Anda di halaman 1dari 19

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENERAPAN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT


TERPADU PADA SITUASI BENCANA

Oleh:
I Made Adi Mulya Rusmawan
18.321.2868
A12-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
ANALISIS JURNAL 1
Judul : Analisis Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Melalui Implementasi
Jember Safety Center Di Kabupaten Jember

P : Sasaran dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember. Informan Utama meliputi Kepala Seksi Kesehatan Rujukan, Koordinator
dan Operator JSC Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Kepala Puskesmas dan Supir Ambulan
desa di Puskesmas.
I : Sasaran dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember. Informan Utama meliputi Kepala Seksi Kesehatan Rujukan, Koordinator
dan Operator JSC Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Kepala Puskesmas dan Supir Ambulan
desa di Puskesmas.
C : Pada jurnal tidak dicantumkan tentang hasil yang telah di temukan sejalan dengan
penelitian siapapun.
O : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah informan perempuan dan laki-laki
perbandingannya hampir sama laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 4 orang.
Umur merupakan karakteristik informan yang menunjukan lama waktu hidup informan yang
terhitung sejak lahir sampai dengan ulang tahun terakhir. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa informan yang berusia 25-35 sebanyak 3 orang dan usia 35-45 sebanyak 4 orang, usia
>45 tahun sebanyak 3 orang

ANALISIS JURNAL 2
Judul : INOVASI LAYANAN (Studi Kasus Call Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat
Darurat pada Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta)

P : Pada jurnal tidak di jelaskan mengenai populasi sampel yang digunakan. Hanya
terdapat masyarakat umum.
I : Pemberian layanan kegawatdaruratan kepada masyarakat karena memberikan cara
baru dalam pelayanannya. Layanan ini berkualitas baik. Selain itu layanan ini memiliki
kelebihan dibandingkan dengan layanan lainnya, yaitu kemudahan akses layanan dengan
menelepon secara langsung ke nomor 119 serta proses pemberian layanan 24 jam selama 7 hari.
C : Pada jurnal tidak dicantumkan tentang hasil yang telah di temukan sejalan dengan
penelitian siapapun.
O : Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Layanan Call Center SPGDT
119 adalah pada praktek pemberian pelayanan kegawatdaruratan kepada masyarakat dalam
bidang jasa. Pelayanan ini memberikan tiga layanan sekaligus dalam satu akses, yaitu 1)
layanan informasi kesehatan; 2) layanan dukungan ambulans; 3) layanan rujukan rumah sakit,
semua bisa diakses dengan menelepon ke nomor telepon 119.
61

Multidisciplinary Journal – Volume 3, Nomor 2, 2020

Contents list available at Multidisciplinary Journal website


Multidisciplinary Journal
Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/multijournal

Analisis Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu


Melalui Implementasi Jember Safety Center
Di Kabupaten Jember
Analysis of Integrated Emergency Management Systems through the Implementation of the Jember
Safety Center In Jember Regency
1
Desy Iswari Amalia, 2Isa Ma’rufi,3Dewi Rokhmah
1Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
2Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Jember
3 Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Jember
cliyaamalia@gmail.com

ABSTRAK. Kejadian Kejadian gawat darurat di Kabupaten Jember cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Jember Safety Center (JSC) merupakan alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Bupati Jember dalam
menangani tingginya kasus gawat darurat di Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil survei pendahuluan Peneliti
menemukan beberapa aspek, tugas dan fungsi JSC yang mengalami kendala dalam pelaksanaanya. Hal ini menujukan perlu
dilakukan penelitian lebih dalam, terkait aspek input dan proses dalam implementasi JSC di Kabupaten Jember. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis sistem penanggulangan gawat darurat terpadu melalui implementasi Jember Safety
Center di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
analisis data menggunakan model analisis Miles & Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di Lokasi call center JSC, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Puskesmas di
Kabupaten Jember,Rumah pengguna JSC dan Rumah Sakit Soebandi Jember. Hasil penelitian, Kebutuhan SDM dalam
Implementasi Public Safety Center sudah sesuai dengan Permenkes No 19 tahun 2016 namun untuk kualitas SDM perlu
ditingkatkan. Anggaran yang diberikan pemerintah saat ini masih berfokus pada anggaran fisik dan peralatan JSC.
Informasi dan telepon gawat darurat dari masyarakat masih kurang, hal tersebut disebabkan karena sosialisasi yang
kurang dan tidak semua layanan melalui ambulace desa terekam melalui Call Center JSC. Perlu adanya perbaikan
manajemen pelayanan JSC sebagai pusat Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) di Kabupaten Jember,
perbaikan dilakukan dengan memperhatikan aspek input yang terdiri dari Men, Money, Materials, Machines, dan Methods
dalam Implementasi Jember Safety Center di Kabupaten Jember untuk meningkatkan pelayanan JSC pada masyarakat di
Kabupaten Jember.
Kata Kunci: Jember Safety Center, Gawat Darurat, AKI dan AKB
ABSTRACT. Some incidence of emergency in Jember District tends to increase every year. The Jember Safety Center (JSC)
is an alternative solution to problems carried out by the Jember District in dealing with the high number of emergency
cases in Jember District. Based on the results of the preliminary survey, researchers find several aspects, tasks, and
functions of the JSC that have problems in its implementation. These problems indicate the need for more in-depth
research related to the input and process aspects of the implementation of the JSC in Jember District. This study aims to
analyze an integrated emergency response system through the implementation of the Jember Safety Center in Jember
District. This type of research is qualitative research with a case study approach. The data analysis technique used the
Miles & Huberman analysis model. They are data collection, data reduction, data presentation, and conclusions. This
research is taken place at the location of the JSC call center, the Jember District Health Office, the Public Health Center in
Jember District, the JSC user home, and the Soebandi Jember Hospital. The results of the study show that the need for
human resources in organizing the Public Safety Center is guided by the Minister of Health Regulation Number 19 of 2016.

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
62

However, the quality of human resources needs to be improved. The current budget given by the government is still
focused on the physical budget and JSC equipment. Information and emergency calls from the community are still lacking,
this is due to inadequate socialization, and not all services via the village ambulance are recorded through the JSC Call
Center. It is necessary to improve the service management of JSC as the center for the Integrated Emergency Management
System (SPGDT) in Jember District. Improvements are made by taking into account the input aspects consisting of Men,
Money, Materials, Machines, and Methods in the Implementation of the Jember Safety Center in Jember District to improve
services JSC to the community in Jember District
Keywords: Jember Safety Center, Emergency, AKI and AKB

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
63

1. Pendahuluan darurat di Kabupaten Jember, yang tertuang dalam


bentuk sistem yang dilengkapi aplikasi dengan
Kejadian gawat darurat di Kabupaten Jember fungsi sebagai sistem penanganan, reservasi dan
cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. pertolongan pertama dalam menangani kejadian
Peningkatan jumlah korban atau pasien yang kegawat-daruratan di wilayah Kabupaten Jember.
meninggal dan mengalami kecacatan pada kejadian Pelayanan JSC di Kabupaten Jember dilakukan Call
gawat darurat merupakan dampak dari penanganan Center selama 24 jam yang berlokasi di Dinas
gawat darurat yang kurang optimal. Sistem Kesehatan Kabupaten Jember, yang memiliki tujuan
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) prioritas JSC mampu menjamin respon cepat dan
merupakan suatu inovasi mekanisme pelayanan
korban atau pasien gawat darurat yang terintegrasi tepat untuk mencegah kecacatan dan menyelamatkan
langsung dan berbasis call center. Jejaring di tingkat nyawa seseorang. Dinas Kesehatan Kabupaten
kabupaten kota bernama Public Safety Center. Jember, 2018c).[2]
Jember Safety Center (JSC), merupakan inovasi
Hasil survei pendahuluan dan pengamatan
Public Safety Center di Kabupaten Jember. Hasil
peneliti yang dilakukan pada tanggal 29 November
survei pendahuluan dan pengamatan peneliti yang
2018, pada Bidang Pelayanan JSC di Dinas
dilakukan pada tanggal 29 November 2018, pada
Kesehatan Kabupaten Jember. Peneliti menemukan
Bidang Pelayanan JSC di Dinas Kesehatan
beberapa aspek, tugas dan fungsi JSC yang
Kabupaten Jember. Peneliti menemukan beberapa
mengalami kendala dalam pelaksanaanya. Beberapa
aspek, tugas dan fungsi JSC yang mengalami
masalah yang ditemukan oleh peneliti yaitu Sumber
kendala dalam pelaksanaanya. Hal ini menunjukan
Daya Manusia dalam call center JSC belum dapat
bahwa diperlukan suatu kajian untuk menganalisis
memberikan panduan pertolongan pertama (first aid)
dan mengetahui sejauh mana keefektifan
melalui telepon, hal tersebut disebabkan tenaga
implementasi kebijakan Puskesmas perawatan.
kesehatan yang menjadi call center JSC dalam hal
Peningkatan kejadian gawat darurat di ini terdiri dari perawat, bidan dan kesehatan
Kabupaten Jember juga berbanding lurus dengan masyarakat, belum terlatih dalam kasus
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kegawatdaruratan padahal panduan ini penting untuk
Kematian Bayi (AKB). AKI di Kabupaten Jember diberikan kepada masyarakat sebelum tenaga
dari tahun 2017 sampai tahun 2019 cenderung kesehatan tiba di tempat kejadian. Masalah dari
mengalami kenaikan. AKI di Kabupaten Jember aspek jaringan alat komuniaksi serta aplikasi JSC
tahun 2017 berjumlah 133 per-100.000 kelahiran juga ditemukan, yaitu seringnya terjadi trouble,
hidup, tahun 2018 berjumlah 114 per-100.000 sehingga terhentinya layanan call center kegawat
kelahiran hidup dan tahun 2019 berjumlah 114 per- daruratan untuk masyarakat dan beberapa masalah
100.000 kelahiran hidup. Tingginya kasus AKI juga yang lain.
bersamaan dengan tingginya AKB di Kabupaten JSC merupakan sebuah inovasi Sistem
Jember. Tahun 2017 AKI sebesar 7,85 per-1000 Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di
kelahiran hidup, sedangkan tahun 2018 mengalami Kabupaten Jember. Ludwig von Bertalanfy,
penurunan AKB sebesar 5 per-1000 kelahiran hidup
penggagas General System Theory dalam Heryana
(Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2019b). Data
(2017:12) mendefinisikan bahwa suatu sistem terdiri
terbaru AKI di Provinsi Jawa Timur tahun 2017
dari sejumlah sub sistem yang saling bekerja sama
yaitu 91,92 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas
membentuk satu kesatuan, jika dalam suatu sistem
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018). Angka
ada sub sistem yang tidak berjalan atau berfungsi
tersebut menujukan bahwa AKI di Kabupaten
sebagaimana mestinya [3]. Sistem tersebut tidak akan
Jember tahun 2017 yang berjumlah 133 per-100.000
berjalan mulus atau mungkin juga sistem tersebut
kelahiran hidup berada di atas rata-rata AKI di
rusak sehingga dengan sendirinya tujuan sistem
Provinsi Jawa Timur. [1]
tersebut tidak tercapai. Bagian sistem terdiri dari
Jember Safety Center yang selanjutnya input, proses, output, dampak, umpan balik dan
disingkat JSC , merupakan inovasi Public Safety lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan
Center di Kabupaten Jember yang di launching pada saling mempengaruhi. Input mempunyai lima unsur
tanggal 3 desember 2016. JSC merupakan alternatif
lima M yaitu Men, Money, Materials, Machines, dan
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Bupati
Methods (Peterson dan Terry dalam Prayitno
Jember dalam menangani tingginya kasus gawat
(2005:25) [4]. Proses dalam Public Safety Center

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
64

terdiri dari Sistem Komunikasi Gawat Darurat 425222 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
Terpadu, Sistem Penanganan Korban atau Pasien Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah
Gawat Darurat Terpadu, serta Sistem Transportasi informan perempuan dan laki-laki perbandingannya
hampir sama laki-laki sebanyak 6 orang dan
Gawat Darurat Terpadu (Permenkes, Nomer 19
perempuan sebanyak 4 orang. Umur merupakan
Tahun 2016). Output berupa prosentase kasus gawat karakteristik informan yang menunjukan lama waktu
darurat yang tertangani sesuai dengan standar hidup informan yang terhitung sejak lahir sampai
(100%). JSC telah dibentuk dan berjalan di dengan ulang tahun terakhir. Hasil penelitian ini
Kabupaten Jember namun masih ditemukan banyak menunjukan bahwa informan yang berusia 25-35
kendala dalam implementasi. Hal ini menujukan sebanyak 3 orang dan usia 35-45 sebanyak 4 orang,
bahwa perlu dilakukan penelitian lebih dalam, terkait usia >45 tahun sebanyak 3 orang
b. Aspek Masukan (Input) yang terdiri dari Men,
aspek input dan proses dalam implementasi JSC di
Money, Materials, Machines, dan Methods dalam
Kabupaten Jember. Peneliti akan mengkaji lebih Implementasi Jember Safety Center di Kabupaten
dalam dengan melakukan analisis Sistem Jember
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu melalui 1) SDM dalam Implementasi Jember Safety
implementasi Jember Safety Center di Kabupaten Center di Kabupaten Jember
Jember. Kebutuhan SDM dalam Implementasi Public
Safety Center sudah sesuai dengan
Permenkes No 19 tahun 2016 namun untuk
2. Metode Penelitian
kualitas SDM ada beberapa yang belum sesuai
dan menimbulkan beberapa kendala.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem Pelaksanaan tugas SDM dalam implementasi
penanggulangan gawat darurat terpadu melalui JSC Kabupaten Jember dilaksanakan
implementasi Jember Safety Center di Kabupaten berdasarkan SK Bupati atau Surat Keputusan
Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember,
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, Teknik yang terdiri dari Penanggung Jawab Program,
analisis data menggunakan model analisis Miles & Koordinator JSC Dinas Kesehatan, Call Center
JSC , Koordinator JSC di Puskesmas dan Supir
Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data,
Ambulans Desa.
penyajian data dan kesimpulan. Penelitian ini
dilakukan di Lokasi call center JSC, Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember, Puskesmas di Ketenagaan sesuai dengan Permenkes no 19
Kabupaten Jember dan Rumah Sakit Dr.Soebandi tahun 2016 yang dimaksut terdiri dari yang
Jember. Sasaran dalam penelitian ini terdiri dari Pertama Koordinator yang bertugas
informan kunci yaitu Kepala Dinas Kesehatan menggerakkan tim ke lapangan jika ada
informasi adanya kejadian
Kabupaten Jember. Informan Utama meliputi Kepala kegawatdaruratan, tugas tersebut dilakukan
Seksi Kesehatan Rujukan, Koordinator dan Operator oleh Penanggung Jawab Program dan
JSC Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Kepala Koordinator JSC Dinas Kesehatan
Puskesmas dan Supir Ambulan desa di Puskesmas. Kabupaten Jember [5]
Informan tambahan meliputi masyarakat yang 2) Pendanaan dalam Implementasi Public
pernah menjadi User atau pengguna layanan JSC Safety Center di Kabupaten Jember
Pendanaan dalam Implementasi JSC di
melalui Call Center (0331) 425222 Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember telah sesuai dengan
Kabupaten Jember. [4] Permenkes RI No 19 Tahun 2016.[5]
Pendanaan JSC bersumber dari APBD
3. Hasil dan Pembahasan Kabupaten Jember. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah harus menyediakan
a. Karakteristik Informan Penelitian sumber dana untuk penyelenggaraan SPGDT
Informan dalam penelitian ini terdiri dari sesuai dengan kewenangannya. Sumber
informan kunci, informan utama dan informan pendanaan dapat bersumber dari anggaran
tambahan. Penelitian ini terdiri dari informan kunci pendapatan belanja negara, anggaran
yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. pendapatan belanja daerah, dan atau sumber
Informan Utama meliputi Kepala Seksi Kesehatan pendanaan lain yang sah sesuai dengan
Rujukan, Koordinator dan Operator JSC Dinas ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kesehatan Kabupaten Jember, Kepala Puskesmas, (Permenkes RI No. 19, Tahun 2016). Tahun
serta Supir Ambulan Desa di Puskesmas, Informan anggaran 2019 JSC berusaha menggunakan
tambahan meliputi masyarakat yang pernah menjadi dana yang ada, sesuai dengan pernyataan
pengguna layanan JSC melalui Call Center (0331) informan berikut :
©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
65

Kabupaten Jember, berdasarkan hasil


“..pendanaan melalui APBD saja, penelitian hal ini untuk mempermudah
melalui DAK masih di fisik sama dalam koordinasi karena JSC saat ini
administrasi, 2020 akan diajukan untuk dibawa Dinas Kesehatan Jember. Hal
melengkapi. Pendanaan 2017 dukungannya tersebut sesuai dengan pernyataan informan
bagus dan banyak, 2019 kebutuhannya
masih kurang mbak..”( informan 2,
sebagai berikut
perempuan, 52 tahun)
“ tahun ini 2019 kita lakukan evaluasi
pemenuhan sarana. ya kalo sarana
Pernyatan tersebut menyatakan bahwa memang ada yang masih kurang ya mbak,
pendanaan JSC melalui DAK saja dan kedepan ini SDM akan kami usahakan
pendanaan JSC mengalami penurunan dipenuhi, internet menyatu dengan
dibandingan dengan tahun 2017. Besar Pemkab, prinsipnya offline optimal,
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari online jalan kita.sementara memang
jumlah anggaran yang beredar, uang layani dulu masyarakat degan peralatan
merupakan alat (tools) yang penting untuk yang ada..”(informan 1, perempuan,
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus tahun)
diperhitungkan secara rasional, Peterson dan
Terry dalam Prayitno (2005:25).[6] Hal Pernyataan tersebut menyatakan bahwa
tersebut sesuai dengan pendapat Suwarno informan menyatakan bahwa peralatan yang
(2018:54) [7], bahwa salah satu penghambat ada di JSC memang ada yang masih kurang,
sebuah inovasi pelayanan public salah masalah terkait internet transmisi internet di
satunya yaitu Anggaran jangka pendek dan JSC memang kurang, dan dalam proses
perencanaan. Anggaran yang diberikan perbaikan, sejauh ini JSC berusaha
pemerintah saat ini masih berfokus pada memenuhi pelayanan kepada masyarakat
anggaran fisik dan peralatan JSC, Oleh dengan kondisi peralatan yang ada. Peralatan
karena itu, masukan untuk pemerintah dalam Ambulans Desa terdiri dari mobil ambulans
memperhatikan SDM implemetasi SPGDT. desa dan perlengkapan yang ada di
Kekurangan dalam Pemenuhan pelatihan dalamnya, beberapa peralatan dalam mobil
serta kebutuhan BBM supir ambulans harus ambulans memang belum tersedia,
di dukung dengan anggaran yang memadahi, puskesmas atau supir ambulans biasanya
oleh karena itu pengajuan terkait keuangan yang berusaha memenuhinya, seperti pada
dalam perencanaan implementasi JSC harus kutipan berikut
di rencana dari awal perencanaan anggaran
“..peralatan di ambudes memang ada yang
di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Hal
tidak lengkap ya, seperti tensi dan alat
tersebut sesuai dengan penelitian kesehatan lainnya, namun PKM berusaha
sebelumnya terkait Evaluasi Pelayanan melengkapimya..” (informan 5, laki-laki
Bantul Emergency Service Support (Bess) 45 tahun)
yang menyatakan bahwa Hasil dari evaluasi
pelayanan BESS yang mengalami kenaikan “..kalo alat alat di ambudes oksigen itu
setiap tahunnya dapat disimpulkan bahwa ada, namun tensi dan lain lain ya
program BESS sudah berkorelasi positif dilengkapi sendiri mbak oleh PKM dan
selain itu anggarannya terbantu dari dana saya lengkapi kayak tisu, tempat sampah,
pengharum mobil, kan itu penting mbak..”
hibah APBD [5]
(informan 8, laki-laki, 35 tahun)
3) Peralatan Call Center dalam Implementasi
Public Safety Center di Kabupaten Jember
Pernyataan tersebut menjelaskan
Peralatan Call Center JSC terdiri dari
bahwa beberapa mobil ambulans desa
komputer, printer, telepon, internet, HT dan
memiliki peralatan yang kurang lengkap dan
aplikasi. Komputer terdiri dari 2 unit,
puskesmas berusaha memenuhi, begitupun
jaringan wifi 1 unit, printer terdiri dari 2
dengan supir ambulans desa yang turut
unit, telepon terdiri dari 1 unit, dan aplikasi
dalam memnuhi peralatan tambahan seperti
JSC. Hasil penelitian dan observasi peneliti
tempat sampah, tisu dan lain sebagainya.
menemukan bahwa alat-alat tersebut dalam
Pemegang kebijakan menyatakan jika alat
kondisi baik atau dapat digunakan dengan
yang ada memang kurang , namun sementara
baik dalam membantu melaksanakan tugas.
ini JSC berusaha memberikan pelayanan
Kendala yang sering dirasakan oleh Call
sesuai dengan peralatan yang ada. Alat atau
Center yaitu jaringan WIFI yang sering
material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
bermasalah sehingga hal tersebut
material) dan bahan jadi. Bahan-bahan juga
mengganggu pelayanan Call Center. Lokasi
penting dalam manajemen. Bahan-bahan itu
Call Center JSC berada di Dinas Kesehatan
dapat berupa bahan mentah, bahan setengah

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
66

jadi maupun bahan jadi. Bahan tersebut Saat ini masyarakat diperbolehkan langsung
merupakan suatu hal yang dapat diolah oleh menelpon pada supir ambulans desa tanpa
sumber daya manusia menggunakan mesin melalui call center, sedangkan saat ini Call
atau alat. Sumber Daya Manusia dan bahan Center JSC belum melakukan rekapan pada
baku sangat berkaitan erat satu sama lain dan laporan bulanan supir ambulans desa, ketika
tidak bisa dipisahkan. Masalah yang call center sudah melakukan perekapan,
ditimbulkan dari unsur material yaitu kesenjangan data akan terhitung antara data
berkaitan dengan ketersediaan bahan baku di Call Center dan di register penggunaan
utama atau bahan baku penolong yang ambulans desa yang dilaporkan supir
terkait dengan akar masalah, dengan melihat ambulans dalam tiap bulannya.
aspek: kualitas bahan baku tidak sesuai Penelitian yang dilakukan oleh Lee A.
standar, bahan baku tidak lengkap, kuantitas Wallis menemukan metode berbasis system
bahan baku tidak seragam, ukuran dan un tuk menanggapi kejadian gawat darurat
spesifikasi tidak standar dan lain sebagainya. dalam masyarakat, dengan keuanggulan data
Peterson dan Terry dalam Prayitno yang lebih akurat. Metode penelitian
(2005:25). berbasis sistem yang dirancang untuk
4) Informasi dan telepon gawat darurat dari menyimpan informasi pengguna dan data
masyarakat dalam Implementasi Public pasien pada server jaringan, untuk
Safety Center di Kabupaten Jember menanggapi permintaan data pengguna dari
Informasi dan telepon gawat darurat klien ponsel cerdas, yaitu untuk menerima
dari masyarakat dalam Implementasi Public data (data dan gambar pasien) dari ponsel,
Safety Center di Kabupaten Jember, Dinas merespons dengan keputusan perawatan
Kesehatan masih merasa kurang, hal tersebut yang ditentukan mendukung, menyampaikan
disebabkan karena sosialisasi yang kurang data pasien dan gambar ke ahli luka bakar
dan tidak semua layanan melalui ambudes dan mentransfer dukungan keputusan
terekam melalui Call Center JSC . Hal kembali keprofesional perawatan kesehatan
tersebut membuat catatan di Call Center di lapangan. Juga, sistem dirancang untuk
mengalami kesenjangan dengan rujukan memungkinkan sisi server pemrosesan
yang sebenarnya. Seperti pada kutipan gambar otomatis Lee A. Wallis (2016:3)
berikut : 5) Alur Pelayanan JSC dalam Implementasi
“..Ya jadi kita ada kendala sosialisasi Public Safety Center di Kabupaten Jember
kurang, akses juga dekat, ambulans desa Alur pelayanan JSC dalam implemetasi
juga ada per desa, yang terlaporkan disini Public Safety Center di Kabupaten Jember
hanya sedikit, harusnya semua yang dimulai dari masyarakat menghubungi Call
menggunakan masuk ke laporan JSC, yang
jelas saat ini kita layani dulu masyarakat..”
Center, dari call center dihubungkan ke supir
..”(informan 1, perempuan, 51 tahun) terdekat di daerah penelepon, setelah supir
datang menjemput pasien kerumah, pasien
“..Kualitas panggilan, ada kenaikan Cuma diantar ke puskesmas, dari puskesmas
setelah juli itu datar aja, padahal tiap saat setelah mendapat pelayanan alur selanjutnya
kita sampaikan 425222 di ambulan desa adalah rujukan yang merupakan kewenangan
juga tertulis. Memang untuk mempermudah puskesmas. Seperti pada kutipan berikut :
boleh lngsung hubungi ambulan desa, kita
punya register kegiatan mereka untuk “..ya tetap sama, masyarakat menghubungi
memenuhi panggilan. nanti ya harusnya call center, dari call center dihubungkan ke
teman -teman JSC yang merekap, saat ini supir ambulans terdekat, dari sana nanti
memang belum rekap, jadi itu memang PKM yang memutuskan perlu rujukan atau
sebagai bahan evaluasi kita..” (informan 2, tidak..” (informan 1, perempuan, 51 tahun)
perempuan, 52 tahun)
Standar Operasional Prosedur
Kutipan tersebut menyatakan bahwa (SOP)/Alur Pelayanan merupakan suatu
sosialiasasi JSC kepada masyarakat pedoman atau acuan untuk melaksanakan
informan akui memang kurang, hal tersebut tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan
menyebabkan tidak semua masyarakat alat penilaian kinerja instansi pemerintah
mengetahui layanan JSC . Beberapa maupun non-pemerintah, usaha maupun non-
masyarakat mengetahui namun tidak usaha, berdasarkan indikator-indikator
mengetahui kejelasan alur dan pemanfaatan teknis, administratif, dan prosedural sesuai
JSC dengan baik. Masyarakat yang salah tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja
dalam mengukuti alur penggunaan JSC pada unit kerja yang bersangkutan. Tjipto
menyebabkan informasi dan telepon gawat Atmoko (2011:1).
darurat dari masyarakat terlaporkan hanya c. Sistem Komunikasi Gawat Darurat dalam
sedikit.
©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
67

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu korban atau pasien gawat darurat pada setiap
melalui Implementasi Jember Safety Center di fasilitas pelayanan kesehatan berkewajiban turut
Kabupaten Jember serta dalam penyelenggaraan SPGDT sesuai
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu kemampuan. Fasilitas pelayanan kesehatan
melalui Implementasi Public Safety Center di terdiri dari rumah sakit, puskesmas dan klinik.
Kabupaten Jember sesuai Permenkes harusnya (Permenkes RI No. 19, Tahun 2016). Public
dikelola oleh Pusat Komando Nasional (NCC), Safety Center dapat dilaksanakan secara
Sistem komunikasi gawat Darurat harus bersama-sama dengan unit teknis lainnya di luar
dilakukan secara terintegrasi antara Pusat bidang kesehatan seperti kepolisian dan
Komando Nasional (NCC), Public Safety pemadam kebakaran tergantung kekhususan dan
Center, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. kebutuhan daerah. Dokter atau Dokter Gigi pada
Implementasi JSC belum terintegrasi dengan Puskesmas, Klinik, praktik mandiri Dokter atau
NCC atau pusat komando nasional. Seperti pada praktik mandiri Dokter Gigi, dan Rumah Sakit
kutipan berikut : merupakan penanggung jawab Pelayanan
Kegawatdaruratan. (Permenkes RI No. 47,
“..saya sudah bersurat mbak ke pusat namun Tahun 2018) [8].
beluma ada tanggapan, jadi sementara masih d. Sistem Penanganan Korban atau Pasien Gawat
dengan kabupaten saja..” (informan 2, Darurat dalam Sistem Penanggulangan Gawat
perempuan, 52 tahun) Darurat Terpadu melalui Implementasi Public
“..ya,kalo kita tarik dari induknya adalah
Safety Center di Kabupaten Jember
Smartcity oleh Bupati nanti ada comandcenter, Korban gawat darurat sejauh ini
jadi memberi informasi atau perintah mengenai mendapatkan pertolongan dari tenaga medis
kondisi di Kabupaten Jember, khusus ketika sudah sampai di puskesmas, kecuali jika
kesehataan ke JSC salah satunya fokus anak call center menginformasikan pada supir
ibu..” (informan 1, perempuan , 51 tahun) ambulans desa ketika hendak membawa pasien
harus dengan tenaga kesehatan karena pasien
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dalam kondisi gawat darurat, namun sejauh ini
JSC memang belum terkoneksi dengan NCC supir menyatakan Call Center hanya
atau pusat komando nasional, belum ada memberikan informasi untuk menjemput pasien
koordinasi antar JSC dengan pusat sehingga saja. Sementara supir ambulans desa juga tidak
layanan yang diberikan belum maksimal. JSC berani memberikan pertolongan pertama karena
saat ini masih terkoneksi dengan kabupaten saja belum ada pelatihan terkait itu. Pemangku
sebagai program smartcity pemerintah kebijakan juga menyatakan hal yang sama
kabupaten. JSC tidak terhubung dengan NCC terkait kondisi tersebut, sesuai pernyataan
atau Komando pusat menyebabkan beberapa berikut ;
sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
tidak dapat terlaksana secara total. Beberapa “..kalo sistem penanganan mengikuti alur ya,
fungsi yang tidak dapat dilakukan yaitu NCC hanya saja dalam penanganan memang hanya
tidak dapat meneruskan panggilan ke JSC , bisa dilakukan di PKM atau RS Soebandi,
Melakukan dokumentasi, monitoring, pelaporan karena call center dan supir belum ada
kemampuan PPGD..” (informan 1,
dan evaluasi. Tidak Saling terintergrasinya
sistem komunikasi Gawat Darurat, sehingga perempuan, 51 tahun)
tidak dapat dimanfaatkan masyarakat yang
mengetahui dan mengalami kegawatdaruratan Penanganan Intra Fasilitas Pelayanan
medis dapat melaporkan dan atau meminta Kesehatan yang diberikan kepada pasien di
bantuan melalui call center 119. Menerima dalam fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
terusan (dispatch) panggilan kegawatdaruratan standar Pelayanan Gawat Darurat. Penanganan
dari Pusat Komando Nasional (National intrafasilitas pelayanan kesehatan dilakukan
Command Center), Melaksanakan pelayanan melalui suatu sistem dengan pendekatan
kegawatdaruratan dengan menggunakan multidisiplin dan multiprofesi. Implementasi
algoritme kegawatdaruratan. JSC Kabupaten Jember penanganan intra
Sistem komunikasi Gawat darurat dalam fasilitas dilakukan di puskesmas sebagai
Impelemtasi JSC Kabupaten Jember juga fasilitas kesehatan tingkat 1 dengan tenaga
berkaitan dengan hubungan JSC dengan kesehatan yang di Puskesmas, ketenagaan yang
Fasilitas kesehatan di Kabupaten Jember yang masuk di JSC yaitu Plt kepala Puskesmas
belum terintegrasi degan JSC . sistem sebagai kooordinator JSC di Puskesmas.
komunikasi gawat darurat, sistem penanganan Penanganan Antar Fasilitas Pelayanan
korban pasien gawat darurat dan sistem Kesehatan merupakan tindakan rujukan
transportasi gawat darurat yang harus terhadap Korban atau Pasien Gawat Darurat dari
terintegrasi satu sama lain, Sistem penanganan suatu fasilitas pelayanan kesehatan ke fasilitas

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
68

pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu. sampai terakhir saat pasien mendapatkan
Rujukan dalam JSC kabupaten Jember pelayanan di pelayanan kesehatan harus
dilakukan ke RS Soebandi Jember sebagai RS diperhatikan dan menjadi salah satu prioritas.
pemerintah dan RS rujukan di Jawa Timur Pada implementasi JSC juga perlu dijadikan
bagian Timur. prioritas. Hal tersebut dikarenakan JSC menjadi
Sistem penanganan korban atau pasien salah satu sarana dalam proses keberhasilan
gawat darurat pada setiap fasilitas pelayanan rujukan dalam pemberian pelayanan kesehatan
kesehatan berkewajiban turut serta dalam di Kabupaten Jember.
penyelenggaraan SPGDT sesuai kemampuan f. Menganalisis kebutuhan media sosialisasi untuk
sesuai dengan Permenkes No 19 tahun 2016. masyarakat mengenai Sistem Penanggulangan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari rumah Gawat Darurat Terpadu yaitu JSC di Kabupaten
sakit, puskesmas dan klinik. Pada saat keadaan Jember
bencana, penyelenggaraan SPGDT dilaksanakan Media merupakan pengantar atau
berkoordinasi dengan badan yang membidangi sumber pesan dengan penerima pesan. Media
bencana sesuai dengan ketentuan peraturan juga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan
perundang-undangan. JSC dalam untuk menyampaikan pesan. Media juga dapat
implemetasinya hanya terintegrasi dengan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
puskesmsa kabupaten jember dan belum menyalurkan informasi dari sumber kepada
terintegrasi antar call center dengan rumah sakit penerima informasi (Notoadmojo dalam
serta klinik. Sehingga cakupan rujukan belum pratama, 2017:73). Jember Safety Center dalam
luas jika melalui call center penyebarluasan informasi mengenai pelayanan
e. Sistem Transportasi Gawat Darurat dalam yang diberikan kepada masyarakat pastinya
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu memerlukan media dalam rangka sosialisasi
melalui Implementasi Public Safety Center di sehingga masyarakat mudah dalam memahami
Kabupaten Jember baik terkait dengan alur pelayanan Jember
Sistem transportasi dalam JSC Safety Center maupun terkait dengan pelayanan
menggunakan standar dan pelayanan ambulans pada aspek lain yang diberikan oleh sistema
Gawat Darurat, dengan tujuan penggunaan yaitu gawat darurat ini. Pelaksanaan JSC selama ini
menjemput pasien yang sakit dari rumah untuk masih belum banyak menggunakan keterlibatan
diantar ke puskesmas. Kabupaten Jember telah media dalam hal sosialisasi kepada masyarakat
memiliki 234 ambulans desa dengan prinsip 1 dan terkesan user dalam hal ini adalah petugas
desa ambulans desa, standart fisik sudah baik masih belum bisa mendefinisikan media apa
namun ada beberapa perlengkapan dan standart yang sudah digunakan selama ini.
yang belum sesuai dengan Kepmenkes RI, No
143 Tahun 2001. Masyarakat merasa sangat “..Tidak ada media kita selama ini mbak,
terbantu dan nyaman menggunakan ambulans sosialisasi kita maksimalkan dari ambulans
desa saat dijemput menggunakan ambulans desa desa, sepertinya butuh media yang mudah
maupun rujukan ke Rumah Sakit. di share terutama social media, juga radio,
media media yang update..”(informan 6,
“..saya sangat terbantu mbak dengan fasilitas perempuan, 37 tahun)
ambulas desa ini, mobilnya nyaman
digunakan..” (informan tambahan 2, Media memang sangat penting untuk
perempuan,32 tahun) digunakan dalam berbagai aspek apabila ingin
implementasi Jember Safety Center ini dapat
Diluar kenyaman masyarakat dalam berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh
menggunakan Supir ambulans desa, supir masyarakat secara menyeluruh. Penerimaan
ambulans desa sering melupakan tata tertib masyarakat ini penting karena akan
berkendaraan salah satunya menghidupkan mempermudah pelaksanaan kinerja terkait
sirine saat tidak mengangkut atau menjemput dengan efektifitas dan efisiensi pelayanan gawat
pasien gawat darurat. Supir ambulans desa juga darurat yang diberikan. Mulyana, 2016
tidak memakan seragam ambulans serta menyatakan bahwa Penggunaan media
indentitas yang jelas. Standar dan pelayanan komunikasi merupakan alternatif untuk
ambulans Gawat Darurat sesuai dengan sosialisasi kebijakan pemerintah termasuk
ketentuan peraturan perundang-undangan. sosialisasi kebijakan. Hasil penelitian
Menurut penelitian Limpong, 2017 menunjukkan bahwa media yang digunakan
meyatakan bahwa aspek personil, perlengkapan dalam sosialisasi kebijakan bervariasi mulai dari
peralatan manjadi kendala dalam pemberian media konvensional, media digital, bahkan
pelayanan melalui sistema gawat darurat media local. Implementasi JSC di Kabupaten
terpadu. Aspek kelengkapan sarana dan Jember seharusnya juga memperhatikan
prasarana mulai persiapan keberangkatan mengenai kebutuhan media sebagai wadah
©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
69

sosialisasi kepada masyarakat. penurunan dibandingan dengan tahun


2017
4. Kesimpulan c) Masalah kekurangan pembiayaan
operasional ambulan terjadi di
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis
implementasi JSC
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu 3) Peralatan Call Center dalam
melalui Implementasi Jember Safety Center di Implementasi Public Safety Center di
Kabupaten Jember, maka dapat ditarik kesimpulan Kabupaten Jember
sebagai berikut : a) Kendala yang sering dirasakan oleh
a. Aspek masukan (input) yang terdiri dari Men, Call Center yaitu jaringan WIFI yang
Money, Materials, Machines, dan Methods sering bermasalah sehingga hal
dalam implementasi Public Safety Center di tersebut mengganggu pelayanan Call
Kabupaten Jember. Center.
1) SDM dalam Implementasi Public Safety b) Beberapa peralatan dalam mobil
ambulans memang belum tersedia
Center di Kabupaten Jember c) Pemegang kebijakan menyatakan jika
a) Kebutuhan SDM dalam alat yang ada masih belum memadai
ImplementasiPublic Safety Center 4) Informasi dan telepon gawat darurat dari
sudah sesuai dengan Permenkes No masyarakat dalam Implementasi Public
19 tahun 2016 namun untuk kualitas Safety Center di Kabupaten Jember.
SDM ada beberapa yang belum Informasi dan telepon gawat darurat dari
sesuai dan menimbulkan beberapa masyarakat dalam Implementasi Public
kendala. Safety Center di Kabupaten Jember,
b) SDM dalam impelementasi JSC jika Dinas Kesehatan masih merasa kurang,
dilihat dari kualifikasi dan hal tersebut disebabkan karena sosialisasi
kemampuan yang dimiliki, maka yang kurang dan tidak semua layanan
beberapa kemampuan masih belum melalui ambudes terekam melalui Call
dimiliki oleh SDM JSC Center JSC
c) Pelayanan Operator Call Center dan 5) Alur Pelayanan JSC dalam Implementasi
Supir Ambulans Desa. Berdasarkan Public Safety Center di Kabupaten
Permenkes no 19 tahun 2016, Jember. Alur yang ada pada implementasi
beberapa kemampuan yang belum JSC masuk pada kategori Pemborosan
dimiliki oleh Call center JSC yaitu Operasional (Operational Waste) adalah
melakukan panduan PPGD melalui pemborosan akibat tidak memiliki atau
call center. Masalah lain terkait tidak melakukan Standar Operasional
komunikasi yang kurang baik saat Prosedur (SOP)
menerima telepon dari masyarakat b. Aspek pengolahan sistem (proses) berupa
serta kemampuan call center dalam sistem komunikasi gawat darurat dalam Sistem
mengarahkan Supir Ambulans Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
sesuai Alur rujukan JSC melalui implementasi Public Safety Center di
d) Supir Ambulans Desa yang belum Kabupaten Jember. JSC belum terkoneksi
bisa melakukan PPGD, dengan NCC atau pusat komando nasional,
e) Belum adanya Managemen Sumber belum ada koordinasi antar JSC dengan pusat
Daya Kesehatan yang terdiri dari sehingga layanan yang diberikan belum
perencanaan SDM, Rekrutmen dan maksimal. JSC. saat ini masih terkoneksi
Seleksi ,Monitoring dan Evaluasi, dengan kabupaten saja sebagai program
Pendidikan dan Pelatihan smartcity pemerintah kabupaten. JSC tidak
2) Pendanaan dalam Implementasi Public terhubung dengan NCC atau Komando pusat
Safety Center di Kabupaten Jember menyebabkan beberapa sistem
a) Pendanaan dalam Implementasi JSC penanggulangan gawat darurat terpadu tidak
di Kabupaten Jember telah sesuai dapat terlaksana secara total
dengan Permenkes RI No 19 Tahun
c. Aspek pengolahan sistem (proses) berupa
2016. Pendanaan JSC bersumber dari
APBD Kabupaten Jember sistem penanganan korban atau pasien gawat
b) Pendanaan JSC mengalami darurat dalam Sistem Penanggulangan Gawat

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
70

Darurat Terpadu melalui implementasi Public Konvensional seperti melalui pelayanan


Safety Center di Kabupaten Jember kesehatan, penyuluhan, mengundang
1) Sistem Penanganan Korban atau Pasien masyarakat sampai ditingkat desa
Gawat Darurat dalam Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu 5. Ucapan Terima Kasih
melalui Implementasi Public Safety Terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kab. Jember
Center sesuai dengan Permenkes No 19 Khususnya Bidang Pelayanan Kesehatan yang telah
tahun 2016 terdiri dari Penanganan Pra berkenan memberikan ijin atas pelaksanaan penelitian
Fasilitas, Penanganan Intra Fasilitas dan ini.
Penanganan antar Fasilitas.
2) Pemberian pertolongan terhadap Korban
atau Pasien Gawat Darurat oleh
masyarakat hanya dapat diberikan dengan
6. Referensi
panduan operator call center sebelum
tenaga kesehatan tiba di tempat kejadian. [1] Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2018b. Laporan Kinerja
3) Implementasi JSC di Kabupaten Jember Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2018. Jember :
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
sejauh ini belum dapat melakukan
[2] Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2018c. Manual Book
pertolongan pra fasilitas sesuai peraturan Jember Safety Center. Jember : Dinas Kesehatan Kabupaten
yang ada, sejauh ini penanganan Pra Jember.
fasilitas belum dapat dilakukan oleh call [3] Heryana. 2017. Sistem : Teori, Pengertian dan Berfikir Sistem.
center karena belum ada pelatihan terkait Jakarta : Universitas Esa Unggul Prodi Kesmas.

PPGD [4] Rokhmah. Nafikadini. Istiaji. 2015. Metode Penelitian


Kualitatif. Jember :Jember University Press.
4) Implementasi JSC Kabupaten Jember
[5] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19
penanganan intra fasilitas dilakukan di Tahun 2016. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
puskesmas sebagai fasilitas kesehatan Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
tingkat 1 dengan tenaga kesehatan yang [6] Prayitno. 2005. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan
Masyarakat. Surabaya : Airlangga Unoversity Press.
di Puskesmas
[7] Suwarno, Yogi dan Ikhsan. (2006) Standar Pelayanan Publik di
d. Aspek pengolahan sistem (proses) berupa Daerah. Jurnal Inovasi Pelayanan Publik Vol II/No.1.
sistem transportasi gawat darurat dalam Sistem [8] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Tahun 2016. Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
melalui implementasi Public Safety Center di
[9] Notoatmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi.
Kabupaten Jember Transportasi untuk rujukan Jakarta : Rineka Cipta.
dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi. Pasien yang
memerlukan asuhan medis terus menerus harus
dirujuk dengan ambulans dan didampingi oleh
tenaga kesehatan yang kompeten. Dalam hal
tidak tersedia ambulans pada fasilitas
pelayanan kesehatan perujuk, rujukan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi lain yang layak
e. Kebutuhan media sosialisasi untuk masyarakat
mengenai Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu yaitu JSC di Kabupaten
Jember dapat dilakukan melalui :
1) Penyebarluasan informasi mengenai
pelayanan JSC melalui Media Elektronik
seperti televisi, radio, internet
2) Penyebarluasan informasi mengenai
pelayanan JSC melalui Media Lokal
3) Penyebarluasan informasi mengenai
pelayanan JSC melalui Media

©MultidisciplinaryJournal–ISSN:2716-2419,Allrightsreserved
INOVASI LAYANAN
(Studi Kasus Call Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat Darurat
pada Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta)

Maulana Arief Prawira, Irwan Noor, Farida Nurani


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: prawira.maulana@yahoo.com

Abstract: Service Innovation (Case Studies Call Center SPGDT 119 as Emergency Services at
Health Department Province DKI Jakarta). In improving the quality of health care, Jakarta
Provincial Government launched the service innovation Call Center SPGDT 119. This study aims
to analyze the innovation and the quality of Call Center SPGDT 119 service. This study used a
qualitative-descriptive approach with an interactive model. The results showed that the Call
Center SPGDT 119 is an innovation in emergency services to the public because it provides new
ways of delivering it services. This service has a good quality. In addition, this service has
advantages compared to other services, namely ease of access to the service by calling directly to
the number 119 and the process of service delivery 24 hours for 7 days. Advice given is the need to
make the Call Center SPGDT 119 as a national emergency system by cooperating with the Police
and Fire Department, and maintain the quality of services through performance evaluation once
every two weeks.

Keywords: service innovation, quality of services, call center SPGDT 119

Abstrak: Inovasi Layanan (Studi Kasus Call Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat
Darurat pada Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta). Dalam meningkatkan kualitas
pelayanan di bidang kesehatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan inovasi layanan
Call Center SPGDT 119. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa inovasi dan kualitas layanan
Call Center SPGDT 119. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan
model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Call Center SPGDT 119 adalah inovasi
proses pemberian layanan kegawatdaruratan kepada masyarakat karena memberikan cara baru
dalam pelayanannya. Layanan ini berkualitas baik. Selain itu layanan ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan layanan lainnya, yaitu kemudahan akses layanan dengan menelepon secara
langsung ke nomor 119 serta proses pemberian layanan 24 jam selama 7 hari. Saran yang
diberikan adalah perlunya menjadikan Call Center SPGDT 119 sebagai sistem gawat darurat
secara nasional dengan bekerja sama dengan Pihak Kepolisian dan Pemadam Kebakaran, dan
menjaga kualitas layanan melalui evaluasi kinerja setiap dua pekan sekali.

Kata kunci: inovasi layanan, kualitas layanan, call center SPGDT 119

Pendahuluan Inovasi yaitu konsep yang berkembang dari


Dewasa ini persaingan semakin ketat, waktu kewaktu, sehingga dapat menyesuaikan
semua pihak dituntut untuk memberikan yang dengan kebutuhan serta perkembangan zaman.
terbaik agar menjadi nomor satu dan menjadi Menurut Damanpour, sebagaimana dikutip
pilihan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah Suwarno (2008), inovasi organisasi sebagai
organisasi. Organisasi pemerintah yang terkenal adopsi gagasan atau perilaku baru dalam
lamban, berbelit-belit dalam pelayanan dituntut organisasi seperti produk dan jasa baru,
bergerak lebih cepat dan tepat dalam pemberian teknologi proses produksi baru, struktur dan
layanan sehingga dapat memberikan pelayanan sistem administrasi baru ataupun perencanaan
yang optimal. Organisasi pemerintah kembali atau program baru dalam organisasi.
dihadapkan pada kenyataan harus mengetahui Dinas Kesehatan sebagai organisasi publik
segala kebutuhan masyarakat sehingga perlu juga dituntut untuk memberikan pelayanan
melakukan perubahan-perubahan dalam menja- terbaik melalui sebuah inovasi. Salah satu
wab keinginan tersebut, perubahan yang inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
menuntut suatu hal yang baru dapat dikatakan dalam memberikan pelayanan publik adalah
sebuah inovasi.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 715


layanan Call Center SPGDT (Sistem Tinjauan Pustaka
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) 119. 1. New Public Management (NPM)
Inovasi pada bidang kesehatan di Indonesia Gelombang manajemen sektor publik
menjadi hal yang penting karena Indonesia dimulai dari dua dekade yang lalu yang
mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya dikembangkan di negara maju seperti Inggris,
berbagai bencana alam, antara lain gempa bumi Austaralia dan New Zealand. Adanya New
dan letusan gunung berapi karena terletak dalam Public Management atau yang biasa disingkat
rangkaian ³5LQJ 2I )LUH´ ,QGRQHVLD EHUDGD NPM merupakan perbaikan dari Old Public
diantara empat pusat zona aktif gunung berapi Administration, ditandai dengan munculnya
yaitu Zona Sunda, Minahasa, Halmahera, dan konsep managerialism. Konsep New Public
Banda, sehingga risiko terjadinya tsunami, Management, konsep market-based public
maupun bencana-bencana jenis lain cukup besar administration dan konsep reinventing
termasuk didalamnya Emerging Infectious government dikembangkan oleh Osborne dan
Disease (Humas Bina Upaya Kesehatan (BUK), Gaebler (1992).
2011). Ditambah lagi dengan wilayah Indonesia Osborne dan Gaebler (1992) mengajukan
yang luas dengan jumlah pulau mencapai ribuan, beberapa prinsip dan ciri utama dari NPM dan
akses transportasi yang sulit antar daerah, perlunya model baru administrasi pelayanan
perbedaan kondisi geografis antar daerah dan publik yang berdasarkan pada:
fasilitas serta tenaga medis yang kurang 1) Adanya mekanisme kompetisi dalam
memadai membuat layanan kesehatan memiliki pemberian pelayanan publik
kendala tersendiri dalam memenuhi pemerataan 2) Adanya pemberdayaan rakyat melalui
layanan kesehatan. penguatan kontrol masyarakat terhadap
Berbagai kondisi dan fenomena tersebut birokrasi
mengharuskan adanya peningkatan kualitas 3) Adanya pengukuran kinerja terhadap
pelayanan kesehatan melalui perbaikan sarana lembaga dengan fokus bukan pada sisi
dan prasarana kesehatan serta peningkatan akses input tetapi lebih pada sisi outcomes
layanan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga 4) Lebih banyak digerakkan oleh tujuan yang
melalui inovasi layanan kesehatan berupa Call menjadi misinya, dan bukan oleh peraturan.
Center SPGDT 119 yang dilaksanakan di Dinas 5) Perlunya mengartikan ulang kelompok
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dapat menjadi sasarannya lebih sabagai konsumen dan
pionir dalam menjawab berbagai tantangan dan menciptakan adanya aneka pilihan bagi
kebutuhan tersebut. Karena dengan menelpon ke mereka dalam mendapatakan pelayanan
nomor 119 masyarakat bisa mendapatkan publik yang dibutuhkan.
berbagai informasi yang dibutuhkan seperti 6) Lebih menekankan pada upaya mencegah
jumlah kamar kosong yang terdapat di sebuah terjadinya sebuah masalah, daripada
rumah sakit, rujukan rumah sakit bagi pasien sekedar memberi layanan setelah masalah
yang sakit, sampai pada adanya layanan itu terjadi.
ambulans gratis bagi masyarakat. 7) Mendayagunakan sumber daya yang
Layanan Call Center SPGDT 119 dimiliki, kearah untuk mampu berfungsi
merupakan salah satu cara baru pemerintah menjadi sumber pendapatan baru, daripada
dalam memberikan layanan kesehatan khusunya sekedar membelanjakannya.
dalam bidang gawat darurat. Sehingga layanan 8) Banyak mengembangkan mekanisme
ini perlu dinilai apakah merupakan sebuah cara desentralisasi termasuk manajemen
baru dalam memberikan layanan kesehatan dan partisipatori
memberikan nilai tambah terhadap layanan 9) Lebih menekankan pada menggunakan
sebelumnya. Maka penulis merumuskan masalah mekanisme pasar daripada mekanisme
bagaimanakah inovasi layanan Call Center birokrasi.
SPGDT 119 dan juga bagaimana kualitas layanan 10) Lebih berfokus bukan semata-mata pada
yang diberikan. pelayanan publik yang diberikan, tetapi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk lebih pada memfasilitasi semua sektor, baik
mendiskripsikan dan menganalisa inovasi dan itu sektor publik, swasta dan masyarakat
kualitas layanan Call Center SPGDT 119. menuju kearah adanya tindakan bersama
Manfaat penelitian sebagai sumbangan masukan untuk memecahkan aneka problem
dan pemikiran bagi Dinas Kesehatan Provinsi masyarakat.
DKI Jakarta dalam kinerjanya untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan mengacu 2. Inovasi Sektor Publik
dan menerapkan prinsip-prinip pelayanan yang Inovasi menurut Rogers yang dikutip oleh
baik. Suwarno (2008, h.9), adalah sebuah ide, praktek,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 716


atau objek yang dianggap baru oleh individu satu 4. Analyzing and learning-how should we
unit adopsi lainnya. Sedangkan Damanpour yang HYDOXDWH ZKDW ZRUNV DQG ZKDW GRHVQ¶W
dikutip oleh Suwarno (2008, h.9) menjelaskan to promote continous learning and
bahwa sebuah inovasi dapat berupa produk atau improvement.
jasa baru, teknologi proses produksi yang baru, c. Level Inovasi
sistem struktur dan administrasi baru atau Menurut Mulgan & Albury
rencana baru bagi anggota organisasi. sebagaimana dikutip Muluk (2008, h.47),
Inovasi diartikan oleh Galbraith (1973); level inovasi terbagi sebagai berikut:
Schon (1967) dalam Lukas dan Ferrel (2000, 1. Inovasi Inkremental
h.240) didefinisikan sebagai proses dari 2. Inovasi Radikal
penggunaan teknologi baru kedalam suatu 3. Inovasi Transformatif/Sistemik
produk sehingga produk tersebut mempunyai d. Faktor Pendorong Inovasi
nilai tambah. Inovasi dapat dilakukan pada Menurut Clark dkk dalam Innovation
barang, pelayanan, atau gagasan-gagasan yang Index: 2008 Summer Mini-Projects,
diterima oleh seseorang sebagai sesuatu yang menyebutkan faktor pendorong inovasi
baru, sehingga mungkin saja suatu gagasan telah antara lain sebagai berikut:
muncul di masa lampau, tetapi dapat dianggap 1. Political Push
inovatif bagi konsumen yang baru 2. Pressure for economy and improved
mengetahuinya. efficiency ± µEDQJ IRU WKH EXFN¶
Inovasi di sektor publik merupakan salah 3. Pressure for improved service quality
satu jalan atau bahkan ³EUHDNWKURXJK´ untuk e. Faktor Penghambat Inovasi
mengatasi kemacetan dan kebuntuan organisasi Menurut Albury sebagaimana dikutip
di sektor publik. Karakteristik dari sistem di Suwarno (2008, h.54), faktor penghambat
sektor publik yang statis dan kaku harus mampu inovasi di sektor publik antara lain:
dicairkan melalui penularan budaya inovasi. 1. Keengganan menutup program yang
Budaya inovasi ini harus dapat dipertahankan gagal;
dan dikembangkan lebih baik lagi. Hal ini tidak 2. Ketergantungan berlebihan terhadap
terlepas dari dinamika eksternal dan tuntutan high performer;
perubahan di masyarakat dengan tingkat literasi 3. Teknologi ada, terhambat budaya dan
yang lebih baik berdampak munculnya kesadaran penataan organisasi;
(awareness) yang lebih baik akan haknya. 4. Tidak ada penghargaan atau insentif;
Dengan demikian maka sektor publik dapat 5. Ketidakmampuan menghadapi resiko
menjadi sektor yang dapat mengakomodasi dan dan perubahan;
merespon secara cepat setiap perubahan yang 6. Anggaran jangka pendek dan
terjadi (Suwarno, 2006) perencanaan;
a. Tipologi Inovasi Sektor Publik 7. Tekanan dan hambatan administratif;
Tipologi inovasi sektor publik menurut 8. Budaya risk aversion.
Muluk (2008, h.45) terbagi lima, yaitu:
1. Inovasi Produk Layanan; 3. Pelayanan Publik
2. Inovasi Poses Layanan; a. Definisi Pelayanan Publik
3. Inovasi Metode Layanan; Kurniawan (2005) mengatakan
4. Inovasi Kebijakan tentang pelayanan publik adalah
5. Inovasi Sistem pemberian pelayanan (melayani)
b. Proses Inovasi keperluan orang lain atau masyarakat
Menurut Mulgan sebagaimana dikutip yang mempunyai kepentingan pada
Noor (2013, h.94), proses inovasi sebagai organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
terdiri dari berbagai elemen sebagai berikut: dan tata cara yang telah ditetapkan
1. Generating possibilities-how can we Sinambela (2006, h.5) mengatakan
stimulate and support ideas for tentang pelayanan publik sebagai setiap
innovation? kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
2. Incubating and prototyping-what terhadap sejumlah manusia yang memiliki
mechanisms are there for developing setiap kegiatan yang menguntungkan
promising ideas and managing dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
attendant risks? menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
3. Replicating and scaling up-how can we tidak terikat pada suatu produk secara
promote the rapid and effective fisik.
diffusion of successful innovation?

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 717


b. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik 1. Acces
Prinsip pelayanan menurut LAN 2. Reliability
(2003) sebagai berikut: 3. Responsiveness
1. Kesederhanaan; 4. Competence
2. Realibilitas; 5. Courtesy
3. Tanggung jawab dari petugas 6. Communication
pelayanan; 7. Credibility
4. Kecakapan para petugas 8. Security
pelayanan; 9. Understanding knowing the citizen
5. Pendekatan kepada pelanggan dan
kemudahan kontak pelanggan 4. Call Center
dengan petugas; Call Center menjadi sarana utama dalam
6. Keramahan; pemberian layanan SPGDT 119 yang dilakukan
7. Keterbukaan; Dinas Kesehatan Provinsi DKI. Call Center
8. Komunikasi antara petugas dan didefinisikan menurut Koole dan Avishai (2002)
pelanggan; adalah pusat aktivitas komunikasi bisnis dengan
9. Kredibilitas; pelayanan yang diberikan dalam bentuk
10. Kejelasan dan kepastian; menerima telepon (incoming call) ataupun
11. Keamanan; menelepon keluar (outgoing call) dalam volume
12. Mengerti apa yang diharapkan yang besar. Karakteristik utama call center
pelanggan; adalah menangani layanan inbound dan
13. Kenyataan; outbound. Layanan inbound menangani
14. Efisien; panggilan masuk ke pusat kontak yang meliputi
15. Ekonomis. permintaan informasi, complain dan penawaran
c. Standar Pelayanan Publik produk, sedangkan layanan outbound menangani
Menurut Keputusan Menteri panggilan keluar, panggilan yang dimulai dari
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor dalam ke pusat kontak. Layanan ini digunakan
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman dalam rangka pemasaran, promosi dan
Umum Penyelenggaran Pelayanan Publik, mempertahankan loyalitas pelanggan serta
standar pelayanan tersebut biasa disebut tagihan jasa komunikasi.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Menurut Akbar (2011), fungsi Call Center
meliputi: merupakan suatu kantor informasi terpusat yang
1. Prosedur Layanan digunakan untuk menerima dan mengirimkan
2. Waktu Penyelesaian sejumlah besar permintaan melalui telepon. Call
3. Biaya Pelayanan center dioperasikan melalui suatu perusahaan
4. Produk Layanan sebagai pengadministrasian layanan yang
5. Sarana dan Prasarana mendukung produk incoming dan menyelidiki
6. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan informasi tentang konsumen. Call center sebagai
d. Kualitas Pelayanan Publik ruang lingkup kerja yang luas yang dikerjakan
Kualitas Goesth dan David dalam oleh sejumlah agen/operator call center,
Tjiptono (1996) diartikan sebagai suatu dilengkapi dengan sebuah work station berupa
kondisi dinamis yang berhubungan komputer (bagi setiap agen/operator) dan sebuah
dengan produk jasa, manusia, proses dan set/headset yang terhubung ke jaringan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi telekomunikasi.
harapan. Komponen Call Center menurut Koole dan
Ibrahim dalam Tjiptono (1996) Avishai (2002), antara lain:
mendefinisikan kualitas sebagai suatu 1. IVR (Interactive Voice Response)
strategi dasar bisnis yang menghasilkan 2. PaBX (Private Branch eXchange)
barang dan jasa yang memenuhi 3. CTI (Computer Telephony Integration)
kebutuhan dan kepuasan konsumen 4. Database Server
internal dan eksternal, secara eksplisit dan 5. PC (Personal Computer)
implisit. 6. Voice Recording
e. Dimensi Kulitas Pelayanan Publik
Menurut Zeithmalh, dkk sebagaimana Metode Penelitian
dikutip Hendroyono (2005) terdapat Jenis penelitian yang dipakai di dalam
beberapa dimensi utama untuk menilai penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
kualitas pelayanan, antara lain sebagai dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir
berikut: (2005, h.54) Penelitian deskriptif adalah suatu

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 718


model dalam meneliti sekelompok manusia, gawat darurat yang terdiri dari unsur pra
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran Rumah Sakit (RS), RS dan antar RS.
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa Berasal dari kata gawat darurat yang
sekarang. Nazir (2005, h.54) menambahkan berarti keadaan yang tidak terpikirkan dan
penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan ada secara tiba-tiba dan mengakibatkan
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan kerugian baik materil maupun non-
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai materil. Dalam pelaksanaannya, SPGDT
fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang berpedoman pada respon cepat yang
diselidiki menekankan time saving is life and limb
Fokus dalam penelitian ini adalah: (1) saving, yang melibatkan masyarakat
bagaimanakah inovasi layanan Call Center awam umum dan khusus, petugas medis,
SPGDT 119, dilihat dari faktor a) konsep pelayanan ambulans gawat darurat dan
inovasi; b) tipologi inovasi; c) proses inovasi; d) komunikasi.
level inovasi; e) faktor pendorong timbulnya Secara umum SPGDT dapat
inovasi; f) faktor penghambat timbulnya inovasi. diartikan sebagai sistem koordinasi
(2) bagaimanakah kualitas layanan Call Center berbagai unit kerja (multi sektor),
SPGDT 119 berdasarkan dimensi kualitas didukung berbagai kegiatan profesi (multi
layanan yang disampaikan Zeithmal dkk disiplin dan multi profesi) untuk
sebagaimana dikutip Hendroyono (2005), a) selenggarakan pelayanan terpadu
Acces; b) Reliability; c) Responsiveness; d) penderita gawat-darurat, dalam keadaan
Competence; e) Courtesy; f) Communication; g) bencana maupun sehari-hari. Pelayanan
Credibility; h) Security; j) Understanding ini memberikan tiga layanan sekaligus
knowing the citizen. dalam satu akses, yaitu 1) layanan
Lokasi penelitian ini berada di Dinas informasi kesehatan; 2) layanan dukungan
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang terletak di ambulans; 3) layanan rujukan rumah
Jalan Kesehatan no. 10, sedangkan situsnya sakit, semua bisa diakses dengan
adalah Bidang Layanan Kesehatan Dinas menelepon ke nomor telepon 119.
Kesehatan, khususnya pada Seksi Gawat Darurat Layanan Call Center SPGDT 119
dan Bencana yang membawahi tim layanan Call dikatakan sebuah inovasi sektor publik
Center SPGDT 119 ini. Sumber data diperoleh karena merupakan suatu cara yang baru
dari data primer melalui wawancara dengan dalam memberikan layanan kepada
Kepala Seksi Gawat Darurat dan Bencana, masyarakat.
penanggung jawab harian Call Center SPGDT b. Tipologi Inovasi
119, supervisi Call Center SPGDT 119 dan Berdasarkan hasil dilapangan yang
operator Call Center SPGDT 119. Data sekunder menunjukkan bahwa inovasi layanan Call
berupa foto kegiatan penelitian, arsip instruksi Center SPGDT merupakan inovasi proses
kerja Call Center SPGDT 119, dokumen layanan, karena memberikan cara baru
rekapitulasi penelepon Call Center SPGDT 119, dalam memberikan pelayanan. Selain itu
dan dokumen tentang jumlah pusekesmas dan juga terdapat perubahan secara
rumah sakit yang ada di Provinsi DKI Jakarta. organisasional, prosedur dan kebijakan
Pengumpulan data dilakukan melalui ketika layanan ini diterapkan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Layanan ini juga didukung
Instrumen penelitian antara lain adalah peneliti penggunaan teknologi dan petugas yang
sendiri, pedoman wawancara, perangkat lebih baik daripada sebelumnyaDengan
penunjang lapangan dan dokumen serta arsip- adanya unit baru dan sistem yang baru,
arsip. Analisis yang digunakan adalah Model pelayanan ini juga memberikan prosedur
Interaktif dari Miles dan Hubberman yang baru dalam hal layanan.
diterjemahkan dalam Sugiyono (1992, h.20). c. Proses Inovasi
Analisis model interaktif ini melalui 3 tahap Call Center SPGDT 119 telah
yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan berbagai melalui proses sehingga dapat
kesimpulan. tercipta sampai seperti ini, prosesnya
antara lain:
Pembahasan 1. Merumuskan program SPGDT sejak
1. Inovasi Layanan Deklarasi Makassar tahun 2001
a. Konsep Inovasi 2. Peningkatan kualitas pelayanan publik
Sistem Penanggulangan Gawat menjadi visi pemimpin daerah,
Darurat Terpadu atau disingkat SPGDT sehingga SPGDT bisa segera
adalah Sistem penanggulangan pasien terlaksana.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 719


3. Ide peningkatan mutu layanan 3. Orientasi dibentuknya Call Center
kesehatan menjadi salah satu misi SPGDT 119 adalah untuk memenuhi
pemimpin daerah. kebutuhan layanan kesehatan kepada
4. Mengembangkan sistem yang ada dan masyarakat. Selain itu waktu tunggu
menambah jumlah personil untuk bisa untuk layanan yang akan diberikan
mengakomodir kebutuhan masyarakat. dikonfirmasi kembali maksimal oleh
d. Level Inovasi operator call center ialah selama 30
Layanan Call Center SPGDT 119 menit sejak waktu menelepon awal.
berada pada level inovsi radikal, karena 4. Petugas Call Center SPGDT 119 adalah
dalam pelaksanaannya layanan ini Dokter, Perawat dan ahli IT yang
mengenalkan cara-cara baru dan orientasi berkompeten dan dapat dipercayai
pelayanan adalah untuk membawa dalam melaksanakan tugasnya
perbaikan nyata dalam kinerja dan 5. Dalam menjalankan tugas, petugas
memenuhi harapan masyarakat. berpedoman pada Instruksi Kerja
e. Faktor Pendorong Timbulnya Inovasi Layanan Call Center SPGDT 119 yang
Berdasarkan hasil penelitian, yang berisi aturan tentang pemberi layanan
menjadi faktor pendorong adanya inovasi harus bersikap sopan, santun dan ramah
layanan Call Center SPGDT 119 adalah: dalam memberikan pelayanan kepada
a) Tekanan Politik (kemauan pemimpin pelanggan.
daerah untuk berinovasi); b) Kesiapan 6. Call Center SPGDT 119 dalam
Dinas Kesehatan menjawab tantangan pelaksanaannya menggunakan bahasa
kebutuhan memberikan layanan yang Indonesia agar dapat mudah dimengerti
efektif dan efisien; c) Tekanan untuk oleh masyarakat.
meningkatkan kualitas layanan 7. Menurut hasil penelitian di lapangan
f. Faktor Penghambat Timbulnya Inovasi diketahui bahwa para petugas yang
Faktor penghambat dari inovasi berada dalam unit pelayanan Call
layanan Call Center SPGDT 119 antara Center SPGDT 119 merupakan perawat
lain: dan dokter yang dalam menjalankan
1. Intergrasi antar rumah sakit dengan tugasnya memiliki kode etik sehingga
SPGDT yang membutuhkan waktu; bekerja secara professional, jujur dan
2. Penelpon iseng ke Call Center dapat dipercaya
SPGDT 119; 8. Keamanan data penelepon Call Center
3. Jumlah SDM/operator telepon yang SPGDT 119 sangat terjaga, karena
belum ideal; hanya bisa diketahui petugas dan tim
4. Penelepon bukan sesuai objek Call Center SPGDT 119. Dan biaya
layanan; dalam layanan call center ini gratis bagi
5. Penelepon dari luar DKI Jakarta. warga DKI Jakarta.
9. Petugas yang berada pada unit ini
2. Kualitas Layanan Call Center SPGDT 119 memiliki peran dalam menjawab
Kualitas layanan merupakan hal yang lebih kebutuhan masyarakat pada bidang
sulit diukur dibandingkan dengan mengukur kesehatan dengan memberikan alternatif
suatu produk, karena produk berbentuk dan solusi dari permasalahan yang ada
berwarna sedangkan kualitas tidak berbentuk dan dalam bidang kesehatan. Khususnya
tidak berwarna. dalam layanan rujukan rumah sakit,
Penelitian ini mengukur bagaimana kualitas informasi kesehatan dan dukungan
yang diberikan melalui perspektif pemberi layanan ambulans.
layanan, yaitu unit Pelayanan Call Center
SPGDT 119 Dinas Kesehatan Provinisi DKI Kesimpulan
Jakarta. Dari hasil pembahasan dapat ditarik
Berdasarkan hasil Penelitian, Kualitas kesimpulan bahwa Layanan Call Center SPGDT
layanan Call Center SPGDT 119 dikatakan baik 119 adalah pada praktek pemberian pelayanan
dengan alasan sebagai berikut: kegawatdaruratan kepada masyarakat dalam
1. Call Center SPGDT 119 dapat diakses bidang jasa. Pelayanan ini memberikan tiga
dengan mudah dengan menelepon ke layanan sekaligus dalam satu akses, yaitu 1)
nomor 119 layanan informasi kesehatan; 2) layanan
2. Call Center SPGDT 119 dapat diakses dukungan ambulans; 3) layanan rujukan rumah
24 jam selama 7 hari sakit, semua bisa diakses dengan menelepon ke
nomor telepon 119.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 720


Inovasi Layanan Call Center SPGDT 119 inovasi layanan dan dapat memenuhi kebutuhan
memiliki kualitas yang baik dilihat dari berbagai layanan kesehatan yang ada pada masyarakat.
aspek seperti Acces, Reliability, Responsiveness,
Competence, Courtesy, Communication, Saran
Credibility, Security, Understanding knowing the Peningkatan layanan kegawatdaruratan
citizen. Namun yang menjadi kelebihan dalam pada level transformatik dan menjadikannya
layanan ini ialah kemudahan dalam mengakses sistem secara nasional melalui kerja sama dengan
layanan yang ada, yaitu hanya dengan pihak Kepolisian dan Pemadam Kebakaran
menelepon ke nomor 119. Ditambah lagi dengan dalam pelayanannya.
sistem pelayanan yang bekerja 24 jam sehari Mengevaluasi kinerja layanan setiap dua
selama tujuah hari, sehingga layanan ini bisa pekan sekali untuk menjaga kualitas layanan
diakses kapanpun. yang ada. Dan menyosialisasikan fungsi Call
Kedua hal tersebut menjadikan layanan Center SPGDT 119 secara masive kepada
Call Center SPGDT 119 berbeda dengan layanan masyarakat melalui RT, RW dan Kelurahan,
publik pada umumnya yang ada. Sehingga Puskesmas dan Posyandu agar masyarakat dapat
layanan ini dapat dikatakan merupakan sebuah mendapatkan layanan yang optimal.

Daftar Pustaka

Akbar, R., Aradea, dan A.I Gufroni. (2011) Alternatif Pemilihan Sistem Antrian Call Center sebagai
Pusat Layanan Bencana Alam. Seminar Nasional Informatika. ISSN: 1979-2328.
Clark, John, Barbara Good, Paul Simmonds (Technopolis Group). (2008) Innovation Index: 2008
Summer Mini-Projects. Mini-project 4: Innovation in the public and third sectors. United
Kingdom, a report commissioned by NESTA. [Internet] Available from:
<http://api.ning.com/files/NjHDmKPq-vBcrv6PPMUGEdsV-sDsrlWdYQ8RIpkvml1PpWNEJD
szessnqcxQgkp88ej99O-VmSPNbrTL*PiIcpfe3KIdEcZU/42.InnovationinthePublicandThirdSec
torsSimmondsetal.pdf> (Accessed: 12 Januari 2014).
Hendroyono, Agus. (2005) Mutu Pelayanan Kesehatan & Service Recovery. Jakarta, Bumi Aksara.
Humas Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011) Kebijakan
Kemenkes dalam Sistem Penaggulangan Terpadu (SPGDT) dan Bencana. [Internet]
Available from: <http://buk.depkes.go.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=134
:kebijakan-kemenkes-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana>
(Accesed: 29 September 2013).
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63. Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Jakarta, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia.
Koole, G dan Avishai, M. (2002) Queueing Models of Call Centers An Introduction. Annal of
Operations Research. 133: 41-59
Kurniawan, Agung. (2005) Transformasi Pelayanan Publik. Jogjakarta, Pembaruan.
Lembaga Administrasi Negara. (2003) Pelayanan Publik. Jakarta, STIA-LAN Press.
Lukas, Bryan A., and O.C Ferrel. (2000) The Effect of Market Orientation on Product Innovation.
Journal of The Academy Marketing Science. No. 2 Vol 28 p 239-247.
Muluk, M.R Khairul. (2008) Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah.
Malang, Bayumedia.
Nazir, Moh. (2005) Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia.
Noor, Irwan. (2013) Desain Inovasi Pemerintah Daerah. Malang, UB Press.
Osborne, David & Ted Gaebler. (1992) Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is
Transforming The Public Sector. New York, A William Patrick Book.
Sinambela, Lijan Poltak. (2006) Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasinya. Jakarta, Bumi Aksara.
Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung, Alfabeta.
Suwarno, Yogi dan Ikhsan. (2006) Standar Pelayanan Publik di Daerah. Jurnal Inovasi Pelayanan
Publik Vol II/No.1.
Suwarno, Yogi. (2008) Inovasi di Sektor Publik. Jakarta, STIA-LAN Press.
Tjiptono, Fandy. (1996) Manajemen Jasa. Yogyakarta, Andi.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 721

Anda mungkin juga menyukai