Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi
Menurut Word Health Organization(WHO) tahun 2014, secara umum kegemukan dan obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh
peningkatan lemak tubuh,umumnya di timbun di jaringan subkutan,sekitar organ,dan kadang terinfiltrasi ke dalam organ. Akumulasi lemak tubuh yang
berlebihan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Menurut Suastika (2006), obesitas adalah kondisi yang di tandai gangguan keseimbangan energi tubuh, yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang
akhirnya di simpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh.
Menurut Nelm,dkk (2011), menyatakan obesitas adalah penumpukan jaringan adiposa atau lemak tubuh yang terlalu berlebihan yang dapat mengganggu
kesehatan. Kegemukan dan obesitas merupakan kondisi patologis yang ditandai oleh penumpukan lemak yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit,
antara lain diabetes melitus,penyakit jantung,kanker dan penyakit degeneratif lainnya.
Dapat dikatakan bahwa istilah obesitas dan kegemukan sebenarnya mengarah kepada hal yang sama, yaitu timbunan energi yang berlebihan dalam tubuh
dalam bentuk lemak yang tertimbun dalam jaringan adiposa. Perbedaan terletak kepada jumlah atau derajat timbunan lemak tubuh serta tingkatan gangguan
kesehatan yang ditimbulkan oleh keduanya.
B. Etiologi
Obesitas merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan energi karena terjadi energi positif yang ditandai oleh kelebihan asupan energi dan pegeluaran yang
berkurang. Masalah kegemukan dan obesitas merupakan masalah kesehatan yang kompleks dan bersifat multifaktorial. Berbagai faktor konstribusi terhadap
munculnya obesitas. Faktor utama munculnya obesitas lingkungan fisik,biologis dan sosial.
o Faktor genetik
Peran faktor genetik dapat dibuktikan oleh peningkatan prevalensi obesitas dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir pada individu dengan riwayat
obesitas. Faktor genetik berperan terhadap terjadinya obesitas sekitar 30-40% dari seluruh kejadian obesitas. Obesitas merupakan suatu kondisi yang
diturunkan. Namun demikian pemahaman tentang peran faktor genetik sebagai penyebab obesitas bersifat kompleks,dengan adanya kenyataan bahwa
obesitas tidak semua diwariskan dalam keluarga pada pola yang dapat diprediksi akibat penyakit lain seperti cystic fibrosis atau penyakit hutingtons.
Faktor genetik yang berperan terhadap obesitas tergambar pada beberapa kondisi seperti dismorphic syndrome,defisiensi leptin pada beberapa
kondisi seperti dismorphic syndrome,defisiensi leptin konginetal,mutasi reseptor leptin dan ekspresi neuro peptida Y berlebihanberlebihan(NPY)
berlebihan. Peran faktor genetik terhadap berat badan dan komposisi tubuh dilakukan dengan cara memengaruhi beberapa faktor seperti nafsu
makan,asupan energi,resting energi expenditure (REE), termogenesis makanan dan aktivitas termogenensis tanpa latihan fisik serta efisiensi
penyimpanan energi dalam tubuh. Hal ini dapat dijelaskan bahwa setiap tubuh seseorang memiliki sebuah genetik yang menentukan metabolik’’set
point’’ yang mempertahankan berat badan sesuai dengan keinginan.
o Faktor lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor perilaku,berkontribusi besar terhadap peningkatan obesitas. Diperkirakan faktor lingkungan berkontribusi sebesar
60-70%. Menurut Alison,et al dalam Swastika (2006) bahwa lingkungan yang memegang peranan terhadap perkembangan obesitas dan prevalensi
obesitas yaitu faktor demografi dan biologis,sosiokultural dan faktor perilaku atau gaya hidup.
o Faktor biologis dan demografi
Umur
Obesitas cenderung meningkat pada usia dewasa. Kasus obesitas pada orang dewasa ditemukan sekitar 80-90% yaitu mulai golongan usia 20-64
tahun berisiko terkena obesitas. Hasil studi cross //sectional yang dilakukan oleh National Examination Survey (NHANES III) menunjukkan
peningkatan berat badan mulai usia 40tahun. Prevalensi obesitas tertinggi ditemukan pada rentang usia 20-60 tahun dan setelah 60 tahun menurun.
Jenis kelamin
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki, baik itu obesital over all maupun sentral. Penelitian beberapa negara
menemukan bahwa kegemukan dan obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding laki-laki yaitu dibeberapa negara bagian di
Amerika,Mediterania,Afrika dan Asia tenggara. Obesitas pada wanita terjadi pada mulai usia 25-55tahun.
Secara fisik wanita memang memiliki lemak yang lebih banyak daripada pria. Perbandingan lemak tubuh antara 25-30% pada wanita dan 18-23%
pada laki-laki. Wanita yang memiliki lemak lebih dari 30% dan pria yang memiliki lemak lebih dari 25% dianggap telah mengalami obesitas
(Popkins,2012). Laki-laki juga lebih banyak aktivitas fisik dan olahrga dibandingkan wanita lebih banyak melakukan kegiatan ringan. Peningkatan
kejadian obesitas pada wanita biasanya terjadi setelah peristiwa dalam hidupnya,seperti menikah,hamil,menopouse,dan berhenti dengan mengurus
rumah tangga.
Ras/suku bangsa
Obesitas banyak dijumpai pada daerah dengan ras dan etnik tertentu. Variasi tersebut menggambar interaksi dari berbgai gen,kelas sosial,kebudayaan
dan adat istiadat di daerah tersebut. Penduduk Asia memiliki risiko lebih besar terhadap obesitas dibandingkan dengan penduduk -Karabian dan
Kaukasi. Adapun Asia Selatan lebih rentan terhadap obesitas sentral. Prevalensi obesitas berkisar dari <5% di China,Jepang dan negara-negara
Afrika tertentu sampai lebih dari 60% di daerah urban Samoa.
Angka obesitas tertinggi di dunia di kepulauan Pasifik dan populasi Melanesia dan Polinesia. Obesitas di Indonesia cukup tinggi ditemukan pada
wilayah etnis Sulawesi,Maluku dan Papua.
o Faktor biologis
Faktor biologis yang diketahui memengaruhi komposisi lemak tubuh di antaranya adalah umur,paritas,kondisi fisik,klinik serta hormon.indeks masa
tubuh meningkat dengan bertambahnya paritas. Hormon leptin sangat besar perananya terhadap perkembangan obesitas. Leptin adalah sitokan yang
menyerupai polipeptida dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Leptin berperan melakukan regulasi terhadap
keseimbangan energi jangka panjang serta mengatur pengeluaran dan pemasukan energi dijaringan adiposa.
Sosio kultural
1. Sosial ekonomi : masalah kegemukan dan obesitas sebagian besar memiliki hubungan erat dengan meningkatkan status sosial
ekonomi.kejadian obesitas di negara berkembang seiring dengan peningkatan ekonomi dengan beberapa dekade terakhir,tetapi saat ini
prevalensi obesitas hampir sama,baik pada status tinggi atau rendah,bahkan di temukan lebih tinggi pada individu dengan status sosial
ekonomi rendah. Pada negara berkembang termasuk Indonesia, peningkatan pendapatan mengarah pada peningkatan daya beli terhadap
makanan. Oleh sebab itu,obesitas lebih tinggi ditemukan pada golongan sosial ekonomi tinggi dengan sosial ekonomi rendah.
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan : pengetahuan dan pendidikan juga merupakan faktor penentu bagi seseorang atau keluarga dalam
memilih makanan yang tepat. Pengetahuan dan tingkat pendidikan kurang tentang makanan sehat dan gizi seimbang membuat masyarakat
cenderung memilih makanan sesuai dengan selera,sosial ekonomi dan trend sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Fasilitas tempat makan : proses modernisasi membawa perubahan gaya hidup. Kondisi ini diikuti dengan menjamurnya berbagai fasilitas
tempat makan berupa restoran,pusat hidangan,cafe dan lainnya. Fasilitas tersebut memanjakan masyarakat dengan segala sajian makanan
instan dan menarik. Kondisi ini banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan.
4. Media massa : kemajuan teknologi dibidang industri pengolahan pangan,juga diikuti dengan menjamurnya pusat perbelanjaan supermarket
dan minimarket. Media massa saat ini baik media cetak atau elektronik begitu gencar mempromosikan berbgai produk makanan yang siap
dikonsumsi oleh masyarakat. Umumnya produk yang di promosikan adalah makanan yang dapat di olah dan dikonsumsi dengan cepat
mempunyai daya simpan tinggi,tetapi cenderung tinggi energi dan rendah zat gizi mikro.
o Faktor perilaku
1. Pola dan perilaku makan : adanya transisidemografi saat ini membawa perubahan life style dan pola makan masyarakat dari pola makanan
tradisional mengarah kepada pola barat (western food) yang mengandung tinggi kalori,tinggi lemak,rendah serat. Hasil penelitian pada
beberapa negara di Amerika,Eropa dan Asia menunjukkan konsumsi makanan siap saji meningkat tajam pada beberapa dekade
terakhir.perilaku mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan tidak seimbang dapat menyebabkan keadaan gizi lebih yang selanjutnya
membawa resiko masalah kesehatan terutama penyakit degeneratif.
Perubahan perilaku gaya hidup terutama perilaku makanan juga dipicu oleh perbaikan/peningkatan diberbagai sektor,kesibukan kerja yang
tinggi dan menjamur berbagai restoran yang menyajikan junk food dengan berbagai pilihan makanan yang siap dikonsumsi. Orang obesitas 2-
3 kali lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji daripada bukan penderita obesitas.
Mekanisme pola makan khususnya pola makan tinggi lemak dengan kandungan asam lemak tertentu terhadap berkembangnya obesitas dan
sindroma metabolik belum diketahui pasti.
2. Konsumsi alkohol : alkohol merupakan salah satu minuman yang berkonstribusi terhadap obesitas. Jika konsumsi alkohol
meningkat,sumbangan energi semakin banyak. Pada kegemukan, kandungan alkohol yang banyak digunakan sebagai energi sehingga
meningkatkan jumlah asupan kalori dalam tubuh. Peminum alkohol tingkat sedang mengombinasikan alkohol dengan makanan mereka
sehari-hari sehingga menimbulkan efek hiperfagia(banyak makan) yang disertai makanan penyerta lain dengan kandungan lemak tinggi.
3. Aktivitas fisik : faktor risiko kedua dari tingginya obesitas di masyarakat adalah aktivitas fisik kurang gerak (sedentary activies). Kemajuan
tekonolgi dan informasi memanjakan masyarkat dengan berbagi fasilitas yang mengurangi aktivitas fisiknya dalam melakukan kegiatan.
Adanya berbagai fasilitas rumah tangga yang serba otomatis mengurangi gerak ibu rumah tangga,mereka dapat mengerjakan tugas sambil
bermalas-malasan menonton televisi ditemani dengan camilan yang cukup banyak sehingga tanpa disadari terjadi asupan energi berlebihan
akibat aktivitas yang kurang. Jika aktivitas fisik sangat rendah maka akan terjadi keseimbangan energi positif,kelebihan energi yang masuk
dari makanan yang dikonsumsi disimpan dalam tubuh dalam bentuk cadangan lemak.
C. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur,akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan masa remaja terutama anak wanita,selain
berat badan meningkat dengan pesat,juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat(ternyata jika se usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang
cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relatif rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya
Bentuk tubuh,penampilan dan raut muka penderita obesitas :
 Paha tampak besar,terutama pada bagian proximal,tangan relative kecil dengan jari-jari yang berbentuk runcing
 Kelainan emosi raut muka,hidung dan mulut relative tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda
 Dada dan payudara membesar,bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan
yang kurang menyenangkan
 Abdomen membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng,kadang-kadang terdapat strie putih atau ungu
 Lengan atas membesar,pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada bisep dan trisepnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafgrama dan didalam dinding dada bias menekan paru-paru,sehingga timbul gangguan pernafsan dan sesak
nafas,meskipun penderita hanya melakukan aktifitas yang ringan,gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan berhentinya pernafasan
untuk sementara waktu (tidur apnea), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik,termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggung,lutut
dan pergelangan kaki).juga kadang ditemukan kelainan kulit.

D. Patofisiologi
Tubuh manusia memiliki sekitar 30-40 juta sel lemak yang mampu menyimpan lemak dalam jumlah yang besar. Jika seseorang mengalami kegemukan atau
obesitas,maka sel lemak akan mengalami pembesaran bentuk (hipertrofi) dan peningkatan jumlah (hiperplasia). Pertumbuhan sel lemak umumnya mengikuti
pola pertumbuhan dan perkembangan usia,sehingga jika obesitas sudah terjadi pada usia,sehingga jika obesitas sudah terjadi pada masa anak-anak,maka sel
lemak berkembang dengan cepat dan biasanya tertahan sampai pada usia dewasa.
Obesitas merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan energi didalam tubuh. Keseimbangan energi di dalam tubuh.
Keseimbangan energi dalam tubuh sangat bergantung pada interaksi yang kompleks antara sistem saraf,sejumlah hormon dan faktor genetik. Penurunan
asupan energi dan kehilangan lemak tubuh akan menstimulasi peptida yang bersifat orexigenic di pusat hipotalamus dan sejumlah hormon untuk
meningkatkan nafsu makan dan mengurangi pengeluaran energi. Sebaliknya peningkatan asupan energi dan peningkatan penyimpan lemak menstimulasikan
peptide anorexigenic untuk menurunkan nafsu makan dan meningkatkan penguluaran energi yang dikenal sebagai adaptasi termogenesis.
Pengaturan keseimbangan energi dalam tubuh diperankan oleh sejumlah hormon, kelenjar hipotalamus dan faktor genetik melalui tiga proses fisiologis
yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang,pengaturan laju pengeluaran energi,dan pengaturan kegiatan hormon. Pengaturan tersebut terjadi melalui sinyal
aferen baik sinyal panjang dan pendek yang berpusar di hipotalamus. Setelah mendapat sinyal aferen dari jaringan adiposa,usus dan jaringan otot. Sinyal
yang pendek biasanya berhubungan dengan pengosongan lambung yang diperankan oleh hormon colisistokinin (CCK). Hormon ini berfungsi sebagai
stimulator peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Leptin merupakan hormon peptida yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang bertugas mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah simpanan energi
dalam sel lemak. Pada orang obesitas dengan sel lemak berlebihan akan memiliki leptin yang lebih banyak. Apabila asupan energi dan penyimpanan lemak
berlebihan maka jaringan adiposa akan menyekresikan leptin lebih banyak kedalam peredaran darah. Leptin akan merangsang anorexigenic di pusat
hipotalamus untuk menurunkan prosuksi neuropeptida Y (NPY). Neuropeptida Y merupakan sitoin utama pada hipotalamus yang berfungsi meningkatakan
nafsu makan. Akibat rangsangan leptin maka terjadi penurunan prosuksi NPY yang diikuti penurunan nafsu makan dan penurunan asupan energi. Penurunan
nafsu makan dan asupan energi menyebabkan sel lemak tubuh akan di mobilisasi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran energi dalam kondisi aktivitas
dan latihan fisik,puasa,termogenesis.
Proses pengatuan energi tidak selamanya berjalan normal. Resisten leptin dirasakan sebagai kelaparan artinya setiap makanan yang masuk diinterpretasikan
sebagai rasa lapar oleh otek dan memberikan untuk terus meningkatkan nafsu makan. Dalam kondisi seperti itu, maka berlebihan berat badan sangat sulit
dikontrol sehingga obesitas menjadi sangat sulit untuk ditanggulangi.
E. Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas,baik yang terjadi pada masa bayi maupun pada masa dewasa antara lain:
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang,morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi masa dewasa,maka morbidias maupun
mortalitas akan meningkat. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut,dikaitkan dengan menrunnya respon imunologik sel T dan aktivitas sel
polimorfonnuklear.

2. Saluran pernafasan
Pada bayi obesitas merupakan risiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah,karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi
tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas,sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah yang
disebut sindrom chubby puffer. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipetrofi dan adenoid akan mengakibatkan gangguan tidur,gejala-gejala
jantung dan kadar oksigen dalam arah yang abnormal. Keluhan lainya adalah nafas yang pendek.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau anas sering disertai miliaria,maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti legg-perthee,gemuvalgum,slipped femoral capital
epiphyses,tibia vara,dll.
5. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresif. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang
dilakukan oleh teman sebaya.
Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa,dapat mengakibatkan:
 Hipertensi pada maa adolesensi
 Hiperlipidemia,aterosklerosis,penyakit jantung konorer,hipertensi maligna pada dewasa.
 diabetes
F. Penatalaksaan
Penanganan dan penatalaksaan obesitas baru difokuskan pada penurunan berat badan yang selanjutnya diikuti dengan pemeliharaan berat badan apabila
penurunan bera badana telah mencapi maksimal. Penatalaksaan obesitas secara garis besar meliputi tiga komponen utama yaitu terapi non-
farmakologis,terapi farmakologis,dan terapi pembedahan.

Terapi non-farmakologis
Penanganan obesitas secara non-farmakologis difokuskan pada perbaikan lingkungan dan perilaku yang berkontribusi terhadap obesitas. Model penanganan
obesitas secara non-farmakologis harus menggunakan strategi yang tepay dan berpedoman pada akar masalah yang dihadapi.
Mengingat obesitas sangat sangat erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup masyarakat,baik menyangkut pola makan dan aktivitas fisik kurang
gerak,maka WHO telah mencanangkan strategi global penangananan obesitas secara non-farmakologis melalui modifikasi gaya hidup. Gaya hidup berkaitan
dengan kebiasaan makan,aktivitas fisik,penggunaan waktu dan lain-lain.
Modifikasi gaya hidup yang baik dapat dijadikan pedoman dalam mengontrol perilaku orang yang obesitas dalalam menurunkan berat badan melalui tiga
komponen utama yaitu perbaikan penerapan diet yang tepat,peningkatan aktivitas fisik dan edukasi untuk memperbaiki terutama perilaku makan. Dengan
melakukan modifikasi gaya hidup yang komprehensif akan dicapai penurunan berat badan yang lebih banyak sehingga akhirnya mengarah pada
pemeliharaan berat badan.
Perbaikan pola makan (intervensi diet)
Perbaikan pola makan dapat dilakukan dengan mengajurkan dan menerapkan diet yang tepat. Prinsip dari pengaturan diet adalah mengatur jumlah,jenis dan
frekuensi makan degan cara membatasi asupan energi yang dikonsumsi sehari-hari. Beberapa modifikasi diet dapat diterapkan pada obesitas,seperti diet
rendah energi,lemak,rendah energi tinggi protein,diet glikemik rendah,dan lain-lain.
 Diet pembatasan jumlah energi
Diet yang dianjurkan pada umumnya dalam bentuk low-calorie diet (LCD) atau diet rendah kalori dan very low calori diet (VLCD) atau diet sangat rendah
kalori. Pada diet rendah kalori,dilakukan pengaturan energi sebesar 500-1000 kalori sehari dari kebutuhan.pengurangan atau oemabtasan energi 500-1000
kalori diharapkan dapat menyebabkan penurunan berat badan sebanyak 0,5-1,0 kg/perminggu.
Di samping pembatasan jumlah energi, juga di anjurkan menggunakan karbohidrat kompleks dari berbagai sumber seperti seleraia,kacang-
kacangan,bermacam-macam sayuran dan buah sebagai sumber serat,vitamin dan mineral.
 Diet tinggi protein,cukup karbohidrat dan lemak
Prinsip dan filosofi diet tinggi protein yag diterapkan pada beberapa jenis diet seperti diet atkin,protein power diet yaitu:
1. Tercapainnya kehilangan berat badan sebagian besar deisebabkan oleh hilangnya air dan masa tubuh tanopa lemak dibandigkan dengan lemak
tubuh yang diperlukan untuk menurunkan resiko penyakit.
2. Setiap pola diet khusus diet ini terlalu kaku membatasi kelompok makan tertentu dan mendukung pengurangan beberapa zat gizi makanan dan
tidak dapat mencapai RDA baik makro dan mikro-nutrien.
3. Pada atskin diet,protein power dan stilman diet mengajurkan asupan lemak yang bersumber lemak jenuh lebih rendah dibandingkn
anjuran(pengunaan lemak jenuh dianjurkan <10% dari toltal energi) karena diperkirakan memiliki hubungan kuat dengan peningkatan faktor
risiko
 Diet rendah lemak

Diet rendah lemak didasari oleh konsep bahwa asupan lemak pada diet secara positif berhubungan dengan berat badan karena lemak merupakan zat gizi yang
paling padat energi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet pengurangan lemak,menyebabkan pengurangan BB dan tidak menyebabkan penembahahan BB,bahkan dapat
dijadikan pencegahan obesitas. Diet dengan pengurangan lemak (20-30% total energi) lebih dianjurkan dibandingkan dengan diet rendah lemak (<20% total
energi) karena beberapa jenis lemak memiliki peran penting bagi tubuh seperti mono unsaturated fatty acid (MUFA) dan poly unsaturated fatty acid (PUFA).

 Diet formula atau makanan pengganti (meal replacement)


Diet formula makanan pengganti didefinisikan sebagai penyediaan diet komersial berup produk siap saji yang difotifikasi dengan vitamin dan mineral untuk
menggantikan satu atau dua bahan makanan berkalori tinggi yang biasa dikonsumsi setiap hari. Pada umunya,diet formula pengganti di dalamnya
mengandung 5 g serat,10-14 g protein, dan sejumlah karbohidrat, 10 g lemak dan 25-30% anjuran kecukupan vitamin dan mineral.

Peningkatan aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh ang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi,termasuk kegiatan yang dilakukan saat
bekerja,bermain,melakukan latihn fisik atau berolahraga,melakukan kerjaan rumah tangga,bepergian,dan terlibat dalam kegiatan rekreasi (WHO,2015)

Untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penambahan berat badan,maka orang dewasa umur 18-60 tahun dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik
sehari-hari disertai latihan fisik tingkat sedang selama 60menit 1 kali seminggu atau selama 20-30menit dengan frekuensi 3 kali seminggu dalam bentuk
jalan cepat dan jogging atau juga dengan melakukan senam aerobik 20-30menit dengan frekuensi 2-3kali seminggu.

Perubahan (perbaikan) perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap (Skiner dalam Noto Atmojo,2007). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme dan organisme memberikan respon.

Perubahan perilaku pada kegemukan dan obesitas secara sederhana dilakukan dengan memberikan edukasi dan pendidikan tentang gizi. Pemberian informasi
kepada individu melalui edukasi kemungkinan akan memberikan perubahan perilaku atau mengurangi risiko kesehatan. Edukasi gizi dilakukan dengan
mengajarkan partisipan untuk mengurangi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi

Farmakoterapi

Obat obatan dapat digunakan untuk bersama dengan diet dan aktivitas fisik pada pasien obesitas yang memiliki IMT >30 kg/m atau pasien dengan IMT >27
kg/m yang sudah memiliki faktor risiko atau penyakit. Pengunaan obat obatan dalam menurunkan berat badan pada obesitas dapat dibagi menjadi 2 bagian
pokok yaitu obat yang menekan nafsu makan (proses berpusat pada sistem saraf )dan obat yang menghambat kerja enzim lipase (proses pada sistem gastroin
testinal). Obat yang menekan nafsu makan dia antara nya di butramin,penthmine,bubpropion.
Terapi pembedahan

Terapi pembedahan dapat menjadi sebuah al ternatif yang cukup efektif untuk menangani obesitas. Terapi ini utama diberikan pada pasien obesitas berat
yang memiliki IMT >40 kg/m atau pasien obesitas dengan IMT >35 kg/m yang memiliki risiko tinggi sleepapnea,penyakit kardiofaskular atau diabetes
militus. Terapi pembedahan juga dapat diberikan pada pasien yang gagal dalam mencapai target berat badan melalui modifikasi gaya hidup atau obat.

G. Konsep Askep
Pengkajian
1. Anamnesia:
 Saat mulainya timbul obesitas; prenatal,early adiposity rebound,remaja
 Riwayaat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
 Adanya keluhan;ngorok (senoring),restless sleep,nyeri pinggul
2. Pola makan/kebiasaan makan
3. Pola aktivitas fisik : sering menonton tv

Diagnosa keperawatan

 Kelebihan berat badan b.d asupan nutrisi yang berlebihan


 Keterbatasan aktivitas b.d berlebihan berat badan obesitas
 Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakseimbangan antara masukan kalori dan penggunaan energi

Rencana

Bantuan klien mengembangkan program penurunan berat badan yang aman yang mempertimbangkan faktor ini:
1. Jumlah penurunan yang diinginkan
2. Durasi program
3. Biaya
4. Masaalah nutrisi
5. Kesesuaian dengan gaya hidup

H. Daftar pustaka
 Ahina, R.S. (editor). Obesity,epidemiology,pathogenesis and treatment: a multidiscplinary approach. New York: CRC press.
 Almatsier, S.2004. penuntun Diet: edisi terbaru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. P 46-55
 Anderson, B., Ann PR., Sarah LC, Christopher F., Gwendoline I.2011. Fast Food Consumption and Obesity Among Michigan Adults. Centers for
Disease Control and Prevention. [site2015 Dec 10]. Available from:www.cdc.gov/pcd/issues/10_0186.html.
 ASDI,IDAI dan PERSAGI.2014.penuntun diet anak.Jakarta: Balai penerbit FK UI.
 Barnet,AH dan soothes kumar.2004.Obesiti and Diabetes.England.Jhon Wiley and Sons Ltd.P.131-Bowen,L.(2015)

Anda mungkin juga menyukai