Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP 13

DENPASAR

Oleh:

I PUTU WIRA SUYOGA ADI SAPUTRA

18.321.2872

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP

NEGERI 13 DENPASAR

Oleh:

I PUTU WIRA SUYOGA ADI SAPUTRA

18.321.2872

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA

BALI

DENPASAR
2022

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Nama : I Putu Wira Suyoga Adi Saputra

NIM : 18.321.2872

Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Merokok Pada


Remaja Di Smp Negeri 13 Denpasar

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian proposal

Denpasar, ... Februari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns Ni Komang Sukraandini, S.Kep.,MNS Dr.M. Fairuz Abadi, S.Si.,M.Si


NIK. 2.04.10.402 NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Penelitian

Nama : I Putu Wira Suyoga Adi Saputra

NIM : 18.321.2872

Judul :Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Merokok Pada

Remaja Di Smp Negeri 13 Denpasar

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada tanggal …. Februari 2022     

Penguji I (Ketua) : Ns. Ni Nyoman Gunahariati,S.Kep.,MM :...........

Penguji II (Anggota) : Ns.Ni Komang Sukraandini,S.kep.,MNS :...........

Penguji III (Anggota) : Dr.M. Fairuz Abadi, S.Si.,M.Si :...........

Denpasar, … Februari 2022

Mengesahkan Mengetahui

STIKes Wira Medika Bali Program Studi Keperawatan Program Sarjana


Ketua, Ketua

Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana.,M.M Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep
NIK: 2.04.13.695 NIK: 2.04.10.403
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Merokok

Pada Remaja Di SMP Negeri 13 Denpasar” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan, Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika

Bali.

Proposal penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha

sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu

melalui kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti

menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Dewa Agung Ketut Sudarsana, MMselaku ketua STIKes Wira Medika

Bali Denpasar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan

Program IlmuKeperawatan di STIKes Wira Medika Bali Denpasar.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program

Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali yang telah

banyak memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.
3. Ns.Ni Komang Sukraandini,S.Kep.,MNSselaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. Dr.M. Fairuz Abadi, S.Si.,M.Siselaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

5. Kepala SMP Negeri 13 Denpasar yang telah memberikan izin studi

pendahuluan proposal ini.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam

penyelesaian proposal ini.

7. Teman-teman mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika

Bali khususnya Angkatan XII dan semua pihak yang penulis tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif

untuk dapat menyempurnakan proposal penelitian ini dan dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Denpasar, ………………………..
Peneliti

I Put Wira Suyoga Adi Saputra


DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.2 Manfaat Praktis
1.5 Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
2.1.2 Penggolongan Remaja
2.1.3 Ciri – Ciri Remaja
2.1.4 Tugas – Tugas Perkembangan Remaja
2.1.5 Masalah – Masalah Yang Terjadi Pada Remaja
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja
2.2 tingkat pengetahuan
2.2 Perilaku Merokok
2.2.1 Pengertian Perilaku
2.2.2 Tipe – Tipe Perilaku Merokok
2.2.3 Dampak Perilaku Merokok
2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
2.2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
2.4 Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Rancangan Penelitian
3.1.2 Kerangka Kerja Penelitian
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
3.3.2 Sampel Penelitian
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
3.4 Variabel dan Definisi Oprasional Variabel
3.4.1 Variabel Penelitian
3.4.2 Definisi Oprasional Variabel
3.5 Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data Yang di Kumpulkan
3.5.2 Teknik pengumpulan Data
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.5.4 Uji Validasi dan Reliabiletas
3.6 Pengolahan Dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
3.6.2 Analisa Data
3.7 Etika Penelitian
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Anggaran Biaya

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Informasi Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Enumerator

Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Enumerator

Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 : Master Tabel

Lampiran 10 : Lembar Bimbingan Proposal


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau

Bagi Kesehatan. Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,

nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah bahan adiktif,

produk berbahaya dan yang mengandung 4000 elemen, dan 200 diantara

elemen tersebut mebahayakan kesehatan perokok baik pasif maupun aktif.

Terdapat kandungan utama rokok yang bersifat racun, yaitu tar, nikotin dan

karbon monoksida.

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

yang ditandai dengan perubahan fisik secara umum serta perkembangan kognitif

dan sosial (Pratama et al., 2021). Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang

banyak, karena masa remaja merupakan masa dimana seseorang masih mencari

jati dirinya dan belum stabil terutama dampaknya terhadap lingkungan(Devhy &

Yundari, 2017). Remaja merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap

pengaruh luar, dan umumnya memiliki pengaruh yang buruk salah satunya adalah

merokok. Mengasosiasikan anak muda dengan hal-hal negatif, seperti


menggunakan obat-obatan terlarang dan minum alkohol, salah satu hal yang

paling umum dilakukan anak muda adalah merokok. Remaja biasanya merokok di

rumah, sekolah, warung makan, halte bus dan tempat lainnya. Meski remaja

dilarang merokok, mereka tetap melanggar larangan tersebut (Pratama et al.,

2021).

Penelitian Misbakhul Munir (2019) dengan Judul “Gambaran Perilaku

Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (Fkm) Di Kampus

Xxx” menunjukan bahwa Hasil penelitian alasan pertama kali merokok responden

yang paling dominan adalah penasaran atau coba-coba. Lebih dari separo

responden perilaku merokoknya masuk dalam tipe perokok ringan. Dari 54

responden sebanyak 38 responden faktor yang mempengaruhi merokok adalah

pengaruh dari teman. Penelitian Mirnawati (2018) dengan judul “Perilaku

Merokok pada Remaja Umur 13-14 Tahun” menujukan bahwa bahwa sebanyak

14 (46%) adalah perokok. Alasan merokok dikarenakan pengaruh teman, serta

keinginan ingin mencoba. Umur pertama kali merokok yaitu sebanyak 2 (7%)

remaja mulai merokok sejak SD umur 10 tahun, sebanyak 8 (27%) remaja laki-

laki mulai merokok sejak SMP umur 13-14 tahun, dan 1 (3%) orang remaja mulai

merokok sejak SMA umur 16 tahun.

World Health Organization (WHO, 2018) menyebutkan bahwa Indonesia

merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tetinggi di dunia setelah Negara

Cina dan India. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10%

dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau.

Persentase perokok pada penduduk di negara ASEAN terbesar adalah Indonesia


(46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand

(7,74%), Malaysia (2,09%), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapora (0,39%)

dan Brunei (0,04%). Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin

tingginya penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.

Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta

jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50%

kematian perokok berada dinegara berkembang (WHO, 2018). Usia pertama kali

merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun. Mereka pada umumnya

merokok sebelum usia 18 tahun, Perokok usia muda di Indonesia semakin

meningkat, Hasil survey sosial ekonomi memperlihatkan, terjadi peningkatan

yang mengkhawatirkan perokok di kalangan di bawah usia 19 tahun, dari 28,8%

Tahun 2013 meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018)

Perilaku merokok menurut (Kemenker,2013) merupakan perilaku yang

membakar salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap

dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya

yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies

lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau

tanpa bahan tambahan. Selain itu menurut (Winda, dkk, 2020). Perilaku merokok

merupakan sesuatu kebiasaan atau perilaku yang tidak bisa ataupun sulit untuk

ditinggalkan dan dapat diketemui hampir di semua kalangan masyarakat baik pada

laki-laki maupun perempuan Perilaku Merokok di dalam kehidupan sehari-hari

sering ditemui dimana-mana, seperti di instansi pemerintahan, dan tempat

pendidikan yaitu sekolah (Isa, dkk, 2017). Perilaku merokok pada saat ini masih
banyak dilakukan, bahkan merokok dilakukan ketika orang tersebut masih remaja

(Amira, dkk, 2019)

Perilaku merokok pada remaja saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar

di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi terjadi pada anak

usia remaja karena perilaku ini diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman

sebaya (Mayenti, 2019). Remaja dengan perilaku merokok dapat ditemui pada

anak sekolah dengan kisaran umur 15-18 tahun, tidak jarang remaja yang masih

menggunakan seragam sekolah merokok baik secara terang-terangan ataupun

sembunyi-sembunyi (Deve, dkk, 2019). Laki-laki pada usia muda cenderung lebih

banyak melakukan kegiatan merokok yaitu usia 15-19 tahun sebesar 57,3% dan

untuk perempuan lebih banyak dimulai pada usia lebih tua yaitu sekitar 30 tahun

keatas sebesar 31,5% (Qodri, dkk, 2016). Perilaku merokok pada remaja berkaitan

dengan krisis aspek psikologis yang dialami pada masa perkembangannya yaitu

masa mencari jati diri kepribadiannya, keinginan untuk merokok juga sering

timbul karena situasi yang tidak nyaman seperti sepi, galau, dingin, bosan, marah

dan stress kemudian dengan merokok memberikannya rasa kenyamanan dan

ketenangan, memunculkan makna positif terhadap perilaku merokok (Isa, dkk,

2017). Perilaku merokok pada remaja dapat juga dipengaruhi oleh faktor

ekstrinsik yaitu pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar, pengaruh teman

sebaya, serta pengaruh iklan rokok (Munir, 2019). Menurut penelitian dari Fitria

& Sufriani (2018), faktor yang paling berpengaruh adalah orang tua, teman

sebaya, dan iklan rokok pada anak usia sekolah (Fitria & Sufriani, 2018).
Dampak dari kebiasaan merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Penyakit akibat

merokok dalam waktu yang singkat tidak dapat menimbulkan gejala ataupun

penyakit, butuh waktu 5 tahun untuk timbulnya efek kronis bagi si perokok,

bahaya atau gangguan kesehatan yang timbul antaralain kanker paru-paru, kanker

mulut dan tenggorokan, serangan jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner

(PJK), impotensi, gangguan kehamilan dan janin, penyakit yang timbul akibat

paparan asap rokok antara lain infeksi saluran pernafasan, gejala alergi, sakit

dada, sakit kepala, mual, radang mata dan hidung, bahkan bisa menyebabkan

kematian, beberapa studi penelitian mengidentifikasi rokok memiliki faktor risiko

osteoporosis dan patah tulang (Fourtuna & Vestabilivy, 2014). Dampak merokok

bukan hanya merugikan diri sendiri dari segi kesehatan melainkan juga merugikan

anggota keluarga lainnya, pembelian rokok yang dilakukan oleh kepala rumah

tangga berdampak pada berkurangnya pengeluaran rumah tangga dalam hal

pemenuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan meskipun hubungan antara

pengeluaran rokok dan aspek pengeluaran lainnya secara ekonomi bersifat

inelastis (Ginting & Maulana, 2020).

Klinik Berhenti Merokok (KBM) adalah upaya pemerintah Indonesia untuk

menurunkan jumlah perokok di Indonesia, klinik ini berupaya untuk membatu

perokok aktif untuk berhenti merokok berdasarkan tahap demi tahap bersamaan

dengan konseling dari tenaga kesehatan terlatih (Devhy, dkk, 2019). Upaya

penanggulangan kebiasaan merokok pada remaja yang masih usia sekolah dan

bisa dilakukan oleh tenaga pendidikan yaitu dilakukan melalui upaya yang
bersifat pencegahan diantaranya memberi informasi kepada remaja tentang tata

tertib dan peraturan sekolah, memberikan informasi tentang bahaya merokok,

menganjurkan siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah,

kemudian dilakukan upaya bersifat pengentasan yaitu memberi hukuman yang

mendidik dan memberikan layanan konseling untuk siswa (Safirah, dkk, 2019).

Fungsi keluarga dapat mencegah perilaku merokok yaitu fungsi komunikasi

dengan menggunakan komunikasi terbuka dalam menyampaikan pesan,

informasi, nasehat, dan motivasi didalam keluarga sehingga dapat mencegah

perilaku merokok remaja, serta peran educator tenaga kesehatan perlu

ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok pada

remaja (Irma & Susanti, 2019).

Secara umum prevalensi perokok di Provinsi Bali saat ini mencapai 18,86%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat bahwa prevalensi

perokok remaja tertinggi ditemukan di Kabupaten Jembrana sebanyak 22,56%

yang merokok setiap hari dari 1.119 total responden, Kota Denpasar sebanyak

22,02% yang merokok setiap hari dari 3.719 total responden, Kabupaten Tabanan

sebanyak 21,32% yang merokok setiap hari dari 1.851 total responden, Kabupaten

Buleleng 19,85%, Kabupaten Bangli 18,38%, Kabupaten Badung 16,95%,

Kabupaten Karangasem 15,54%, Kabupaten Gianyar 14,84%, Kabupaten

Klungkung 13,54%, (RISKESDAS, 2018). Usia pertama kali merokok pada

umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun mereka pada umumnya merokok

sebelum usia 18 tahun, Perokok usia muda di Indonesia semakin meningkat. Hasil

survey sosial ekonomi memperlihatkan, terjadi peningkatan yang


mengkhawatirkan perokok di kalangan di bawah usia 19 tahun, dari 28,8% Tahun

2013 meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).

Stupen

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti untuk mengangkat topik penelitian

tersebut yaitu dengan judul “ Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja di SMP

Negri 13 Denpasar”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini apakah ada Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja di SMP

Negri 13 Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Merokok

Pada Remaja di SMP Negri 13 Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifiaksi Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smp Negeri

13 Denpasar.

2. Mengetahui Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smp 13 Negeri

Denpasar.

3. Mengetahui Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Di Smp 13 Denpasar.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian pustaka / referensi untuk pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja di

SMP Negri 13 Denpasar

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan program

penyuluhan tentang sosialisasi bahaya merokok pada remaja.

2. Bagi remaja

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi remaja yang belum

tahu tentang bahaya merokok dan motivasi bagi remaja untuk dapat

mengurangi perilaku merokok.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman belajar dalam kegiatan

penelitian selanjutnya, meningkatkan pengetahuan tentang bahaya dan dampak

dari perilaku merokok dan menambah pemahaman dalam perilaku merokok

pada remaja.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan dari peneliti , terdapat beberapa hasil penelitian

yang terkait dengan penelitian ini adalah:


1. Penelitian(Ichayuen, 2018) tentang GAMBARAN PERILAKU MEROKOK

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA DEPOK.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan kuantitatif menggunakan

desain studi potong lintang (cross sectional). Populasi target pada penelitian

ini adalah semua siswa di 200 SMP di Kota Depok tahun ajaran 2016-2017

yang masih terdaftar sebagai siswa pada saat penelitian dilaksanakan.

Populasi studi adalah siswa SMP kelas VII dan VIII di Kota Depok.Kerangka

sampel pada penelitian ini adalah 200 SMP di Kota Depok dan sampel pada

penelitian adalah 6 SMP yang telah terpilih melalui perhitungan acak

sederhana (simple random sampling) yang telah dikelompokkan berdasarkan

dari status akreditasi sekolah tersebut. Unit analisis adalah siswa SMP kelas

VII dan VIII. Diperoleh besar sampel minimal penelitian sebanyak 186

responden. Untuk menghindari terjadinya sampel drop out, maka peneliti

menambahkan 10% besar sampel dari total sampel, sehingga diperoleh besar

sampel pada penelitian ini adalah 205 responden dan dibulatkan menjadi 300

responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumennya yang

beberapa pertanyaannya diadopsi dari GYTS (Global Youth Tobacco Survey)

juga mengadopsi dari penelitian sebelumnya yang terkait dengan perilaku

merokok. Kuesioner ini akan diisi sendiri oleh responden (self administrated)

yang sebelumnya sudah diberikan pengarahan oleh peneliti dan dibantu oleh

enumerator. Persamaan terletak pada variabel, Perbedaan terletak pada lokasi

penelitian.
2. Penelitian (etal, 2019) tentang GAMBARAN PERILAKU MEROKOK

PADA PASIEN INFRAK MIOKARD, Penelitian ini menggunakan skala

kuantitatif dengan desain studi meta-analisis. Desain penelitian ini review

literature, dimana prosedur dalam penelitian ini disesuaikan dengan langkah-

langkah melakukan meta-analisis. Hasil penelitian didapatkan penyaringan

diperoleh 29 artikel dimana 11 artikel terduplikasi sehingga hanya 8 artikel

yang dianalisis. Analisis yang dilakukan yaitu relevasi metode dan hasil.

Persamaan pada variabel dependen gambaran perilaku merokok Perbedaan

variabel independen tingkat motivasi berprestasi siswa.

3. Penelitian (et al, 2020)tentang gambaran perilaku merokok pada usia remaja

awal (10-14) dengan tingkat motivasi berprestasi siswa, Subyek penelitian

adalah Guru Bimbingan dan Konseling SMPN XX Banjarmasin, Siswa

SMPN XX Banjarmasin dan Wali Kelas SMPN XX Banjarmasin.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan

dokumentasi setelah data yang diperoleh kemudian dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Persamaan pada variabel dependen gambaran perilaku

merokok, Perbedaan pada variabel independen tingkat motivasi berprestasi

siswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa


dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,
dan perubahan social (Karendehi et al., 2016). Menurut (Kartika Sari et al., 2016)
remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa transisisi dari anak- anak
menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 sampai 21 tahun.

Menurut Hurlock dalam (N. S. Wahyuni, 2016) secara fisikologis remaja


adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang dewasa
melainkan berada di dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan
intelektual yang mencolok, trasformasi yang khas dari cara berfikir remaja
memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.

2.1.2 Penggolongan Remaja

Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3 tahap


perkembangan remaja diantaranya (Kusumastuti et al., 2017):

1. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang


terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahan- perubahan itu,
mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan
jenis, mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan
jenis ia sudah akan berfantasi erotik.

2. Remaja menengah (middle adolescent) berumur 15-18 tahun

Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika banyak


teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada
dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis,
dan sebagainya.

3. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang
dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah idealisme,
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam
masyarakat.

2.1.3 Ciri – Ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan
masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit
bagi remaja maupun orangtuanya, Menurut (Saputro, 2017). Dari berbagai
penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri yang menjadi
kekhususan remaja. Ciri-ciri tersebut yaitu :

1. Masa remaja sebagai periode yang penting.

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan
ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.
Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa,
remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba
bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun


masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi
sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok


masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini
menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja mengalami “krisis
identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau
“semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna


merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-cita.
Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri
tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa
apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa
ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum -
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks
bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti
ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.
2.1.4 Tugas – Tugas Perkembangan Remaja

Havigurst mendefinisikan tugas perkembangan merupakan tugas yang


muncul sekitar satu periode tertentu pada kehidupan individu, jika individu
berhasil melewati periode tersebut maka akan menimbulkan fase bahagia serta
membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
selanjutnya (Octavia, 2020). Namun jika individu gagal melewati periode tersebut
maka tak jarang akan terjebak dalam perkembangan psikis yang tidak sehat, salah
satunya kenakalan remaja (Yansyah et al., 2019). Adapun tugas-tugas
perkembangan remaja menurut Havigurst adalah sebagai berikut:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya.


2. Mampu memahami dan menerima peran seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis. Mencapai kemandirian emosional.
4. Mencapai kemandirian ekonomi.
5. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
6. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
7. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
8. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
2.1.5 Masalah – Masalah Yang Terjadi Pada Remaja

Perilaku sosial sering kali dihadapi pada saat masa remaja. Seseorang
remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat berat dan memerlukan waktu
lama untuk menyelesaikan (Octavia, 2020). Misalnya saat berusia 13 tahun ia
mulai menunjukkan perilaku mengganggu orang lain, pada usia 14 tahun ia sudah
melakukan kenakalan - kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun masalahnya
akan bertambah parah karena ia semakin sering melakukan kesalahan. Hal ini
terjadi karena masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada orang lain, maka
remaja akan melakukan apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang ia lakukan
sebenarnya salah. Berikut adalah masalah yang sering terjadi pada remaja (S.
Wahyuni & Th, 2021).

1. Penggunaan obat terlarang, alkohol, dan merokok

Pada remaja tertarik menggunakan obat-obat karena mereka yakin obat-


obatan dapat membantu mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu
berubah. Mereka menganggap merokok dan minum-minuman keras mereka dapat
mengurangi stress, tidak bosan dan beberapa situasi dapat membantu remaja
melarikan diri dari kenyataan dunia. Remaja dapat merasakan perasaan tenang,
gembira, rileks saat memakai obat. Namun penggunakaan obat untuk memperoleh
kepuasan pribadi dan kemampuan beradaptasi yang sementara dapat
menimbulkan dampak yang sangat merugikan. Dengan demikian, remaja yang
menganggap penggunaan obat itu adalah perilaku adaptif masalah sebenarnya
adalah mal adaptif, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan dalam jangka
panjang.

2. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku mulai dari perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindakan kriminal.
Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
tugas perkembangannya, baik pada saat remaja maupun masa kanak-kanak yang
tidak terselesaikan dengan baik pada tahap perkembangan sebelumnya.

3. Gangguan depresi atau bunuh diri

Di masa remaja, gejala - gejala depresi dapat dilihat dalam berbagai cara
seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam, menulis kata-kata
mengerikan, atau senang mendengarkan lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan
tidur juga dapat muncul seperti sulit tidur di pagi hari maupun sulit tidur saat
malam hari. Dengan timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi
bosan dan enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-ide untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan berusaha bunuh diri di masa
remaja.
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja
Sebagai makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial
dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, Menurut (NITA, 2020) ada beberapa
faktor yang bisa mempengaruhinya antara lain:
1. Kondisi fisik

Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam menjalani


aktivitas sehari-hari. Mereka biasanya mempunyai standarstandar tertentu tentang
sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah postur
tinggi, tubuh langsing dan berkulit putih. Namun tentu saja tidak semua remaja
memiliki kondisi fisik seideal itu. Karenanya, remaja harus bisa belajar menerima
dan memanfaatkan bagaimana kondisi fisik sefektif mungkin. Remaja harus
menanamkan keyakinanbahwa keindahan lahiriah bukannya makna kecantikan
yang sesungguhnya.Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak,
serta kepribadian yang baik.

2. Kebebasan Emosional

Pada umunya, remaja ingin memperoleh kebebesan emosional. Mereka ingin


bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Dalam masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa, seorang remaja senantiasa berusaha agar pendapat atau
pikiran-pikirannya, diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa. Dengan
demikian, jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dan orang tua, maka
pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun rasa saling pengertian
dimana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain.
Saling pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau
dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu bersamasama.dimana orang tua
dapat menempatkan diri pada situasi remaja dan sebaliknya

3. Interaksi Sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam
membentuk konsep diri yang positif, sehingga seseorang mampu melihat dirinya
sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungan. Dia memiliki
gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan yang ada (tidak di
kurangi atau dilebih-lebihan).

4. Pengetahuan Terhadap kempuan diri

Setiap rakkelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya
bersifat laten. Artinya harus terus digali dan terus dirangsang agar keluar secara
optimal. Kita melihat sejauh mana potensi itu terkonsentrasi untuk selanjutnya
diperdalam, hingga dapat melahirkan karya yang berarti. Dengan menerima
kemampuan diri secara positif, seorang menentukan keputusan yang tepat
terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang
diikuti.

5. Penguasaan diri terhadap nilai-niali moral dan agama

William James, seorang psikolog yang mendalami psikolog agama,


mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama
cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan
dengan sikap positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.
Agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjungan yang berat
dan penuhi beban akan memiliki jiwa yang sakit, Dia akan dihinggapi oleh
penyesalan diri, rasa bersalah, murung, serta tertekan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh


melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang(over behavior).

(Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 139-140).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 140) sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

1) Awareness (Kesadaran)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu.

2) Interest

Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (Menimbang-nimbang)

Pada tahap ini subjek sudah mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut pada dirinya. Hal ini berarti sikap subjek sudah lebih baik

lagi.

4) Trial

Orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption

Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu

yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).(Tim Penyusun Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1999).

Beradasarkan pendapat ahli dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hal (mata pelajaran)

yang terjadi setelah orang melakukan suatu penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu.

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 140-142)pengetahuan dibagi

menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

beban yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

kasar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi-kan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetepi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan masalah kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri

atau kriteria yang telah ada atau telah ditentukan.

Menurut Beccary (2012) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

1) Pengetahuan (Knowledge)
Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah

dipelajari.

2) Pemahaman (comprehension)

Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada

3) Penerapan (application)

Mencakup keterampilan menerapkan informasi dan pengetahuan yang telah

dipelajari ke dalam situasi yang baru.

4) Analisis (analysis)

Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan

mencoba memahami struktur informasi.

5) Sintesis (synthesis)

Mencakup menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk

menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada

sebelumnya.

6) Evaluasi (evaluation)

Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-

kriteria yan ada biasanya memakai kata : pertimbangkanlah, bagaimana,

kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, disimpulkan bahwa

tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, mengingat kembali (recall).Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

kasar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi-kan materi

tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi atau

pengetahuan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain, dan mencoba memahami

struktur informasi.

e) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan menjadi suatu pola yang


tidak ada sebelumnya atau kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan masalah kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria

yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada atau telah ditentukan.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Abdul Rosid (2011: 174) pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Pengalaman

Diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang

sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa ada

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasanya mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik yang sifatnya positif maupun negatif.

3. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, misalnya radio, TV, majalah, buku, dan lain-lain.

4. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Menurut Putra Fadlil (2011: 15) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah, sebagai berikut :

a. Faktor internal

1. Usia

Semakin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnuya

bertambah baik. Akan tetapi, pada usia tertentu bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

3. Intelegensia

Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

Intelegensia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar. Intelegensia bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk

berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah, sehingga ia mampu

menguasai lingkungan.
4. Jenis Kelamin

Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

jenis kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak zaman penjajahan.

Namun, hal itu di zaman sekarang ini sudah terbantah karena apapun jenis

kelamin seseorang, bila dia masih produktif, berpendidikan, atau

berpengalaman maka iia akan cenderung mempunyai tingkat pengetahuan

yang tinggi.

1) Faktor eksternal

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan itu dapat

berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula

pengetahuannya.

2. Pekerjaan

Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruh

tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan

erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial

dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini

tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

3. Sosial budaya dan ekonomi


Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh

suatu pengetahuan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga

status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga

hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

seseorang memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

5. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, missal TV, radio atau

surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang ada (Soekidjo Notoatmodjo,

2007: 142).
Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang tersebut

dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban verbal yang

diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (knowledge). Pengukuran

pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan

mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban, baik

secara lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk

mengukur pengetahuan. Secara umum pertanyaan dapat dikelompokkan

menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pertanyaan subjektif, misal jenis pertanyaan lisan.

2. Pertanyaan objektif, misal pertanyaan pilihan ganda (multiple choice),

betul-salah dan pernyataan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya

pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat

pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan

diukur dan lebih cepat.

Menurut Putra Fadlil (2011:26) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam

pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan

pengetahuan yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan


objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah,

dan pertanyaan menjodohkan.

Menurut Ircham Machfoedz yang dikutip oleh Inong Kusumawati

(2010: 14) hasil pengukuran pengetahuan dapat dibagi menjadi 4 (empat)

kategori, yaitu:

1) Kategori sangat rendah, apabila memiliki nilai benar < 40 %.

2) Kategorirendah, apabila memiliki nilai benar 40% - 55%.

3) Kategori cukup tinggi, apabila memiliki nilai benar 56%-75 %.

4) Kategoritinggi, apabila memiliki nilai benar 76%-100 %.

Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 196), penilaian dengan skala empat

sebagai berikut:

1) Kategori sangat rendah, apabila memiliki nilai benar < 40 %.

2) Kategori rendah, apabila memiliki nilai benar 40% - 55%.

3) Kategori cukup tinggi, apabila memiliki nilai benar 56%-75 %.

4) Kategori tinggi, apabila memiliki nilai benar 76%-100 %.

Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa dalam

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

tentang materi yang ingin diukur. Dalam penentuan kriterianya adalah dengan

empat kriteria, yaitu :

1) Kategori sangat rendah, apabila memiliki nilai benar < 40 %.

2) Kategori rendah, apabila memiliki nilai benar 40% - 55%.

3) Kategori cukup tinggi, apabila memiliki nilai benar 56%-75 %.


4) Kategori tinggi, apabila memiliki nilai benar 76%-100 %.

2.3 Perilaku Merokok


2.3.1 Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam


melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan
sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek
tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif
dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif
yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Shintia Rifai, 2021).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,


tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok
ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena
adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung. Aktifitas yang secara langsung dapat diamati pada remaja laki – laki
adalah perilaku merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat
merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun
orang lain disekitarnya menurut (Munir, 2019)

2.3.2 Tipe – Tipe Perilaku Merokok

Menurut (Hidayat, 2021) menyebutkan bahwa terdapat 2 (dua) tipe


perilaku merokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu:

1. Perokok aktif, yaitu perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut
langsung dari rokok yang dibakar ujungnya (asap mainstream).
2. Perokok pasif, yaitu orang-orang yang berada di sekitar perokok aktif yang
menghisap rokok yang terbakar dan ikut menghisap asap rokok yang
dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap side stream, secondhand
smoke, Asap Tembakau Lingkungan (ATL), Environmental Tobacco Smoke
(ETS).

Sedangkan menurut (SAFIRA, 2019) tipe perokok dapat diklarifikasikan


menurut banyaknya rokok yang dihisap setiap harinya yang terdiri dari:

1. Perokok ringan, yakni perokok yang menghisap atau merokok sebanyak 1- 4


batang dalam seharinya.
2. Perokok sedang, yakni perokok yang menghisap atau merokok sebanyak 5-14
batang dalam seharinya.
3. Perokok berat, yakni perokok yang menghisap atau merokok sebanyak lebih
dari 15 batang dalam seharinya.
2.3.3 Dampak Perilaku Merokok

Dampak negative dari merokok pada remaja oleh (Setyadin & Uyun,
2020), biasanya terjadi beberapa tahun setelah mulai aktif merokok yaitu
menurunnya aktifitas fisik. Menurut United States Departement of Health and
Human Services merokok sudah mulai dirasakan dampaknya pada usia antara 20
tahun ke atas yaitu meningkatnya level kerusakan pada paru- paru antara lain
kerusakan permanen dalam saluran paru-paru, pembuluh darah serta cairan di
paru-paru.
Hasil Statistik menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang mati karena
rokok dan penggunaan tembakau dibandingkan dengan AIDS, penyalah gunaan
alkohol, narkoba, kecelakaan mobil dan pembunuhan. Di tinjau dari segi
kesehatan merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu
merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin.
2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut (Fahmi et al., 2021) ada beberapa faktor yang mempengaruhi


perilaku seseorang yaitu:

1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah terwujudnya
praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk
faktor predisposisi yaitu: kepercayaan, keyakinan, pendidikan, motivasi, persepsi,
pengetahuan.

2. Faktor Pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya


fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku, sehingga disebut faktor
pendukung atau pemungkin.

3. Faktor pendorong

Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang penting (Fahmi et al.,
2021).

2.3.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:

1. Pengaruh orang tua

Hasil penelitian (Suaiba, 2021) menemukan bahwa terpengaruh orang tua


yang merokok lebih banyak dibandingkan dengan orang tua yang tidak merokok.
Hal ini didasari karena melihat orang tua merokok maka ingin mencoba untuk
merokok dengan alasan ingin tahu atau hanya ingin mencoba-coba merokok.
Namun, rasa ingin tahu atau mencoba-coba rokok justru mengarahkan kebiasaan
ingin terus menerus untuk merokok. Salah satu temuan tentang remaja perokok
adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia. Yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi
figur contoh, yaitu perokok berat, maka anak- anaknya akan mungkin sekali untuk
mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak ditemui pada mereka yang tinggal
dengan satu orang tua (singgle parent).

2. Pengaruh teman sebaya

Remaja cenderung mempunyai perilaku merokok disebabkan karena


pergaulan remaja lebih luas dan sering menghabiskan waktu bersama teman-
teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang
merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-teman adalah perokok dan
demikian sebaliknya (Khoirul Huda, 2018).

Pada remaja, pengaruh teman sebaya merupakan salah satu pendorong untuk
remaja berkeinginan merokok. Rasa ingin tahu terhadap bagaimana rasanya
merokok ataupun tantangan terhadap larangan yang ada termasuk pengaruh
budaya dan agama mengenai rokok akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi
remaja untuk memutuskan untuk tidak merokok atau merokok baik secara terang-
terangan ataupun sembunyi- sembunyi (Afriani, 2016).

3. Faktor kepribadian

Gejala merokok di kalangan remaja disebabkan oleh rasa ingin tahu atau
mencoba- coba pengalaman baru, mencoba menghilangkan kejenuhan ingin
dianggap lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya atau pengaruh panutannya,
misal orang tua atau kakaknya yang merokok, dimana hal tersebut ditunjang oleh
mudahnya rokok didapatkan baik penjualan maupun harganya (Aisyah, 2019).
Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena masa remaja
adalah masa dimana seseorang masih mencari jati dirinya dan labil terutama
terhadap pengaruh lingkungan. Remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-masalah (Khoirul Huda, 2018).
4. Pengaruh iklan

Fungsi dari iklan rokok itu sendiri diakui oleh sebagian besar subyek sebagai
salah satu sarana untuk mengenaikan produk rokok kepada masyarakat yang pada
akhimya berimbas pada peningkatan penjualan produk rokok, mereka tidak
menyebutkan iklan tersebut yang menyebabkan mereka merokok (Khoirul Huda,
2018). Iklan dalam media massa secara langsung atau tidak akan mempengaruhi
individu, Dimulai dari minat beli hingga mindset. Bagi seorang dewasa yang
melek media, paparan iklan dalam media mungkin tidak akan terlalu
mempengaruhinya. Akan tetapi bagi para remaja yang belum memiliki cukup
pengetahuan dalam hal literasi media atau penyaringan sebuah informasi akan
mempengaruhi (Virga, 2016). Iklan rokok selama ini dikemas sedemikian bagus,
maskulin, ceria, bahkan eklusif, untuk mengesankan orang bahwa merokok
membuat mereka terlihat cool, jantan, berkelas dan begitulah yang dipersepsikan
banyak orang saat ini (Ode, 2018).
2.3.5.1 Konsep Dasar Pengetahuan

Kerangka Konsep
Remaja Siswa

SMPN 13 Denpasar
Faktor yang
mempengaruhi perilaku

1. Faktor predisposisi
2. Faktor pendukung Tingkat Pengetahuan Siswa

3. Faktor pendorong

Faktor yang
mempengaruhi
Perilaku Merokok
Perilaku merokok

1. Pengaruh orang tua


2. Interaksi teman
sebaya
3. Faktor kepribadian
4. Pengaruh iklan

Gambar:
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Prilaku Merokok Pada Remaja Di SMP
Negeri 13 Denpasar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
3.1.1 Rancana Penelitian
3.1.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah langkah-langkah kerja yang akan peneliti

lakukan untuk memudahkan peneliti memahami alur penelitian secara

umum (Nursalam, 2020). Dalam kerangka kerja diuraikan tahapan

penelitian yang sesuai dengan variabel.Adapun kerangka kerja pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.


Populasi

Teknik Sampling
Menggunakan simple random sampling

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel

Penyajian data

Gambar:
Kerangka Operasional penelitian gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku
merokok pada remaja di SMP Negeri 13 Denpasar
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Denpasar pada bulan

Maret sampau April 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

3.3.2 Sampel Penelitian

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Penelitian

3.4.2 Definisi Pengambilan Sampel

3.5 Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data Yang di Kumpulkan

3.5.2 Teknik Pengambilan Data

3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

3.5.4 Uji Validasi dan Reliabiletas

3.6 Pengumpulan Dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

3.6.2 Analisa Data

3.7 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian adalah masalah penting dalam penelitian

karena penelitian keperawatan terdapat hubungan langsung pada

manusia. Menurut (Nursalam, 2017) masalah – masalah yang harus

diperhatikan antara lain :


1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar Persetujuan adalah suatu bentuk tindakan yang berupa

persetujuan dari responden dengan peneliti, responden diberikan

lembar persetujuan terlebih dahulu dengan tujuan agar responden

mengerti maksud, tujuan serta mengetahui dampaknya.Pada penelitian

ini Informed Consent diberikan kepada responden dan ditandatangani

secara sadar tanpa paksaan dari peneliti.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tetap menjaga dengan baik kerahasiaan identitas

responden. Pada penelitian ini tidak diperbolehkan mengisi nama

responden dengan lengkap di setiap lembar pengumpulan data dan

diganti kode-kode tertentu sebagai pengingat responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan adalah tindakan menutupi identitas serta informasi

yang diberikan maupun didapat dari responden.Dalam penelitian ini

kerahasiaan dilakukan dengan hanya melaporkan kelompok data

tertentu dari hasil penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Seluruh responden mendapat perlakuan sama berdasarkan moral,

martabat serta hak asasi manusia. Selama penelitian dilakukan


responden tidak mengistimewakan sebagian responden dengan

responden yang lainnya dengan memberikan perlakuan yang sama.

5. Kemanfaatan (Beneficence)

Beneficence adalah kemanfaatan yang didapat hari

penelitian.Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat dalam

hasilnya sehingga hasil penelitian dapat bermanfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat yang siap menjadi responden.Manfaat dari

penelitian ini dapat berupa tindakan alternatif untuk menangani

hipertensi dengan menjaga tekanan darah tetap normal.

6. Tidak Merugikan (Non Maleficence)

Non Maleficence yaitu tidak merugikan.Penelitian yang baik

merupakan penelitian yang mampu meminimalisir dampak yang tidak

menguntungkan.Non Maleficence dalam penelitian ini dilakukan

dengan tetap menjaga komunikasi dengan responden dan memperkuat

teori dasar dalam penelitian.


DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes,2013.Peraturan Mentri Kesehatan Repoblik Indonesia Nomor 28

Tahun 2013 tentang Pencantuman peringatan Kesehatan dan Informasi

Kesehatan pada kemasan produk tembakau, Jakarta : Kemenkes RI

Afriani, A. (2016). Faktor-faktor penyebab remaja laki-laki merokok di

Kelurahan Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten

Mandailing Natal. IAIN Padangsidimpuan.

Aisyah, S. (2019). HUBUNGAN STATUS DEPRESI DENGAN PERILAKU

MEROKOK PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SAMARINDA.

Devhy, N. L. P., & Yundari, A. A. I. D. H. (2017). Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Perilaku Merokok Konvensional dan Elektrik Pada Remaja Di

Kota Denpasar. Bali Medika Jurnal, 4(2), 63–72.

Dr. Jenita Doli Tine Donsu, SKM., M. (2017). (2017). Aspek-Aspek Psikologi,

Konsep Dasar Psikologi, Teori Perilaku Manusia.

et al. (2020). gambaran perilaku merokok pada usia remaja awal (10-14) dengan

tingkat motivasi berprestasi siswa.

etal. (2019). GAMBARAN PERILAKU MEROKOK PADA PASIEN INFRAK

MIOKARD.

Fahmi, A., Utama, I., & Syapitri, H. (2021). ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA DI SMP NEGERI 1 SEUNAGAN KABUPATEN

NAGAN RAYA TAHUN 2021. JOURNAL OF HEALTHCARE


TECHNOLOGY AND MEDICINE, 7(2).

Hidayat, T. (2021). Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian

Hipertensi.

Ichayuen. (2018). GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA DEPOK.

Karendehi, C. E. D., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Hubungan pola asuh

orang tua dengan kecerdasan moral pada anak usia 12-15 tahun di smp negeri

1 tabukan selatan kabupaten kepulauan sangihe. Jurnal Keperawatan, 4(1).

Kartika Sari, N., Hertinjung, S., Hertinjung, W. S., & Psi, S. (2016). Hubungan

Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen

Pada Remaja. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kase, F. R., Prastiwi, S., & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan Pengetahuan

Masyarakat Awam Dengan Tindakan Awal Gawat Darurat Kecelakaan

Lalulintas Di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang. Nursing

News : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan Nursing News Volume 3,

Nomor 1, 2018 1 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Awam Dengan

Tindakan Awal Gawat Darurat Kecelakaan Lalu Lintas Di Kelurahan

Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang 2 HUBUNGAN, 3(1), 662–674.

Khoirul Huda, A. (2018). GAMBARAN PENYEBAB PERILAKU MEROKOK

PADA ANAK USIA SEKOLAH. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusumastuti, D. A., Nasriyah, N., & Khairunnisa, F. N. (2017). PERILAKU


MENGAKSES SITUS PORNO PADA REMAJA BERDASARKAN POLA

ASUH ORANG TUA. Indonesia Jurnal Kebidanan, 1(1), 18–28.

Muhsin, A. (2017). Hubungan Tingkat Usia Dengan Disiplin Belajar Mahasiswa

Madrasah Semester VIII di Universitas Pesantren Tinggi Darul ’Ulum.

Akademia, 11(1), 10–20.

Munir, M. (2019). Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki. Jurnal

Kesehatan, 12(2), 112–119.

NITA, F. (2020). EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK

POSITIVE REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 01

MENGGALA TAHUN AJARAN 2019/2020. UIN Raden Intan Lampung.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Nursalam. (2020). Metologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis

(5th ed.). Jakarta : Salemba Medika.

Octavia, S. A. (2020). Motivasi belajar dalam perkembangan remaja. Deepublish.

Ode, M. T. K. L. A. (2018). PERSEPSI PEROKOK AKTIF DALAM

MENANGGAPI LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK (Studi

Deskriptif Kualitatif pada (Masyarakat Desa Seith Kecamatan Leihitu

Kabupaten Maluku Tengah). FIKRATUNA: Jurnal Penelitian Sosial

Keagamaan, 8(2).

Pitriani, N. P., Sukraandini, N. K., & Yundari, A. . I. D. H. (2020). GAMBARAN


TINGKAT PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KECELAKAAN LALU

LINTAS DENGAN MULTIPLE TRAUMA.

Pratama, I. G. E., Triana, K. Y., & Martini, N. M. D. A. (2021). INTERAKSI

TEMAN SEBAYA BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU

MEROKOK REMAJA KELAS IX DI SMP DAWAN KLUNGKUNG.

Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(2),

152–160.

Putri, S. S. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas. Skripsi: STIKes Wira Medika Bali.

RISKESDAS. (2018). Laporan Provinsi Bali RISKESDAS 2018. In Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

SAFIRA, A. Y. U. A. (2019). HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK

AYAH DENGAN STATUS GIZI BALITA PADA NELAYAN DI PESISIR

KABUPATEN PANGKEP DAN KOTA MAKASSAR. Universitas Hasanuddin.

Saputro, K. Z. (2017). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja.

Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25–32.

Setyadin, A. A. N., & Uyun, Z. (2020). Hubungan Antara Kecemasan Dengan

Perilaku Merokok Pada Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Shintia Rifai, B. (2021). HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI JUNK FOOD

DENGAN KEJADIAN MENARCHE Di SMP Muhammadiyah 1 Ponorogo.


Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Suaiba, V. N. (2021). Dinamika decision making pada remaja penyalahgunaan

narkoba untuk menjalani rehabilitasi: Studi kasus di klinik pratama BNN

Kabupaten Gresik. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Suryandari, A. E., & Happinasari, O. (2016). (2016). Factors Affecting the

Posyandu Strata.

Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor.

Urecol 6th, 305–314.

Virga. (2016). No Title.

Wahyuni, N. S. (2016). Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan

kemampuan bersosialisasi pada siswa smk negeri 3 medan.

Wahyuni, S., & Th, M. (2021). Psikologi Remaja: Penanggulangan Kenakalan

Remaja. Penerbit PUSTAKA STAR’S LUB.

WHO. (2018). Heart disease and stroke are the commonest ways by which

tobacco kills people. Who, 1(1), 1–2.

Widnyana, I. P. A., Asdiwinata, I. N., & Yundari, A. . I. D. H. (2019). Gambaran

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan Lalu Lintas Di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod. Bali

Medika Jurnal, 6(1), 58–70. https://doi.org/10.36376/bmj.v6i1.67

Yansyah, H., Samsu, S., & Kadarsih, S. (2019). Kenakalan Remaja Ditinjau Dari
Persepsi Remaja di Desa Sungai Duren Kecamatan Jambi luar Kota

kabupaten Muaro Jambi. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Yuliana, E. (2017). Analisis Ppengetahuan Siswa Tentang Makanan Yang Sehat

dan Bergizi Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai