Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN KONSUMSI PANGAN


SFFQ (Semi Quantitatif Food Frequency Quistionaire)

Athaya Early Putri Miqailla – 210102060

PROGRAM STUDI GIZI


UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obesitas adalah suatu kondisi dimana terjadi akumulasi lemak yang berlebih atau
abnormal yang dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pada tahun 2014 mencatat bahwa 1.9 miliar orang dewasa mengalami
kelebihan berat badan dengan prevalensi 39% mengalami overweight dan 13% mengalami
obesitas, serta 41 juta anak balita mengalami overweight dan obesitas. Obesitas paling
banyak terjadi pada wanita dengan prevalensi 15% dan laki-laki 11%.1 Data NHANES
tahun 2009-2010 dan 2016-2016 di Amerika Serikat memperlihatkan terjadinya
peningkatan prevalensi obesitas pada orang dewasa dari 35.7% menjadi 39.8% serta pada
anak dan remaja dari 16.9% menjadi 18.5%.2,3 Di Indonesia berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007 dan 2013 dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan prevalensi orang dewasa yang mengalami obesitas dari 13.7% menjadi
15.4%.4,5
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kematian secara global. Sekitar
3.4 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya karena obesitas atau overweight.
Peningkatan indeks massa tubuh dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit tidak
menular. Obesitas dan overweight berkaitan dengan 44% dari permasalahan diabetes, 23%
dari penyakit jantung iskemik dan 7-41% dari permasalahan kanker. Obesitas juga
berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Studi sistematik review menunjukkan
orang yang mengalami obesitas memiliki rasa ketidakpuasan terhadap tubuh lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka dengan status gizi normal.6 Obesitas pada usia remaja dapat
berdampak pada terjadinya masalah sindroma metabolik, kesehatan mental, dan
penurunan prestasi akademik.
Pola makan yang termasuk gaya hidup merupakan penyebab utama terjadinya
sindroma metabolik. Resiko sindroma metabolik meningkat dengan meningkatnya
kebiasaan pola makan terhadap beberapa jenis makanan seperti daging, susu dan produk
olahannya, serta sereal olahan. Semakin banyak asupan makan, terutama kolesterol, total
kalori, lemak dan karbohidrat maka semakin meningkat kejadian sindroma metabolik.
Obesitas dapat terjadi apabila asupan energi melebihi pengeluaran energi yang
mengakibatkan ketidak seimbangan energi dan berdampak pada peningkatan berat badan,
dimana 60% hingga 80% biasanya berupa massa lemak tubuh. Selain itu faktor genetik
dan lingkungan mempengaruhi berat badan melalui keseimbangan energi.
Pada proses metabolisme energi, diperlukan peran asupan makanan khususnya zat
gizi makro. zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein berperan
penyumbang kalori dan makanan tinggi kalori terbukti menjadi salah satu penyebab
obesitas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan asupan zat gizi
makro di akhir pekan dibandingkan hari biasa dan hal tersebut berkontribusi terhadap
peningkatan berat badan. Penelitian longitudinal Racette et al pada 48 orang dewasa usia
50-60 tahun menunjukkan adanya peningkatan asupan energi pada akhir pekan
dibandingkan hari biasa. Selain itu juga terjadi peningkatan berat badan 0.077 kg setiap
minggu, meskipun kecil namun bisa berdampak pada kenaikan 4 kg dalam satu tahun jika
pola serupa berkelanjutan.12 Penelitian cross sectional pada 80 subjek usia 25-62 tahun
dengan mengukur berat badan selama 7 hari berturutturut menunjukkan pola perubahan
berat badan yang mulai mengalami peningkatan pada hari sabtu dan kembali menurun
mulai hari selasa.

B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana determinan obesitas pada remaja di tahun 2023?”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dikerahui determinan obesitas pada remaja di tahun 2023
2. Tujuan Khusus
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
A. Remaja
Remaja (Adolescence) adalah pertumbuhan kearah kematangan. Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan masa anak-anak ke masa dewasa. Para remaja
bukan lagi kanak-kanak, tetapi juga dalam menjadi orang dewasa. Mereka cenderung
dan bersifat lebih sensintif karena perannya belum tegas. Mereka mengalami
pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya
yang sekaligus mengubah perannya (Zaki dkk.,2017).
Remaja Menurut World Health Organization WHO, seseorang disebut sebagai
remaja apabila telah mencapai usia 10-19 tahun. Sementara United Nations (UN)
menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian
disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun
masa remaja dibagi berdasarkan kondisi perkembangan fisik, psikologi dan social
menjadi tiga fase, yaitu : (Proverawati dkk.,2015).
1. Remaja awal (10-14 tahun)
2. Remaja pertengahan (14-17 tahun)
3. Remaja akhir (17-21 tahun)
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang
ditandai dengan banyak perubahan, di antaranya pertambahan masa otot, jaringan lemak
tubuh, dan perubahan hormon. Perubahan hormon tersebut memengaruhi kebutuhan gizi
remaja. Selain itu kebutuhan gizi 8 kepada remaja juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis dan sosial (Susetyowati,2017). Periode remaja merupakan periode kritis
dalam pertumbuhan fisik. Psikis dan perilakunya. Memasuki kelompok remaja
umumnya gaya hidup dan kebiasaan makan mulai berubah sesuai perubahan kebutuhan
karena perubahan fisiknya.
Zat gizi khusus akan diperlukan berkaitan dengan kegiatannya yang dilakukan saat
ini sepeerti olaharaga, merokok, alkohol, persiapan kehamilan (Soekarti,2013). Pada
masa remaja perilaku makan remaja lebih suka makan makanan jajanan yang kurang
bergizi seperti goreng-gorengan, coklat, permen, dan es. Sehingga makanan yang
beraneka ragam tidak dikonsumsi. Remaja sering makan diluar rumah bersama
temanteman, sehingga waktu makan tidak teratur, akibatnya mengganggu sistem
pencernaan (gangguan maag atau nyeri lambung). Selain itu, remaja tidak sering makan
pagi karena tergesa-gesa beraktivitas (Proverawati dkk.,2015).
Pada remaja perempuan, growt spurt terjadi pada 12-18 bulan sebelum menarche
(10-14 tahun). Pertumbuhan berlanjut selama 7 tahun atau saat remaja sampai pada usia
21 tahun. Selama masa ini terjadi percepatan pertumbuhan yang meliputi 45%
pertumbuhan tulang dan 15-25% pertumbuhan tinggi badan. Selama growt spurt,
sebanyak 37% total tulang terbentuk. Penambahan lemak lebih banyak pada remaja
perempuan sehingga lemak tubuh perempuan pada masa dewasa sebesar 22%
dibandingkan pada laki-laki dewasa yang hanya 15% (Susetyowati,2017).

B. Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak berlebihan
dalam tubuh. Obesitas diketahui salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit
jantung dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab kematian terbesar
penduduk dunia terutama pada kelompok usia lanjut (Sofa,2018).
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dengan energi keluar dalam jangka waktu yang lama banyaknya konsumsi energi dari
makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas
sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak
sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan. Asupan energi tinggi disebabkan
oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi
yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style
(Ika,2016). Penyebaran lemak tubuh yang digunakan untuk melihat jenis-jenis
kegemukan(Wirakusuma,2010).

Secara umum dikenal beberapa tipe kegemukan berdasarkan karakteristik distribusi


lemak, yaitu :
a. Tipe Gynoid (Bentuk Piri) Tipe ini cenderung dimiliki kebanyakan wanita dimana
lemak disimpan disekitar pinggul dan bokong. Risiko terhadap penyakit pada tipe
Gynoid umumnya kecil, kecuali risiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena
(Varicose Veins).
b. Tipe Android (Bentuk Apel) Tipe ini biasanya terdapat pada pria, dimana lemak
tertumpuk disekitar perut. Resiko kesehatan pada hipogyeoid, karena sel lemak
disekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya kedalam pembuluh darah
dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke
pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (Hipertensi), Diabetes,
dan jenis kangker payu darah, dan endometrium.
c. Tipe Ovid (Bentuk kota buah) Ciri dari tipe ini adalah besar diseluruh bagian
badan, tipe ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
Faktorfaktor resiko terjadi kanker payudara dapat digolongkan menjadi dua yaitu
faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat dirubah. Faktor
yang tidak dapat diubah merupakan sifat bawaan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker.

1. Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung


a. Genetik
Faktor Genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
faktor genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan
(Purwati,2011).
b. Hormonal
Pada wanita yang mengalami menopause, fungsi hormon tiroid dalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk 11 menggunakan
energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan
metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk
meningkatkan berat badannya (Wirakusuma,2010).
c. Obat-obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar
didalam tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obatobatan
tersebut, nafsu makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam
waktu yang relative lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu
penyakit, makan hal ini akan memicu terjadinya kegemukan (Purwati,2011).
d. Pola Makan
Pola makan dapat dikatakan sebagai faktor yang berpengaruh langsung pada
status gizi. Pola makan juga dapat diukur dengan melihat banyaknya suatu
makanan serta kualitasnya. Bila pola makna sudah boleh memenuhi
kebutuhan tubuh kita biak itu dari banyaknya dan juga mutu suatu makanan,
maka tubuh juga kan mendapatkan kondisi kesehatan yanng baik. Jika pola
makan sehari-hari kita tidak seimbang maka energi yang masuk ke dalam
tubuh kita tidak sesuai dengan pengeluaran energi untuk melakukan aktivitas
fisik sehari-hari. Apabila perilaku dan gaya hidup individu tidak mendukung
dan tidak memperhatikan untuk makan makanan yang bergizi dan sehat maka
itu akan berpengaruh pada kesehatan individu (Ughude dkk,2021).
e. Aktivitas Fisik
Energi yang dikeluarkan dengan aktivitas fisik sangat menentukan
pengeluaran energi harian, namun hanya kurang dari 50% total pengeluaran
energi pada sebagai besar orang. Penurunan aktivitas fisik akan mengurangi
pengeluaran energi. Jika energi yang dikeluarkan pada aktivitas fisik
berkurang tanpa diiringi penurunan asupan energi, ketidakseimbangan energi
positif akan terjadi. Ketidak aktifan fisik adalah risiko independen yang
penting untuk penyakit kronis dan obesitas (Susan,2015).

2. Faktor Yang Menyebabkan Obesitas Secara Tidak Langsung


a. Pengetahuan Gizi
Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi belum tentu hubungan gizinya
bagus. Hubungan pengetahuan gizi dengan status status gizi, salah satunya
obesitas yaitu hubungan secara tidak langsung. Pengetahuan lebih awal
mempengaruhi konsumsi zat gizi. Seseorang yang telah belajar menangani
jumlah, frekuensi, kandungan, jenis dan cara pemberian akan mendapatkan
makanan yang baik akan kandungan zat gizi sesuai kebutuhan tubuh itu
sendiri (Merisya dkk,2015).
b. Umur
Pola konsumsi makanan dan kebutuhan besar hubungannya dengan
umur,sebab semakin umur bertambah komposisi tubuh terjadi perubahan
dalam pemenuhan asupan kebutuhan gizi. Risiko obesitas hal ini terjadi pada
usia remaja awal seperti yang dibuktikan di 13 penelitian ini bahwa umur
remaja yang relatif muda lebih berisiko (Setiyo dkk.,2020).
c. Jenis Kelamin
Dimana ada perbedaan berdasarkan jenis kelamin, dimana hal tersebut
berbeda dengan pertumbuhan dan perkembangan masa otot antara laki-laki
dan perempuan. Laki-laki memiliki massa otot lebih besar sehingga konsumsi
makanan yang akan dikonsumsi lebih besar. Kemudian untuk kelebihan berat
badan pada anak perempuan usia (5- 17 tahun) sangat tinggi dibanding laki-
laki. faktor pengaruh obesitas terhadap anak perempuan dikarnakan faktor
hormon. Untuk penaruhnya bagi laki-laki dimana ada peningkatan massa
tubuh(Rani,2018). Penelitian Nadimin,dkk (2015) mengatakan bahwa hanya
29% wanita diatas batas kemiskinan mengalami obesitas, bandingkan dengan
42% wanita yang hidup di bawah tingkat rendah ekonomi yang mengalami
obesitas. Sedangkan pada laki-laki hanya 33% yang dalam kategori mampu
mengalami obesitas, dibandingkan dengan 29% laki-laki yang hidup di
bawah tingkat kemiskinan
B. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti mengangkat kerangka teori sesuai
dengan judul masalah yang ada yaitu determinan obesitas remaja pada beberapa
tahun 2023 sebagai berikut :
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada di atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini merupakan hubungan antara variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat), maka penelitian ingin membatasi variabel-variabel seperti berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu kuantitatif. Desain
penelitian yang digunakan cross sectional (Potong lintang) yaitu subjek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel
subjek pada saat pemeriksaan. Study cross sectional bertujuan untuk mengukur
variabel dependen dan independen secara bersama pada suatu saat
b. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
3. Variabel Luar

c. Definisi Operasional (Variabel bebas yang dilihat)


 Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya
obesitas yaitu ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran
energi (Betty, 2004). Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan
keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang
akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al
2011). Sehingga obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak dalam
tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas
bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun
(Kemenkes, 2010
 Diet Tinggi Garam
 Genetik
Genetik atau faktor keturunan termasuk faktor terbesar yang dapat memicu
obesitas. Anak dari orangtua yang mengalami kondisi ini lebih berisiko
dibandingkan anak dengan orangtua yang memiliki berat badan ideal.
 Umur
Siapa saja dapat mengalami obesitas, terlepas dari berapa pun usia
penderitanya. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, perubahan
hormon dan gaya hidup yang kurang aktif dapat berisiko terhadap penyakit
ini. Selain itu, jumlah otot pada tubuh juga cenderung menurun yang bisa
menyebabkan penurunan metabolisme. Perubahan ini juga mengurangi
kebutuhan kalori dan membuat Anda sulit untuk menurunkan berat badan.
Oleh sebab itu, para orang dewasa, termasuk lansia, perlu mulai
mengontrol pola makan dan menjadi lebih aktif. Hal ini dilakukan agar
Anda bisa menjaga berat badan meskipun sudah berumur lebih dari 50-60
tahun.
d. Instrumen Penelitian
Lembar kuisioner SQ-FFQ
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
B. PEMBAHASAN
C. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai