Anda di halaman 1dari 4

OBESITAS

Pada saat ini tingkat obesitas tidak hanya pada usia dewasa tapi sudah merambah pada
usia anak-anak, sehingga perlu mendapat perhatian penting untuk kita semua. Obesitas saat ini
menjadi permasalahan dunia bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan
sebagai epidemic global ( ,2016.) Obesitas bukan sekedar masalah kesehatan, melainkan masalah
kesadaran. Dulu kegemukan identik dengan kemakmuran, akan tetapi sekarang kegemukan
merupakan suatu kelainan atau penyakit. Obesitas saat ini disebut sebagai the New World
Syndrome, angka kejadiannya terus meningkat dimanamana. Di seluruh dunia, kini dilaporkan
ada lebih dari satu miliar orang dewasa dengan berat badan lebih (gemuk), dan paling sedikit ada
300 juta orang yang masuk kategori obesitas (BMI di atas 30). Di Amerika Serikat dan negara-
negara maju di Eropa Barat misalnya, hampir dua per tiga penduduk mengidap kegemukan;
sedangkan di Indonesia, dapat dikatakan lebih dari seperempat penduduk memiliki berat badan
berlebihan.2,6,7

Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum
pada penduduk berusia 15 tahun pada laki-laki sebesar 13,9% dan pada perempuan sebesar
23,8%, sedangkan kejadian obesitas pada anak balita yakni 12,2 % dari jumlah anak Indonesia.
Angka ini meningkat menjadi 14 % pada tahun 2010. Dan prevalensi berat badan berlebih anak-
anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama
dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5- 17 tahun. Menurut Data Estimasi Sasaran
Program Kesehatan prevalensi obesitas tahun 2014 mencapai 20,5 % (Depkes RI, 2007).
Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan karena prevalensi obesitas anak di dunia
semakin meningkat (Chan,2010). Di Indonesia, berdasarkan data Riskesda oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 5-
12 tahun mencapai 18,8%. Provinsi yang memiliki prevalensi di atas rata-rata nasional salah
satunya adalah Jawa Tengah (Syarif, 2003).Obesitas pada anak dapat menjadi penyakit
komorbiditas seperti asma, diabetes,dan penyakit kardiovaskuler. Walaupun mekanisme
terjadinya belum sepenuhnya di mengerti, tetapi telah dikonfirmasi bahwa obesitas terjadi karena
pemasukan energi melebihi pengeluaran energi . Penyebab terjadinya obesitas dipengaruhi oleh
genetik dan lingkungan (Biro &Wien, 2010). Fast food atau ready-to-eat-food jadi pilihan utama
orang tua yang sibuk atau konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada
masyarakat modern. Hal ini disebabkan karena pengolahannya yang cenderung cepat karena
menggunakan tenaga mesin, terlihat bersih karena penjamahnya adalah mesin, restoran yang
mudah ditemukan serta karena pelayanan yang selalu sedia setiap saat, bagaimanapun cara
pemesanannya (Jassen, 2004).

Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu
pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik.
Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Ketiga, remaja mempunyai
kebutuhan zat gizi khusus contohnya kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah salah
satunya terjadi karena adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu kelompok
sasaran yang berisiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih pada remaja ditandai dengan berat badan
yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai
akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Prevalensi
kegemukan tahun 2010 pada anak usia 16-18 tahun secara nasional sebesar 1,4%. Ditemukan 11
provinsi yang memiliki kegemukan pada remaja usia 16-18 tahun di atas prevalensi nasional,
salah satunya adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan persentase sebesar
4,1%. Sementara itu, pada penduduk usia di atas 18 tahun, tercatat kasus kurus sebesar 12,6%
dan 21,7% gabungan kategori berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Prevalensi
kegemukan (overweight) relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding dengan remaja
laki-laki (1,5% perempuan dan 1,3% laki-laki) .

Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial. Peningkatan konsumsi


makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor
psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-faktor
yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh khususnya otot yang


membutuhkan energi dan olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik. Rekomendasi dari
Physical Activity and Health menyatakan bahwa, aktivitas fisik sedang sebaiknya dilakukan
sekitar 30 menit atau lebih dalam seminggu. Aktivitas fisik sedang antara lain berjalan, jogging,
berenang, dan bersepeda. Aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari bermanfaat bukan hanya
untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental,
hiburan dalam mencegah stres.

Obesitas merupakan suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan masalah emosional
dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat badan10% sampai dengan 20% berat badan
normal, sedangkan seseorang disebut obesitas apabila kelebihan berat badan mencapai lebih 20%
dari berat normal. Obesitas adalah kondisi akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan di
jaringan adiposa. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko munculnya berbagai
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung2 dan stroke. Selain penyakit tersebut, obesitas pada
lansia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada tulang dan sendi sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya jatuh atau kecelakaan. Obesitas sentral juga berkaitan erat dengan
peningkatan risiko penyakit degeneratif dimana obesitas sentral ini merupakan penumpukan
lemak di perut yang diukur dengan menggunakan indikator lingkar perut. Lemak viseral
merupakan lemak tubuh yang terkumpul di bagian sentral tubuh dan melingkupi organ internal.
Kelebihan lemak viseral berhubungan erat dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler,
sindrom metabolik (hipertensi, dislipidemia, dan diabetes tipe II), dan resistensi insulin. Suatu
penelitian menyatakan bahwa seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki lemak
viseral tubuh yang berlebih.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas di antaranya yaitu tingkat
pendidikan dan pekerjaan, asupan makanan, stress, aktivitas fisik, jenis kelamin serta usia.

Macam Obesitas

Secara umum obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar.3,4,5

1. Obesitas Tipe Android atau TipeSentral

Badan berbentuk gendut seperti gentong, perut membuncit ke depan, banyak didapatkan pada
kaum pria. Tipe ini cenderung akan timbul penyakit jantung koroner, diabetes dan stroke.

2. Obesitas Tipe Ginoid

Banyak pada kaum wanita terutama yang telah masuk masa menopause, panggul dan

pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir.

Bagaimana Mengukur Obesitas

Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki berat
badan yang ideal. Pertama adalah mengukur BMI (Body Mass Index), yang kedua adalah
mengukur Lingkar Pinggang atau Waist Circumference.

Status Gizi IMT (BMI)

Underweight < 18,5 Kg/m2

Normal 18,5 - ≤ 22,9 Kg/m2

Overweight 23,5 - < 25,0 Kg/m2

Beresiko

Obesitas I 25,0 - < 30,0 Kg/m2

Obesitas II ≥ 30,0 Kg/m2

Sumber: Supariasa, Bakri dan Fajar 2012

Untuk orang Asia,

BMI normal rata-rata adalah 18,5 - 23, sedangkan menurut WHO, idealnya adalah 22 - 25. Jika
BMI di atas 25, maka kita harus berhati-hati agar ketat menjaga diet serta berolahraga secara
teratur.
Interpretasi BMI Secara Umum

Berat Badan Kurang (Underweight): BMI dibawah 18,5 Pikirkan untuk mengkonsumsi
makanan dengan kalori lebih, perlu konsultasi ke dokter atau ahli gizi.

Berat Badan Normal (Healthy Weight): BMI 18,5 - 22,9, pertahankan terus diet anda dan
tetap teratur berolahraga.5,6

Berat Badan Lebih (Overweight) : BMI 23 - 24,9, segera sadar untuk mulai menurunkan berat
badan anda dengan berdiet dan berolahraga.

Obesitas (Very Overweight atau Obese): BMI diatas 25

Waist Circumference (LingkarPinggang)

Letakkan pengukur pada pinggang tepat di atas tulang panggul, ukurlah lingkar pinggang pada
saat mengeluarkan nafas.

Lingkar Pinggang yang normal atau sehat adalah dibawah 88 cm (35 inches) untuk wanita dan
dibawah 102 cm (40 inches) untuk pria.

Anda mungkin juga menyukai