Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Obesitas adalah berasal dari bahasa latin obesitas, yang berarti “lemak atau
gemuk”. Atau dapat diartikan secara pengertian bahasa yakni kelebihan makanan.
Pengertian obesitas atau kegemukan menurut WHO adalah kondisi medis dimana tubuh
kelebihan lemak yang memiliki akumulasi berefek negative pada kesehatan, yang
menyebabkan berkurangnya harapan hidup dan/atau peningkatan masalah kesehatan. (
Subono, Aung, 2016)

WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang
dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih
dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat
dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100%
penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan
Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni
sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan
kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-
anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27%
berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah obesitas
meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-
12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun
(WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di
Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga
11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain
itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada
sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta
di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan
meningkat dua kali lipat dari angka itu.

1
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak
telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi
kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3%
terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan
berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%.
Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut
obesitas,epidemiologi, manifestasi klinik, gejala obesitas, macam-macam obesitas,
factor-faktor yang mempengaruhi, pencegahan dan perobatan obisitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendefinisikan obesitas secara umum, baik epidemiologi, manifestasi klinik, gejala,
macam-macam, factor-factor yang mempengaruhi dan cara pencegahannya dan
pengobatan obesitas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
 Mengetahui definisi Obesitas.
 Gejala-gejala yang mengakibatkan obesitas.
 Mengetahui macam-macam obesitas.
 Factor-factor yang mempengaruhi obesitas.
 Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan obesitas.

2
BAB II

KONSEP DASAR
A. Definisi

Obesitas adalah berasal dari bahasa latin obesitas, yang berarti “lemak atau gemuk”.
Atau dapat diartikan secara pengertian bahasa yakni kelebihan makanan. Pengertian obesitas
atau kegemukan menurut WHO adalah kondisi medis dimana tubuh kelebihan lemak yang
memiliki akumulasi berefek negative pada kesehatan, yang menyebabkan berkurangnya harapan
hidup dan/atau peningkatan masalah kesehatan. ( Subono, Aung, 2016)

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang belebih,
sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan (
Irwan, 2016).

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan


energy, yakni konsumsi kalori terlalu belebihan dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energy. Obesitas sering dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh. Rata-rata
wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara
lemak tubuh dengan berat badan pada wanita adalah sekitar 25-30 % dan pria sekitar 18-23%.
(Irwan, 2016)

Berat badan yang idea pada orang dewasa menurut rumus Dubois ialah:

BB(kg)= (TB-10)+10%. (Irwan, 2016).

Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
disebabkan penumpukan adipose ( adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh)
secara belebih. Presentasi lemak simpanan dibawa kulit pada wanita adalah 9% dan pada pria
4,4%, presentasi lemak simpan di rongga perut dan dada pada wanita adalah 2,3 % dan 1,55%
pada pria. (Irwan, 2016)

B. Epidemiologi

Penelitihan longitudinal dimasarakat industry selama abad terakhir ini telah


menunjukkan pertumbuhan dalam tinggi dan berat badan disebanding dengan generasi
sebelumnya. penelitihan telah menggambarkan prevalensi obesitas masa anak 7-43 % (Canada),
7,3 % ( United Kingdom) dan 27,1 % pada mur 6-11 dan 21,9% pada umur 12-17 tahun
(Amerika Serikat). Obesitas lebih menonjol di daerah kota (urban) daripada di daerah perdesaan
(rural).

Insiden obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variable keluarga, termasuk
obesitas orang tua, status sioekonomik yang lebih tinggi, bertambahnya pendidikan orang tua,

3
ukuran keluarga kecil dan pola inaktivitas keluarga. Anak dari orang tua dengan tingkat
aktivitas tinggi cenderung lebih langsing daripada sebayanya. Bertambah jumlah waktu yang
digunakan untuk melihat televisi tampak berkoelasi dengan kenaikan insiden obesitas masa
anak dan dapat berkaitan tidak hanya dengan sifat tidaqk bergerak tetapi juga mempengaruhi
konsumsi makanan akibat iklan produk-produk makanan. (Behrman, dkk, 2009)

C. Manifestasi Klinik

Obesitas dapat menjadi jelas pada setiap umum, tetapi obesitas tampak paling
sering pada usia 1 tahun pertama, pada usia 5-6 tahun, dan selama remaja. Anak yang
obesitas karena masukan kolori tinggi secara berlebian biasanya tidak hanya lebih berat
daripada yang lain pada kelompoknya sendiri tetapi lebih tinggi, dan umur tulangnya
lebih tua. Tanda-tanda muka tampak sering sangat tidak sepadaan. Adipositas di daerah
dada laki-laki sering berkesan tumbuh payudara dan karenanya, mungkin merupakan
tanda yang memalukan. Abdomen cenderung menggantung, dan sering ada striae putih
atau merah lembayung. Genetelia eksterna anak laki-laki tampak kecil tidak sepadan
tetapi sebenarnya paling sering berukuran rata-rata, penis sering terbungkus dalam
lemak pubis. Pubertas dapat terjadi awal dengan akibat bahwa akhirnya ketinggian anak
gemuk mungkin kurang kurang dari pada tinggi akhir dari sebayanya yang dewasa lebih
lambat. Perkembangan genetalia etermitas nirmal pada kebanyakan wanita, dan
menarche biasanya tidak tertunda dan mungkin maju. Pada obesitas, ekstermitas
biasanya lebih besar di lengan mungkin relative kecil dan jari sedikit demi sedikit
mengecil. Sering ada lutut bengkok (genu valgum).
Anak dengan obesitas atau kelebihan berat menggalami stress dan kesukaran
social dan pesikologis yang berarti. Masyarakat barat perkotaan mempunyai prasangka
budaya yang kuat terhadap obesitas. Gangguan psikologis sering terjadi pada anak
gemuk. Bahkan pada anak yang tampaknya menyesuaikan diri dengan bai. Evaluasi
psikologis yang cukup sering menampakan masalah psikologis berarti yang mendasar,
yang mungkin pada mulanya turun menjadi penyebab obesitas dan biasanya merupakan
factor tambahan pada perawatannya. (Behrman, dkk, 2009)

D. Gejala obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu
(tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

4
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan
pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih
sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan
kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu
menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan
menggunakan meteran. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan
𝐵𝐵
(m2) atau IMT = 𝑇𝐵 (𝑚2).

E. Macam – Macam Kegemukaan


Menurut Vague, yang telah mengadakan penelitihan selama 30 tahun tersebut,
ada dua jenis orang gemuk yaitu tipe android dan tipe ginoid yang jelas berbeda dari bentuk
tubuhnya. Orang yang gemuk tipe android memiliki lemak yang lebih pada daerah dada dan
perut, sedangkan tipe ginoid lemaknya, terutama, ditimbun di sekitar pinggul dan paha.
Meskipun kedua tipe kegemukan ini dapat dijumpai baik pada wanita ataupun pria, namun
biasanya tipe android terdapat pada pria ginoid, terutama pada wanita.
Menurut vague, selain berbeda bentuknya, nasib kedua jenis penderita
kegemukan ini ternyata juga tidak sama. Yang tipe android harus berhati-hati, sebab ia
potensial mengalami kelainan metabolisme lemak, metabolisme glukosa ( kencing manis),
serta kemungkinan untuk mendapatkan berbagai penyakit yang akan di bahas kemudian.
Sebab ini adalah penting bagi anda untuk mengetahui tipe kegemukan anda. Untuk
menentukannya, selain dengan melihat bentuknya, anda dapat juga mengukur lingkaran
pinggang (waist) dengan lingkar pinggul (hip) disebut “ration W/H”. seseorang dikatakan
ginoid ektrim jika ratio W/H-nya 0,5 dan dikatakan android jika ratio W/H-nya sekitar 1.
(kuntaraf, jonathan dan Kathleen L. Kuntaraf, 1992).

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Obesitas

Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya kegemukan baik
sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya. Ketidakseimbangan antara masukan
kaliori dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor, antara lain:

5
1. Aktifitas Fisik
Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan
berat badan normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta
memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik
secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang
dipergunakan untuk beraktifitas fisik, maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak
(admin, 2008).
2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara
berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan
berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan
berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
a. Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relative murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah Sumber energi
pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak,
membantu pengeluaran feces (altemaster, 2003).
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat,
kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energy cadangan, komponen struktur sel,
dan sumber serat (Sayogo, 2006).
b. Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein
terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan
peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan
umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan remaja
(Suandi, 2003).

6
c. Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber
energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu
pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolism, memelihara suhu tubuh dan pelindung
organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25%
total energi per hari (Sayogo, 2006).
Faktor-faktor lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi
anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya
hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-
rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang
makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan
masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa
menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak
nyaman dalam pergaulan sosial.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Cushing

7
3. Sindroma Prader-Willi
4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Faktor obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
6. Faktor perkembangan .
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama
yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
7. Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-
orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.
Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas adalah gaya hidup dan
konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak fisik sangat minim), beban
mental (stress) dan lingkungan.
Seseorang dapat dikatakan obesitas jika berat badan pada laki-laki melebihi 15% dan
wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas, organ-organ tubuh harus bekerja lebih berat,
karena harus membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan manfaat
langsung, dan karena itu akan merasa lebih gerah.

8
Resiko Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas
NO Hal/Tipe Masalah Simtom
1 Kardiovaskuler Hipertensi: Jantung Koroner, vena
varicose, sindrom pickwickian
2 Endokrin dan Non-DM (tergantung insulin),
reproduktif Amenore, Infertilitas, Pre-Eklampsia
3 Gastrointestinal Kolesistitis dan Kolelitiasis, Fatty
Liver
4 Psikiatri dan Sosial Diskriminasi
5 Muskuloskeletal & Osteoarthritis, iritasi, infeksi (lipatan
Dermis kulit, striae)
6 Keganasan Kanker Kolon, Rectum, Prostat,
empedu, Buah dada, Uterus, Ovarium

G. Pencegahan dan Perobatan

Karena obesitas dapat mengekalkan diri karena alasan pesikologis atau


fisiologis, anak gemuk anak dari orang tua gemuk, atau mereka yang dengan saudara-
saudara sekandung gemuk harus didorong untuk taat pada program sistematik latihan
fisik yang giat dan keseimbangan diet yang sesuai dengan tingkat pengeluaran
energynya. Berat ideal diinginkan tidak hanya untuk alasan keindahan tetapi juga
berkemungkinan untuk mencegah komlikasi obesitas seperti diabetes, pernapasan
pendek, dan meninggal awal. Bayi kelebihan berat badan yang tidak diobati dapat tetap
tetap kelebihan berat ketika dewasa. Upaya awal untuk mengubah perilaku dimulai
pada masa bayi, seperti pemberian makan sesuai kebutuhan segera saat lahir, pemberian
makanan hanya bila ada tanda-tanda lapar pada umur 1 tahun, hindarkan perkenalan
dengan menunjukkan makanan menarik atau member resep waktu makan dengan jam,
dan dengan mendidik anak makan kalau lapar, dapat secara efektif mencegah kelebihan
makan dan kegemukan.

Sesudah obesitas masa anak diteggakan, adalah sangat sukar melaksanakan


rencana efektif untuk pengurangan berat dan pemeliharaannya tanpa peran serta dan
motivasi aktif anak maupun keluarga. Tehnik yang digunakan untuk pengurangan
lemak pada orang dewasa, termasuk pembedahan, farmakoterapi, dan balon lambung,
merupakan kontraindikasi untuk anak. Diet kalori amat rendah adalah tidak tepat

9
karena diet ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada titik kritis
selama masa anak. Namun, cara lain, memelihara berat badan selama pertumbuhan
cepat remaja menyebabkan penurunan berat badan yang efektif untuk umur tersebut
ketika pertumbuhan terjadi atau mungkin lebih disukai pengurangan berat badan dan
protocol latihan fisikyang drastic. Pengobatan obesitas anak yang berhasil memerlukan
perhatian pada setidak-tidaknya komponen-komponen berikut: (1) modifikasi diet dan
kandungan kalori; (2) defisinisi dan penggunaan program latihan fisik yang sesuai; (3)
modifikasi prilaku untuk anak; dan (4) ketelibatan keluarga pada terapi. Ada
keberhasilan sedang dalam modifikasi program prilaku, namun hasil untuk individu
sangatlah bervariasi. Program yang melibati terapi keluarga secara simultan agar efektif
dalam mencegah perubahan kearah obesitas berat seperti diukur dengan pengurangan
ketebalaan lipatan kulit triceps selama remaja, jika tetapi mulai pada usia 10-11 tahun.
Program demikian juga meliputi pemantauan sendiri, pengendalian rangsangan,
pengurangan frekuensi makana, penyusunan kembali ingatan (cognitive) dan
menambah aktivitas fisik. Ketelibatan keluarga adalah paling efektif jika orang tua
secara bersama telibat pada rencana pengobatan dan berupaya mengubah gaya hidup
keluarga. Walaupun program ini telah menunjukkan beberapa keberhasilan, penderita
tidak mencapai status monobese (kurang daripada 20% kelebihan berat).

Jika praktisi memilih melaksanakan diet, kebutuhan nutrisi dasar harus dipenuhin.
Semua kebutuhan diet esensial mungkin termasuk dalam diet 1.100-1.300 kalori untuk
anak umur 10-14 tahun selama beberapa bulan. Beberapa anak menghindari makan yang
belebih sesudah mereka dibolehkan kembali pada diet bebas pilihan. Kadang-kadang
kerja sama yang lebih terjamin jika sedikit porsi diet diizinkan diantara waktu makan,
terutama pada sore hari. Jika ragu-ragu apakah masukan vitamin harian cukup, dapat
diresepkan konsentrat vitamin. Vitamin D harus dimasukkan, karena semua untuk
pertumbuhan anak. Penurunan berat badan yang cepat tidak boleh diupayakan, dan
pengawasan medic harus dipertahankan. Selama tahun-tahun pertumbuhan, pertahankan
berat badan sementara anak bertambah tinggi sering merupakan tujuan yang cukup.
Paling baik adalah terapi obat dibatasi. Dukungan pesikologis harus melibatkan seluruh
keluarga. (Behrman, dkk, 2009)

10
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Obesitas adalah berasal dari bahasa latin obesitas, yang berarti “lemak atau
gemuk”. Atau dapat diartikan secara pengertian bahasa yakni kelebihan makanan.
Pengertian obesitas atau kegemukan menurut WHO adalah kondisi medis dimana
tubuh kelebihan lemak yang memiliki akumulasi berefek negative pada kesehatan,
yang menyebabkan berkurangnya harapan hidup dan/atau peningkatan masalah
kesehatan. ( Subono, Aung, 2016)

WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang
dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan
sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.

Gejala yang muncul pada pederita obesitas antara lain yaitu penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi
pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu
(tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering
ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah
tungkai dan pergelangan kaki.
Menurut Vague, yang telah mengadakan penelitihan selama 30 tahun
tersebut, ada dua jenis orang gemuk yaitu tipe android dan tipe ginoid yang jelas
berbeda dari bentuk tubuhnya. Orang yang gemuk tipe android memiliki lemak
yang lebih pada daerah dada dan perut, sedangkan tipe ginoid lemaknya, terutama,
ditimbun di sekitar pinggul dan paha. Meskipun kedua tipe kegemukan ini dapat
dijumpai baik pada wanita ataupun pria, namun biasanya tipe android terdapat pada
pria ginoid, terutama pada wanita.
Factor-faktor yang mempengaruhi obesitas adalah aktifitas fisik,
meningkatnya konsumsi zat gizi, factor genetic, factor lingkungan, factor psikis,
factor keseatan, factor obat-obatan, factor pengembangan, aktivitas fisik.

11
Cara mencegah dan mengobati obesitas adalah (1) modifikasi diet dan
kandungan kalori; (2) defisinisi dan penggunaan program latihan fisik yang sesuai;
(3) modifikasi prilaku untuk anak; dan (4) ketelibatan keluarga pada terapi.

B. Saran
1. Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan
sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan
meningkatkan olah raga merupakan cara alami yang murah meskipun tidak mudah
untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama.
2. Bila perubahan cara hidup gagal menurunkan Berat Badan, perlu diberikan
obat-obatan yang aman dan efektif, sebaiknya dipilih obat yang bekerja lokal pada
usus karena efek samping nya lebih kecil dibandingkan dengan yang sistemis.
3. Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat klien,
mulai dari keluarga, saudara, orang sekitar klien sampai teman akrab klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.


Behrman, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.
Kuntaraf, Jonathan dan Kathleen L. Kuntaraf. 1992. Olah Raga Sumber Kesehatan. Jakarta:
Indonesia Publishing House.
Submbono, Aung. 2016 . Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Pendidikan Deepublish.

13

Anda mungkin juga menyukai