C. Pembahasan
Hasil Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Semarang
Tahun 2016
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Semarang Tahun 2016
Jenis kelamin n %
Perempuan 123 58,6
Laki-laki 87 41,4
Total 210 100
Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi status gizi.
Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa distribusi frekuensi menurut jenis
kelamin siswa di Kabupaten Semarang Tahun 2016 yaitu siswa dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak yaitu 123 siswa (58,6%) dibandingkan dengan
siswa laki-laki dengan jumlah 87 siswa (41,4).
Tabel. 6
Distribusi Frekuensi Konsumsi (fast food) dengan Status Gizi Siswa SMA
Di Kabupaten Semarang Tahun 2016
Status Gizi
Frekuensi P
Tidak Total
Konsumsi Obesitas
Obesitas
fast food
N % n % N %
45, 0,000
Jarang 95 17 8,1 112 53,3
2
16,
Sering 35 63 30 98 46,7
7
61,
Total 130 80 38,1 210 100
9
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa yang sering mengkonsumsi fast food
dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas yaitu 17 siswa (8,1%). Hasil uji
statistik didapatkan nilai p= 0.000 (p < 0.05) berarti ada hubungan yang bermakna
antara frekuensi onsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada siswa SMA di
energy yang berasal dari makanan cepat saji. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nasseem & Colagiuri (1995) yang menunjukkan bahwa konsumsi fast food 2 kali
750kJoule, yang rata-rata setahun dapat menambah berat badan sebesar 8,8kg.
Hipotesis Taylor juga membuktikan bahwa sedentary life style yang berinteraksi
Tabel. 7
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa SMA Di
Kabupaten Semarang Tahun 2016
Status Gizi
Aktivitas Tidak Total P
Obesitas
Fisik Obesitas
n % n % N %
33, 0,007
Tinggi 70 58 27,6 128 61,0
3
28,
Rendah 60 22 10,5 82 39
6
61,
Total 130 80 38,1 210 100
9
beresiko dan mengalami obesitas yaitu sebanyak 10,5 % dan siswa yang tidak
obesitas yaitu 27,6%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0.007 (p < 0.05)
berarti ada hubungan yang bermakna antara frekuensi aktivitas fisik dengan
kejadian Obesitas pada siswa SMA di Kabupaten Semarang tahun 2016. Hal ini
berlawanan dengan teori (Moehyi, 1992) yang mengatakan bahwa obesitas terjadi
bukan karena makan berlebihan, namun karena aktifitas fisik berkurang sehingga
penelitian dikarenakan siswa dengan aktifitas fisik yang tinggi namum asupan
obesitas.
c. Hubungan Uang Saku dengan Status Gizi
Hubungan uang saku dengan status gizi pada siswa SMA di Kabupaten
Tabel. 8
Distribusi Frekuensi Uang Saku dengan Status Gizi Siswa SMA
di Kabupaten Semarang Tahun 2016
Status Gizi
Uang Tidak Total P
Obesitas
Saku Obesitas
n % N % n %
Tinggi 18 8.6% 75 35.7% 93 44.3% 0,000
11
Rendah 53.3% 5 2.4% 117 55.7%
2
13
Total 61,9 80 38,1 210 100
0
Tabel. 9
Distribusi Frekuensi Pengetahuan dengan Status Gizi Siswa SMA
di Kabupaten Semarang Tahun 2016
Status Gizi
Tidak Total P
Pengetahuan Obesitas
Obesitas
n % n % N %
Baik 33 15.7% 27 12.9% 60 28.6% 0,194
Kurang 97 46.2% 53 25.2% 150 71.4%
Total 130 61,9 80 38,1 210 100