ABSTRAK
Latar Belakang: Masa remaja adalah masa saat tingginya kebutuhan zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembanga. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa mulai terjadi
peningkatan status gizi yang mengarah kepada gizi lebih, tetapi gizi kurang juga masih ditemui
pada beberapa remaja.
Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik
dengan pendekatan cross-sectional. Populasi siswa SMAN 14 Tangerang yang berumur 15-18
tahun dengan sampel sebanyak 277 orang. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan
menggunakan uji korelasi pearson.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara variabel citra
tubuh (Pvalue = 0,002), aktivitas fisik (Pvalue = 0,000), kebiasaan sarapan (Pvalue = 0,049)
dan asupan zat gizi (Pvalue = 0,043) dengan indeks massa tubuh.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara citra tubuh, aktivitas fisik, kebiasaan sarapan,
dan asupan zat gizi dengan indeks massa tubuh pada remaja usia 15-18 tahun di SMAN 14
Tangerang.
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 207
Latar Belakang Data Riset Kesehatan Dasar
Permasalahan gizi dapat terjadi pada (Riskesdas) tahun 2013 mengenai masalah
semua kelompok umur dan biasanya akan gizi pada remaja awal adalah kejadian kurus
mempengaruhi status gizi generasi pada remaja umur 13-15 tahun adalah
berikutnya. Selain itu, permasalahan gizi 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan
pada remaja dapat berpengaruh pada status 7,8% kurus, sedangkan kejadian
gizi saat dewasa. Masalah gizi di Indonesia kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun
saat ini dikenal dengan masalah gizi ganda adalah sebesar 10,8% yang terdiri dari
(double burden). Maksudnya disuatu sisi 8,3% gemuk dan 2,5% obesitas. Di provinsi
masalah gizi kurang masih banyak disisi lain Banten, prevalensi kejadian kekurusan dan
masalah gizi lebih terus meningkat, hal ini kegemukan berada di atas angka nasional.
terjadi disetiap kelompok usia mulai di Prevalensi remaja usia 16-18 tahun yang
perkotaan sampai pedesaan. Gizi kurang termasuk dalam kategori gemuk sebanyak
dapat meningkatkan risiko terhadap 1,4%. Prevalensi kegemukan dan kekurusan
penyakit infeksi dan gizi lebih dengan di provinsi Jawa Barat lebih besar daripada
akumulasi lemak tubuh yang berlebih dapat provinsi di sekitarnya seperti Jawa Tengah
meningkatkan risiko menderita penyakit dan Banten. Prevalensi kegemukan di Jawa
degeneratif1. Barat sebesar 2,1% sedangkan di Jawa
Overweight dan obesitas bisa Tengah dan Banten 0,7% dan 1,5%.
diketahui dengan mengukur indeks massa Penelitian pendahulu yang dilakukan pada
tubuh (IMT), yaitu dengan mengukur berat 40 orang siswa SMA Marsudirini Bekasi
badan dan tinggi badan. IMT dihitung menunjukan hasil bahwa 32,5% siswa
dengan membagi berat badan (dalam termasuk dalam kategori gizi lebih
kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (Hartyaningtyas, 2013). Di Negara-negara
(dalam meter). Indeks massa tubuh ini yang sedang berkembang, faktor yang
adalah indikator yang paling sering mempengaruhi tingginya IMT (gizi lebih)
digunakan dan praktis untuk mengukur diantaranya adalah pola makan dengan
tingkat populasi overweight dan obesitas porsi besar (melebihi dari kebutuhan) dan
pada orang dewasa. Berdasarkan klasifikasi kurangnya aktivitas fisik yang mengarah
Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut kriteria pada pola hidup sedentaris (sedentary
Asia Pasifik, seseorang dikatakan lifestyle) seperti menonton tv dan bermain
overweight jika memiliki IMT 23-24,9 dan computer/video games 11.
seseorang dikatakan obesitas jika memiliki Hidayati dkk dalam Nugroho (2016)
IMT ≥ 25. Sedangkan menurut Depkes RI, menjelaskan salah satu faktor yang
Seseorang dikategorikan overweight jika mempengaruhi status gizi adalah aktivitas
BMI > 25 dan obesitas jika BMI > 27. 1 fisik. Asupan energi yang berlebihan dan
Status gizi remaja diukur dengan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). yang seimbang (dengan kurang melakukan
Data dari NHANES (National Health and aktivitas fisik) akan menyebabkan
Nutrition Examination Survey) terjadinya penambahan berat badan.
memperlihatkan adanya kenaikan prevalensi Perubahan gaya hidup mengakibatkan
gizi lebih dan obesitas. Prevalensi orang terjadinya perubahan pola makan
yang termasuk gizi lebih dan obesitas masyarakat yang merujuk pada pola makan
dengan IMT 25.0 atau lebih meningkat dari tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak
56% pada tahun 1988-1994 (NHANES III) diimbangi dengan aktivitas fisik dapat
ke 64% pada NHANES 1999-2000. menimbulkan masalah gizi lebih. Penelitian
Penelitian pada 109 sekolah di Kanada yang dilakukan di Finlandia menunjukan
menunjukan bahwa 13.5% remaja termasuk adanya hubungan yang berkebalikan antara
kedalam kategori kelebihan berat badan dan aktivitas fisik dan Indeks Massa Tubuh
4.1% termasuk ke dalam kategori obesitas (IMT)4.
(Hartyaningtyas, 2013). Penelitian yang Kebiasaan makan dapat berpengaruh
dilakukan oleh Kiranni (2008) pada 118 pada status gizi. Pola makan yang kurang
remaja putra dan putri di Yunani tepat seperti sering tidak sarapan dapat
menunjukan hasil rata-rata IMT sebesar berpengaruh pada naiknya IMT. Studi cross-
23.10 kg/m2, dengan jumlah remaja yang sectional yang dilakukan di Hongkong
termasuk obesitas sebanyak 10% dan yang menunjukan bahwa orang yang tidak
termasuk gizi lebih sebesar 28.1%. sarapan akan memiliki rata-rata IMT yang
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 208
lebih tinggi daripada orang yang sarapan mengonsumsi makanan siap saji yang
pagi (Tin, 2011). Remaja SMA berumur 15- mengandung tinggi lemak dan tinggi gula.
18 tahun pada usia ini remaja sudah mulai Alasan lain yang meningkatkan kejadian
mencari kemandirian dan jati diri. Oleh obesitas yaitu peningkatan porsi makan ;(5)
karena itu, remaja pada usia tersebut Aktivitas Fisik, saat ini level aktivitas fisik
mudah sekali terpengaruh faktor-faktor dari telah menurun secara dramatis dalam 50
luar seperti media, baik elektronik maupun terakhir, seiring dengan pengalihan buruh
media cetak (Worthington-roberts, 2000). manual dengan mesin dan peningkatan
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi penggunaan alat bantu rumah tangga,
persepsi remaja, termasuk dalam persepsi transportasi dan rekreasi. 6
untuk makan atau persepsi dengan citra Gambaran citra tubuh merupakan
tubuh 5. salah satu faktor yang berhubungan dengan
Ada beberapa faktor yang bisa status gizi. Penelitian pada 242 orang anak
mempengaruhi IMT, yaitu : (1)Usia, yang berusia 10-19 tahun di Kanada
prevalensi obesitas meningkat secara terus menunjukan hasil adanya hubungan yang
menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah usia berkebalikan antara berat badan lebih
60 tahun, angka obesitas mulai menurun; dengan citra tubuh yang sehat. Risiko berat
(2) Jenis Kelamin, Pria lebih banyak badan lebih berkurang 1,3 kali setiap
mengalami overweight dibandingkan wanita. kenaikan satu tingkat pada citra tubuh yang
Distribusi lemak tubuh juga berbeda pada sehat7.
pria dan wanita, pria cenderung mengalami
obesitas visceral dibandingkan wanita; (3) Metode Penelitian
Genetik, beberapa studi membuktikan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa factor genetic dapat memengaruhi
bersifat deskriptif analitik dengan
berat badan seseorang. Penelitian
pendekatan cross-sectional. Populasi siswa
menunjukkan bahwa orang tua obesitas
SMAN 14 Tangerang yang berumur 15-18
menghasilkan proporsi tertinggi anak-anak
tahun dengan sampel sebanyak 277 orang.
obesitas; (4) Pola Makan, makanan siap saji
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat
juga berkontribusi terhadap epidemi
dengan menggunakan uji korelasi pearson.
obesitas. Banyak keluarga yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 209
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui (52,0%). Sedangkan untuk usia diantara
bahwa kelas X sebanyak 81 orang (29,2%), usia 15 tahun sebanyak 3 orang (1,1%),
kelas XI sebanyak 86 orang (31,1%), dan usia 16 tahun sebanyak 87 orang (31,4%),
kelas XII sebanyak 110 (39,7%). Untuk usia 17 tahun sebanyak 82 orang (29,6%)
jenis kelamin terdapat sebanyak 133 serta usia 18 tahun sebanyak 105 orang
(48,0,%) berjenis kelamin laki-laki, dan (37,9%).
berjenis kelamin perempuan sebanyak 144
Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebanyak 191 (69,0%) dan citra tubuh
bahwa dari 277 siswa di SMAN 14 negatif sebanyak 86 (31,0%)
Tangerang yang memiliki citra tubuh positif
Aktivitas Fisik pada Remaja
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 210
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sebanyak 238 (85,9%), jarang sarapan
bahwa dari 277 siswa di SMAN 14 sebanyak 32 (11,6%) dan tidak pernah
Tangerang terdapat yang sering sarapan sarapan sebanyak 7 (2,5%).
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui tinggi sebanyak 123 (44,4%), asupan zat
bahwa dari 277 siswa di SMAN 14 gizi cukup sebanyak 130 (46,9%) dan
Tangerang yang mempunyai asupan zat gizi asupan zat gizi rendah sebanyak 24 (8,7%).
Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji
statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,002 ( statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,043
p<0,05) yang berarti terdapat hubungan (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara citra tubuh dengan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan
IMT. Dan nilai kekuatan kolerasi r= 0,181. IMT. Dan nilai kekuatan korelasi r=0,122.
Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji
statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,000 ( Pembahasan
p<0,05) yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan 1. Hubungan antara Citra Tubuh
IMT. Dan nilai kekuatan kolerasi r= 0,529. dengan IMT
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 211
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sebanyak 238 (85,9%), jarang sarapan
bahwa dari 277 siswa di SMAN 14 sebanyak 32 (11,6%) dan tidak pernah
Tangerang terdapat yang sering sarapan sarapan sebanyak 7 (2,5%).
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui tinggi sebanyak 123 (44,4%), asupan zat
bahwa dari 277 siswa di SMAN 14 gizi cukup sebanyak 130 (46,9%) dan
Tangerang yang mempunyai asupan zat gizi asupan zat gizi rendah sebanyak 24 (8,7%).
Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji
statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,002 ( statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,043
p<0,05) yang berarti terdapat hubungan (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara citra tubuh dengan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan
IMT. Dan nilai kekuatan kolerasi r= 0,181. IMT. Dan nilai kekuatan korelasi r=0,122.
Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan uji
statistik Pearson diperoleh nilai p= 0,000 ( Pembahasan
p<0,05) yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan 1. Hubungan antara Citra Tubuh
IMT. Dan nilai kekuatan kolerasi r= 0,529. dengan IMT
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 211
jumlah yang besar. Selain itu sarapan pagi diperlukan untuk menutupi pengeluaran
bermanfaat pada fungsi kognitif terutama energi seseorang jika mempunyai ukuran
daya ingat, prestasi akademik, jumlah dan komposisi tubuh yang sesuai.
kehadiran di sekolah dan psikososial. Kebutuhan energi secara relatif lebih tinggi
Remaja yang tidak sarapan pagi mengalami jika tubuh lebih banyak mengandung otot
penurunan asupan mikro nutrisi daripada lemak atau tulang. Ukuran tubuh
dibandingkan dengan remaja yang rutin juga merupakan penentu pada pengeluaran
sarapan pagi dan rendahnya asupan ini energi seseorang 8.
tidak dapat digantikan dengan waktu makan
yang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wawointana
Remaja yang tidak rutin sarapan pagi (2016) yang menyatakan berdasarkan hasil
berisiko 3,6 kali menjadi overweight uji korelasi spearman yang berarti bahwa
dibandingkan remaja yang rutin sarapan hubungan antara asupan zat gizi dengan
pagi setelah dikontrol dengan karbohidrat IMT tergolong kuat dengan arah korelasi
dari makanan selingan. Remaja dengan positif. Terlihat nilai koefisien korelasi
konsumsi tinggi karbohidrat dari makanan sebesar r= 0,183 dan taraf signifikan atau
selingan berisiko 5 kali menjadi overweight nilai p sebesar 0,048 (p < 0,05). Hal ini
dibandingkan remaja dengan konsumsi berarti bahwa terdapat hubungan antara
tidak tinggi karbohidrat dari makanan asupan zat gizi dengan IMT pada pelajar di
selingan setelah dikontrol dengan sarapan SMP Kristen Tateli Kecamatan Mandolan
pagi. Kabupaten Minahasa.
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 213
remaja usia 15-18 tahun di SMAN 14 10. Centers For Disease Control and
Tangerang dengan nilai Prevention. (2011). About BMI For
Pvalue<0,05. Dikatakan terbukti Children and Teens.
adanya hubungan signifikan apabila http://www.cdc.gov/healthweight/as
nilai p< 0,05 dan tidak terbukti sesing/bmi/children_bmi/aboutchildr
adanya hubungan signifikan apabila ensbmi.html. Diunduh pada tanggal
nilai p≥0,05. 15 Februari 2018.
11. Darmayanti C. (2010). Kebiasaan
sarapan Remaja Siswa Menengah
DAFTAR PUSTAKA Pertama dan Faktor-faktor yang
1. Departemen Kesehatan Indonesia, Mempengaruhinya. [Skripsi]. Bogor
Profil Kesehatan Indonesia 2012. (ID) : Departemen Gizi Masyarakat,
Depkes RI Jakarta.(2010). Fakultas Ekologi Manusia, Institut
http://www.depkes.go.id/resources/ Pertanian Bogor.
download/pusdatin/profil-kesehatan- 12. Gattario, Holmqvist K. (2013). Body
indonesia/profil-kesehatan- Image in Adolescence: Through The
indonesia-2012.pdf. Lenses of Culture, Gender and
2. Kuessous, Caron. (2013). Eating Possitive Physychology, University of
Attitudes, Behaviors, and Body Gothenburg.
Image of Orthodox Jewish Girls in 13. Mujur, Andriardus. (2010).
Grades 3-8. Thesis,Yeshiva Hubungan Antara Pola Makan dan
University New York. Aktivitas Fisik dengan Kejadian Berat
3. Lahti-Loski, Marjaana, et al. (2002). Badan Berlebih pada Remaja Sekolah
Associations of body mass index and Menengah Atas Semarang.
obesity with physical activity, food 14. Muscari, Mary E. (2005). Panduan
choices, alcohol intake, and smoking Belajar: Keperawatan Pediatrik.
in the 1982-1997 FINRISK Studies. Jakarta: EGC.
American journal of Clinical Nutrition, 15. Nasution, Indri. K., (2007). Stress
75, 809-817. Pada Remaja. Skripsi S1 Program
4. Hartyaningtyas, Gresia Y. (2013). Studi Psikologi Fakultas Kedokteran,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Universitas Sumatra Utara.
Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada 16. Notoatmodjo, (2007). Kesehatan
Siswa SMA Marsudirini Bekasi Tahun Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta:
2013. Fakultas Kesehatan Rineka Cipta.
Masyarakat, Universitas Indonesia. 17. Nugroho, Mulyadi, Gresty N. (2016).
5. Asil, E et al., (2014). Factors That Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola
Affect Body Mass Index of Adults. Makan Dengan Perubahan Indeks
Pakistan Journal of Nutrition 13(5): Massa Tubuh Pada Mahasiswa
255-260. Semester 2 Program Studi Ilmu
6. Tin SPP, et al. (2011). Breakfast Keperawatan Fakultas Kedokteran.
Skipping and Change in Body Mass 18. Queensland Government. (2013).
Index in Young Children. Using Body Mass Index.
International Journal of Obesity. 35, http://www.health.qld.gov.au/master
899-906. s/copyright.asp.
7. Cakrawati, D., dan Mustika, NH. 19. Rahayu, et al. (2012). Citra Tubuh,
(2012). Bahan Pangan, Gizi, dan Pendidikan Ibu, Pendapatan
Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku
Makan dan Asupan Zat Besi pada
8. Agusanty, Shelly F. (2014). Faktor Siswa SMA Media Medika Indonesia,
Risiko Sarapan Pagi dan Makanan Vol. 46, No. 3.
Selingan Terhadap Kejadian 20. Raquel P.F. Guiné et al. (2016).
Overweight pada Remaja Sekolah Factors Affecting the Body Mass
Menengah Atas. Jurnal Gizi Klinik Index in Adolescents in Portuguese
Indonesia. Schools, Portugasl. Croation Journal
9. Brown, Judith E. et. al. (2005). of Food Technology, Biotechnology
Nutrition Through the Life Cycle. and Nutrition 11 (1-2), 58-64.
Wadsworth: USA.
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 214
21. Restiani, Novita. (2012). Hubungan Narkoba. Jakarta: PT. Elex Media
Citra Tubuh, Asupan Energi dan Zat Komputindo.
Gizi Makro Serta Aktivitas Fisik 29. Tjokoprawiro, A. (2011). Panduan
dengan Status Gizi Lebih pada Siswa Lengkap Pola Makan Untuk Penderita
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia
Timur Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Pustaka Utama.
Kesehatan Masyarakat Program Studi 30. Tzaffettas, Marilena. (2009). The
Gizi Universitas Indonesia. Depok. Relationship Between Friendship
22. Santana, et al. (2013). Factor Factor, Body Image Concern And
Associated With Body Image Restraint Eating. A study on Greek
Dissatisfaction Among Adolescents in Female Adolescents And Young
Public Schools Students in Salvador, Adults. Aristole University Medical
Brazil. Nutricion Hospitaland. Vol. 28 Journal, Vol. 36 No. 2.
(3), 747-755. 31. Wahyuni, Sri. (2013). Hubungan
23. Semium, Yustinus. (2006). Konsumsi Fast Food dengan Obesitas
Kesehatan Mental 1 Pandangan Pada Remaja di Akademi Kebidanan
Umum Mengenai Penyesuaian Diri Muhammadiyah Banda Aceh. Skripsi.
Dan Kesehatan Mental Serta Teori- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Teori Terkait. Yogyakarta: Kanisius. U’budiyah Program Studi Diploma
24. Sholeha, Lia, (2014). Hubungan Kebidanan. Banda Aceh.
Perilaku Makan Terhadap Indeks 32. Wawointana, Vallen I., (2016).
Massa Tubuh Pada Remaja di SMP Hubungan Antara Asupan Energi
YMJ Ciputat, Skripsi, Universitas dengan Status Gizi pada Pelajar di
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, SMP Kristen Tateli Kecamatan
Jakarta. Mandolang Kabupaten Minahasa.
25. Soetjaningsih, dkk. (2008). Tumbuh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Sagung Leto. 33. World Health Organization (WHO).
26. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk (2014). Adolescents Development.
Keperawatan. Jakarta: EGC. Diakses dari
27. Supriasa, I.D.N. (2013). Penilaian http://www.who.int/maternal-child-
Status Gizi. Edited by Monica Ester. adolescents/topics/adolescence.
Jakarta: EGC. 34. Worthington-roberts, bennie s, sue
28. Surya, Hendra. (2010). Jadilah rodwell williams. (2000). Nutrition
Pribadi Yang Unggul Sebuah Solusi Throughout The Life Cycle, 4th Ed.
Pengembangan Diri Dan Singapore: Mcgraw Hill Book Co.
Keterampilan Menolak (Refusal Skill)
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 215