Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

DAMPAK MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN


OBESITAS PADA REMAJA

Relationship Level of Knowledge About the Impact of Fast FoodWith


the Incidence of Obesity in Adolescents

I Made Adi Mulya Rusmawan1, Moh Fairuz Abadi2, Ni Gusti Ayu Putu Triyani3
Nursing Study Program, STIKes Wira Medika Bali
Email : adim82029@gmail.com

ABSTRAK

Remaja lebih cendrung menghabiskan waktunya diluar rumah dan lebih sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) cepat saji (fast food). Salah satu dampak yang diakibatkan saat
mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan yaitu obesitas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak makanan cepat saji
dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Negeri 10 Denpasar. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelasional, dengan model pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 294. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling. Hasil penelitian ini menunjukan pengetahuan remaja dalam mengkonsumsi makanan
cepat saji yaitu mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang 37,4%. Sebagian besar
responden dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori obesitas 61.2%. Nilai p value =
0,000, dan nilai r Hitung = 0,635, artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang dampak makanan cepat saji dengan kejdian obesitas pada remaja di SMP
Negeri 10 Denpasar. Tingkat pengetahuan remaja terkait dampak makanan cepat saji dengan
kejadian obesitas yaitu kurang, sehingga sebagian besar responden mengalami obesitas dan
kurangnya edukasi mengenai dampak mengkonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan
terhadap kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Dampak Makanan Cepat Saji, Obesitas

ABSTRACT

Teenagers are more likely to spend time outside the home and consume fast food more often.
One of the effects of consuming fast food in excess is obesity. The purpose of this study was
to determine the relationship between the level of knowledge about the impact of fast food
with the incidence of obesity in adolescents at SMP Negeri 10 Denpasar. This research is a
descriptive correlational research, with a cross sectional approach model. The sample in this
study amounted to 294. The sampling technique used was simple random sampling. The
results of this study indicate the knowledge of adolescents in consuming fast food, namely
the majority of respondents have less knowledge of 37.4%. Most of the respondents in this
study included in the category of obesity 61.2%. P value = 0.000, and r value = 0.635,
meaning that there is a significant relationship between the level of knowledge about the
impact of fast food and the incidence of obesity in adolescents at SMP Negeri 10 Denpasar.
The level of adolescent knowledge related to the impact of fast food with the incidence of

1
obesity is less, so that most of the respondents are obese and lack of education about the
impact of consuming excessive fast food on health.

Keywords: Knowledge, Impact of Fast Food, Obesity

PENDAHULUAN

Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebih yang diakibatkan oleh ketidak seimbangan
asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu
lama. Faktor yang menyebabkan obesitas seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan,
obat-obatan, perkembangan dan usia. Gaya hidup remaja yang tidak sehat menyebabkan
berbagai permasalahan dalam aspek kesehatan. Makanan cepat saji merupakan salah satu faktor
yang disebabkan dari lingkungan, kalangan remaja lebih memilih makanan cepat saji karena
lebih praktis, mudah didapat dan cepat tanpa memikirkan efek kedepan yang akan terjadi pada
kesehatan tubuh (KEMENKES, 2018). Remaja sekarang lebih cendrung menghabiskan
waktunya diluar rumah dan lebih sering mengkonsumsi makanan ringan (snack) cepat saji (fast
food). Western fast food merupakan makanan yang terjangkau, cepat dalam penyajian, tetapi
memiliki total energi, lemak, gula, natrium yang tinggi dan rendah serat serta vitamin. Menurut
(WHO, 2019), remaja dibagi menjadi 3 yaitu remaja awal 10 -13 tahun remaja pertengahan 14
– 17 tahun dan remaja akhir 18 – 21 tahun. Peningkatan persentase obesitas di Indonesia tidak
jauh berbeda dengan angka di Amerika Serikat. Terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan
8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi
berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada
remaja usia 16-18 tahun. Provinsi Bali merupakan salah satu dari 18 provinsi yang memiliki
angka obesitas diatas Nasional pada remaja usia 18 tahun (Riskesdas, 2018). Angka kejadian
obesitas tertinggi di Bali adalah Kota Denpasar dengan tingkat obesitas yang terus meningkat
pada usia <18 tahun di tahun 2017 kemudian pada tahun 2018 persentase angka kejadian
obesitas yaitu 11,7% menjadi 19, 2 % (Denpasar, 2018). Upaya kementerian kesehatan
Republik Indonesia memasukkan obesitas dalam program pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular (PTM), kegiatan yang disusun diantaranya adalah pemeriksaan
kesehatan standar penduduk usia 15-59 tahun dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM, Program Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS) dan Program Pelayanan
Terpadu (Pandu) PTM kegiatan ini dilakukan untuk memonitoring pengendalian obesitas di
tingkat Puskesmas dan desa dimana sasarannya adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko
dan penyandang PTM.
Studi pendahuluan telah dilakukan kepada 5 orang siswa dan 5 orang siswi, masing -
masing masing siswa siswi berasal dari kelas VII sampai dengan kelas IX di SMP Negeri 10
Denpasar, didapatkan hasil bahwa keseluruhan responden menyukai makanan cepat saji.
Beberapa makanan cepat saji yang disukai responden yaitu MCD, KFC dan Mie instan.
Didapatkan hasil 3 dari 10 orang siswa yang mengalami obesitas dengan tingkat IMT 27,0
lebih dari IMT normal yaitu 18,5 - < 25,0. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
kepala sekolah di SMP Negeri 10 Denpasar, belum pernah dilakukan sosialisasi maupun
edukasi mengenai obesitas di SMP Negeri 10 Denpasar dan tidak ada pembatasan untuk
pedagang yang menjual makanan cepat saji di sekolah. Lokasi SMP Negeri 10 Denpasar
berdekatan dengan penjual makanan cepat saji.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak makanan cepat
saji dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Negeri 10 Denpasar.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui bagaimanakah Hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak makanan
cepat saji dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Negeri 10 Denpasar.

2
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Denpasar pada bulan Maret sampai dengan April
2022. Desain penelitian ini bersifat kuantitatif dan penelitian ini menggunakan rancangan
deskriptif korelasional rancangan ini menggunakan kaji hubungan antara variabel bebas dan
terikat. Menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa siswi SMP Negeri 10 Denpasar yang berjumlah 1098 responden, sementara sampel
dalam penelitian ini diperoleh sebesar 294 responden yang diambil dengan metode simple
random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu prosedur administrasi
dan prosedur teknis. Teknik pengolahan data pada penelitian ini diantaranya tahap editing,
tahap coding, tahap entry data, tahap tabulating, serta tahap cleaning. Analisa data
menggunakan Uji stastistik korelasi rank sperman (p).

HASIL DAN DISKUSI

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi: kelas dan jenis kelamin yang akan
disajikan di table 1 dan table 2.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Di SMP Negeri 10 Denpasar Tahun 2022

Kelas Frekuensi Persentase (%)

VII 90 30,6

VIII 127 43,2

IX 77 26,2

Total 294 100,0

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan hasil mayoritas responden menduduki kelas VIII


yaitu sebanyak 127 orang (43,2).

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di SMP Negeri 10 Denpasar
Tahun 2022

3
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 107 36,4

Perempuan 187 63,6

Total 294 100,0

Berdasarkan Tabel 2, didapatkan hasil mayoritas responden berjenis kelamin


perempuan yaitu sebanyak 187 orang (63,6).

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Dampak Makanan
Cepat Saji Di SMP Negeri 10 Denpasar Tahun 2022
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 91 31,0

Cukup 93 31,6

Kurang 110 37,4

Total 294 100,0

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan hasil mayoritas responden memiliki pengetahuan


kurang yaitu sebanyak 110 orang (37,4)
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Obesitas Di SMP Negeri 10 Denpasar
Tahun 2022
Kejadian Obesitas Frekuensi Persentase (%)

Kurus 22 7,3

Normal 74 25,2

Gemuk 18 6,1

Obesitas 180 61,2

Total 294 100,0

Berdasarkan Tabel 4, didapatkan hasil mayoritas responden masuk dalam kategori


obesitas yaitu sebanyak 180 orang (61,2).

Table 5

4
Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Tentang Dampak Makanan Cepat Saji Dengan
Kejadian Obesitas
Tingkat Pengetahuan Kejadian Obesitas Total P r
Mengenai Makanan valu Hitun
Cepat Saji Kurus Normal Gemuk Obesita e g
s

F % F % F % F % F %

Baik 1 6,1 65 22, 5 1,7 3 1, 91 31,0 0,00 0,635


8 1 0 0

Cukup 4 1,4 4 1,4 6 2,0 79 2 93 31,6


6,
9

Kurang 0 0 5 1,7 7 2,4 98 3 110 37,4


3,
3

Total 2 7,5 74 25, 18 6,1 180 6 294 100,


2 2 1, 0
2

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa dari 294 responden, sebagian besar


responden memiliki pengetahuan kurang dan mengalami obesitas yaitu sebanyak 98 orang
(33,3%).
Tingkat pengetahuan remaja dalam mengkonsumsi makanan cepat saji di SMP Negeri
10 Denpasar
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja dalam mengonsumsi makanan
cepat saji di SMP 10 Denpasar dengan jumlah 294 responden didaptkan hasil mayoritas
responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 110 orang (37,4)
Pengetahuan adalah hasil dari seseorang yang telah melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu.Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Fast food merupakan jenis makanan tinggi energi dan
lemak yang praktis, mudah dikemas dan disajikan. Keberadaan restoran fast food yang
semakin meningkat di kota-kota besar di Indonesia dapat mempengaruhi pola makan kaum
remaja. (Valenia, 2017) Contoh produk western fast food diantaranya hamburger, french fries
potato, fried chicken, pizza, sandwich dan soft drink. Traditional fast food juga makanan
yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Contoh produk traditional fast food
misalnya nasi goreng, bakso, mie ayam, soto, dan sate ayam (Bonita, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Destrianti et al., 2020) dengan
judul “Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan
Kejadian Obesitas” Pada Siswa SMP N 15 Banjarmasin Tahun 2020. Metode penelitian
menggunakan metode cross sectional. Hasil Sebagian besar responden mengalami obesitas
sebanyak 41 responden (63%). Sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan gizi
kurang sebanyak 31 responden (47,7%).

Peneliti berpendapat bahwa tingkat pengetahuan remaja pada saat ini sudah sangat
didukung oleh teknologi sebagai sumber informasi mengenai makanan siap saji. Pengetahuan
sendiri bisa didapatkan dimana saja baik dari pendidikan formal maupun informasi lain

5
seperti TV, internet, koran, majalah, radio, penyuluhan. Penerimaan informasi juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Dalam penelitian ini, pengetahuan kurang
disebabkan karena responden belum memahami dampak yang diakibatkan saat mengonsumsi
makanan cepat saji secara berlebihan. Selain itu, akses untuk mendapatkan makanan cepat
saji di lokasi ini sangat mudah dijangkau oleh responden sehingga lebih banyak responden
yang memanfaatkan tempat tersebut saat waktu luang.

Kejadian obesitas di SMP Negeri 10 Denpasar.

Berdasarkan hasil penelitian angka obesitas di SMP Negeri 10 Denpasar dengan 294
responden mayoritas responden masuk dalam kategori obesitas yaitu sebanyak 180 orang
(61,2).
Obesitas merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktorial yang ditandai
dengan kelebihan berat badan karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh. Obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah energi yang masuk dan jumlah
energi yang dikeluarkan sehingga berat badan menjadi lebih berat dibandingkan berat badan
ideal karena adanya penumpukan lemak di dalam tubuh (Wijaksana, 2016).
Studi ini sejalan dengan penelitian yang berjudul Hubungan Konsumsi Fastfood
dengan Kejadian Obesitas Pada anak Sd Di Kota Manado dengan menggunakan metode
penelitian survei analitik dengan menggunakan rancangan Cross sectional (potong lintang),
dengan menggunakan uji menggunakan uji chisquare (x2), pada tingkat kemaknaan 95% (α
0,05). Hasil penelitian ada hubungan antara hubungan konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada anak SD di Kota Manado dengan nilai p = 0,024 kesimpulan Prevalensi
Obesitas pada anak SD di Kota Manado pada tahun 2018 adalah laki-laki 44 orang (32,4%)
dan perempuan 24 orang (17,6%) Asupan energi fast food pada anak > rata-rata dan
mengalami obesitas sebesar 33,8% dan tidak mengalami obesitas sebesar 23,5%. (Nelly
Mayulu, 2018)
Peneliti berpendapat bahwa kejadian obesitas pada siswa siswi di SMP 10 Denpasar
memang di sebabkan karena terjadi penumpukan lemak akibat seringnya mengonsumsi
makanan siap saji karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh siswa
dan sisiwi menyebabkan terjadinya obesitas yang juga disebabkan ketidak seimbangnya
jumlah energi yang masuk dan jumlah energi yang dikeluarkan sehingga berat badan menjadi
lebih berat dibandingkan berat badan ideal karena adanya penumpukan lemak di dalam
tubuh. Serta mudahnya siswa dalam memperoleh makanan siap saji.

Hubungan tingkat pengetahuan remaja dalam mengkonsumsi makanan cepat saji


dengan kejadian obesitas di SMP Negeri 10 Denpasar.
Hasil hubungan tingkat pengtahuan remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji
dengan kejadian Obesitas di SMP 10 Denpasar dari 294 responden, mayoritas responden
memiliki pengetahuan kurang dan mengalami obesitas yaitu sebanyak 98 orang (33,3).
Berdasarkan pengamatan variabel hubungan tingkat pengetahuan tentang dampak makanan
cepat saji dengan kejadian obesitas, dianalisis menggunakan uji Coefficient Correlation Rank
Spearman dengan bantuan program computer, diperoleh nilai p value = 0,000 atau p<0,05
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang dampak
makanan cepat saji dengan kejadian obesitas pada remaja. Berdasarkan kuat lemahnya
hubungan, diketahui nilai r Hitung = 0,635, apabila mengacu pada teori menurut Sugiyono
(2014) berarti ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan kejadian obesitas.
Menurut (Ariyana & Astiningsih, 2020). Pengetahuan tentang makanan cepat saji,
dari mengenai apa itu fast food, jenis-jenis fast food, serta akibatnya dari mengonsumsi fast
food harus diketahui orang banyak terkhusus untuk remaja, yang berguna untuk menghambat

6
meningkatnya angka kejadian penyakit jika mengonsumsi fast food. Selain itu, pengetahuan
mengenai fast food juga harus diperhatikan dengan serius, karena jika diperhatikan sepertinya
ada kaitan yang kuat antara pengetahuan fast food dengan keinginan kebiasaan
mengkonsumsi fast food.
Studi ini sejalan dengan penelitian yang berjudul Hubungan Konsumsi Fast food
dengan Kejadian Obesitas Pada anak Sd Di Kota Manado dengan menggunakan metode
penelitian survei analitik dengan menggunakan rancangan Cross sectional (potong lintang),
dengan menggunakan uji menggunakan uji chisquare (x2), pada tingkat kemaknaan 95% (α
0,05). Hasil penelitian ada hubungan antara hubungan konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada anak SD di Kota Manado dengan nilai p = 0,024 kesimpulan Prevalensi
Obesitas pada anak SD di Kota Manado pada tahun 2018 adalah laki-laki 44 orang (32,4%)
dan perempuan 24 orang (17,6%) Asupan energi fast food pada anak > rata-rata dan
mengalami obesitas sebesar 33,8% dan tidak mengalami obesitas sebesar 23,5%. Terdapat
hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada Anak SD di kota Manado
dengan nilai p = 0,024 saran Fast food yang menjadi penyebab obesitas anak pada penelitian
ini hendaknya menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan untuk lebih memperhatikan
kebiasaan makan anak.
Peneliti berasumsi bahwa makana cepat saji atau Western fast food merupakan makanan
yang terjangkau, cepat dalam penyajian, umumnya memenuhi selera tetapi memiliki total
energi, lemak, gula, natrium yang tinggi dan rendah serat serta vitamin, hal tersebut membuat
peningkatan terhadap berat badan sehingga menyebabkan obesitas berjalan lurus juga dengan
kurangnya aktivits fisik yang dijalankan sehingga fast food menandakan adanya hubungan
yang kuat pada siswa siswi yang mengalami obesitas yang di akibatkan oleh makanan cepat
saji Western fast food.
Perlu adanya sosialisasi dari pemerintah maupun petugas kesehatan mengenai dampak
makanan cepat saji secara berlebihan terhadap kesehatan khususnya kejadian obesitas yang
akan menyebabkan angka kejadian obesitas di Indonesia hingga dunia menjadi meningkat.
Selain itu, seseorang yang mengalami obesitas akan lebih cepat untuk terjangkit penyakit
penyerta lainnya, karena penumpukan lemah yang dihasilkan oleh makanan cepat saji yang
dikonsumsi secara berlebih oleh seseorang seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke dan
lain sebagainya. Pihak sekolah juga diharapkan untuk memberikan informasi mengenai
dampak makanan cepat saji kepada siswa agar nantinya pengetahuan siswa menjadi lebih
baik dan bisa membuka pikiran siswa untuk merubah kebiasaan buruknya

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa hubungan tingkat


pengetahuan tentang dampak makanan cepat saji dengan kejadian obesitas pada remaja di
SMP Negeri 10 Denpasar tahun 2022, dapat disimpulkan 1) Pengetahuan remaja dalam
mengonsumsi makanan cepat saji di SMP Negeri 10 Denpasar yaitu sebagian besar
responden memiliki pengetahuan kurang yakni sebanyak 110 orang (37,4%). 2) Mayoritas
responden dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori obesitas yaitu sebanyak 180 orang
(61.2%). 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang dampak
makanan cepat saji dengan kejdian obesitas pada remaja di SMP Negeri 10 Denpasar (p value
= 0,000; r = 0,635).
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan, peneliti mengusulkan beberapa saran

kepada pihak terkait yaitu : 1) Bagi remaja diharapkan remaja termotivasi dalam

mengetahui bahaya mengkonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan yang pada

7
akhirnya akan menyebabkan masalah kesehatan salah satunya obesitas. 2) Bagi petugas

kesehatan diharapkan petugas kesehatan dapat mengadakan penyuluhan atau sosialisasi

kepada orang tua maupun kepada remaja itu sendiri mengenai bahaya mengkonsumsi

makanan cepat saji secara berlebihan. 3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dikemudian

hari dapat melakukan penelitian yang lebih luas mengenai dampak mengkonsumsi

makanan cepat saji secara berlebihan bagi kesehatan, serta dapat meneliti hingga faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas, sehingga penelitian yang nantinya dilakukan

lebih berkembang daripada penelitian yang telah dilakukan. 4) Bagi sekolah diharapkan

sekolah termotivasi untuk memfasilitasi siswa mendapatkan penyuluhan mengenai dampak

yang dihasilkan saat mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan, khususnya untuk

kesehatan diri sendiri seperti kejadian obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, C. (2018). prilaku remaja tentang konsumsi makanan cepat saji (Fast food).
Ariyana, D., & Astiningsih, N. W. W. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Kebiasaan
Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) pada Siswa-Siswi Kelas XI di SMA Negeri
Samarinda. Borneo Student Research, 1(3), 1841–1846.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/912/174
Arlinda, S. (2019). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di SMP
Muhamadiyah 10 Yogyakarta.
BKKBN. (2019). Sosialisasikan Generasi Bencana Melalui Jambore.
Bonita. (2017). konsumsi fast food dan aktivitas fisik sebagai faktor resiko kejadian overweight
pada remaja stunting SMP. 2017.
Candra Pramayanti, A. (2020). Gambaran Pengetahuan Dan Konsumsi Makanan Cepat Saji
Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Di Sd Negeri 4 Gubug Kecamatan Tabanan
Kabupaten Tabanan.
Denpasar, D. (2018). profil kesehatan provinsi bali.
Destrianti, I., Warlina, R., & Ari, N. (2020). Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan
Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa Smpn 15
Banjarmasin Tahun 2020.

8
Diananda, A. (2019). psikologis remaja dan permasalahanya.
Erlin, Y. (2017). Analisa pengetahuan siswa.
Harleni. (2020). Hubungan Tingkat Pengethuan remaja dalam mengkonsumsi makanan cepat
saji.
Helmiyanti, L. &. (2018). peran probiotik di bidang gizi dan kesehatan.
Ii, B. A. B. (2017). No Title. 5–29.
Irwan. (2016). epidemologi penyakit tidak menular.
Kemenkes, R. (2017). data dan informasi kesehatan profil kesehatan indonesia
2016.
KEMENKES, R. (2018). 1 dari 4 penduduk dewasa obesitas.NA, F. (2020).
karakteristi remaja. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2335/3/BAB II.pdf

Anda mungkin juga menyukai