DENPASAR
Oleh:
18.321.2872
DENPASAR
2022
PROPOSAL PENELITIAN
NEGERI 13 DENPASAR
Oleh:
18.321.2872
BALI
DENPASAR
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian
NIM : 18.321.2872
Pembimbing I Pembimbing II
NIM : 18.321.2872
Mengesahkan Mengetahui
Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana.,M.M Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep
NIK: 2.04.13.695 NIK: 2.04.10.403
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan proposal
waktunya.
Bali.
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu
melalui kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti
1. Drs. Dewa Agung Ketut Sudarsana, MMselaku ketua STIKes Wira Medika
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program
Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali yang telah
penelitian ini.
3. Ns.Ni Komang Sukraandini,S.Kep.,MNSselaku pembimbing I yang telah
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam
Bali khususnya Angkatan XII dan semua pihak yang penulis tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
untuk dapat menyempurnakan proposal penelitian ini dan dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Denpasar, ………………………..
Peneliti
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.2 Manfaat Praktis
1.5 Keaslian Penelitian
PENDAHULUAN
Bagi Kesehatan. Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,
nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah bahan adiktif,
produk berbahaya dan yang mengandung 4000 elemen, dan 200 diantara
Terdapat kandungan utama rokok yang bersifat racun, yaitu tar, nikotin dan
karbon monoksida.
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
yang ditandai dengan perubahan fisik secara umum serta perkembangan kognitif
dan sosial (Pratama et al., 2021). Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang
banyak, karena masa remaja merupakan masa dimana seseorang masih mencari
jati dirinya dan belum stabil terutama dampaknya terhadap lingkungan(Devhy &
pengaruh luar, dan umumnya memiliki pengaruh yang buruk salah satunya adalah
paling umum dilakukan anak muda adalah merokok. Remaja biasanya merokok di
rumah, sekolah, warung makan, halte bus dan tempat lainnya. Meski remaja
2021).
Xxx” menunjukan bahwa Hasil penelitian alasan pertama kali merokok responden
yang paling dominan adalah penasaran atau coba-coba. Lebih dari separo
Merokok pada Remaja Umur 13-14 Tahun” menujukan bahwa bahwa sebanyak
keinginan ingin mencoba. Umur pertama kali merokok yaitu sebanyak 2 (7%)
remaja mulai merokok sejak SD umur 10 tahun, sebanyak 8 (27%) remaja laki-
laki mulai merokok sejak SMP umur 13-14 tahun, dan 1 (3%) orang remaja mulai
merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tetinggi di dunia setelah Negara
Cina dan India. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10%
dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau.
tingginya penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta
jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50%
kematian perokok berada dinegara berkembang (WHO, 2018). Usia pertama kali
merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun. Mereka pada umumnya
Tahun 2013 meningkat menjadi 29,3% pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018)
membakar salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap
dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau
tanpa bahan tambahan. Selain itu menurut (Winda, dkk, 2020). Perilaku merokok
merupakan sesuatu kebiasaan atau perilaku yang tidak bisa ataupun sulit untuk
ditinggalkan dan dapat diketemui hampir di semua kalangan masyarakat baik pada
pendidikan yaitu sekolah (Isa, dkk, 2017). Perilaku merokok pada saat ini masih
banyak dilakukan, bahkan merokok dilakukan ketika orang tersebut masih remaja
Perilaku merokok pada remaja saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar
di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi terjadi pada anak
usia remaja karena perilaku ini diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman
sebaya (Mayenti, 2019). Remaja dengan perilaku merokok dapat ditemui pada
anak sekolah dengan kisaran umur 15-18 tahun, tidak jarang remaja yang masih
sembunyi-sembunyi (Deve, dkk, 2019). Laki-laki pada usia muda cenderung lebih
banyak melakukan kegiatan merokok yaitu usia 15-19 tahun sebesar 57,3% dan
untuk perempuan lebih banyak dimulai pada usia lebih tua yaitu sekitar 30 tahun
keatas sebesar 31,5% (Qodri, dkk, 2016). Perilaku merokok pada remaja berkaitan
dengan krisis aspek psikologis yang dialami pada masa perkembangannya yaitu
masa mencari jati diri kepribadiannya, keinginan untuk merokok juga sering
timbul karena situasi yang tidak nyaman seperti sepi, galau, dingin, bosan, marah
2017). Perilaku merokok pada remaja dapat juga dipengaruhi oleh faktor
sebaya, serta pengaruh iklan rokok (Munir, 2019). Menurut penelitian dari Fitria
& Sufriani (2018), faktor yang paling berpengaruh adalah orang tua, teman
sebaya, dan iklan rokok pada anak usia sekolah (Fitria & Sufriani, 2018).
Dampak dari kebiasaan merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Penyakit akibat
merokok dalam waktu yang singkat tidak dapat menimbulkan gejala ataupun
penyakit, butuh waktu 5 tahun untuk timbulnya efek kronis bagi si perokok,
bahaya atau gangguan kesehatan yang timbul antaralain kanker paru-paru, kanker
(PJK), impotensi, gangguan kehamilan dan janin, penyakit yang timbul akibat
paparan asap rokok antara lain infeksi saluran pernafasan, gejala alergi, sakit
dada, sakit kepala, mual, radang mata dan hidung, bahkan bisa menyebabkan
osteoporosis dan patah tulang (Fourtuna & Vestabilivy, 2014). Dampak merokok
bukan hanya merugikan diri sendiri dari segi kesehatan melainkan juga merugikan
anggota keluarga lainnya, pembelian rokok yang dilakukan oleh kepala rumah
perokok aktif untuk berhenti merokok berdasarkan tahap demi tahap bersamaan
dengan konseling dari tenaga kesehatan terlatih (Devhy, dkk, 2019). Upaya
penanggulangan kebiasaan merokok pada remaja yang masih usia sekolah dan
bisa dilakukan oleh tenaga pendidikan yaitu dilakukan melalui upaya yang
bersifat pencegahan diantaranya memberi informasi kepada remaja tentang tata
mendidik dan memberikan layanan konseling untuk siswa (Safirah, dkk, 2019).
Secara umum prevalensi perokok di Provinsi Bali saat ini mencapai 18,86%.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat bahwa prevalensi
yang merokok setiap hari dari 1.119 total responden, Kota Denpasar sebanyak
22,02% yang merokok setiap hari dari 3.719 total responden, Kabupaten Tabanan
sebanyak 21,32% yang merokok setiap hari dari 1.851 total responden, Kabupaten
umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun mereka pada umumnya merokok
sebelum usia 18 tahun, Perokok usia muda di Indonesia semakin meningkat. Hasil
Stupen
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti untuk mengangkat topik penelitian
tersebut yaitu dengan judul “ Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja di SMP
Negri 13 Denpasar”
penelitian ini apakah ada Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja di SMP
Negri 13 Denpasar?
13 Denpasar.
Denpasar.
2. Bagi remaja
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi remaja yang belum
tahu tentang bahaya merokok dan motivasi bagi remaja untuk dapat
pada remaja.
desain studi potong lintang (cross sectional). Populasi target pada penelitian
ini adalah semua siswa di 200 SMP di Kota Depok tahun ajaran 2016-2017
Populasi studi adalah siswa SMP kelas VII dan VIII di Kota Depok.Kerangka
sampel pada penelitian ini adalah 200 SMP di Kota Depok dan sampel pada
dari status akreditasi sekolah tersebut. Unit analisis adalah siswa SMP kelas
VII dan VIII. Diperoleh besar sampel minimal penelitian sebanyak 186
menambahkan 10% besar sampel dari total sampel, sehingga diperoleh besar
sampel pada penelitian ini adalah 205 responden dan dibulatkan menjadi 300
merokok. Kuesioner ini akan diisi sendiri oleh responden (self administrated)
yang sebelumnya sudah diberikan pengarahan oleh peneliti dan dibantu oleh
penelitian.
2. Penelitian (etal, 2019) tentang GAMBARAN PERILAKU MEROKOK
yang dianalisis. Analisis yang dilakukan yaitu relevasi metode dan hasil.
3. Penelitian (et al, 2020)tentang gambaran perilaku merokok pada usia remaja
siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang
dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah idealisme,
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam
masyarakat.
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan
masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit
bagi remaja maupun orangtuanya, Menurut (Saputro, 2017). Dari berbagai
penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri yang menjadi
kekhususan remaja. Ciri-ciri tersebut yaitu :
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan
ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.
Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa,
remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba
bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau
“semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa
ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum -
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks
bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti
ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.
2.1.4 Tugas – Tugas Perkembangan Remaja
Perilaku sosial sering kali dihadapi pada saat masa remaja. Seseorang
remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat berat dan memerlukan waktu
lama untuk menyelesaikan (Octavia, 2020). Misalnya saat berusia 13 tahun ia
mulai menunjukkan perilaku mengganggu orang lain, pada usia 14 tahun ia sudah
melakukan kenakalan - kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun masalahnya
akan bertambah parah karena ia semakin sering melakukan kesalahan. Hal ini
terjadi karena masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada orang lain, maka
remaja akan melakukan apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang ia lakukan
sebenarnya salah. Berikut adalah masalah yang sering terjadi pada remaja (S.
Wahyuni & Th, 2021).
2. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku mulai dari perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindakan kriminal.
Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
tugas perkembangannya, baik pada saat remaja maupun masa kanak-kanak yang
tidak terselesaikan dengan baik pada tahap perkembangan sebelumnya.
Di masa remaja, gejala - gejala depresi dapat dilihat dalam berbagai cara
seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam, menulis kata-kata
mengerikan, atau senang mendengarkan lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan
tidur juga dapat muncul seperti sulit tidur di pagi hari maupun sulit tidur saat
malam hari. Dengan timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi
bosan dan enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-ide untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan berusaha bunuh diri di masa
remaja.
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja
Sebagai makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial
dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, Menurut (NITA, 2020) ada beberapa
faktor yang bisa mempengaruhinya antara lain:
1. Kondisi fisik
2. Kebebasan Emosional
3. Interaksi Sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam
membentuk konsep diri yang positif, sehingga seseorang mampu melihat dirinya
sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungan. Dia memiliki
gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan yang ada (tidak di
kurangi atau dilebih-lebihan).
Setiap rakkelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya
bersifat laten. Artinya harus terus digali dan terus dirangsang agar keluar secara
optimal. Kita melihat sejauh mana potensi itu terkonsentrasi untuk selanjutnya
diperdalam, hingga dapat melahirkan karya yang berarti. Dengan menerima
kemampuan diri secara positif, seorang menentukan keputusan yang tepat
terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang
diikuti.
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
1) Awareness (Kesadaran)
terlebih dahulu.
2) Interest
3) Evaluation (Menimbang-nimbang)
Pada tahap ini subjek sudah mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut pada dirinya. Hal ini berarti sikap subjek sudah lebih baik
lagi.
4) Trial
5) Adoption
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
adalah sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hal (mata pelajaran)
obyek tertentu.
1. Tahu (Know)
beban yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
5. Sintesis (Syntesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri
1) Pengetahuan (Knowledge)
Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah
dipelajari.
2) Pemahaman (comprehension)
3) Penerapan (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
sebelumnya.
6) Evaluasi (evaluation)
kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, disimpulkan bahwa
a) Tahu (Know)
b) Memahami (Comprehension)
c) Aplikasi (Aplication)
pengetahuan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain, dan mencoba memahami
struktur informasi.
e) Sintesis (Syntesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada atau telah ditentukan.
1. Pengalaman
2. Keyakinan
3. Fasilitas
4. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga dapat mempengaruhi
a. Faktor internal
1. Usia
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
2. Pengalaman
3. Intelegensia
proses belajar. Intelegensia bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
menguasai lingkungan.
4. Jenis Kelamin
jenis kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak zaman penjajahan.
Namun, hal itu di zaman sekarang ini sudah terbantah karena apapun jenis
yang tinggi.
1) Faktor eksternal
1. Pendidikan
pengetahuannya.
2. Pekerjaan
erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial
dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini
seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
seseorang.
5. Informasi
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, missal TV, radio atau
surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
2007: 142).
Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang tersebut
dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban verbal yang
mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban, baik
secara lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk
pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam
kategori, yaitu:
sebagai berikut:
tentang materi yang ingin diukur. Dalam penentuan kriterianya adalah dengan
1. Perokok aktif, yaitu perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut
langsung dari rokok yang dibakar ujungnya (asap mainstream).
2. Perokok pasif, yaitu orang-orang yang berada di sekitar perokok aktif yang
menghisap rokok yang terbakar dan ikut menghisap asap rokok yang
dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap side stream, secondhand
smoke, Asap Tembakau Lingkungan (ATL), Environmental Tobacco Smoke
(ETS).
Dampak negative dari merokok pada remaja oleh (Setyadin & Uyun,
2020), biasanya terjadi beberapa tahun setelah mulai aktif merokok yaitu
menurunnya aktifitas fisik. Menurut United States Departement of Health and
Human Services merokok sudah mulai dirasakan dampaknya pada usia antara 20
tahun ke atas yaitu meningkatnya level kerusakan pada paru- paru antara lain
kerusakan permanen dalam saluran paru-paru, pembuluh darah serta cairan di
paru-paru.
Hasil Statistik menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang mati karena
rokok dan penggunaan tembakau dibandingkan dengan AIDS, penyalah gunaan
alkohol, narkoba, kecelakaan mobil dan pembunuhan. Di tinjau dari segi
kesehatan merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu
merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin.
2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah terwujudnya
praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk
faktor predisposisi yaitu: kepercayaan, keyakinan, pendidikan, motivasi, persepsi,
pengetahuan.
2. Faktor Pendukung
3. Faktor pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang penting (Fahmi et al.,
2021).
Pada remaja, pengaruh teman sebaya merupakan salah satu pendorong untuk
remaja berkeinginan merokok. Rasa ingin tahu terhadap bagaimana rasanya
merokok ataupun tantangan terhadap larangan yang ada termasuk pengaruh
budaya dan agama mengenai rokok akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi
remaja untuk memutuskan untuk tidak merokok atau merokok baik secara terang-
terangan ataupun sembunyi- sembunyi (Afriani, 2016).
3. Faktor kepribadian
Gejala merokok di kalangan remaja disebabkan oleh rasa ingin tahu atau
mencoba- coba pengalaman baru, mencoba menghilangkan kejenuhan ingin
dianggap lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya atau pengaruh panutannya,
misal orang tua atau kakaknya yang merokok, dimana hal tersebut ditunjang oleh
mudahnya rokok didapatkan baik penjualan maupun harganya (Aisyah, 2019).
Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena masa remaja
adalah masa dimana seseorang masih mencari jati dirinya dan labil terutama
terhadap pengaruh lingkungan. Remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-masalah (Khoirul Huda, 2018).
4. Pengaruh iklan
Fungsi dari iklan rokok itu sendiri diakui oleh sebagian besar subyek sebagai
salah satu sarana untuk mengenaikan produk rokok kepada masyarakat yang pada
akhimya berimbas pada peningkatan penjualan produk rokok, mereka tidak
menyebutkan iklan tersebut yang menyebabkan mereka merokok (Khoirul Huda,
2018). Iklan dalam media massa secara langsung atau tidak akan mempengaruhi
individu, Dimulai dari minat beli hingga mindset. Bagi seorang dewasa yang
melek media, paparan iklan dalam media mungkin tidak akan terlalu
mempengaruhinya. Akan tetapi bagi para remaja yang belum memiliki cukup
pengetahuan dalam hal literasi media atau penyaringan sebuah informasi akan
mempengaruhi (Virga, 2016). Iklan rokok selama ini dikemas sedemikian bagus,
maskulin, ceria, bahkan eklusif, untuk mengesankan orang bahwa merokok
membuat mereka terlihat cool, jantan, berkelas dan begitulah yang dipersepsikan
banyak orang saat ini (Ode, 2018).
2.3.5.1 Konsep Dasar Pengetahuan
Kerangka Konsep
Remaja Siswa
SMPN 13 Denpasar
Faktor yang
mempengaruhi perilaku
1. Faktor predisposisi
2. Faktor pendukung Tingkat Pengetahuan Siswa
3. Faktor pendorong
Faktor yang
mempengaruhi
Perilaku Merokok
Perilaku merokok
Gambar:
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Prilaku Merokok Pada Remaja Di SMP
Negeri 13 Denpasar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
3.1.1 Rancana Penelitian
3.1.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah langkah-langkah kerja yang akan peneliti
Teknik Sampling
Menggunakan simple random sampling
Sampel
Penyajian data
Gambar:
Kerangka Operasional penelitian gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku
merokok pada remaja di SMP Negeri 13 Denpasar
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
4. Keadilan (Justice)
5. Kemanfaatan (Beneficence)
Dr. Jenita Doli Tine Donsu, SKM., M. (2017). (2017). Aspek-Aspek Psikologi,
et al. (2020). gambaran perilaku merokok pada usia remaja awal (10-14) dengan
MIOKARD.
Fahmi, A., Utama, I., & Syapitri, H. (2021). ANALISIS FAKTOR YANG
Hipertensi.
Karendehi, C. E. D., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Hubungan pola asuh
orang tua dengan kecerdasan moral pada anak usia 12-15 tahun di smp negeri
Kartika Sari, N., Hertinjung, S., Hertinjung, W. S., & Psi, S. (2016). Hubungan
Keagamaan, 8(2).
152–160.
Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas. Skripsi: STIKes Wira Medika Bali.
Posyandu Strata.
WHO. (2018). Heart disease and stroke are the commonest ways by which
Yansyah, H., Samsu, S., & Kadarsih, S. (2019). Kenakalan Remaja Ditinjau Dari
Persepsi Remaja di Desa Sungai Duren Kecamatan Jambi luar Kota
Muhammadiyah Purwokerto.