Anda di halaman 1dari 22

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Remaja

a. Definisi remaja

Remaja adalah keadaan mulai dewasa, yang juga berarti tahapan

setelah anak-anak dan sebelum dewasa (KBBI, 2019). WHO (2019)

mengkategorikan remaja pada kelompok umur sepuluh sampai

sembilan belas tahun. Remaja juga berarti tumbuh menjadi dewasa

yang mencakup kematangan mental, emosional dan fisik. Tidak dapat

digolongkan kedalam anak dan juga ke dewasa. Masa remaja

menunjukan dengan jelas sifat transisi karena belum menyandang

status dewasa tetapi telah melewati status anak (Herlina, 2013).

Kata remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere (Latin)

yang berarti tumbuh kearah kematangan (Muss, 1968 dalam Sarwono,

2011: h.11). Istilah kematangan disini meliputi kematangan fisik

maupun sosial-psikologis (Batubara, 2010) . Pada tahun 1974, WHO

memberikan definisi konseptual tentang remaja yang meliputi tiga

kriteria, yaitu kriteria biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Kriteria

biologis meliputi ketika individu berkembang dari saat menunjukan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual. Kriteria psikologis adalah saat terjadi perkembangan


commit to user

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dan

kriteria sosial-ekonomi adalah ketika terjadi perubahan dari yang

sebelumnya memiliki ketergantungan penuh ke keadaan individu yang

lebih mandiri (Sarwono, 2011).

b. Ciri-ciri remaja

Remaja memiliki ciri sebagai berikut, meliputi :

i. Memiliki perubahan-perubahan penting yang nantinya akan

memberikan dampak langsung yang mempengaruhi kehidupan

selanjutnya.

ii. Masa remaja sebagai periode pelatihan, dalam arti merubah pola

hidup mereka yang sebelumnya bergantung pada lingkungan

sekitar ke pola hidup yang lebih mandiri.

iii. Perubahan terjadi dari segi mental dan juga fisik. Sebagai

tambahan akan ada perubahan nilai yang dianut dan keinginan

akan kebebasan.

iv. Mencari identitas diri yang sesungguhnya, dan mencari peranannya

dalam masyarakat.

v. Memiliki keinginan yang tidak realistik, melihat dirinya bukan

sebagai diri sendiri. Mengikuti role-model secara berlebihan.

vi. Menjadi dewasa. Dalam arti akan ada kesulitan meninggalkan

kebiasaan lama dan kesulitan dalam beradaptasi dengan

lingkungan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri diatas akan mengikuti selama

masa remaja. Diharapkan dengan benntuk adaptasi tersebut, remaja

dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik (Herlina,

2013).

c. Klasifikasi remaja

Hurlock membagi masa remaja menjadi dua kelompok. Pertama,

masa remaja awal yaitu antara sebelas atau dua belas tahun sampai

enam belas atau tujuh belas tahun. Dan kelompok yang kedua adalah

masa remaja akhir pada umur enam belas atau tujuh belas tahun

sampai delapan belas tahun tahun. Dalam pembagian ini, pada masa

remaja akhir individu sudah hampir menyelesaikan masa transisi

perkembangan yang mendekati dewasa (Herlina, 2013).

Sarwono (2011) dalam bukunya membagi tahap perkembangan

pada remaja menjadi tiga yaitu remaja awal (usia 11-13 tahun), remaja

pertengahan (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-20 tahun).

Tahapan perkembangan dalam menyesuaikan diri menuju dewasapun

dibagi menjadi tiga, remaja awal, remaja madya dan remaja akhir

(Sarwono, 2011).

Remaja awal (Early Adolescence) berusia pada rentang 11-13

tahun. Pada masa ini hal yang paling adalah untuk mengetahui

pendidikan seksual. Mulai munculnya ketertarikan terhadap lawan

jenis menjadikan pendidikan seksual sejak dini menjadi penting guna

mencegah terjadinya penyimpangan (Soetjiningsih, 2014).


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Remaja madya (Middle Adolescence) adalah remaja pada usia

sekitar 14-16 tahun. Pada masa ini terjadi usaha mengenal diri lebih

lagi, menjauhkan diri dari keluarga dan lebih sering berkumpul

bersama teman-teman sebaya. Terdapat kecenderungan remaja tidak

ingin berbagi cerita kepada orangtua mereka, hal ini harus ditangani

segera untuk menghindari hilangnya rasa percaya. Pada masa ini juga

dibutuhkan edukasi mengenai infeksi menular seksual (Soetjiningsih,

2014).

Remaja akhir (Late Adolescence) yaitu remaja pada umur 17-20

tahun. Secara emosional remaja pada tahap ini lebih terkontrol karena

sudah mendekati tahap dewasa. Pada tahap ini remaja sudah

mengetahui perannya, minatnya dan sudah bisa bersosialisasi dengan

baik kepada lingkungannya (Soetjiningsih, 2014).

2. Obesitas

a. Definisi obesitas

Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas

kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan (Dorland, 2010). Kata obesitas sendiri berasal dari bahasa

latin yang berarti makan berlebihan (Harper, 2019). Sedangkan

menurut World Health Organization (WHO, 2015) obesitas

didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang

dapat mengganggu kesehatan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi

akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat

mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel

lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah

berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan

kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sudoyo, et al, 2009).

b. Epidemiologi obesitas

Obesitas merupakan kondisi abnormal atau kelebihan akumulasi

lemak yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang dikatakan

obesitas jika memiliki Indeks Massa Tubuh 30kg/m2 atau lebih untuk

orang dewasa. Saat ini diperkirakan jumlah orang dengan IMT diatas

30kg/m2 sudah lebih dari 650 juta orang dewasa. Angka ini sudah

meningkat lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah

penderita diabetes pada tahun 1975. Angka obesitas tertinggi dapat

ditemukan di negara maju seperti Amerika, China dan Rusia sementara

angka terkecil dapat di temukan pada negara-negara berkembang di

Afrika dan Asia. Karena hal inilah pada tahun 1977 World Health

Organization (WHO, 2018) secara resmi menyatakan obesitas sebagai

epidemik global.

Sedangkan di Indonesia sendiri angka obesitas pada orang dewasa

mencapai 21,8% pada tahun 2018. Persentase terkecil ditemukan di

Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 10,3% dan yang tertinggi di

Provinsi Sulawesi Utara dengan angka 30,2%. Jawa Tengah berada


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

sedikit dibawah rata-rata nasional dengan angka sekitar 20% penduduk

dewasa (Kementrian Kesehatan, 2018).

c. Etiologi obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Utamanya, obesitas timbul

sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi yang

berarti perilaku makan dan aktivitas fisik memegang pengaruh penting

dalam terjadinya obesitas (Guyton & Hall, 2014).. Di sisi lain ada juga

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas seperti faktor

lingkungan, sosial, psikologis, neurogenik hingga faktor genetik

(Pasumbung & Purba, 2015).

d. Patofisiologi obesitas

Obesitas timbul karena adanya ketidakseimbangan antara kalori

yang masuk dan yang keluar dari tubuh, yang kemudian menimbulkan

penumpukan lemak di tubuh. Dalam tubuh manusia ada mekanisme

neural dan humoral (neurohumoral) yang mengatur nafsu makan dan

tingkat kekenyangan, mekanisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik,

nutrisi, lingkungan dan sinyal psikologis. Keseimbangan energi dalam

tubuh diatur oleh hipotalamus melalui tiga proses fisiologis, yaitu

pengendalian rasa lapar dan kenyang, pengaturan laju pengeluaran

energi dan regulasi sekresi hormon (Sherwood, 2014).

Proses pengaturan penyimpanan energi diatur oleh sinyal eferen

(berpusat pada hipotalamus) dan sinyal aferen (perifer : jaringan

adiposa, otot dan usus). Sinyal tersebut ada yang menimbulkan rasa
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

lapar sekaligus mengurangi pengeluaran energi (anabolik) dan ada

yang meningkatkan pengeluaran energi (katabolik). Selain pembagian

tersebut, sinyal dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu sinyal pendek

dan sinyal panjang. Sinyal pendek berpengaruh pada porsi dan waktu

makan yang berhubungan dengan distensi lambung dan peptida

gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai

stimulator untuk meningkatkan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan

oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur

penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2014).

Secara fisiologis, ketika asupan energi melebihi jumlah yang

dibutuhkan, makan jaringan adiposa akan meningkat bersamaan

dengan meningkatnya kadar leptin dalam peredaran darah. Setelah itu

leptin akan merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar

menurunkan prosuksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga nafsu makan

akan menurun. Sebaliknya jika energi yang dibutuhkan lebih besar

daripada energi yang masuk kedalam tubuh, makan jaringan adiposa

akan berkurang dan merangsang orexigenic center di hipitalamus yang

akan menyebabkan peningkatan nafsu makan. Resistensi leptin

merupaka hal yang dapat ditemukan pada sebagian besar penderita

obesitas. Sehingga tingginya kadar leptin dalam darah tidak

mempengaruhi penurunan nafsu makan pada penderita (Jeffrey, 2009).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Gambar 2.1. Patofisiologi Penyimpanan dan Keseimbangan Energi

(Sumber: Kumar V, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease. Edisi VIII, 2009).

e. Skrining obesitas

Pengukuran kegemukan menjadi hal yang krusial karena angka

obesitas yang terus meningkat dari tahun ke tahun (Kementrian

Kesehatan, 2018). Dalam pengukuran kegemukan, Indeks Massa

Tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk

mengidentifikasi apakah seseorang mengalami kegemukan atau tidak.

Selain itu pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul juga menjadi

pemeriksaan baku untuk menilai obesitas (Dullo, et al, 2010).

1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk


commit to user
mengukur tingkat populasi dengan obesitas pada orang dewasa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Pengukurannya menggunakan indeks Quetelet, yaitu berat badan

dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter

kuadrat (m2). Hubungan antara lemak tubuh dan IMT juga

ditentukan oleh betuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan

demikian IMT belum tentu dapat digunakan untuk menilai disemua

populasi (Sudoyo, et al, 2009).

2. Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul

Pola penyebaran lemak di dalam tubuh merupakan salah

satu faktor penting untuk menentukan risiko gangguan

metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan. IMT

tidak dapat mengukur distribusi lemak dan juga tidak dapat

membedakan massa otot dan lemak. Oleh karena itu digunakanlah

pengukuran rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Pinggang

diukur pada titik yang tersempit, sedangkan panggul diukur pada

titik yang terlebar, kemudian ukuran pinggang dibagi dengan

ukuran panggul.

f. Klasifikasi obesitas

Berikut adalah klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada

orang dewasa berdasarkan IMT :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan

IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan

IMT Menurut Kemenkes RI.

g. Dampak obesitas terhadap kesehatan

Obesitas memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan tubuh.

Obesitas berhubungan dengan meningkatnya angka mortalitas, hal ini

karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua

penyebab dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal,

dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Flier et al, 2010). Berikut

beberapa efek patologis dari obesitas adalah resistensi insulin dan

diabetes melitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit

kardiovaskular, penyakit respirasi, Gallstones (batu empedu), penyakit

muskuloskeletal, penyakit ginekologi dan genitourinaria, penyakit


commit to user
sendi dan kulit hingga kanker (Purnamawati, 2009).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

h. Obesitas pada remaja

Angka obesitas yang tinggi juga didapat di kelompok umur anak

dan remaja. Pada tahun 2016 didapatkan jumlah lebih dari 340 juta

anak dan remaja mengalami berat badan berlebih dan obesitas (WHO,

2018). Pada tahun 2013 pada kelompok umur 13-15 tahun didapatkan

angka prevalensi status gizi gemuk mencapai 8,3% dan sangat gemuk

di angka 2,5%. Sementara di kelompok umur 16-18 tahun didapatkan

angka prevalensi status gizi gemuk 5,7% dan sangat gemuk di angka

1,6%. Hal ini menunjukan bahwa remaja bukanlah kelompok umur

yang bebas dari obesitas (Depkes, 2013).

Pengukuran obesitas pada anak dan remaja di rentang umur 5-19

tahun berbeda dengan pengukuran pada orang dewasa. Pengukuran

menggunakan tabel z-score yang dikeluarkan WHO, dimana IMT yang

dihitung akan diproyeksikan terhadap umur anak atau remaja. Seorang

anak dikatakan obesitas apabila grafik pertumbuhan terletak diatas

garis +2SD (WHO, 2018).

3. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu

yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (KBBI, 2019).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dimana hal ini terjadi setelah

orang melakukan suatu bentuk penginderaan terhadap objek tertentu.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Penginderaan pada manusia sendiri terdiri dari indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan perabaan. Sebagian besar

informasi yang diterima manusia berasal dari penglihatan dan

pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2012).

Dari sumber diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hal (mata

pelajaran) atas hasil setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek.

b. Tingkatan pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012), pengetahuan dibagi

kedalam enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materii uang

telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh beban yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara kasar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartian sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi

baru dari formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan masalah kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang

telah ada atau telah ditentukan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi

(Notoatmodjo S. , 2010) :

1. Faktor Pendidikan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin

mudah orang tersebut menerima informasi yang berkaitan

dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh

dari informasi yang disampaikan orang lain. Pendidikan sangat

erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan

untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan,

semakin banyak pula sarana untuk meningkatkan pengetahuan,

mulai dari orang lain yang ditemui, tingkatan bidang ilmu

hingga teknologi yang semakin canggih.

2. Faktor Pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh dalam proses

mengakses informasi terhadap suatu objek yang nantinya akan

menghasilkan suatu pengetahuan baru.

3. Faktor Pengalaman

Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi

pengetahuannya, semakin banyak pengalamannya akan

semakin banyak pula pengetahuna yang didapat akan hal

tersebut.

4. Faktor Keyakinan

Keyakinan yang diyakini seseorang biasa didapat secara

turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebeih dahulu,

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

positif atau negatifnya keyakinan akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

5. Faktor Sosial Budaya

Kebudayaan dan kehidupan sosial seseorang dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap yang diambil

orang tersebut terhadap sesuatu.

d. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan pada materi yang ingin

diukur (Notoatmodjo S. , 2012).

Seseorang dapat dikatakan mengerti tentang suatu bidang jika

orang tersebut mampu menjawab baik pertanyaan lisan maupun

tulisan. Jawaban yang dikeluarkan oleh orang tersebutlah yang

dinamakan pengetahuan (knowledge). Pertanyaan adalah suatu alat

ukur yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan. Pertanyaan

dapat digolongkan menjadi pertanyaan subjektif dan pertanyaan

objektif dimana pertanyaan objektif lebih sering digunakan untuk

menilai pengetahuan seseorang (Notoatmodjo S. , 2012).

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dalam skala

yang bersifat kualitatif yaitu (Arikunto, 2010) :

1. Baik (jawaban terhadap kuisioner 76 - 100% benar)


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

2. Cukup (jawaban terhadap kuisioner 56 - 75% benar)

3. Kurang (jawaban terhadap kuisioner < 56% benar)

4. Gizi

a. Definisi gizi

Gizi berasal dari bahasa Mesir yang berarti makanan. Gizi dalam

bahasa Inggris adalah nutrition, yang kemudian menjadi nutrisi jika

dalam Bahasa Indonesia (Devi, 2010). Nutrisi adalah salah satu hal

fundamental dalam kehidupan manusia, mulai dari masa fetal, lahir,

bayi, anak, remaja sampai dewasa dan lansia. Nutrisi yang baik akan

meningkatkan kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan mental dan

fisik serta produktifitas (WHO, 2018). Gizi adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

yang akan melewati proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat sisa yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupan,

pentumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta menghasilkan

energi untuk kegiatan sehari-hari (Supariasa, dkk, 2014).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat

konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas

hidangan menunjukkan adanya seluruh zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya antara satu dan

yang lainnya. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi

terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

kebutuhan tubuh, baik dari sudut pandang kualitas maupun

kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang

sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang

baik disebut konsumsi adekuat. Jika konsumsi baik kualitas maupun

kuantitas melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih

yang pada akhirnya akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya,

konsumsi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas akan

menghasilkan kondisi kesehatan gizi kurang (Sediaoetama, 2010).

b. Zat- zat gizi

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh, zat gizi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat

gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan

satuan gram. Zat gizi yang termasuk kedalam kelompok zat gizi makro

adalah karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan zat gizi mikro

adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil tetapi

tetap ada dalam makanan. Zat gizi mikro menggunakan takaran

miligram untuk sebagian besar mineral dan vitamin (Almatsier, 2010).

1. Karbohidrat

Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat

gula yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan

Oksigen (O). Didalam tubuh karbohidrat akan dibakar dan

dijadikan tenaga atau panas. Satu gram karbohidrat akan

dikonversi menjadi empat kalori. Menurut besarnya, molekul


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, monosakarida,

disakarida dan polisakarida (Almatsier, 2010). Karbohidrat

dibutuhkan dalam jumlah 65% dari konsumsi total kalori (Yustika,

2018).

2. Lemak

Lemak adalah salah satu komponen zat gizi yang sangat

penting dalam kehidupan. Lemak memiliki fungsi sebagai sumber

energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar

sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung

organorgantubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika,

2008). Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H)

dan oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Satu gram lemak dapat

dibakar untuk menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan

tubuh. Bahan-bahan makanan yang mengandung lemak banyak

akan memberi rasa kenyang yang lama. Menurut sumbernya,

lemak dapat dibedakan menjadi lemak nabati dan lemak hewani

(Almatsier, 2010).

3. Protein

Protein merupakan salah satu komponen makro molekul

yang sangat dibutuhkan manusia. Fungsinya lebih mengarah pada

sintesis protein baru yang akan menopang kebutuhan fisiologis

tubuh (Susanti & Hidayat, 2016). Protein diperlukan untuk


commit to user
pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam tubuh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut dan kuku. Protein

penting dalam pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan

mengganti jaringan yang aus, perkembangan seks dan

metabolisme. Selain itu, protein juga berguna dalam mengatur

keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan serta

mengatur keseimbangan air dalam tubuh (Almatsier, 2010).

4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan

tubuh dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat

dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari

makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan

dan pemelihara kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik

di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin

dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Fungsi utama

vitamin adalah mengatur proses metabolisme protein, lemak dan

karbohidrat. Menurut sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua,

vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K, dan

vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C (Almatsier,

2010).

5. Mineral

Tubuh kita memerlukan mineral yang memegang peranan

penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh mulai dari tingkat sel

sampai fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur-unsur mineral


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

adalah karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N).

Selain itu mineral juga mempunyai unsur kimia lainnya, yaitu

kalsium (Ca), klorida (Cl), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P),

kalium (K), natrium (Na), sulfur (S). Kebutuhan mineral dapat

dipenuhi dengan mengonsumsi bahan makanan yang mengandung

banyak mineral baik nabati maupun hewani (Salamah, 2012).

6. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh

manusia, sekitar 60-70% berat badan orang dewasa berupa air.

sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh. Air berfungsi sebagai

zat pembangun yang merupakan bagian dari jaringan tubuh dan

sebagai zat pengatur yang berperan sebagai pelarut hasil-hasil

pencernaan. Air juga membantu pengeluaran sisa-sisa pencemaran

dari dalam tubuh baik melalui paru-paru, kulit, ginjal maupun usus.

Air juga berfungsi sebagai pengatur panas tubuh dengan jalan

mengalirkan semua panas yang dihasilkan ke seluruh tubuh

(Almatsier, 2010).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

B. Kerangka Pemikiran

Faktor bisa dimodifikasi :


Aktifitas Fisik

Sosial Ekonomi

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Buruk Pengetahuan Baik

Pola Makan Buruk Pola Makan Baik

Obesitas Pada Remaja

Penyakit
Genetik
Meabolisme
Jenis Sosial Ekonomi
Kelamin Keluarga
Aktifitas
Usia
Fisik
Tidak dapat Dapat Dimodifikasi
dimodifikasi

Variabel Perancu

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : : variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

C. Hipotesis

Terdapat pengaruh tingkat pengetahuan tentang gizi terhadap angka

kejadian obesitas pada remaja di Surakarta, pengetahuan yang baik akan

mengurangi angka kejadian obesitas pada remaja.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai