Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA NY.

O
DENGAN DEPRESI
DI BANJARANGKAN KLUNGKUNG
TANGGAL 20 NOVEMBER 2020

Oleh :
Kelompok 4

1. I Gusti Ayu Yuli Trisna Sari (16.321.2441)


2. Sang Ayu Made Melati Sukma (16.321.2531)
3. Gusti Ayu Agung Yasinta F.R (17.321.2717)
4. Komang Mega Adi Pratiwi (17.321.2724)
5. Ni Kadek Ari Santi (17.321.2726)
6. Ni Wayan Desri Arsarini (17.321.2754)
7. Ni Wayan Juniasih (17.321.2755)
8. Putu Yudi Pradnyana (17.321.2761)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
A. Konsep Dasar Penyakit

a. Definisi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai


dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),
kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian
(Splitting of personality), prilaku  dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal.
Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif  mood), yang ditandai
dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya. Depresi adalah suatu jenis
keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa
sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan
atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi.

b. Etiologi

a) Penyakit fisik. Kehilangan nafsu makan, Tidak dapat tidur,


Penampilan yang tidak teratur.
b) Penuaan. Tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup,
penyakitan, pelupa, pikun.
c) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
d) Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular).
e) Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena
cukup banyak lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang
tidak menyenangkan atau cukup berat.
f) Serotonin dan norepinephrine.
g) Zat-zat kimia di dalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang.
Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia yang membantu
komunikasi antar sel-sel otak.
c. Tanda Dan Gejala.

Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan
energi dan konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari
dan sering terbangun malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan dan keluhan somatik. Sedangkan menurut, tanda dan
gejala depresi terbagi atas:

1) Suasana Hati :
a. Sedih
b. Kecewa
c. Murung
d. Putus Asa
e. Rasa cemas dan tegang
f. Menangis
g. Perubahan suasana hati
h. Mudah tersinggung
2) Fisik :
a. Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal
b. Sakit
c. Kehilangan nafsu makan
d. Kehilangan berat badan
e. Gangguan tidur
f. Tidak bisa bersantai
g. Berdebar-debar dan berkeringat
h. Agitasi
i. Konstipasi
d. Patofisiologi

Faktor penyebab depresi dapat secara langsung dibagi menjadi


biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial. Pada faktor biologi
Kandel mengungkapkan bahwa setiap perilaku manusia melibatkan
tiga sistem utama yaitu sensorik, motorik dan motivasi. Motivasi pada
manusia diperankan oleh sistem limbik, didalamnya meliputi,
pengendalian saat mengawali suatu gerakan, integrasi suatu gerakan
secara keseluruhan dan mempertahankan ekspresi motorik. Terjadinya
suatu aktifitas motorik dan fungsi kontrolnya, diperankan oleh lobus
frontalis, dan dalam menjalankan fungsinya sebagai kontrol motivasi
tidak terlepas dari peranan sistem limbik dan struktur subkortikal
Motivasi pada manusia akan terjadi karena adanya impuls dari sistem
otonom dan sistem somatik sensorimotor. Stimulus yang diterima
melalui penglihatan (visual), pendengaran (auditori) dan sensorik
perifer (kulit, otot, vestibuler) akan diterima oleh sistem sensorik dan
diteruskan ke korteks yang sesuai. Selanjutnya impuls sampai ke pusat
motivasi pada sistem limbik, diteruskan ke hipotalamus dan batang
otak. Melalui jaras kortikospinalis terjadilah suatu gerakan.
Hipotalamus terletak di diensefalon tepat diatas kelenjar hipofise,
menghasilkan menghasilkan hormon polipeptida yaitu corticotropin
releasing hormone (CRH). Pada penderita depresi terjadi peningkatan
kadar CRH dan terjadi penurunan serotonin

Pada faktor genetik, terhadap depresi tidak disebutkan secara


khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan
dan kemampuan dalam menanggapi stres. Jika terdapat keluarga yang
mengalami depresi itu akan menurun pada keturunannya. Faktor usia,
semakin tua umur seseorang semakin besar juga resiko seseorang akan
menderita depresi. Karena terjadi proses alami pada seseorang dimana
semakin tua akan membuat produksi semua hormon akan berkurang
dari normalnya. Hormon yang paling beperan adalah hormon estrogen
(hormon yang paling banyak terdapat pada wanita) yang apabila
berkurang akan mengakibatkan sistem dopaminergik akan mengalami
gangguan yang akan mengakibatkan produksi dopamin pun menurun.
Seseorang yang memiliki penyakit kronis yang tidak kunjung sembuh
merupakan salah satu dari penyebab depresi karena seseorang akan
selalu berpikir tentang yang dialami pada dirinya. Pada faktor
psikologis, Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab
depresi adalah kehilangan objek yang dicintai. Ada sejumlah faktor
psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada
lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan.
Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya
otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan,
peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi
kognitif. Dari kehilangan seseorang yang dicintai sehingga
menyebabkan lansia tidak punya teman untuk berbagi masalah yang
dihadapinya. Karena tidak ada seseorang yang bisa diajak bercerita itu
masalah yang dihadapi oleh lansia akan tidak terselesaikan

Faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan


untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial,
kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik. Harga diri rendah
akan mengakibatkan harapan negatif tentang masa depan dan juga
akan berpikir negatif tentang dirinya dendiri sehingga mengakibatkan
harga diri rendah pada diri sendiri.

Dari gejala dari depresi itu sendiri akan mengakibatkan gangguan


pada afektif, fisiologik, kognitif dan perilaku. Karena tertekan akan
tidak adanya dukungan keluarga, teman dan atau karena masalah yang
dihadapi, lansia akan mengalami kehilangan semangat dan murung
yang paling parah lansia akan menyendiri dan terjadilah harga diri
rendah pada dirinya, jika berkelanjutan akan menyebabkan lansia
merasa asing di kehidupan luar sehingga dia menarik diri dari
lingkungan dia tinggal. Disaat lansia sudah tidak memikirkan dirinya
sendiri akan menyebabkan lansia tidak akan peduli lagi dengan
perawatan pada dirinya sendiri, terutama pada mandi dan makan.
Penurunan nafsu memang sering terjadi pada lansia. Sehingga akan
mengakibatkan lansia tidak memiliki energi untuk melakukan
aktivitas. Energi yang tidak tersimpan dalam tubuh secara Cukup akan
mengakibatkan nutrisi ke otak mengalami gangguan. Sirkulasi udara
dalam otak akan terganggua dan seseorang akan mengalami pusing,
jika berkelanjut pusing itu terus dialami sampai kronis. Ketidakadanya
nutrisi juga bisa mengakibatkan seseorang mengalami anemia. Dari
segi kognitif seseorang yang mengalami depresi akan mengalami
permasalahan pada konsentrasi yang tidak fokus karena kebingungan
terhadap masalah yang tidak terselesaikan. Sehingga lansia tidak
mendapatkan jalan dari permasalahannya sendiri yang dapat
mengakibatkan lansia kurang percaya diri pada dirinya. Karena merasa
bersalah terhadap sesuau lansia bisa saja melakukan percobaan bunuh
diri. Pada aspek perilaku seseorang yang mengalami depresi akan
mengakibatkan emosi meningkat. Diwaktu seseorang yang mengalami
emosi yang tidak labil maka orang itu akan cepat tersinggung dan
cepat marah. Karena emosi marah yang meluap tidak akan ada masalah
yang dapat diselesaikan.
e. Patway
Faktor pencetus

Faktor Biologic Faktor Psikologic

Peristiwa kehidupan
Faktor Genetic Bertambahnya Penyakit fisik
Tipe kepribadian
umur ( penuaan)

Kurangnya perhatian
Penyakit
Stres kronis
cerebrovaskuler Neurotransmitter
tidak seimbang
Tidak
Faktor resiko menyenangkan
vaskular Perubahan
struktural otak

DEPRESI

Keluhan fisisk Ketidak bugaran fisik

Penurunan fungsi
Kehilangan minat
Ketidak Mampuan
Defisit
melakukan Tidak Risiko
Gangguan
Kogniktif,
Prilaku Bunuh
merusak
psikososial,
Koping Keluarga
Perawatan
Merasa
Kurang perhatian Diri
diabaikan
perawatan diri Berduka
menyenangkan
Kehilangan Mobilitas
Diri
Putus Fisik
spiritual
diri
asa
Peristiwa
f. Tingkat Depresi

a. Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi
sosial dan rasa tidak nyaman.

b. Depresi Sedang
a) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
b) Proses piker : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang
komunikasi verbal komunikasi non verbal meningkat.
c) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat
d) Partisipasi sosial : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah
tersinggung
c. Depresi Berat
a) Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung,
inisiatif berkurang
b) Gangguan proses pikir
c) Sensasi somatik dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama,
tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum,
menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
a) Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetik.
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat
pada kembar monozigote dari dizigote.
b. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri.
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah
yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilangan 
terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang  tidak mampu
mengekspresikan kemarahan  marah pada diri sendiri.
c. Teori Kehilangan.
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan
orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
d. Teori kepribadian.
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.
e. Teori Kognitif.
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan
dan masa depan.
f. Teori Belajar Ketidakberdayaan.
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri,
lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang
adaptif.
g. Model perilaku.
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h. Model Biologis.
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan
kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan
hipersekresi kortisol.
b) Faktor Presipitasi.
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor
biologis, psikologis dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan
fisiologis yang disebabkan oleh obat – obatan atau berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor
psikologis meliputi kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi
kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
c) Perilaku dan Mekanisme koping.
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan
depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi
agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang
memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan
yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah
represi, supresi, denial dan disosiasi.
d) Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi adalah :
a. Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa,
merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
b. Kognitif : ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu
berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri,pikiran merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis.
c. Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing, insomnia, nyeri dada, over
acting, perubaha berat badan, gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impotensi, tidak berespon terhadap seksual.
d. Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable (mudah
marah, menangis, tersinggung), berkesan menyedihkan, kurang spontan,
gangguan kebersihan.
e) Analisa Data
a. Data subjektif.
Klien mengatakan sedih, klien mengatakan tidak bergairah untuk
bekerja, klien mengatakan menyesal, klien mengatakan merasa bersalah,
klien merasa ditolak, klien merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga.
b. Data obyektif.
Klien tampak sedih, murung, lambat, lemah, lesu, tidak bergairah,
cemas, marah.
b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti
2. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang
berbeda di antara klien dan orang terdekat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan factor kognitif
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan faktor psikologis
7. Resiko bunuh diri berhubungan dengan masalah social

c. Rencana Tindakan Dan Rasional

No Tujuan dan KH Intervensi


Dx
1 SLKI : tingkat berduka SIKI : dukungan proses berduka
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan selama … x 1. Identifikasi kehilangan yang
24 jam diharapkan tingkat dihadapi
berduka membaik, dengan 2. Identifikasi proses berduka yang
kriteria hasil : dialami
1. Verbalisasi menerima Terapeutik:
kehilangan meningkat 3. Motivasi untuk menguatkan
2. Verbalisasi harapan dukungan keluarga
meningkat 4. Fasilitasi melakukan kebiasaan
3. Verbalisasi perasaan sesuai dengan budaya, agama, dan
sedih menurun norma social
4. Verbalisasi perasaan 5. Fasilitasi mengekspresikan
bersalah atau perasaan dengan cara yang nyaman
menyalahkan orang (membaca buku, menulis,
lain menurun menggambar/bermain)
5. Menangis menurun Edukasi :
6. Pola tidur membaik 6. Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada kehilangan
7. Ajarkan melewati proses berduka
secara bertahap
2 SLKI : status koping SIKI : dukungan koping keluarga
keluarga Observasi:
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi respon emosional
keperawatan selama … x terhadap kondisi saat ini
24 jam diharapkan status Terapeutik:
koping keluarga membaik, 2. Dengarkan masalah, perasaan, dan
dengan kriteria hasil: pertanyaan keluarga
1. Perasaan diabaikan 3. Fasilitasi pengungkapan perasaan
menurun antara pasien dan keluarga atau
2. Kekawatiran tentang antara anggota keluarga
anggota keluarga 4. Fasilitasi anggota keluarga melalui
menurun proses kematian dan berduka jika
3. Perilaku mengabaikan perlu
anggota keluarga 5. Bersikap sebagai pengganti kelarga
menurun untuk menenangkan pasien dan atau
4. Komitmen pada jika keluarga tidak dapat
perawatan atau
pengobatan meningkat memberikan perawatan
5. Komunikasi antara Edukasi :
anggota keluarga 6. Informasikan kemajuan pasien
meningkat secara berkala
Kolaborasi:
7. Rujuk untuk terapi keluarga jika
perlu
3 SLKI : pola tidur SIKI : dukungan tidur
Setelah dilakukan asuhan
Observasi:
keperawatan selama … x
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
24 jam diharapkan pola
2. Identifikasi faktor pengganggu
tidur membaik, dengan
tidur (fiik dan / atau psikologis)
kriteria hasil:
Terapeutik:
1. Keluhan sulit tidur
3. Modifikasi lingkungan (mis:
menurun
pencahayaan, kebisingan, suhu,
2. Keluhan tidak puas
matras dan empat tidur)
tidur menurun
4. Fasilitasi menghilangkan stress
3. Keluhan pola tidur
sebelum tidur
berubah menurun
5. Lakukan prosedur untuk
4. Keluhan istirahat tidak
meningkatkan kenyamanan (mis:
cukup menurun
pijat, pengaturan posisi, terapi
5. Kemampuan
akupresure
beraktifitas meningkat
Edukasi :
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya

4 SLKI : status nutrisi SIKI : manajemen nutrisi


Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan selama … x 1. Identifikasi status nutrisi
24 jam diharapkan status 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi membaik, dengan makanan
kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Porsi makan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
dihabiskan meningkat jenis nutrient
2. Verbalisasi keinginan 5. Monitor asupan makanan
untuk meningkatkan 6. Monitor berat badan
nutrisi meningkat Terapeutik:
3. Sikap terhadap 7. Sajikan makanan secara menarik
makanan atau dan suhu yang sesuai
minuman sesuai 8. Lakukan oral hygiene sebelum
dengan tujuan makan, jika perlu
kesehatan meningkat Edukasi :
9. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi:
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

5 SLKI : mobilitas fisik SIKI :


Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan selama … x 1. Identifikasi adanya nyeri atau
24 jam diharapkan keluahan fisik lainnya
mobilitas fisik meningkat, 2. Monitor kondisi umum selama
dengan kriteria hasil: melakukan mobilisasi
1. Pergerakan Terapeutik:
ekstremitas meningkat 3. Libatkan keluarga untuk membantu
2. Kekuatan otot pasien dalam meningkatkan
meningkat pergerakan
3. Rentang gerak ROM 4. Fasilitasi melakukan pergerakan
meningkat jika perlu
4. Kaku sendi menurun Edukasi :
5. Kelemahan fisik 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
menurun mobilisasi
6. Anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
6 SLKI : perawatan diri SIKI : dukungan perawatan diri
Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan selama … x 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
24 jam diharapkan perawatan diri sesuai usia
perawatan diri meningkat, 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu
dengan kriteria hasil: kebersihan diri, berpakaian, berias,
1. Verbalisasi keinginan dan makan
melakukan perawatan Terapeutik:
diri meningkat 3. Sediakan lingkungan yang
2. Minat melakukan terapiutik, (mis: suasana hangat,
perawatan diri rilex, privasi)
meningkat 4. Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
Edukasi :
5. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

7 SLKI : kontrol diri SIKI : pencegahan bunuh diri


Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan selama … x 1. Identifikasi keinginan dan pikiran
24 jam diharapkan control rencana bunuh diri
diri meningkat, dengan 2. Monitor adanya perubahan mood
kriteria hasil: atau perilaku
1. Verbalisasi ancaman Terapeutik:
kepada orang lain 3. Libatkan keluarga dalam
menurun perencanaan perawatan
2. Perilaku menyerang 4. Berikan lingkungan dengan
menurun pengamanan ketat dan mudah
3. Perilaku melukai diri dipantau
sendiri atau orang lain Edukasi :
menurun 5. Anjurkan mendiskusikan perasaan
4. Perilaku merusak yang dialami kepada orang lain
lingkungan sekitar 6. Anjurkan menggunakan sumber
menurun pendukung
5. Perilaku agresif atau Kolaborasi:
amuk menurun 7. Kolaborasi tindakan keselamatan
kepada PPA
8. Rujuk ke pelayanan kesehatan
mental, jika perlu

d. Implementasi.
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dan hasil yang di harapakan.Tindakan keperawatan harus
mendetail.Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan
baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan
kondisi pasien.

e. Evaluasi
No Dx Evaluasi
1 S:-
O:
1. Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
2. Verbalisasi harapan meningkat
3. Verbalisasi perasaan sedih menurun
4. Verbalisasi perasaan bersalah atau menyalahkan
orang lain menurun
5. Menangis menurun
6. Pola tidur membaik
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 S:-
O:
1. Perasaan diabaikan menurun
2. Kekawatiran tentang anggota keluarga menurun
3. Perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun
4. Komitmen pada perawatan atau pengobatan
meningkat
5. Komunikasi antara anggota keluarga meningkat
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 S:-
O:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan tidak puas tidur menurun
3. Keluhan pola tidur berubah menurun
4. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
5. Kemampuan beraktifitas meningkat
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
4 S:-
O:
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
meningkat
3. Sikap terhadap makanan atau minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan meningkat
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
5 S:-
O:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak ROM meningkat
4. Kaku sendi menurun
5. Kelemahan fisik menurun
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
6 S:-
O:
1. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri
meningkat
2. Minat melakukan perawatan diri meningkat
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
7 S:-
O:
1. Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2. Perilaku menyerang menurun
3. Perilaku melukai diri sendiri atau orang lain
menurun
4. Perilaku merusak lingkungan sekitar menurun
5. Perilaku agresif atau amuk menurun
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Halgin, R.P., & Whitbourne, S.K. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis
Pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika.

Martono, hadi. 2011. Buku ajar boedhi darmojo geriatric. Jakarta: fakultas kedokteran
universitas Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA NY.O DENGAN


DEPRESI
DI BANJARANGKAN KLUNGKUNG
TANGGAL 20 NOVEMBER 2020

Kasus :
Ny.O berumur 67 th 1 minggu yang lalu ditinggal oleh suaminya untuk selamanya. Pasien
mengatakan merasa sedih, tidak ingin, dan belum siap ditinggalkan, sehari-harinya pasien
menghabiskan waktu bersama cucunya. Pasien mengatakan sering diabaikan oleh
keluarganya. Keluarga pasien mengatakan pasien sering murung sendiri. Keluarga pasien
mengatakan pasien sering terbangun di malam hari sambil menangis, dan sulit tidur lagi.
Keluarga pasien mengatakan bahwa jarang ada waktu untuk menemani pasien di rumah
karena sibuk bekerja. Wajah pasien tampak sayu dan terdapat kantung mata.

Nama Mahasiswa : Kelompok 4


NIM :-
Nama Panti/Bangsal/Poli :-
Tanggal Pengkajian : 20 November 2020 , 10.00 wita
Tanggal Praktek : 20 November 2020

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA :
A. Identitas/Data Biografis Klien
1. Nama : Ny. O
2. No. Rekam Medis :-
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat Tanggal Lahir : Banjarangkan, 31 Desember 1957
5. Umur : 67 Tahun
6. Agama : Hindu
7. Status Perkawinan : Kawin
8. Pekerjaan : Petani
9. Pendidikan Terakhir : SD
10. Alamat Rumah : Br. Banjarangkan, Klungkung
11. Orang yang dekat dihubungi : Tn. S
12. Hubungan dengan klien : Anak Kandung
13. Tanggal masuk ke RS :-
B. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak menerima kehilangan suaminya.

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pasien mengatakan merasa sedih, tidak ingin, dan belum siap ditinggalkan, sehari-
harinya pasien menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya. Pasien mengatakan
sering diabaikan oleh keluarganya. Keluarga pasien mengatakan pasien sering
murung sendiri. Keluarga pasien mengatakan bahwa jarang ada waktu untuk
menemani pasien di rumah karena sibuk bekerja. Wajah pasien tampak sayu dan
terdapat kantung mata.

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya tidak pernah mengalami
sakit seperti yang dialaminya saat ini. Biasanya pasien hanya mengalami batuk,
pilek saja dan pasien tidak ada menderita penyakit keturunan seperti hipertensi,
asma, DM, dan jantung.

E. Genogram

Keterangan :
: laki -laki

: laki-laki meninggal

: perempuan

: perempuan meninggal

: pasien

F. Alasan Tinggal Di Panti


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak tinggal di panti, melainkan
pasien tinggal di rumah bersama keluarganya.

G. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit keluarga seperti asma, diabetes, dll.

H. Riwayat Pekerjaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dulu bekerja sebagai petani, dan sudah
10 tahun terakhir tidak bekerja karena fisik sudah tidak mampu untuk bekerja.

I. Riwayat Lingkungan Hidup


Keluarga pasien mengatakan pasien tinggal di lingkungan hidup pedesaan cukup
asri, kondisi rumah pasien bersih dan rapi.

J. Riwayat Rekreasi
Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien sering diam di rumah
bersama suami dan cucu-cucunya, terkadang juga jalan-jalan ke rumah tetangga
yang terdekat untuk sekedar ngobrol dengan tetangga. Namun, sekarang pasien
hanya diam di rumah dengan cucu-cucunya dan tidak pernah jalan-jalan lagi ke
rumah tetangga yang terdekat.

K. Sistem Pendukung
Keluarga pasien mengatakan didekat rumah terdapat puskesmas dengan tenaga
kesehatan perawat dan bidan, sehingga kesehatan keluarganya sangat dibantu
pengawasannya dengan hadirnya tenaga kesehatan di Puskesmas.

L. Spiritual/Kultural
1. Pelaksanaan ibadah
Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien sembahyang 1 kali
dalam sehari. Jika ada upacara di Pura, pasien sembahyang ke Pura bersama
keluarga. Namun, sekarang pasien tidak pernah sembahyang di rumah
maupun di Pura.

2. Keyakinan tentang kesehatan


Keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga yakin pasien akan sembuh dan
keluarga pasien tidak lupa untuk terus berdoa memohon agar pasien cepat
sembuh.

M. Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Baik
2. Tingkat kesadaran
(Composmetis/Apatis/Somnolen/Supor/Coma)
3. Glasgow Coma Scale :E = 4 , M= 6, V= 5.

4. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36,8oC
b. Nadi : 86 x/menit
b. Tekanan darah : 100/70 mmHg
c. Pernafasan : 20x/menit

5. Tinggi badan : 150 cm

6. Berat badan : 60 kg

7. IMT : 26,6 (Obesitas I), menurut WHO.

8. Sistem Kardiovaskuler
Bentuk dada simetris, dari permukaan terihat adanya detak jantug, detak
jantung teraba, tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 S2 reguler.
9. Sistem Pernafasan
Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan, irama nafas teratur, tidak
terdengar suara napas wheezing, frekuensi napas 20x/menit.

10. Sistem Integument


Warna kulit sawo matang, persebaran rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada
edema, turgor kulit elastis, akral teraba hangat, CRT < 2 detik, adanya keriput,
tekstur kulit terlihat kendur.

11. Sistem Perkemihan


Warna urine kuning jernih, tidak ada darah dan lendir dalam urine, tidak
terdapat nyeri saat berkemih, BAK 6-7 x/hari.

12. Sistem Musculoskeletal


Keluarga pasien mengatakan persendian pasien sering sakit, sendi terkadang
kaku karena proses penurunan fungsi fisiologis. Pasien tampak tidak ada
kelainan pada tulang, kekuatan otot sedikit melemah, tidak ada osteoporosis.

13. Sistem Endokrin


Tidak ada gangguan saat berkemih, tidak ada polyuria,polidypsi, polifagia
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.

14. Sistem Immun


Sistem imun menurun ditandai dengan pasien sering terkena flu, dan demam.

15. Sistem Gastrointestinal


Pasien tidak mempunyai riwayat sakit maag.

16. Sistem Reproduksi


Pasien berjenis kelamin perempuan. Keluarga pasien mengatakan tidak ada
keluhan terhadap genetalia, sudah mengalami menopause, dan pasien
memiliki 3 anak kandung.

17. Sistem Persyarafan


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki sedikit gangguan pada
penglihatannya dan sedikit pada pendengarannya.
N. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Psikososial
Keluarga pasien mengatakan merasa sedih, tidak ingin, dan belum siap
ditinggalkan, sehari-harinya pasien menghabiskan waktu bersama cucu-
cucunya. Keluarga pasien mengatakan pasien sering murung sendiri karena
merasa diabaikan oleh keluarga semenjak kehilangan suaminya.

2. Identifikasi masalah emosional


Pertanyaan tahap 1
Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Pasien mengatakan Iya.

Apakah klien sering merasa gelisah?


Pasien mengatakan Iya.

Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?


Pasien mengatakan Iya.

Apakah klien sering was-was atau khawatir?


Keluarga pasien mengatakan Iya.

Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
Pasien mengatakan Tidak.

Ada atau banyak pikiran?


Pasien mengatakan Iya.

Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?


Pasien mengatakan Tidak.

Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?


Pasien mengatakan Tidak.

Cenderung mengurung diri?


Pasien mengatakan Iya.

Kesimpulan :
Masalah emosional positif (+)
Keterangan :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”
Masalah Emosional Positif (+)

3. Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien beragama hindu, semenjak 1 minggu
terakhir ini pasien tidak pernah sembahyang di rumah maupun di Pura.

O. ADL (Activity Daily Living)


Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehdupan sehari-hari/Activity Daily Living
1. INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia, (BAB/BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet,berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi di atas
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu dari fungsi di atas
E. Mandiri kecuali, mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H. Lain-lain (ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai A, B, C, D, E, F & G)
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu
Kesimpulan :
Pasien termasuk kategori B yaitu mandiri semuanya kecuali salah satu dari
fungsi di atas.

PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan

No PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini? √


2 Hari apa sekarang ini? √
3 Apa nama tempat ini? √
4 Alamat anda ? √
5 Berapa umur anda? √
6 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir) √
7 Siapa presiden Indonesia sekarang? √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √
9 Siapa nama ibu anda? √
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari √
setiap angka baru, semua secara menurun

Total Jumlah Kesalahan 6

Penilaian SPMSQ:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Kesimpulan: fungsi intelektual pasien sedang dengan total kesalahan 6.

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
NO Aspek Kognitif Nilai Nama Kriteria
Max Klien
1 Orientasi 0 Ny. O Menyebutkan dengan benar ?
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
2 Orientasi 3 Ny. O Dimana kita sekarang ?
o Negara Indonesia √
o Provinsi Bali √
o Kota Gianyar √
o Rumah sakit
o Panti wreda, Wisma -
3 Registrasi 3 Ny. O Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing-
masing objek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
o Obyek Gelas √
o Obyek Piring √
o Obyek Selimut √
4 Perhatian dan 1 Ny. O Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali:
o 93 √
o 86
o 79
o 72
o 65
5 Mengingat 3 Ny. O Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 (registrasi)
tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing obyek
6 Bahasa 1 Ny. O Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
(misal jam tangan atau pensil)

Minta kepada klien untuk


mengulang kata berikut: “tak ada,
jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar,
nilai 2 point. Bila pernyataan benar
2-3 buah, misalnya : tidak ada,
tetapi maka nilai 1 point.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri yang
terdiri dari 3 langkah: “Ambil
kertas di tangan anda, lipat dua dan
taruh di lantai”
o Ambil kertas
o Lipat dua
o Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
o Tutup mata √

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat dan menyalin
gambar
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar
Total Nilai 11

Interpretasi hasil:
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Kesimpulan: pasien mengalami kerusakan aspek fungsi mental berat dengan total
nilai 11.

P. INFORMASI PENUNJANG
1. Laboratorium :-
2. Radiologi :-
3. Diagnose medis : Depresi
4. Terapi medis, obat dan lain-lain :
II. ANALISA DATA

NO TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1 20 November DS: Depresi Berduka
2020  Pasien mengatakan merasa sedih
13.00 wita  Pasien mengatakan tidak ingin Faktor psikologi
kehilangan
 Pasien mengatakan bahwa belum Peristiwa kehidupan
siap ditinggalkan
Tidak menyenangkan
DO:
 Pasien tampak menangis Kehilangan
 Pasien tidak mampu
berkonsentrasi Berduka

2 20 November DS: Depresi Ketidakmampuan


2020  Pasien mengatakan sering koping keluarga
13.00 wita diabaikan Faktor psikologi
 Keluarga pasien mengatakan
bahwa jarang ada waktu untuk Peristiwa kehidupan
menemani pasien di rumah
karena sibuk bekerja. Kurang perhatian
DO :
 Tampak mengabaikan anggota Merasa diabaikan
keluarga
Ketidakmampuan koping
keluarga
3 20 November DS: Depresi Gangguan pola
2020  Keluarga pasien mengatakan tidur
13.00 wita pasien sering terbangun di Keluhan fisik
malam hari
 Keluarga pasien mengatakan Tidak tenang
pasien sulit tidur
DO: Sering terbangun
 Wajah pasien tampak sayu dan
Sulit tidur
terdapat kantung mata
Gangguan pola tidur

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


1. Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti d.d pasien mengatakan
merasa sedih, tidak ingin kehilangan, belum siap ditinggalkan, pasien tampak
menangis, pasien tidak mampu berkonsentrasi.
2. Ketidakmampuan koping keluarga b.d pola koping yang berbeda di antara klien dan
orang terdekat d.d pasien mengatakan sering diabaikan, keluarga pasien mengatakan
bahwa jarang ada waktu untuk menemani pasien di rumah karena sibuk bekerja,
tampak mengabaikan anggota keluarga.
3. Gangguan pola tidur b.d depresi d.d keluarga pasien mengatakan pasien sering
terbangun di malam hari, keluarga pasien mengatakan pasien sulit tidur, wajah
pasien tampak sayu dan terdapat kantung mata.
IV. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional Nama/TTD


Keperawatan
1 Berduka SLKI : Tingkat berduka SIKI : Dukungan proses 1. Mengidentifikasi keadaan Kelompok
Setelah dilakukan asuhan berduka pasien untuk melakukan IV

keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi: tindakan selanjutnya


diharapkan tingkat berduka membaik 8. Identifikasi kehilangan yang 2. Dukungan keluarga sangat
, dengan kriteria hasil : dihadapi dibutuhkan dalam membant
2. Verbalisasi menerima kehilangan Terapeutik: penyembuhan pasien,
meningkat 9. Motivasi untuk menguatkan dalam pemberian support
3. Verbalisasi perasaan sedih dukungan keluarga maupum mendampingi
menurun 10. Fasilitasi melakukan pasien
4. Menangis menurun kebiasaan sesuai dengan 3. Bantu pasin dalam
5. Pola tidur membaik budaya, agama, dan norma penyesuaian budaya,
social agama dan norma social,
11. Fasilitasi missal bantu umtuk pasien
mengekspresikan perasaan bantu pasien untuk
dengan cara yang nyaman bersosialisasi Bersama
(membaca buku, menulis, keluarga maupun lingkngan
menggambar/bermain) sekitar
Edukasi : 4. Bantu mengalihkan pikiran
12. Anjurkan dengan cara positif dan
mengidentifikasi ketakutan ermanfaat dengan
terbesar pada kehilangan membaca buku, menulis,
13. Ajarkan melewati proses menggambar/bermain
berduka secara bertahap maupun disesuaikan
dengan hoby pasien
5. Memehami tahapan
berduka yang dirasakan
6. Mengajarkan melewati
proses berduka dari, denial,
anger, bargaining,
depression, acceptance
2 Ketidakmampuan SLKI : Status koping keluarga SIKI : Dukungan koping 1. Mengidentifikasi keadaan Kelompok
koping keluarga keluarga pasien untuk melakukan IV

Setelah dilakukan asuhan Observasi: tindakan selanjutnya dan


keperawatan selama 3 x 24 jam 8. Identifikasi respon emosional memantau perkembangan
diharapkan status koping keluarga terhadap kondisi saat ini pasin
membaik , dengan kriteria hasil : Terapeutik: 2. Dapat mengidentifikasi
6. Perasaan diabaikan menurun 9. Dengarkan masalah, perasaan, permasalahan yang
7. Perilaku mengabaikan anggota dan pertanyaan keluarga dihadapi oleh keluarga
keluarga menurun 10. Fasilitasi pengungkapan 3. Bantu keluarga dalam
8. Komitmen pada perawatan atau perasaan antara pasien dan pengengkapan perasaan
pengobatan meningkat keluarga atau antara anggota antara pasien dan keluarga
9. Komunikasi antara anggota keluarga untuk mengidentifikasi
keluarga meningkat 11. Bersikap sebagai permasalahan
pengganti keluarga untuk 4. Membantu pasien dalam
menenangkan pasien dan atau proses 5 tahapan berduka
jika keluarga tidak dapat 5. Memberikan apresiasi
memberikan perawatan positif pada pasien dalam
Edukasi : proses melewati proses
12. Informasikan kemajuan berduka
pasien secara berkala 6. Peran keluarga sangat
Kolaborasi: dibutuhkan dalam proses
13. Rujuk untuk terapi penyembuhan pasien
keluarga jika perlu
3 Gangguan pola SLKI : Pola tidur SIKI : Dukungan tidur 1. Mengidentifikasi masalah Kelompok
tidur IV
Setelah dilakukan asuhan kesehatan pasien pada pola
Observasi:
keperawatan selama 3 x 24 jam tidur agar dapat dilakukan
7. Identifikasi pola aktivitas dan
diharapkan pola tidur membaik , intervensi selanjutnya
tidur
dengan kriteria hasil : 2. Mengidentifikasi factor apa
8. Identifikasi faktor
1. Keluhan sulit tidur menurun saja yang menyebabkan
pengganggu tidur (fiik dan /
2. Keluhan tidak puas tidur menurun terganggunya pola tidur
atau psikologis)
3. Keluhan pola tidur berubah pasien
Terapeutik:
menurun 3. Menfasilitasi
9. Fasilitasi menghilangkan
menghilangkan stress
stress sebelum tidur
sebelumnya tidur dapat
10. Lakukan prosedur untuk
mengatasi gangguan pola
meningkatkan kenyamanan
tidur
(rendam air hangat pada kaki
4. Dalam pemberian pijat,
sebelum tidur)
pengaturan posisi, maupun
Sumber jurnal : pengaruh
terapi akupresure pikiran
rendam air hangat pada kaki
maupun badan pasien
sebelum tidur terhadap
sehingga dapat membantu
insomnia
dalam mengatasi gangguan
Edukasi :
pola tidur pasien relakasasi
11. Ajarkan relaksasi otot otot autogenic/cara
autogenic atau cara nonfarmakologis
nonfarmakologi lainnya 5. Dapat membantu
pemperdalam kondisi rileks
dan digunakan untuk
megatasi gangguan tidur

V. IMPLEMENTASI

No Nama/TTD
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Respon
Diagnosa
1 20 1 1. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga DS : Kelompok
November - Keluarga pasien mengatakan akan IV
2020 mendukung untuk penyembuhan pasien
16.00 wita DO :
- Keluarga pasien tampak antusias dalam
penyembuhan pasien

2. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan


16. 30 wita 1 DS :
budaya, agama, dan norma social - Pasien mengatakan akan mau sembahyang
DO :
- Pasien tampak kooperatif
16. 50 wita 2 3. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi DS :
saat ini - Pasien mengataka masih belum iklas
kehilangan suaminya
DO :
- Pasien tampak sedih
17. 10 wita 2 4. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan DS :
- Pasien mengatakan tidak mau untuk
keluarga
bercerita
DO :
- Pasien tampak masih enggan untuk
bercerita tentang hal yang dialami
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
17.40 wita 3 DS :
kenyamanan (rendam air hangat pada kaki
- Pasien mengatakan akan mengikuti
sebelum tidur) anjuran yang dianjurkan oleh perawat
DO :
- Pasien tampak belum mau melakukan
tindakan yang dianjurkan
2 21 1 1. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga DS : Kelompok
November - Keluarga pasien mengatakan akan IV
2020 mendukung untuk penyembuhan pasien
09.00 wita DO :
- Keluarga pasien tampak antusias dalam
penyembuhan pasien

09. 20 wita
1 2. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan DS :
budaya, agama, dan norma social - Pasien mengatakan akan mau sembahyang
DO :
- Pasien tampak kooperatif

09.40 wita 2 3. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi DS :


- Pasien mengataka masih belum iklas
saat ini
kehilangan suaminya
DO :
- Pasien tampak masih sedih

09.55 wita 2 DS :
4. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan - Pasien mengatakan sudah mulai untuk
keluarga bercerita
DO :
- Pasien tampak mulai sedikit bercerita
tentang hal yang dialami

5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan


10 . 30 wita 3 kenyamanan (rendam air hangat pada kaki DS :
- Pasien mengatakan sudah melakukan
sebelum tidur)
rendaman air hangat pada kaki sebelum
tidur
DO :
- Pasien tampak sudah bisa sedikit
berkonsentrasi ketika diajak
berkomunikasi
3 22 1 1. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga DS : Kelompok
November - Keluarga pasien mengatakan akan IV
2020 mendukung untuk penyembuhan pasien
14.00 wita DO :
- Keluarga pasien tampak antusias dalam
penyembuhan pasien

14.20 wita 2 2. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi DS :


saat ini - Pasien mengataka masih belum iklas
kehilangan suaminya
DO :
- Pasien tampak masih sedih

14.40 wita 2 3. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan DS :


keluarga - Pasien mengatakan sudah mulai untuk
bercerita
DO :
- Pasien tampak mulai sedikit bercerita
tentang hal yang dialami

4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan


kenyamanan (rendam air hangat pada kaki
15.20 wita 3 sebelum tidur) DS :
- Pasien mengatakan sudah melakukan
rendaman air hangat pada kaki sebelum
tidur
- Pasien mengatakan pola tidurnya sudah
mulai membaik
DO :
- Pasien tampak sudah bisa sedikit
berkonsentrasi ketika diajak
berkomunikasi
- Sudah ada kontak mata

VI. EVALUASI

No. Tanggal/Jam Nomor Evaluasi Nama/TTD


Diagnosa
Keperawatan
1 22 November 1 S: Kelompok
2020 - Pasien mengatakan masih belum bisa menerima kehilangan suaminya IV
16.0 ita - Pasien mengatakan masih merasa sedih
O:
- Pasien tampak sedih
- Pasien tampak sedikit mulai berkonsentrasi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 22 November 2 S: Kelompok
2020 - Pasien mengataka masih belum iklas kehilangan suaminya IV
16. wita - Pasien mengatakan sudah mulai untuk bercerita
O:
- Pasien tampak masih sedih
- Pasien tampak mulai sedikit bercerita tentang hal yang dialami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
3 22 November 3 S: Kelompok
2020 - Pasien mengatakan sudah melakukan rendaman air hangat pada kaki sebelum IV
16.00 wita tidur
- Pasien mengatakan pola tidurnya sudah mulai membaik

O:
- Pasien tampak sudah bisa sedikit berkonsentrasi ketika diajak berkomunikasi
- Sudah ada kontak mata
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai