil pengujian organoleptik dan kimia.
atas amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan Respon organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur) dan
bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4) unit respon kimia (kadar air, kadar gula reduksi)
glukosa. Sedangkan amilopektin merupakan polimer α- menunjukkan tidak adanya perbedaan terhadap setiap
(1,4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1,6) unit perlakuan. Hal ini berarti interaksi antara perbandingan
glukosa yang menyebabkan struktur amilopektin gula merah dengan sukrosa dan perbandingan tepung
bercabang (Jacobs, 1998 dalam Herawati, 2011). jagung, ubi jalar dengan kacang hijau tidak
Hidrolisis pati atau amilum akan menghasilkan berpengaruh terhadap karakteristik jenang.
glukosa. Secara berurutan pati akan diubah menjadi Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan
amylodextrin, erythodextrin, achrodextrin dan maltosa. a3b1 dan a3b3 memiliki nilai kadar air yang tidak
Hidrolisis lebih lanjut maltosa akan menghasilkan berbeda jauh, akan tetapi dilihat secara keseluruhan
glukosa. perlakuan a3b3 memiliki nilai yang lebih baik
Jenis pati yang berbeda akan memiliki sifat dibanding a3b1, misalnya dari respon organoleptik,
yang berbeda dalam pengolahan. Jumlah fraksi perlakuan a3b3 lebih disukai dari segi warna, rasa dan
amilosa-amilopektin sangat berpengaruh pada profil tekstur dibandingkan perlakuan a3b1. Oleh karena itu
gelatinisasi pati. Amilosa memiliki ukuran yang lebih perlakuan a3b3 dipilih sebagai perlakuan terbaik yang

7
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

selanjutnya dilakukan analisis secara fisik dan kimia jalar dan tepung kacang hijau sebesar 6,61%,
berupa analisis tekstur dan kadar protein. 6,61% dan 6,85%. serta kadar protein tepung
jagung, tepung ubi jalar dan tepung kacang hijau
Tabel 5. Penentuan Perlakuan Terpilih adalah sebesar 5,88%, 4,75% dan 7,88%.
Respon Organoleptik Respon Kimia 2. Penelitian utama menunjukkan bahwa faktor
perbandingan gula merah dengan sukrosa (A)
Kadar
Perlakuan Kadar berpengaruh terhadap kadar air dan faktor
Warna Rasa Aroma Tekstur Gula
Air perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar
Reduksi
dengan tepung kacang hijau (B) serta interaksi
a1b1 .38a 4.23a 4.43a 4.19a 16.87a 4.09a
kedua faktor tidak berpengaruh terhadap semua
a1b2 4.21a 4.20a 4.33a 4.16a 16.88a 4.54a respon.
a1b3 4.42a 4.08a 4.38a 4.09a 14.81a 4.87a 3. Perlakuan yang terpilih adalah perlakuan a3b3
a2b1 3.86 a 3.94a 4.06a 3.81a 14.78a 4.53a (perbandingan gula merah dengan sukrosa 5:4 serta
a2b2 4.49a 4.28a 4.30a 4.30a 16.20a 4.49a perbandingan tepung jagung, tepung ubi jalar
a2b3 4.33a 4.17a 4.30a 4.07a 12.81a 5.08a dengan tepung kacang hijau 2:1:1), yang memiliki
a3b1 4.28a 4.08a 4.37a 4.01a 10.77a 4.59a nilai tekstur 3.128,27 gf dan kadar protein sebesar
a3b2 4.27a 4.19a 4.32a 4.11a 15.42a 5.04a 6,33%.
a3b3 4.37a 4.28a 4.34a 4.18a 10.78a 4.72a
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Analisis tekstur dilakukan dengan menggunakan
pemasakan atau pemanasan jenang merupakan
alat texture analyzer dimana hasil analisis
prosedur yang cukup kritis yang memerlukan kepekaan
menunjukkan bahwa jenang dengan penambahan gula
dan latihan untuk memperoleh tekstur jenang yang
merah dan sukrosa (5:4) serta tepung jagung, tepung
sesuai. Kelemahan dari penelitian ini adalah tekstur
ubi jalar dan tepung kacang hijau (2:1:1) memiliki nilai
jenang yang tidak terlalu liat, oleh karena itu
tekstur sebesar 3.128,37 gf.
diperlukan perbaikan dari berbagai aspek termasuk dari
Nilai tekstur dari produk jenang dapat
segi proses mulai dari pengolahan bahan menjadi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
tepung hingga proses pembuatan jenang agar
perbedaan komposisi gula, waktu pemasakan dan suhu
dihasilkan jenang dengan karakteristik yang baik.
pemasakan. Selain itu, kandungan air dalam jenang
Selain itu, tidak homogennya data hasil analisis juga
turut berpengaruh terhadap nilai tekstur jenang.
dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian,
Penelitian Bere (2013) menunjukkan bahwa dodol
sehingga diperlukan ketelitian dan keakuratan dalam
dengan penambahan tepung sorgum dan tepung kacang
melaksanakan setiap tahap dari penelitian.
hijau dengan perbandingan 70%:30% memiliki tekstur
sebesar 825,97 gf.
Hasil analisis protein terhadap perlakuan a3b3 DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa jenang dengan penambahan gula 1. Ambarsari, I., Sarjana dan Abdul Choliq. 2009.
merah dan sukrosa (5:4) serta tepung jagung, tepung Rekomendasi dalam Penetapan Standar Mutu
ubi jalar dan tepung kacang hijau (2:1:1) memiliki Tepung Ubi jalar. Jurnal Standardisasi Volume 11
kadar protein sebesar 6,33%. No. 3.
Dalam SNI 01-2986-1992 mengenai dodol 2. Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Jagung
disebutkan bahwa kadar protein dodol minimal 3%. Menurut Provinsi (Ton), 1993-2015.
Pada penelitin kali ini, dihasilkan jenang dengan kadar 3. Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kacang
protein sebesar 6,33%. Kadar protein yang cukup Hijau Menurut Provinsi (Ton), 1993-2015.
tinggi dapat disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan 4. Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Ubi Jalar
yang memiliki kandungan protein cukup tinggi, salah Menurut Provinsi (Ton), 1993-2015.
satunya adalah kacang hijau. Hasil analisis bahan baku 5. Badan Pusat Statistik. 2015. Produktivitas Ubi
berupa tepung kacang hijau menghasilkan kadar Jalar Menurut Provinsi (Kuintal per Hektar),
protein sebesar 7,88%. Meskipun hasil tersebut 1993-2015.
berbeda jauh dengan literatur, namun tetap 6. Bere, H. A. E., Agus W. dan Tri Kusuma A. P.
memberikan pengaruh terhadap kadar protein jenang 2013. Pengaruh Variasi Pencampuran Tepung
yang dihasilkan. Sorgum (Sorghum bicolor L.) dan Tepung Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus) pada Pembuatan
Dodol Ditinjau dari Sifat Fisik, Organoleptik dan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
Kadar Protein.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/articl
e/viewFile/74/70. Diakses 13 Agustus 2016.
1. Penelitian pendahuluan menghasilkan data kadar air
7. Blessing, I. A. dan I. O. Gregory. 2010. Effect of
pada tepung jagung, tepung ubi jalar dan tepung
Processing on the Proximate Composition of the
kacang hijau sebesar 10,00%, 5,25% dan 9,50%,
Dehulled and Undehulled Mungbean (Vigna
kadar gula reduksi pada tepung jagung, tepung ubi

8
Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018

radiata (L.) Wilczek) Flours. Pakistan Journal of 23. Rosyadi, E., S. B. Widjanarko dan D. W.
Nutrition Volume 9 No. 10. Ningtyas. 2014. Pembuatan Lempeng Buah Lindur
8. Budiman, Haryanto. 2011. Sukses Bertanam (Bruguiera gymnorrhiza) dengan Penambahan
Jagung, Komodotas Pertanian yang Menjanjikan. Tepung Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz).
Cetakan Pertama. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Jurnal Pangan dan Agroindustri Volume 2 No. 4.
9. Dewi, S. R., N. Izza, D. A. Agustiningrum, D. W. 24. Rukmana, Rahmat. 1997. Kacang Hijau, Budi
Indriani, Y. Sugiarto, D. M. Maharani dan R. Daya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Yulianingsih. 2014. Pengaruh Suhu Pemasakan 25. Satuhu, S. dan Sunarmani. 2004. Membuat Aneka
Nira dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Dodol Buah. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya.
Kualitas Gula Merah Tebu. Jurnal Teknologi Jakarta.
Pertanian Volume 15 No. 3. 26. Setiawan, Y. 2005. Pengaruh Konsentrasi Lemak
10. Etikawati, E. 2007. Pengaruh Perlakuan Passing, Kakao (Cocoa Butter) dan Konsentrasi Lesitin
Konsentrasi Na2CO3, dan Kadar Air Terhadap Terhadap Mutu Produk Cokelat Batang. Tugas
Mutu Mi Basah Jagung yang Dibuat dengan Akhir Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik,
Ekstruder Ulir Pemasak. Tugas Akhir Departemen Universitas Pasundan, Bandung.
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi 27. Soekarto, S. T., C. H. Wijaya, A. Sulaeman dan S.
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wijandi. 1999. Kajian Beberapa Jenis
11. Gaspersz, Vincent. 1995. Teknik Analisis dalam Penggunaan Gula Merah untuk Industri dan
Penelitian Percobaan I. Tarsito. Bandung. Pengolahan Pangan Di Indonesia. Buletin
12. Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Penelitian Ilmu dan dan Teknologi Pangan
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Volume 4 No. 1.
13. Herawati, Heny. 2011. Potensi Pengembangan 28. Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2986-
Produk Pati Tahan Cerna sebagai Pangan 1992. Dodol. Badan Standardisasi Nasional.
Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian Volume 30 29. Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 01-3727-
No. 1. 1995. Tepung Jagung. Badan Standardisasi
14. Imanningsih, Nelis. 2012. Profil Gelatinisasi Nasional.
Beberapa Formulasi Tepung-Tepungan untuk 30. Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI 01-2986-
Pendugaan Sifat Pemasakan. Penel Gizi Makan 2013. Dodol Beras Ketan. Badan Standardisasi
Volume 35 No. 1. Nasional.
15. Kartika, B., P. Hastuti dan W. Supartono. 1988. 31. Suarni, I. U. Firmansyah dan M. Aqil. 2013.
Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Penerbit Keragaman Mutu Pati Beberapa Varietas Jagung.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
16. Kunia, K. 2009. Yuk Makan Kudapan Sehat. Pusat Volume 32 No. 1.
Penelitian Bioteknologi, ITB. Bandung. 32. Suarni, Tj. Harlim, A. Upe dan Abd R. Patong.
17. Mahmud, M. K., Hermana, N. A. Zulfianto, R. R. 2007. Pengaruh Modifikasi Enzimatik (α-amilase)
Apriyantono, I. Ngadiarti, B. Hartati, Bernadus Terhadap Viskositas dan Komposisi Karbohidrat
dan Tinexcelly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Tepung Jagung. Indonesian Journal of Chemistry
Indonesia (TKPI). Elex Media Komputindo. Volume 7 No. 1.
Jakarta. 33. Supriyono, T. 2008. Kandungan Beta Karoten,
18. Murtiningrum dan Gino N. 2011. Penggunaan Polifenol Total, dan Aktivitas “Merantas” Radikal
Bahan Pengisi dalam Perbaikan Sifat Fisikokimia Bebas Kefir Susu Kacang Hijau (Vigna radiata)
dan Organoleptik Dodol Buah Merah (Pandanus oleh Pengaruh Jumlah Starter (Lactobacillus
conoideus L.) sebagai Sumber β-Karoten. Jurnal bulgaricus dan Candida kefir) dan Konsentrasi
Agritech Volume 31 No. 1. Glukosa. Tesis. Universitas Diponegoro.
19. Poedjiadi, A dan Titin Supriyanti. 2005. Dasar- Semarang.
dasar Biokimia. Edisi Kedua. Universitas 34. Taslim. 2015. Potensi Wisata Makanan (Food
Indonesia Press. Jakarta. Tourism).
20. Prapnomo, Yogi. 2001. Pengolahan Jagung http://pariwisata.rejanglebongkab.go.id/potensi-
sebagai Industri Kecil. Titian Ilmu. Bandung. wisata-makanan-food-tourism-2. Diakses 19 Juni
21. Rahmadan, Endra. 2014. Uji Alat Penggiling Tipe 2016.
Flat Burr Mill pada Komoditas Beras, Ketan Putih 35. UNDP. 2013. Laporan Studi, Kajian Ubi Jalar
dan Ketan Hitam. dengan Pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42 di Kabupaten Jayawijaya.
529/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 30 Mei 2016. 36. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
22. Richana, N., Ratnaningsih dan W. Haliza. 2012. Edisi Sebelas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Teknologi Pascapanen Jagung. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai