ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas sudah mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan prevalensi
yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. WHO
menyatakan dalam kurun waktu 40 tahun, jumlah anak yang menderita obesitas meningkat 10 kali
lipat. Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak
usia sekolah di SDN 10 Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim Tahun 2018. Metode: Desain
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Survey Analitik, dengan rancangan Cross
Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim dari
bulan Mei - Juli 2018. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SDN 10 Semende Darat Laut
sebanyak 163 siswa dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner dan analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil: mayoritas responden
berjenis kelamin perempuan (55,8%), lama tidur cukup (65,5%), mayoritas responden memiliki
aktivitas ringan (82,2%), dan mayoritas responden tidak obesitas (81,0%). Berdasarkan hasil analisis
bivariate jenis kelamin tidak berhubungan dengan obesitas (p-value = 0,092 > α=0,05), sedangkan
lama tidur (p-value = 0,034> α = 0,05) dan aktivitas fisik (p-value = 0,004 > α = 0,05) berhubungan
dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SDN 10 Semende Darat Laut Kabupaten Muara
Enim. Saran: Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan untuk pihak sekolah dalam
meningkatkan monitoring status gizi anak usia sekolah melalui Program Unit Kesehatan Sekolah.
ABSTRACT
Background: Obesity has started to become a health problem around the world with a prevalence that
is always increasing every year, both in developed and developing countries. WHO stated that within
40 years, the number of children suffering from obesity has increased 10 times. Purpose: to
determine the factors associated with the incidence of obesity in school-age children at SDN 10
Semende Darat Laut, Muara Enim Regency in 2018. Methods: The research design used in this study
was the Analytical Survey method, with a cross sectional design. This research was conducted at SDN
10 Semende Darat Laut, Muara Enim Regency from May - July 2018. The study population was all
students of SDN 10 Semende Darat Laut totaling 163 students with total sampling technique. Data
collection using questionnaires and data analysis using chi-square test. Results: the majority of
respondents were female (55.8%), had enough sleep (65.5%), the majority of respondents had light
activity (82.2%), and the majority of respondents not obese (81.0%). Based on the results of the
bivariate analysis, gender was not associated with obesity (p-value = 0.092> α = 0.05), while the
length of sleep (p-value = 0.034> α = 0.05) and physical activity (p-value = 0.004> α = 0.05) is
related to the incidence of obesity in school-age children at SDN 10 Semende Darat Laut, Muara
Enim Regency. Suggestion: It is hoped that the results of this study will become input for the school
in improving the monitoring of the nutritional status of school age children through the School Health
Unit Program.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin, Lama Tidur, Aktivitas Fisik,
dan Kejadian Obesitas Pada Anak usia Sekolah
No Variabel n %
1 Jenis Kelamin
Laki – Laki 72 44,2
Perempuan 91 55,8
2 Lama Tidur
Cukup (<8,5 jam) 106 65,0
Lebih (>8,5 jam) 57 35,0
3 Aktivitis Fisik
Ringan (<3) 134 82,2
Sedang (>3) 29 17,8
4 Kejadian Obesitas
Obesitas(>2,43) 31 18,0
Tidak Obesitas (≤2,43) 132 81,0
Jumlah 163 100
sedangkan pada respoden laki-laki yaitu responden adalah yang tidak mengalami
44,2%. Lama tidur responden mayoritas kejadian obesitas yaitu 81,0% sedangkan
cukup (≤8,5 jam) yaitu 65,0% sedangkan yang mengalami kejadian obesitas adalah
responden dengan lama tidur lebih (>8,5 18,0%.
jam) yaitu 35,0%. Sebagian besar Analisa Bivariat
responden memiliki aktivitas ringan yaitu Analisis bivariat untuk mengetahui
dengan presentase 82,2% sedangkan hubungan variabel independen dan
responden yang melakukan aktivitas fisik dependen. Analisis bivariat dalam
sedang hanya 17,8%. Sebagian besar penelitian ini menggunakan chi-square.
Tabel 2.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Sekolah
Kejadian Obesitas
Obesitas Tidak Total
Jenis Kelamin p-value
Obesitas
n % n % n %
Laki-Laki 14 19,4 58 80,6 72 100
Perempuan 17 18,7 74 81,3 91 100 0,092
Jumlah 31 132 163
Tabel 3.
Hubungan Lama Tidur dengan Kejadian Obesitas pada Anak Usia Sekolah
Kejadian Obesitas
Obesitas Tidak Total
Lama Tidur p-value
Obesitas
n % n % n %
Cukup 15 23,6 81 76,4 106 100
Lebih 6 10,5 51 89,5 57 100 0,034
Jumlah 31 132 163
Tabel 4.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Usia Sekolah
Kejadian Obesitas
Obesitas Tidak Total
Aktivitas Fisik p-value
Obesitas
n % n % n %
Ringan 20 14,9 114 85,1 134 100
Sedang 11 37,9 18 62,1 29 100 0,004
Jumlah 31 132 163
Hasil analisis hubungan aktivitas besar dari α =0,05. Hasil penelitian ini
fisik dengan kejadian obesitas pada anak menunjukkan bahwa tidak terdapat
usia sekolah menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara jenis
responden dengan aktivitas ringan dan kelamin dengan kejadian obesitas.Jumlah
mengalami obesitas (14,9%) lebih sedikit responden dengan siswa laki-laki yang
dibandingkan responden dengan aktivitas mengalami obesitas yaitu 19,4% dan
sedang dan mengalami obesitas (37,9%). responden laki-laki yang mengalami tidak
Uji chi-square menunjukkan hasil p value obesitas sebanyak 80,6%, sedangkan
(0,004) lebih kecil dari alpha (0,05). respoden perempuan yang mengalami
Artinya, ada hubungan antara aktivitas sebanyak sebanyak 18,7% sedangkan
fisik dengan kejadian obesitas pada anak responden perempuan tidak obesitas
usia sekolah. sebanyak 81,3%.
Penelitian ini sejalan dengan
PEMBAHASAN penelitian yang telah dilakukan oleh
Hubungan Jenis Kelamin dengan Widyawati (2014), hasil penelitian
Kejadian Obesitas mengunakan uji chi square dengan nilai p
Berdasarkan hasil penelitian
value 0,443 (>0,05). Disimpulkan bahwa
didapatkan hasil p value = 0,092 lebih
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 289
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
tidak terdapat hubungan antara jenis adalah kelompok umur usia sekolah.
kelamin dengan kejadian obesitas dengan Menurut Arisman (2010), mengemukakan
jumlah keseluhan sampelnya adalah 407 bahwa, dari 50 anak laki-laki yang
sampel dengan anak perempuan yang lebih mengalami gizi lebih, 86% akan tetap
banyak mengalami kejadian obesitas yaitu obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak
8,8 %. perempuan yang obesitas akan tetap
Menurut penelitian Meidelwita obesitas sebanyak 80% hingga dewasa.
(2012), Persentase obesitas antar laki - Obesitas permanen, cenderung akan
laki dan perempuan didapat pada terjadi bila kemunculannya pada saat anak
perhitungan persentase tertinggi untuk berusia 5-7 tahun dan anak berusia 4-11
obesitas adalah pada perempuan yaitu tahun, maka perlu upaya pencegahan
46,75%, sedangkan laki-laki 13,64%. Hal terhadap gizi lebih dan obesitas sejak dini
ini diperkirakan adanya perbedaaan (usia sekolah).
aktivitas dan kebutuhan lemak pada Hasil penelitian yang berbeda
perempuan lebih tinggi dikarenakan dilakukan oleh Marfuah dkk (2013),
dalam sistem hormon di dalam tubuh berdasarkan hasil analisisyang telah
proses pembentukanya dibutuhkan dilakukannya terdapat hubungan yang
kolesterol sebagai bahan baku hormon, signifikan antara siswa obesitas dantidak
sehingga kegemukan pada perempuan 2 obesitas yaitu jenis kelamin anak laki-
kali lebih cepat bertambah ditambah lakilebih banyak yang obesitas
kondisi tubuh dengan aktivitas laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
dominan oleh otot sedangkan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perempuan lebih sedikit. anak laki-laki mempunyai durasi tidur
Hasil penelitian ini juga didukung lebih pendek dibandingkan anak
oleh penelitian yang dilakukan Fachrunisa perempuan. Durasi tidur pendek berisiko
(2016), hubungan jenis kelamin dengan menyebabkan obesitas. Penelitian lain
obesitas dengan menggunakan analisis chi menunjukkan bahwa anak laki-laki
square didapatkan nilai p value sebesar memiliki lebih banyak waktu luang
0,22 sehingga tidak terdapat hubungan dibandingkan anakperempuan yang
antara jenis kelamin laki-laki dan disebabkan anak laki-laki mempunyai
perempuan. aktivitas rumah yang lebih sedikit. Waktu
Salah satu kelompok umur yang luang yang dimiliki anak laki-laki
berisiko terjadinya gizi lebih atau obesitas digunakan untuk melakukan aktivitas
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 290
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
anak yang durasi tidurnya panjang. Durasi remaja. Hal itu dapat terjadi dikarenakan
tidur pendek (<10 jam)dapat meningkatkan remaja yang kurang tidur akan
risiko obesitas pada anak usia5–12 tahun menyebabkan ketidakseimbangan antara
dengan OR sebesar 2,61 dibandingkananak hormon leptin dan ghrelin yang
yang durasi tidurnya panjang yaitu ≥10 merupakan hormon peredam dan
jam. Tidur yang kurang (2-4 jam sehari) perangsang nafsu makan dan
dapat mengakibatkan kehilangan 18% menyebabkan gangguan keseimbangan di
leptin dan meningkatkan28% ghrelin yang dalam tubuhnya. Terlebih lagi orang-orang
dapat menyebabkan bertambahnyanafsu yang kurang tidur akan mengalami
makan kira–kira sebesar 23–24%. kelelahan dan keengganan untuk
Leptinadalah protein hormon yang melakukan aktivitas fisik pada pagi
diproduksi jaringan lemakyang berfungsi harinya. Sehingga untuk mengatasi hal
mengendalikan cadangan lemak tersebut mereka cenderung lebih banyak
danmempengaruhi nafsu makan, mengkonsumsi makanan karena berpikir
sedangkan ghrelin adalah hormon yang kelelahan dan keengganan untuk
dapat mempengaruhi rasa lapardan beraktivitas fisik tersebut disebabkan
kenyang. Apabila leptin menurun dan karena kurangnya asupan makanan.
ghrelinmeningkat dapat meningkatkan rasa Penelitian ini menunjukkan bahwa
lapar dan membuatmetabolisme melambat terdapat hubungan yang signifikan antara
serta berkurangnya kemampuanmembakar lama tidur dengan kejadian obesitas.
lemak dalam tubuh. Menurut peneliti Menurut asumsi peneliti hal ini dapat
perbedaan ini dapat dipengaruhi dari disebabkan karena pada saat penelitian
berbagai faktor yaitu bisa dari jumlah sebagian besar responden mengatakan
sampel pada penelitian dan juga bisa dari bahwa tidurnya yaitu ≤ 8 jam sehari.
pengkategorian dari variabel lama tidur Dengan pola tidur seperti ini dapat
dimana dalam penelitian yang telah saya diakatakan bahwa pola tidur seperti ini
lakukan adalah ≤8,5 jam dan >8,5 jam adalah pola tidur pendek yang dapat
sedangkan pada penelitian Marfuah mempengaruhi dari aktivitasnya. Dimana
pengkategoriannya adalah ≤10 jam dan ditambah lagi dengan aktivitas anak
>10 jam. siswa/i yang kurang melakukan banyak
Pada penelitian yang dilakukan kegiatan aktivtas fisik karena lebih banyak
oleh Cauter et al (2008) tidur memiliki menghabiskan waktunya setelah pulang
pengaruh terhadap kejadian obesitas pada sekolah dengan maen game. Obesitas
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 292
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
yang terjadi pada anak tersebut karena yang memungkinkan mereka mendapatkan
perilaku atau gaya hidup yang kurang baik pola konsumsi makanan yang berlebihan,
dengan terbiasanya anak makan sebelum mendapatkan kemajuan teknologi yang
tidur serta adanya kebiasaan menghabiskan secara tidak langsung berhubungan
waktu dengan aktivitas ringan seperti dengan aktivitas fisik sehari-hari, misalnya
bermain game berjam-jam. alat-alat permainan yang mengandalkan
Hubungan Aktifitas Fisik dengan kecepatan jari-jari tangan dan mata
Kejadian Obesitas daripada gerak tubuh, seperti playstation,
Hasil analisis data pada aktivitas
nonton TV, dan game online.
fisik menunjukan bahwa terdapat
Hal ini sesuai penelitian Zamzani
hubungan antara aktivitas fisik dengan
(2016), terjadinyamenunjukkan bahwa
kejadian obesitas pada anak dengan nilai p-
aktivitas fisik dinyatakan berhubungan
value = 0,004 (<0,05). Diketahui bahwa
secara statistik dengan kejadian obesitas
jumlah responden aktivitas fisik ringan
pada anak yang dibuktikan dengan
dengan kejadian obsitas adalah 14,9% dan
diperoleh nilai p-value 0,009 (<0,05) dan
responden yang memiliki aktivitas fisik
OR 5,69 (95% CI = 1,42-22,65). Dengan
ringan dengan kejadian tidak obesitas
demikian, hipotesis penelitian diterima
adalah 85,1%, sedangkan respoden dengan
bahwa anak dengan aktivitas fisik sedang-
aktivitas fisik kurang baik berat dengan
berat ≤1jam/hari meningkatkan risiko
kejadian obesitas adalah 37,9% sedangkan
terjadinya obesitas. Obesitas yaitu
responden yang memiliki aktivitas berat
meningkatnya berat badan akibat
dengan kejadian tidak obesitas adalah
akumulasi lemak tubuh yang berlebihan.
62,1%.
Obesitas pada anak merupakan
Hal ini sesuai dengan penelitian
konsekuensi dari asupan kalori (energi)
yang telah dilakukan oleh Maidelwita
yang melebihi jumlah kalori yang
(2012), menunjukan bahwa ada pengaruh
dilepaskan atau di bakar melalui proses
yang signifikan antara aktivitas fisik
metabolisme di dalam tubuh. Aktivitas
dengan kejadian obesitas pada siswa SD
fisik merupakan faktor yang menjadi
SBI Percobaan Uung Gurun Padang
penyebab obesitas.
dengan nila p-value : 0,001 OR :6,444.
Penelitian ini juga sejalan dengan
Kejadian obesitas pada anak di sekolah ini
penelitian Afrienny (2014), yang
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi
menyatakan bahwa hasil analisis statistik
keluarga yang umumnya menengah ke atas
dengan menggunakan uji chi square
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 293
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
(α = 0,05) diperoleh nilai p = 0,035 syarif (2006), Aktivitas fisik yang ringan
(p<0,05) dengan tingkat kepercayaan menyebabkan keluaran energi menjadi
95%, hal ini berarti ada hubungan yang rendah sehingga terjadi
bermakna antara aktivitas fisik dengan ketidakseimbangan antara masukan energi
obesitas padasiswa/i SMP Negeri 34 yang lebih banyak dibandingkan dengan
Medan tahun 2014. Kejadian obesitas pada energi yang keluar. Akibat dari sedikitnya
siswa/i dengan aktivitas fisik ringan energi yang keluar dari tubuh, maka sisa
dibandingkan aktivitas fisik berat dari energi tersebut akan tersimpan
memiliki RP sebesar 1,704 dengan 95% menjadi lemak dan kemudian menjadi
CI (0,988 -2,938) Artinya siswa/i overweight hingga berlanjut menjadi
dengan aktivitas fisik ringan memiliki obesitas.
kemungkinan resiko 1,704 kali lebih Terjadinya obesitas dikarenakan
besar mengalami obesitas dibandingkan rendahnya aktivitas fisik sehingga asupan
dengan siswa/i dengan aktivitas fisik energi yang masuk hanya sedikit yang
berat. terpakai untuk beraktivitas dan sebagian
Penelitian ini sejalan dengan besar tersimpan sebagai lemak tubuh,
penelitian yang dilakukan oleh Haryono dengan kata lain kelompok obesitas hanya
(2015), bahwa hubungan antara aktivitas menggunakan sedikit energi dalam
fisik dan kejadian obesitas peneliti melakukan aktivitasnya (Proverawati,
menggunakan uji logistic Regression 2010). Menurut Adityawarman (2007),
diperoleh angka significancy p value = Mayoritas saat ini anak-anak mempunyai
0,020 dimana p < 0,05 sehingga Ho di aktivitas fisik yang menurun setiap
tolak dan Ha di terima menunjukkan tahunnya. Perubahan waktu bermain anak
bahwa aktivitas fisik dengan kejadian yang semula banyak bermain diluar rumah
obesitas pada anak usia 3 tahun di Wilayah menjadi bermain di dalam rumah.
Kerja Puskesmas Asemrowo Kota Sebagaimana contoh saat ini, banyak anak
Surabaya mempunyai hubungan yang yang bermain game di smartphone,
signifikan (bermakna). menonton televisi, menggunakan
Hasil penelitian yang berbeda komputer daripada berjalan, bersepeda
dilakukan oleh Fachrunisa (2016), bahwa maupun berolahraga.
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian Menurut Musralianti (2016),
obesitas. Penelitiannya menggunakan chi menyatakan bahwa kehilangan aktivitas
square dengan p value 0,633. Menurut fisik, akibat menonton televisi atau
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 294
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
bermain video game lebih dari 1 (satu) Aktivitas fisik yaitu salah satu
jam setiap hari memiliki kontribusi yang komponen yang terpenting dalam
signifikan terhadap obesitas pada anak dan melakukan pengaturan berat badan dan
remaja. Pendapat ini diperkuat dengan merupakan faktor resiko utama yang
ditemukannya data aktivitas fisik pada menyebabkan kegemukan dan obesitas
penelitian dimana remaja lebih banyak (Widiantini, 2014). Aktivitas fisik adalah
menghabiskan waktu dengan melakukan gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh
aktivitas pada posisi duduk dan berbaring dan sistem penunjangnya. Jumlah energi
seperti menonton televisi, mengerjakan yang dibutuhkan tubuh tergantung pada
tugas, bermain game atau hanya sekedar berapa banyak otot yang bergerak, berapa
menghabiskan waktu dengan bersantai, lama dan berapa berat pekerjaan yang
bahkan pada hari libur remaja dan anak dilakukan (Suryana, 2017).
bisa menghabiskan 10-12 jam dengan Menurut Wahyu (2009), Pola
melakukan berbagai aktivitas pada posisi aktivitas yang minim berperan besar
duduk dan berbaring dalam sehari. dalam peningkatan resiko obesitas pada
Aktivitas fisik adalah semua anak. Kegemukan dan obesitas pada anak
pergerakan tubuh yang mengeluarkan yang kurang beraktivitas fisik maupun
energi. Pengeluaran energi melalui berolahraga disebabkan oleh jumlah kalori
aktivitas fisik memiliki hubungan erat yang dibakar lebih sedikit dibandingkan
dengan keseimbangan energi. Tubuh kalori yang diperoleh dari makanan yang
akan memerlukan oksigen yang banyak dikonsumsi sehingga berpotensi
untuk melakukan aktivitas fisik aerobik menimbulkan penimbunan lemak berlebih
seperti bersepeda, menari dan berjalan. di dalam tubuh (Wahyu, 2009).
Aktivitas fisik yang rendahmemiliki Pernyataan di atas dikuatkan oleh
hubungan yang erat dengan adanya Misnadiarly (2007), obesitas banyak
morbiditas dan mortalitas padaanak dijumpai pada orang yang kurang
karena adanya penyakit kronisseperti melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan
diabetes tipe 2, penyakit duduk. Di masa industri sekarang ini,
jantung,osteoporosis dan beberapa dengan meningkatnya mekanisasi dan
penyakit kanker. Aktivitas fisik yang kemudahan transportasi, orang cenderung
kurang juga dapat meningkatkan risiko kurang gerak atau menggunakan sedikit
overweight dan obesitas pada dewasa tenaga untuk aktivitas sehari-hari.
(Musralianti, 2016).
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 295
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
yang baik dari makanan dan minuman dapat menurunkan kejadian obesitas yang
yang berkualitas dan gizi yang tercukupi terjadi pada anak sekolah dasar.
untuk mendukung anak-anak dalam
melakukan berbagai aktivitas fisik KESIMPULAN DAN SARAN
(Hockenbery & Wilson, 2009) Kesimpulan
Menurut asumsi peneliti dari Berdasarkan hasil penelitian dan
keseluruhan responden sebanyak 163 pembahasan, lama tidur dan aktivitas fisik
responden sebagian besar beraktivitas merupakan faktor yang berhubungan
ringan. Kurangnya aktivitas fisik yang dengan kejadian obesitas pada anak usia
dilakukan oleh anak-anak yang sekolah, sedangkan jenis kelamin tidak
disebabkan oleh banyak bermain game berhubungan dengan kejadian obesitas
atau komputer sehingga tidak banyak pada anak usia sekolah.
mengeluarkan energi. aktivitas fisik yang Saran
ringan menyebabkan energi yang Peran perawat anak di komunitas
dikeluarkan sedikit sehingga dapat perlu ditingkatkan melalui kerjasama
menyebabkan obesitas karena energi yang dengan pihak sekolah dan Puskesmas
dikeluarkan tidak seimbang dengan energi dalam menggiatkan kegiatan monitoring
yang didapatkan. Oleh karena itu, status gizi anak usia sekolah. Kegiatan
pentingnya dalam menyeimbangkan energi monitoring ini dapat dilakukan melalui
yang didapatkan dengan energi yang program usaha kesehatan sekolah (UKS)
dikeluarkan dengan melakukan aktivitas yang telah tersedia di sekolah.
fisik diluar rumah seperti olahraga lari,
bermain sepakbola, senam dan lain
sebagainya. Sehingga kejadian tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Afrienny, R., Rahayu., Hiswani. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Obesitas Pada Siswa Kelas VII dan VIII di SMP Negeri 34 Medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1-8.
Amriani., Harso, K., Sartini. (2015). Gambaran Obesitas dan Kadar Kolestrol Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin Pada Padien yang Berobat di Rumah Sakit Medan. Jurnal
Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan. Vol 2(1); 16-22.
Proverawati. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku pada Remaja. Yogyakarta: Nuha
Medika
Santrock, Jhon W.(2009). Perkembangan Anak Edisi 11. Jakart: Erlangga
Saglam, H and Tarim. (2008). Prevalence and Correlates of Obesity in Schoolchildren From
The City Of Bursa, Turkey. J clin Res Pediatr Endocrinol. Vol 1(2); 80 -87. Septiani, R
dan Bambang., B.R. (2017). Pola Konsumsi Fast Food, Aktifitas Fisik dan Faktor
Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas (Studi Kasus pada Siswa SD Negeri 01 Tanjong
Kecamatan Tanjong Kabupaten Brebes). Public Health Perpective Journal. Vol 02(3);
262-269.
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 298
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020 Shinta Maharani1, Rice Hernanda2
Sinaga, Yostiana., Eka., Yanti Ernalia. (2014). Hubungan Kualitas Tidur dengan Obesitas
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jom FK. Vol 2(2), 1-8
Suryana dan Yulia, F. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan IMT dan Komposisi Lemak
Tubuh.
Wahyu, Genis Ginanjar. (2009). Obesitas Pada Anak. Yogyakarta: Bentang Pustaka
WHO. (2017). Kesehatan Gizi Anak Usia dibawah 5 Tahun. Diakses pada tanggal 26 April
2018.
Widiantini, W., dan Taufal, Z. (2014). Aktivitas Fisik, Stress, dan Obesitas Pada Pegawai
Negeri Sipil. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 8 (7), 330-336
Widyawati, Nur. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Pada Anak
Sekolah Dasar Usia 6-14 Tahun di SD Budi Mulia 2 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi
DIV Bidan Pendidik, STIKes Aisyiah Yogyakarta
Wong, D. L. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby Co
Zamzani, M., Hamam, H., Dewi. (2016). Aktivitas Fisik Berhubungan dengan Kejadian
Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Vol 4(3); 123-
128