Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang berjudul “Gangguan Citra Diri”
ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa I dalam menempuh pendidikan Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali pada Semester IV tahun 2020, yang diampu ibu Desak Made Ari
Dwi Jayanti, S.Kep.,Ns.,M.Fis.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan beberapa pihak.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh karena itu segala
kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis berikutnya. Semoga
tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 25 Februari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gangguan citra diri...................................................
2.2 Penyebab Gangguan citra diri....................................................
2.3 Tanda dan Gejala Gangguan citra diri........................................
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan citra diri………...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan citra diri adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Gangguan citra diribiasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar
sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari
kontak dengan bagian tubuh yang berubah dan mengabaikan kebutuhan perawatan diri. Pada
akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses perawatan dan penyembuhan serta
rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan
atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk
struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa individu boleh juga
menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga
menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan
pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas didapat beberapa rumusan masalah yang akan di bahas
dalam makalah ini, seperti :
1. Apakah yang dimaksud dengan Gangguan citra diri?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya Gangguan citra diri?
3. Bagaimana tanda dan gejala Gangguan citra diri?
4. Bagaimana penanganan medis dan keperawatan pada pasien dengan Gangguan citra
diri

1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam makalah
ini, seperti :
5. Untuk mengetahui devinisi dari Gangguan citra diri
6. Untuk mengetahui penyebab Gangguan citra diri
7. Untuk mengetahui tanda dan Gangguan citra diri.
8. Untuk mengetahui penanganan medis dan keperawatan pada pasien dengan Gangguan
citra diri

1.4 MANFAAT
Dari tujuan diatas, manfaat yang didapat dalam penulisan makalah ini adalah penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan untuk pengembangan
ilmu keperawatan khususnya dalam gambaran mengenai masalah Gangguan citra diri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GANGGUAN CITRA DIRI


.Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh
persepsi dan pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. (Perry & Potter, 2005)

Gangguan citra diri adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan truktur,ukuran,bentuk,dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang di inginkan.(Stuart,2013).
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan
fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan (Stuart-Laraia, 2005).

Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan diri dalam cara memandang dan menerima
gambaran tubuh (Nanda, 2005).

Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental dalam memandang fisik diri
sendiri (Nanda, 2008).

9. Rentang Respon
10. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima

11. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

12. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.

13. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas


masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.

14. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

2.2 PENYEBAB GANGGUAN CITRA DIRI.


15. Faktor Predisposisi

16. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati
serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan
harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.

17. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja,
dan harapan peran kultural.

18. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi

19. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan
20. Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :

21. Transisi peran perkembangan

22. Transisi peran situasi

23. Transisi peran sehat /sakit

2.3 TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CITRA DIRI.


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti:
24. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapatterjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak
dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
25. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
26. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN CITRA DIRI.


27. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian ,tulis
tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No Rumah pasien dan alamat
pasien.

b. Keluhan utama/ Alasan MRS

Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi


kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen

b. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang


tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/ perasaan negatif terhadap
diri sendiri yang berlangsung lama.

c. Aspek Fisik / Biologis

Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh pasien.

d. Aspek Psikososial meliputi :


1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
28. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.Menolakpenjelasan
perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua, putus
sekolah, PHK

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan


yang terlalu tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Pasien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

f) Status Mental

Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan perawat.

g) Mekanisme Koping

Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

h) Aspek Medik

Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.

29. Diagnosa Keperawatan


Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan
dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa
aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
30. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
31. Isolasi sosial : menarik diri
32. Defisit Perawatan Diri
Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering ditemukan pada
gangguan citra tubuh :
Data Objektif :
33. Mengurung diri
34. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
35. Hilangnya bagian tubuh.
36. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
37. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
38. Menolak melihat bagian tubuh.
39. Aktifitas sosial menurun.

Data Subyektif :
40. Nafsu makan tidak ada.
41. Sulit tidur
42. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
43. Pasien mengeluh sesak nafas.
44. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
45. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
46. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
47. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
48. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
49. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
50. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat,
1998).

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


JAM KEP.
Rabu, 25 Gangguan TUM : Setelah diberikan askep Bina hubungan saling percaya den
November citra tubuh Kepercayaa selama ... menit dalam ..x mengungkapkan prinsip komunika
2017 n diri pasien pertemuan diharapkan TU therapeutic :
kembali dan TUK dapat tercapai 68. Sapa pasien dengan ramah da
normal. dengan kriteria hasil : secara verbal dan non verbal.
51.Ekspresi wajah 69. Perkenalkan diri dengan sopan.
TUK 1 : bersahabat 70. Tanyakan nama lengkap pasie
Pasiendapat 52.Menunjukan rasa senang nama panggilan yang disukai pa
membina 53.Ada kontak mata 71. Jelaskan tujuan pertemuan.
hubungan 54.Mau berjabat tangan, mau 72. Jujur dan menepati janji.
saling menyebut nama, mau 73. Tunjukkan sikap empati
percaya menjawab salam menerima pasien apa adanya.
55.Mau duduk 74. Beri perhatian pada pasien
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan dasar pas
perawat
56.Mau mengutarakan 75. Diskusikan kemampuan dan
masalah yang dihadapi. positif yang dimiliki pasien.

2. Setiap bertemu hindarkan


memberi nilai negatif.

3. Usahakan memberikan pujian


realistik.

TUK 2 : Setelah diberikan askep


Pasien dapat selama ... menit dalam ..x
mengidentifi pertemuan diharapkan TU
kasi dan TUK dapat tercapai
kemampuan dengan kriteria hasil :
dan aspek 57. Pasien dapat
positif yang menyebutkan aspek
dimilikinya positif dan kemampuan 76. Diskusikan dengan
yang dimiliki pasien kemampuan yang masih
58. Aspek positif keluarga. dilakukan dalam sakit.
59. Aspek positif
lingkungan yang 2. Keterbukaan dan pengertian t
dimiliki pasien. kemampuan yang dimiliki
prasarat untuk berubah.

77. Rencanakan bersama pasien a


yang dapat dilakukan setia
sesuai dengan kemampuan: k
mandiri, kegiatan dengan b
TUK 3 : Setelah diberikan askep sebagaian, kegiatan
Pasien dapat selama ... menit dalam ..x membutuhkan bantuan total.
menilai pertemuan diharapkan TU 78. Tingkatkan kegiatan sesuai
kemampuan dan TUK dapat tercapai toleransi kondisi pasien.
yang masih dengan kriteria hasil : 79. Beri contoh pelaksanaan k
bisa 60. Pasien menilai yang boleh dilakukan pasien.
digunakan kemampuan yang dapat
digunakan di RSJ
61. Pasien menilai 80. Beri kesempatan pada pasien
kemampuan yang dapat mencoba kegiatan yang
digunakan dirumah direncanakan.
pasien.

TUK 4 : Setelah diberikan askep 2. Beri pujian atas keberhasilan pa


Pasien dapat selama ... menit dalam ..x
menetapkan pertemuan diharapkan TU 3. Diskusikan kemungkinan pelak
dan dan TUK dapay tercapai di rumah.
merencanak dengan kriteria hasil :
an kegiatan 62. Pasien memiliki
sesuai kemampuan yang akan
dengan dilatih,
kemampuan 63. Pasien mencoba
yang sesuai jadwal harian
dimiliki
81. Beri pendidikan kesehatan
keluarga tentang cara merawat
dengan harga diri rendah.
82. Bantu keluarga memb
dukungan selama pasien dirawa

3. Bantu keluarga meny


lingkungan rumah.
Setelah diberikan askep
selama ... menit dalam ..x
pertemuan diharapkan TU
TUK 5 : dan TUK dapat tercapai
Pasien dapat dengan kriteria hasil :
melakukan 64.Pasien melakukan
kegiatan kegiatan yang telah
sesuai dilatih,
kondisi sakit 65.Pasien mampu
dan melakukan beberapa
kemampuan kegiatan secara mandiri
nya

Setelah diberikan askep


selama ... menit dalam ..x
pertemuan diharapkan TU
dan TUK dapat tercapai
dengan kriteria hasil :
TUK 6 : 66. Keluarga memberi
Pasien dapat dukungan dan pujian,
memanfaatk 67. keluaraga memahami
an sistem jadwal kegiatan harian
pendukung pasien
yang ada

TUK 7 : Setelah diberikan askep 1. Diskusikan dengan Pasien tent


Pasien selama ... menit dalam ..x manfaat dan kerugisn tidak min
mendapatka pertemuan diharapkan TU obat, nama, warna, dosis, cara,
n manfaat dan TUK dapat tercapai terapi dan efek samping pengg
obat dengan dengan kriteria hasil : obat
6B 1. Manfaat minum obat 2. Pantau Pasien dalam pengguna
2. Kerugian tidak minum obat
obat 3. Anjurkan Pasien minta sendiri
3. Nama,warna dosis, efak pada perawat agar dapat meras
terapi dan efek samping manfaatnya
obat 4. Beri pujian jika Pasien menggu
obat dengan benar

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata
sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika
berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua
tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan
dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan.
Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat,
2006,).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang
dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya
dengan kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih
tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.

2.5.6 EVALUASI
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien:
1. Mampu menganal Gangguan citra diri yang dialami
2. Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi Gangguan citra diri
3. Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.
Gangguan citra diri adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan
oleh perubahan truktur,ukuran,bentuk,dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang di
inginkan.(Stuart,2013).
Gangguan citra diri adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan citra diribiasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik
mereka.

3.2 SARAN.
Dengan diberikannya tugas ini mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti tentang
bagaimana masalah gangguan citra diri bisa terjadi dan dapat melakukan penanganan medis
yang baik dan tepat. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari
sebelumnya. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda
dan gejala, seperti
100. Syok Psikologis
101. Faktor Presipitasi

DAFTAR PUSTAKA
Honigman, Rosberta dan David J. Castle. 2007. Living With Your Looks. Victoria: University of
Western Australia Press.

Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.

Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and intervention, Sudbury, Jones
and Bartlett Publishers.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset.


Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.

Samura, Jul Asdar Putra. 2011. Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Citra
Tubuh Remaja Putri Kelas 1 Di SMP Nusantara Lubuk Pakam. Volume 1 No 1.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir Yani S.Hamid, Edisi 3.
Jakarta : EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai