Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegemukanf dan obesitas didefinisikan oleh WHO (2019) sebagai akumulasi
lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa
tubuh (BMI) adalah indeks sederhana berat badan menurut tinggi badan yang
biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas
pada orang dewasa. Ini didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg / m2). Pada orang dewasa,
BMI lebih besar atau sama dengan 25 dikategorikan kelebihan berat badan, sedngakan
BMI lebih besar atau sama dengan 30 disebut obesitas (WHO 2019).
Di Indonesia, 13,5% orang dewasa usia 18 tahun ke atas kelebihan berat
badan. Sementara itu, 28,7% mengalami obesitas ( IMT > 25 ) dan berdasarkan
indicator RPJMN 2015-2019 sebanyak 15,45 mengalami obesitas ( IMT > 27 ).
Sementara pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan
10,8% mengalami obesitas. Data terakhir situasi obesitas menunjukkan belum
terkendali, berdasarkan SIRKESNAS 2016, angka obesitas IMT > 27 naik menjadi
20,7% sementara obesitas dengan IMT > 25 menjadi 33,5%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bahwa kasus obesitas di
Tanah Air kian meningkat. Berdasarkan data dari Kemenkes, 1 dari 3 orang dewasa
Indonesia mengalami obesitas, dan 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami
kelebihan berat badan atau obesitas. "Obesitas di Indonesia melonjak dengan
mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa
tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan
hampir dua kali lipat, dari 19,1 persen pada 2007 hingga 35,4 persen pada 2018. Kita
harus benar-benar menekan tren peningkatan obesitas ini," ujar dr. Cut Putri Arianie,
M.H.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes,2018).
Prevalensi. Obesitas di Indonesia pada tahun 2013 prevalensi laki-laki dewasa
yang menderita obesitas sebesar 3% dan prevalensi obesitas pada perempuan sebesar
8,2%. Prevalensi obesitas di Indonesia tahun 2014 sebesar 5,7% (laki-laki sebesar
3,6% dan perempuan 7,8%). Berdasarkan usia dewasa ( > 18 tahun) prevalensi
obesitas di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat mulai dari tahun 2012-2014. Pada tahun 2012 prevalensi obesitas sebesar
5,5%, pada tahun 2013 prevalensi obesitas sebesar 5,8%, dan pada tahun 2014
prevalensi obesitas sebesar 6,1% (Ritchie and Roser, 2019).
Obesitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh seseorang memiliki kadar
lemak yang terlalu tinggi. Kadar lemak yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah satu resiko yang dihadapi oleh
orang yang obesitas adalah penyakit Diabetes Melitus. Obesitas juga merupakan
penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidaseimbangan asupan energi dengan
energi yang digunaan dalam waktu lama. Seseorang dikatakan mengalami obesitas
bila nilai Indek Massa Tubuhnya lebih dari atau sama dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) sendiri adalah perhitungan yang didapatkan dengan membagi massa tubuh
dalam kilogram terhadap kuadrat tinggi badan dalam meter (Kg/m2). IMT dapat
dibagi menjadi kekurangan berat badan, berat badan normal, kelebihan berat badan,
dan obesitas. Nilai IMT merupakan salah satu pengukuran, yang dilihat untuk menilai
risiko mengalami suatu penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes. (Gesti, 2018).
Jumlah penderita obesitas didunia telah meningkat secara signifikan setiap
tahunnya (Ermona and Wirjatmadi, 2018). Selain itu, jumlah asupan makanan
berkarbohidrat yang berlebih dan jadwal makan yang sering berdekatan juga dapat
menjadi faktor penyebab obesitas (Sartorius et al., 2017).
Berdasarkan penyebabnya obesitas dibedakan menjadi dua yaitu obesitas
primer dan dibedakan oleh asupan gizi yang berlebih dan obesitas sekunder yang
dibedakan oleh penyakit penyerta lain, misalnya hypotiroid/ hypogonadisme/
hypokortisolisme dan lain lain. Sedangkan jenisnya ada dua macam obesitas yaitu
obesitas central (obesitas android) dan obesitas perifer (obesitas gynecoid) penyebab
obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik yang yang
berperan dalam proses terjadinya obesitas (Anggraeni, lestari, & Ulilalbab,2017).
Orang yang mengalami obesitas lebih responsife terhadap isyarat lapar lapar
eksternal, rasa dan bau makanan, atau waktu makan di bandingkan dengan orang yang
berat badanya normal. Penderita obesitas cenderung akan makan apabila ingin makan
bukan pada saat terasa lapar. Pola makan yang berlebihan menyebabkan penderita
sulit untuk keluar dari kondisi berat badan berlebihan, hal ini disebabkan karena tidak
memiliki pengendalian diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan
(Pratiwi & Miko, 2017).
Ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dan keluar
mengakibatkan energi terus menumpuk di dalam tubuh. Pola makan cepat saji secara
teratur lebih dari dua kali dalam seminggu serta ukuran atau porsi makanan yang
berlebih juga memiliki kalori dalam jumlah yang tinggi juga dapat memepercepat
tingkat obesitas (Pratiwi & Miko, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh aktivitas fisik obesitas pada orang dewasa?
2. Apa saja factor resiko terhadap pengaruh aktivitas fisik pada orang dewasa?
3. Untuk mengetahui apa saja pengaruh aktivitas fisik obesitas pada orang dewasa?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Peneletitian
ManfaatPenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak meliputi :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi tenaga
keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan
2. Manfaat praktis
Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
pengembangan sistem pendidikan keparawatan.

Anda mungkin juga menyukai