Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing : Ani Nuraeni Skp.M.kes

Disusun Oleh :

1. Annisya Rachmawati A (P17120018044)


2. Fitria Mutiara D.P (P17120018054)
3. Nur Azizah (P17120018064)
4. Shela Kamila Rotsa (P17120018074)

PROGRAM STUDI JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, Kami
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah metodologi tentang proses keperawatan.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan dengan harapan dapat menambahkan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya tidak dimiliki. Dalam pembuatan makalah ini kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini .

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan
kata maupun dalam segi bahasa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini
bermanfaat untuk kami selaku penyusun dan mahasiswa/i yang membacanya.

Jakarta, Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
B. Tujuan penulisan.......................................................................................................................... 4
C. Manfaat penulisan ....................................................................................................................... 5
D. Sistematika penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PROSES KEPERAWATAN................................................................................. 6
A. Pengkajian keperawatan .............................................................................................................. 6
B. Diagnosa keperawatan................................................................................................................. 8
C. Perencanaan keperawatan......................................................................................................... 10
D. Implementasi keperawatan........................................................................................................ 13
E. Evaluasi keperawatan ................................................................................................................ 15
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 50

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah unik karena fokusnya yang luas ke arah pemahaman dan
penatalaksanaan kesehatan seseorang. Perawat yang kompeten harus mempunyai
pengetahuan yang kuat tentang fisiologi, patofisiologi, psikopatologi, dan pengobatan medis
untuk dapat secara aman pengobatan yang didelegasikan oleh dokter.

Proses keperawatan adalah pendekatan keperawatan profesional yang dilakukan untuk


mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengatasi respon manusia terhadap kesehatan dan
penyakit (association, 2003)

Dalam lingkup perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus mampu
memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa perawat
harus mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat
penilaian kritis.

Perawat akan menerapkan proses keperawatan agar dapat memberikan perawatan yang
tepat dan efektif. Proses terdiri dari tahap pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi,
evaluasi.

B. Tujuan penulisan
 Tujuan Umum : mahasiswa mampu memahami dan mendapatkan gambaran
penerapan pada kasus nyeri akut, gangguan integritas kulit dan hipotermia
 Tujuan Khusus : Commented [an1]: Tujuan khusus :
1.Melakukan pengkajian keperawatan pada kasus ….
a. Mahasiswa mampu melakukan proses pengkajian pada kasus nyeri akut, 2.. Merumuskan diagnose keperawatan pada kasus …
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada kasus …
gangguan integritas kulit dan hipotermia 4. Melakukan implementasi keperawatan pada kasus …
b. Mahasiswa mampu merumuskan proses diagnosa pada kasus nyeri akut, 5.Melakukan evaluasi keperawatan pada kasus …

gangguan integritas kulit dan hipotermia


c. Mahasiswa mampu menyusun proses perencanaan pada kasus nyeri akut,
gangguan integritas kulit dan hipotermia
d. Mahasiswa mampu melakukan proses implementasi pada kasus nyeri akut,
gangguan integritas kulit dan hipotermia
e. Mahasiswa mampu melakukan proses evaluasi pada kasus nyeri akut, gangguan
integritas kulit dan hipotermia

4
C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui tentang
berbagai proses keperawatan seperti pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Pembahasan dalam makalah ini sangat bermanfaat bagi perawat ataupun calon
perawat, untuk lebih bertanggung jawab kepada profesinya.

D. Sistematika penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA PROSES KEPERAWATAN


Berisi tentang pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.

3. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang kasus dan pembahasan

4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan proses keperawatan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan Commented [an2]: Tambahkan materi pengkajian : jenis data,


metoda pengumpulan data, kegiatan pada tahap pengkajian dsb

Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap pengkajian


adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status kesehatan dan
fungsional kerja serta respon klien pada saat ini dan sebelumnya. Tujuan dari pengkajian
keperawatan adalah untuk menyusun database atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah
kesehatan dan respon klien terhadap masalah. Rasionalnya, pengkajian keperawatan
merupakan aspek penting dalam proses keperawatan. Adapun kriteria proses meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik
serta studi dokumentasi hasil pemeriksaan penunjang
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
- Status kesehatan klien masa lalu
- Status kesehatan klien saat ini
- Statuts biologis, psikologis, sosial dan spiritual
- Respon terhadap terapi
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
- Resiko resiko tinggi masalah

Menurut (kozier, 1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu:
pengumpulan data, organisasi data, validasi data, dan analisa data.

Pengumpulan data adalah upaya perawat untuk menggali berbagai informasi tentang
masalah klien melalui pemberian pertanyaan, pengukuran dan observasi terhadap klien.
Dalam tahapan pengumpulan data, terdapat komponen yang harus dimengerti oleh perawat,
seperti jenis data, sumber atau asal data, tehnik pengumpulan data serta bagaimana cara
menganalisis data yang sudah diperoleh dengan pendekatan berpikir kritis.

Terdapat 2 jenis data dalam tahap pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan dapat
berupa data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari
keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien, perasaan, nilai-nilai,
kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan,
misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas, dan lain lain.
Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengamatan, pengukuran
dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku), misalnya: perubahan
warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dan lain lain.

6
(potter, 2005) Menjelaskan bahwa perawat akan menggunakan hasil wawancara, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosis untuk
membuat data dasar pengkajian klien.

Metoda dalam pengumpulan data adalah :

1. Wawancara/anamnesa

Dalam keperawatan tujuan utama dari wawancara adalah untuk mengetahui riwayat
kesehatan/ keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor-faktor risiko, dan
faktor-faktor spesifik dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien, serta untuk
menjalin hubungan perawat-klien. Wawancara dapat dilakukan dengan klien langsung atau
dengan orang yang terdekat dengan klien.

2. Pengamatan/observasi

Pengamatan adalah mangamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah keperawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengamatan: 1) Tidak melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien sehingga
data yang diperoleh murni. 2) Lakukan seleksi dan interpretasi dari data yang diamati
menyangkut aspek bio-psiko-sosio-spiritual klien.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan
klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik merupakan hal ini sangat membantu dalam
penatalaksanaan, pemeliharaan dan restorasi kesehatan. Pengetahuan tentang tujuan,
prosedur, dan hasil dari pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik diperlukan untuk
keberhasilan pemeriksaan yang merupakan sekumpulan informasi yang berguna untuk
menetapkan masalah keperawatan serta meningkatkan intervensi keperawatan yang tepat
waktu dan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan

Organisasi data merupakan sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk


keteraturan pengumpulan data dan pencatatan hasil pengumpulan data. Kerangka kerja
membantu sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik,
mencegah tidak tercantumnya inforrmasi yang berhubungan dan memudahkan dalam analisa
data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan. Kerangka kerja dapat dimodifikasi
berdasarkan status kesehatan klien.

7
Menurut (kozier, 1995), validasi data adalah kegiatan “ Double Checking “ atau
verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan dan aktualisasi data. Dengan
validasi data dapat membantu perawat untuk memastikan kelengkapan informasi dari
pengkajian, kecocokan data subjektif dan objektif , mendapatkan tambahan data informasi,
menghindari ketidakteraturan dalam mengumpulkan dan memfokuskan data sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam penulisan dan identifikasi masalah.

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berpikir
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pegetahuan, pengalaman dan
pengertian tentang substansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. Dalam melakukan
analisa data diperlukan kemampuan menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan
konsep, teorii dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah keperawatan klien. Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan
langkah- langkah sebagai berikut :

1. Validasi kembali data


2. Identifikasi kesenjangan data
3. Susun kategorisasi data secara sistematis dan logis
4. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
5. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah & penyebabnya
6. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

B. Diagnosa keperawatan Commented [an3]: Ini makalah …cara penulisan harus jelas
uraiaannya bukan point2 spt utk presentasi

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon seseorang, keluarga


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial (NANDA, 2005). Tujuan diagnosis keperawatan adalah mengindentifikasi
masalah yang dialami oleh klien, faktor faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah ( mengidentifikasi etiologi ), keadaan klien termasuk kemampuan klien untuk
mencegah atau menyelesaikan masalah yang dialaminya.

Dalam merumuskan diagnosis keperawatan, ada beberapa komponen yang dibutuhkan


untuk merancang tindakan asuhan keperawatan. Komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Problem atau masalah adalah gambaran keadaan klien dimana tindakan keprawatan
diberikan karena adanya kesenjangan atau penyimpangan dari kedaan normal yang
seharusnya tidak terjadi.

b. Etiologi atau penyebab adalah keadaan yang menunjukkan penyebab terjadinya masalah.
c. Sign dan symtomp ( tanda dan gejala ) adalah ciri, tanda dan gejala relevan yang muncul
sebagai akibat adanya masalah.

8
Karakteristik diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu :

1. Diagnosis keperawatan aktual adalah menyajikan keadaan yang secara klinis telah
divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe ini dari
diagnose keperawatan mempunyai empat komponen yaitu label,definisi,batasan
karakteristik dan faktor- faktor yang berhubungan. (Craven & Hirnle 2000 ; Carpenito
1997)

2. Diagnosis keperawatan resiko atau resiko tinggi adalah keputusan klinis bahwa
individu,keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak
diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau
hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

3. Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga


dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang
lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan
bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan
“Potensial terhadap peningkatan, diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang
dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial terhadap peningkatan proses
keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

4. Diagnosis keperawatan sindrom, yaitu terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan


aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi
tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom
trauma perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).

5. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah-masalah


yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah
diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak
mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito,
1997).

Berikut merupakan proses perumusan diagnosa keperawatan :

a. Klasifikasi dan analisa data


b. Mengidentifikasi masalah klien
c. Memvalidasi diagnosa keperawatan
d. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya

9
C. Perencanaan keperawatan Commented [an4]: Tambahkan kegiatan pada tahap
perencanaan dsb

Pada langkah ini perawat menetapkan prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan
merencanakan intervensi keperawatan. Perencanaan merupakan bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringkankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan klien. (moyet, 2005) Tujuan rencana keperawatan dapat dibagi menjadi
2 yaitu : tujuan administratif dan tujuan klinik.

a. Tujuan Administratif :
Untuk mengindentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok dan
menyediakan suatu kriteria, guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
b. Tujuan Klinik :
Menyediakan suatu pedoman penulisan, rencana tindakan spesifik secara langsung bagi
individu,keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.

Prosedur merumuskan perencanaan keperawatan :

1. Menetapkan prioritas masalah


2. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan
3. Penentuan rencana tindakan

Pedoman menulis intervensi atau rencana tindakan

- Berdasarkan prioritas masalah


- Konsisten dengan diagnosa keperawatan dan tujuan keperawatan
- Sejalan dengan pengobatan lain
- Aman bagi pasien
- Rencanakan sekumpulan rencana tindakan
- Tulis tindakan berurutan
- Meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
- Tindakan keperawatan meliputi pengobatan keperawatan, pendidikan kesehatan,
tindakan kolaboratif, observasi
- Merupakan kalimat intruksi
- Ikut sertakan pasien/keluarga pasien

Pada tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.

10
1. Jenis Tindakan
A. Secara mandiri (independen) : adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat
untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena
adanya stressor (penyait), misalnya :
- Membantu klien dalam melakuan kegiatan sehari-hari
- Memberikan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus
- Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
wajar
- Menciptakan lingungan terapeutik
B. Saling ketergantungan (interdependent/kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter,
fisioterapi, analis kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
- Pemberian obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter
- Pemberian infus
C. Rujukan/ketergantungan (dependen) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan
dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dan
sebagainya, misalnya : Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat
oleh ahli gizi, Latihan fisik – ahli fisioterapi
2. Fokus Intervensi Keperawatan
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan perubahan sistem tubuh
d. Memantapkan hubungan klien dengan lingungan
e. Implementasi pesan dokter
f. Mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
3. Prinsip - Prinsip Intervensi Keperawatan
a. Berdasarkan kepada respon klien
b. Berdasarkan penggunaan sumber yang tersedia
c. Meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri dan self reliance
d. Sesuai dengan standart praktik keperawatan
e. Memiliki dasar hukum
f. Sesuai dengan tanggung jawab praktek keperawatan
g. Kerjasama dengan profesi lain
h. Penekanan pada aspek pencegahan dan peningkatan kesehatan
i. Menerapkan metode keperawatan yang paling efektif
j. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan yang esensial
k. Memperhatikan faktor perubahan lingkungan
l. Meningkatkan peran serta klien dalam asuhan keperawatan klien.

11
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Langsung : ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan
klien
b. Delegasi : diserahkan kepada orang lain atau perawat lain yang dapat dipercaya
untuk melakukan tindakan keperawatan klien.
5. Pertimbangan Tndakan Keperawatan
 Individualitas klien
 Melibatkan klien dalam intervensi
 Pencegahan komplikasi
 Mempertahanan kondisi tubuh sebagai upaya peningkatan kesehatan
 Rasa aman bagi klien
 Penampilan perawat yang bijaksana
6. Langkah - Langkah PelaksanaanTindakan Keperawatan
a. Tinjau ulang data dan pembaruan data
b. masalah kesehatan
c. Menentukan kebutuhan dan bantuan keperawatan klien
d. Implementasi tindakan
e. Mempelajari respon klien
f. Komunikasi.
7. Dasar R Strategi I Dalam Melaksanakan Tindakan Keperawatan
a. Proses belajar mengajar berkaitan dengan pendidikan kesehatan
b. Komunikasi dua arah antara perawat dan klien
c. Ketrampilan psikomotorik perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan klien
d. Kerjasama diantara perawat dan profesi kesehatan lainnya
e. Kepemimpinan keperawatan dalam menglola asuhan keperawatan
8. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
a. Tahap Persiapan :
1) Memahami rencana keperawatan
2) Memanfaatkan kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
3) Menguasai ketrampilan teknis keperawatan
4) Mengetahui sumber daya yang diperlukan
5) Memahami aspek hukum dan kode etik yang berlaku dalam bidang keperawatan
6) Mengetahui efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul
7) Mengetahui standart praktik keperawatan untuk menguur keberhasilan
8) Penampilan perawat dalam melaksanaan tindakan keperawatan harus
meyakinkan
b. Tahap Pelaksanaan :
1) Keselamatan klien
2) Keamanan dan kenyamanan klien
3) Pencegahan komplikasi.

12
D. Implementasi keperawatan Commented [an5]: Agar diuraikan pada tahap implementasi
dan evaluasi dan ditambahkan materinya …idem

Implementasi dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi


keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana


keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan
dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi. (Kozier et al., 1995).
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara
lain:
1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi
keperawatan yang akan dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat
stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya
peningkatan kesehatan.
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
6. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.

Macam pelaksanaan tindakan keperawatan, yaitu sebagai berikut :

1. Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh


perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan.
2. Interdependen/ Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar
kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya.
3. Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi
lain.

13
Pada tahap ini perawat menggunakan rasional sehingga tidak monoton. Proses implementasi
keperawatan meliputi :

1. Pengkajian ulang terhadap klien

Proses berkelanjutan yang terjadi setiap saat perawat mengkaji klien. Dalam langkah ini
membantu perawat untuk menentukan apakah masalah dan tindakan keperawatan masih
sesuai dengan kondisi klien.

2. Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada

Melakukan peninjauan rencana dan membandingkan data tersebut agar diagnosis


keperawatan menjadi valid. Proses peninjauan dan modifikasi memungkinkan perawat
menyediakan intervensi keperawatan yang terbaik bagi kebutuhan klien

3. Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan

Pada aktivitas pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat harus mampu


mengoptimalkan sumber sumber yang ada untuk mencapai tujuan keperawatan

4. Mengantisipasi dan mencegah komplikasi

Perawat harus mengawasi dan mengenal risiko yang berasal dari penyakit dan terapi,
sehingga mampu menyesuaikan efek samping.

5. Mengimplementasikan intervensi keperawatan

Implementasi intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan kognitf,


interpersonal dan psikomotor.

a. Kognitif : meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan


klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan
disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan,
mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan,
b. Interpersonal : meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan,
menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan
perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role
model.
c. Psikomotor : meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas
rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir
respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.

14
E. Evaluasi keperawatan

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung


terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Evaluasi
dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku klien yang tampil.

Macam – macam evaluasi, yaitu :

a. Evaluasi formatif : berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat melaksanakan tindakan
keperawatan.
b. Evaluasi sumatif : bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat melakukan serangkaian tindakan
keperawatan.

Tujuan dari evaluasi antara lain:

1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.


2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Mendapatkan umpan balik.
5. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000),
evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi struktur.

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan
kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

2. Evaluasi proses.

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
15
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi
yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan
diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

3. Evaluasi hasil.

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan
kriteria hasil.

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

1. Masalah teratasi ; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi ;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi ; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.

16
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

KASUS :

Dari hasil pengkajian didapatkan data klien bernama Ny. S berusia 40 tahun, dengan
nomor RM 01593352, lahir di Tanggerang pada tanggal 07 Juni 1974, beragama Islam,
suku bangsa Betawi. Klien bekerja sebagai buruh serabutan, pendidikan terakhir SLTA,
status perkawinan sudah menikah tinggal di Tangerang bersama 1 anak perempuan.

Riwayat kesehatan Klien datang dari IRJ RSUP Fatmawati dengan keluhan sudah tidak
kuat menahan rasa nyeri di luka diabetes pada kaki kanan batas sendi angkel sampai
telapak kaki yang terus menerus dirasakan dengan skala 5 (0 – 10), klien didiagnosa
Osteomyelitis DM with Ascending Infection.

Keluhan saat ini klien mengatakan nyeri pada kaki kanan bagian bawah batas sendi
sampai jari-jari kaki serta tumit, terasa semakin hebat ketika luka sedang dibersihkan,
dengan skala 5. Upaya klien untuk mengatasi rasa nyeri yaitu dengan meluruskan kaki
dan menggerak-gerakan kaki yang sakit serta mengusap diatas bagian atas daerah yang
sakit. Klien baru mengetahui terkena DM 4 bulan yang lalu. klien merasa malu karena
luka yang ada di kakinya berbau tidak sedap untuk mengatasi bau, menggunakan kopi
dibawah tempat tidurnya. klien juga mengatakan cemas akan operasi yang akan
dilakukannya karena baru pertama kali melakukan operasi, menanyakan bagaimana cara
berjalan setelah kakinya dipotong, Untuk mengurangi rasa cemasnya klien selalu istighfar
dan berfikir kalau operasi akan berjalan dengan lancar, bertanya tentang persiapan
operasi dan cara menggunakan alat bantu berjalan. Pola makan klien 2x sehari sebelum
masuk rumah sakit mengurangi makanan manis. Setelah masuk rumah sakit klien makan
teratur 3x sehari dengan diet yang sudah dianjurkan oleh rumah sakit. Tidur malam
tercukupi, klien bekerja 10 jam per hari. tidak merokok.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum klien sedang, kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital 120/81 mmHg, Nadi 82 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 36,6°C.

17
BB sekarang 43 kg, TB sekarang 157 cm, konjungtiva an-anemis, sklera anikterik, posisi
mata simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak teraba kelenjar yang membesar pada leher, tidak ada distensi vena jugularis
kanan dan kiri, jalan napas bersih, tidak ada batuk, tidak ada sesak, irama nafas teratur,
suara paru kiri dan kanan vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi, pergerakan
dinding dada simetris, taktil fremitus terasa sama pada kedua lapang paru. Perkusi dada
sonor di kedua lapang paru. Bunyi jantung I & II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak
ada, nyeri dada tidak ada.

Abdomen datar, tidak teraba massa, bising usus 8 x/menit, hepar tidak teraba, BAB sehari
sekali dengan waktu tidak menentu, konsistensi feses padat lunak berwarna coklat, BAK
spontan, frekuensi 6-7 x/24 jam. Warna urine kuning jernih, tidak ada nyeri saat miksi.

Turgor kulit elastis, Terdapat luka gangren dengan derajat 3 pada plantar pedis dextra
berwarna kemerahan, terdapat jaringan nekrotik dan pus, panjang 8 cm dan lebar 5 cm,
tampak tulang, terdapat pus, Luka ditutup oleh kasa dan elastis verban,Terdapat
rembesan pada verban penutup. CRT pada kaki kanan 4 detik, tercium bau kurang sedap
di ruangan klien akibat infeksi dari luka diabetikum tersebut. Tidak ada kesemutan,
nyeri pada kaki kanan, nyeri bertambah hebat bila sedang dan setelah dilakukan
pembersihan luka, pulsasi teraba lemah. Pada kaki bagian kiri tidak ada nyeri, CRT 3
detik, pulsasi teraba kuat,tidak ada kesemutan.
Kekuatan otot :
5555 5555
3355 5555

Kaki kanan pada bagian jari dan sendi kaki tidak dapat digerakan memutar. Selain pada
lokasi tersebut klien dapat melakukan secara bebas. Hasil pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 04 April 2018 Hemoglobin 9,5 g/dL (11,7-15,5) , Hematokrit 30 % (33-45)
,Lekosit 6,7 Ribu/ul (5,0-10,0) ,Trombosit 536 Ribu/ul (150-440), Eritrosit 3,46
Juta/dl(3,80-5,20) VER 86,9fl (80,0-100,0), HER 27,5 pg (26,0-34,0), KHER 31,6gr/dl
(32,0-36,0), RDW 14,9% (11,5-14,5), APTT 37,9detik (26,3-40,3), Kontrol APTT 30,7
detik, PT 13,5detik (11,5-14,5), Kontrol PT 13,6 detik, Natrium 139 mmol/l (135-147),

18
Kalium 2.57mml/l (3,10-5,10), Klorida 98 mmol/l (95-108). Klien sedang menjalani
puasa, untuk persiapan operasi pada tanggal 09 April 2018 pukul 13.00 WIB

Pengkajian Post Operasi

Telah dilakukan operasi transtibial amputasi pada tanggal 09 April 2018 dimulai pada
pukul 14.30 sampai 16.00 WIB, klien mendapatkan anestesi spinal, dilakukan selama 1
jam 30 menit kembali dari OK ke ruang rawat GPS Lantai 1 pada pukul 18.00 WIB.
Keadaan umum klien sedang, Kesadaran Compos Mentis GCS : 15. Jalan nafas bersih,
suara nafas vesikuler di lapang paru kanan dan kiri. Tanda-tanda vital klien yaitu TD :
128/85mmHg, Nadi 95 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu 35,7oC, Kaki belum bisa
merasakan sensasi raba masih dalam pengaruh anastesi spinal. terpasang infus di tangan
kiri, 1500 cc/24jam area sekitar infus tampak baik tidak ada tanda-tanda plebitis. Luka
amputasi dibalut dengan kassa dan elastis verban, tidak ada rembesan. Terpasang drain
pada area amputasi dengan produksi 10 cc , warna merah. Terpasang dower kateter,
produksi urine 700 cc , warna kuning jernih, kondisi selang bersih tidak ada tanda-tanda
infeksi disekitar area pemasangan, selang terfikasasi dengan baik. ADL miring kiri dan
kanan

Klien mendapat terapi obat yang sama saat sebelum klien menjalani operasi : Ceftriaxone
2x1 gr via IV sebagai indikasi antibiotik. Ketorolac 3x30 mg via IV dengan indikasi
analgetik. Ranitidin 2x50 mg via IV dengan indikasi penghilang mual dan mencegah
iritasi lambung. Terapi cairan NaCl 1500 cc/24 jam. Klien sudah diperbolehkan makan
dan minum secara bertahap diet DM 2500 kkal dengan ekstra putih telur. Ganti balutan
setiap hari

19
Pembahasan dari kasus tersebut, meliputi :

Nama anggota :

1. Annisya rachmawati
2. Fitria mutiara D putri
3. Nur azizah
4. Shela kamila rotsa
Kelompok : 4

Mata kuliah : metodologi keperawatan

Jurusan : Keperawatan 1B

DATA FOKUS

NO. DS NO. DO

1. Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan 1. Tanda-tanda vital (TTV) :


bagian bawah batas sendi sampai jari-jari
kaki serta tumit dengan skala 5 TD : 120/81 mmhg

N : 82x/menit

RR : 19x/menit

Suhu : 36,6℃

2. Pasien mengatakan untuk mengatasi rasa 2. KU. Sedang


nyeri, yaitu dengan meluruskan kaki yang
sakit, serta mengusapi di bagian atas daerah
yang sakit

3. Pasien mengatakan baru mengetahui 3. Kes. Convos Mentis (CM)


terkena DM 4 bulan yang lalu

4. Pasien mengatakan cemas akan operasi 4. TB : 157 Cm


yang akan dilakukannya

5. Pasien mengatakan pola makan 2x sehari 5. BB : 43 Kg


sebelum masuk rumah sakit mengurangi
makanan manis

20
6. Pasien mengatakan nyeri bertambah hebat 6. Konjungtiva an-anemis
saat pembersihan luka

7. Sklera anikterik

8. Posisi mata simetris

9. Mukosa bibir lembab

10. Tidak ada stomatitis

11. Tidak menggunakan gigi

12. Tidak teraba kelenjar yang membesar pada


leher

13. Tidak ada distensi vena jugularis kanan dan


kiri

14. Jalan nafas bersih

15. Tidak ada sesak

16. Irama nafas teratur

17. Tidak ada batuk

18. Suara paru kiri dan kanan vesikuler

19. Tidak ada wheesing

20. Tidak ada ronkhi

21. Pergerakan dinding dada simetris

22. Taktil fremitus terasa sama pada kedua


lapang dada

23. Perkusi dada sonor di kedua lapang paru

24. Bunyi jantung I & II reguler

25. Golliop tidak ada

26. Murmur tidak ada

21
27. Nyeri dada tidak ada

28. Abdomen datar

29. Tidak terasa massa

30. Bising usus 8x/menit

31. Hepar tidak teraba

32. BAB sehari sekali dengan waktu tidak


tertentu

33. Konsistensi feses padat lunak berwarna


coklat

34. BAK Spontan

35. Frekuensi 6-7x/24 jam

36. Warna urine kuning jernih

37. Tidak ada nyeri saat miksi

38. Tugor kulit elastis

39. Terdapat luka gangren dengan derajat 3


pada plantar pedis dextra berwarna
kemerahan

40. Terdapat jaringan nekrotik dan pus

41. Panjang 8 cm dan lebar 5 cm

42. Tampak tulang

43. Terdapat pus

44. Luka ditutup oleh kasa dan elastis verban

45. Terdapat rembesan pada verban penutup

46. CRT pada kaki kanan 4 deik

47. Tercium bau kurang sedap di ruangan klien


akibat infeksi dari luka diabetikom

48. Nyeri pada kaki kanan

22
49. Nyeri bertambah hebat bila sedang dan
setelah dilakukan pembersihan luka

50. Pulsasi teraba lemah pada kaki kanan

51. Pada kaki bagian kiri tidak ada nyeri

52. CRT 3 detik

53. Pulsasi terasa kuat pada kaki kiri

54. Tidak ada kesemutan

55. Kekuatan otot

5555 5555

3355 5555

Kaki kanan pada bagian jari dan sendi kaki


tidak dapat digerakan memutar

56. Terlihat luka pada kaki kanan bagian


bawah batas sendi sampai jari kaki serta
tumit

57. Skala nyeri luka 5 (0-10)

58. Lab pra operasi :

HB : 9,5 g/dl , HK : 30%, LK : 6,7 Ribu/ul,


TB : 536 Ribu/ul , E : 3,46 juta/dl, VER :
86,9 fl , HER : 27,5 pg, KHER : 31,6 gr/dl,
RDW : 14,9%, APIT :37,9 s, Kontrol
APTT : 30,7 s, PT :13,5 s, Kontrol PT :
13,65 , N139 mmol/L, G : 2,57 mml /L ,
C : 2,57 mml/L , C1 : 98 mmol/L

Post Operasi

DS : DO :

- Pasien mengatakan kaki belum 1. TTV :


bisa merasakan sensasi raba karena A. TD : 128 /85 mmHg
masih dalam pengaruh anastesis B. N : 95x /menit
spinal C. RR : 18x/menit
D. S : 35,7 C
2. KU : sedang
3. Kes.cm (GCS : 15 )
4. Tangan jari terpasang infus 1500

23
cc/24jam
5. Luka amputasi dibalut dengan kassa
elastis verban
6. Terpasang drain pada area amputasi
dengan produksi 10cc, bewarna merah
7. Terpasang dower kateter, produksi urine
700 cc, warna jernih,
8. Kondisi selang bersih
9. Tidak ada tanda infeksi disekitar area
10. ADL miring kiri dan kanan

11. Terapi :
a. Ceftriaxone 2x1gr
b. Ketorolae 3x30mg
c. Ranitidin 2x50mg
d. Cairan NaCl 1500 cc/24jam

12. Diet DM 2500 kkal dengan ekstra putih


telur
13. Ganti balutan setiap hari

24
Nama anggota :

1. Annisya rachmawati
2. Fitria mutiara D putri
3. Nur azizah
4. Shela kamila rotsa
Kelompok : 4

Mata kuliah : metodologi keperawatan

Jurusan : Keperawatan 1B

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS (PRE OPERASI )

- Pasien mengatakan sudah tidak


kuat menahan rasa nyeri luka
diabetes pada kaki kanan batas
sendi engkel sampai telapak kaki
yang terus- menerus
- Pasien mengatakan nyeri semakin
hebat, ketika luka sedang Agen pencedera Nyeri akut
dibersihkan fisiologis ( inflamasi )
- Pasien mengatakan untuk
mengatasi rasa nyeri yaitu dengan
meluruskan kaki dan
menggerakka – gerakkan kaki
yang sakit serta mengusap diatas
bagian atas daerah yang sakit
DO

- TD : 120/81 mmHg, N : 82x


/menit, RR :19x/menit, S : 36,6

- Skala nyeri : 5 ( 0-10)
- Klien tampak meringis kesakitan
saat luka dibersihkan
- Klien tampak mengeluh kakinya
yang nyeri
- Kaki kanan klien tidak dapat
digerakkan memutar pada bagian
jari dan sendi kaki kanan

25
2. DS

- Klien mengatakan nyeri pada kaki


kanan nyeri bertambah hebat saat
dan setelah dilakukan
pembersihan
DO Penurunan mobilitas Gangguan integritas
( neuropati perifer ) kulit dan jaringan
- Terdapat luka pada plantar pedis
dextra, luka gangren dengan
derajat 3 dengan warna
kemerahan sepanjang 8 cm dan
lebar 5 cm
- Tampak tulang pada luka klien
- Terdapat pus pada luka klien
- Luka ditutup kasa dan elastis
verban

3. DS

- Pasien mengatakan bahwa untuk


mengatasi bau dengan cara
menggunakan kopi untuk
menghilangkan baunnya
- Pasien mengatakan bahwa merasa
malu karena luka yang ada di
kakinya bau tidak sedap
DO
Perubahan citra tubuh Harga diri rendah
- Luka ditutup dengan kasa dan situasional
elastis verban
- Terdapat luka rembesan pada
verban penutup

4. DS (POST OPERASI )

- Pasien mengatakan kaki belum


bisa merasakn sensasi raba, masih
dalam pengaruh anastesi spinal Perubahan Gangguan citra tubuh
DO struktur/bentuk tubuh,
perubahan fungsi tubuh
- TD : 128/85 mmHg, N :
( amputasi )
95x/menit, RR : 18x/menit, S :
35,7 ℃
- Luka amputasi dibalut kasa dan
elastis verban, tidak ada rembesan
- Terpasang drain pada area
amputasi dengan produksi 10 CC

26
- Terpasang infus ditangan kiri
1500CC /24 jam

5. DS

-
DO
Pembedahan ortopedi Resiko disfungsi
- Luka amputasi klien dibalut kasa (amputasi ), imobilisasi neurovaskuler perifer
dan elastis verban penekanan mekanisme
- TD : 128/85 mmHg, RR :
(balutan )
18x/menit, N : 95x/menit,
S : 35,7 ℃
- KU : sedang
- Kesadaran.compos mentis

6. DS

-
DO
Hipotermia Terpapar suhu
- TTV lingkungan rendah
TD : 128/85 mmHg
N : 95x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 35,7˚C
- Kesadaran compos mentis

27
Nama anggota :

1. Annisya Rachmawati Azis


2. Fitria Mutiara Dharma Putri
3. Nur Azizah
4. Shela Kamila Rotsa

Kelompok : 4

Mata Kuliah : Metodologi keperawatan

Jurusan : Keperawatan 1 B

Nama : Ny. S No. RM : 01593352

Umur : 40 tahun

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No DIAGNOSA DITEMUKAN MASALAH DIPECAHKAN


KEPERAWATAN

Tanggal/ paraf Tanggal/ paraf

1. Nyeri akut b.d Agen


pencedera fisiologi
(Inflamasi) d.d pasien
mengatakan nyeri skala 5
pada luka diabetes kaki
kanan batas sendi engkel
sampai telapak kaki yang
terus-menerus Commented [an6]: Harus diisi jgn kosong

2. Ganggunan Integritas
kulit b.d Penurunan
Mobilitas, Neuropati
perifer d.d kerusakan
jaringan, nyeri,
kemerahan pada plantar
pedisdextra

28
3. Hipotermia b.d terpapar
suhu lingkungan rendah
d.d suhu tubuh dibawah
nilai normal

29
Nama anggota :

1. Annisya Rachmawati Azis


2. Fitria Mutiara Dharma Putri
3. Nur Azizah
4. Shela Kamila Rotsa
Kelompok : 4

Mata Kuliah : Metodologi

Jurusan : Keperawatan 1 B

Nama : Ny. S Diagnosa : Osteomyelisis DM with ascending infection


Umur : 40 tahun No. RM : 01593352

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi & Rencana Tindakan Rasional TTD
Keperawatan Keperawatan &Nama
( No.Dx) jelas
Rabu, 6 Nyeri akut b.d Klien tidak lagi Manajemen nyeri
Maret 2019 Agen mengeluh nyeri, Observasi:
pencedera Skala myeri 1 -Identifikasi lokasi, -Mengetahui berapa
fisiologis (0-10) setelah 8 karakteristik, durasi, frekuensi, berat luka nyeri yang
(Inflamasi) jam dilakukan kualitas, intesitas nyeri saat dialami klien
asuhan pasien mengeluh nyeri
keperawatan
-Identifikasi skala nyeri setiap -Mengetahui berapa
Kriteria Hasil : klien mengeluh nyeri berat luka nyeri yang
1.Klien tidak dialami klien
lagi mengeluh -Identifikasi respon nyeri non -Mengetahui nyeri
nyeri verbal saat pengkajian seperti apa yang
2.Skala nyeri 1 dirasakan klien
3.Klien dapat
menggerakan -Identifikasi faktor yang -Meningkatkan
kaki tanpa rasa memperberat dan memperingan pemahaman tentang
nyeri nyeri saat pengkajian penyebab dan mencari
pemecahan untuk
mengurangi ketegangan
klien

30
-Identifikasi pengetahuan -Meningkatkan
keyakinan tentang nyeri saat pemahaman klien dalam
pengkajian mengatasi nyeri

-Identifikasi pengaruh budaya -Meningkatkan


terhadap respon nyeri saat pengetahuan klien
pengkajian terhadap respon nyeri

-Identifikasi pengaruh nyeri -Meningkatkan


pada kualitas hidup saat pemahaman klien akan
pengkajian pengaruh nyeri saat
beraktifitas
-Monitor keberhasilan terapi -Memantau jalanya
komplementer yang sudah terapi komplementer
diberikan saat pengkajian sesuai dengan prosedur

-Monitor efek samping -memantau efek samping


analgesik saat klien mengeluh dari pemberian analgesik
nyeri

Terapeutik :
-berikan teknik non -memberikan rangsangan
farmakologis untuk mengurangi syaraf terus menerus,
rasa nyeri saat klien mengeluh blok tranmisi sensasi
nyeri nyeri

-kontrol lingkungan -meningkatkan rasa


memperberat nyeri saat klien nyaman klien
mengeluh nyeri

-fasilitas istirahat dan tidur -Memenuhi kebutuhan


8 jam/ hari dasar manusia

- pertimbangkan jenis dan -mengidentifikasi sumber


sumber nyeri dalam pemilihan nyeri dan cara mengatasi
strategi meredakan nyeri saat sumber nyeri
klien masih mengeluh nyeri

Edukasi :
-jelaskan penyebab, periode dan -meningkatkan
pemicu nyeri setelah 2x pemahaman klien
pertemuan tentang nyeri yang
dialami

31
-jelaskan strategi meredakan -agar klien mengetahui
nyeri saat pengkajian cara mengatasi nyeri

-anjurkan memonitor nyeri -memandirikan klien


secara mandiri setelah 2x dalam mengatasi rasa
pertemuan nyeri

-anjurkan menggunakan -meningkatkan


analgetik secara tepat setelah 2x pengetahuan klien
pertemuan terhadap penggunaan
analgesik secara tepat

-ajarkan teknik nonfarmakologis -meningkatkan


untuk mengurangi rasa nyeri pengetahuan klien
setelah 2x pertemuan tentang pemberian
rangsangan syaraf secara
terus-menerus
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian -Anaalgetik dengan
analgeti,jika perlu saat klien segera mencapai pusat
mengeluh nyeri,selang waktu 4- rasa sakit dan
6 jam setelah pemberian penghilangan nyeri yang
lebih efektif dengan
dosis tepat.
Pemberian Analgesik :
Observasi
-Identifikasi karakteristik nyeri -Mengetahui berapa
(mis berat luka nyeri yang
pencetus,pereda,kualitas,lokasi,i diderita klien
ntesitas,frekuensi,durasi) saat
klien mengeluh nyeri

-Identifikasi riwayat alergi obat -Agar mengetahui


saat pengkajian pemberian obat yang
tepat

-Identifikasi kesesuaian jenis -mengetahui pemberian


analgesik (mis. Narkotika,non analgesik dengan tepat
narkotik/NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri saat pengkajian

-Monitor tanda-tanda vital -Dapat mengetahui


sebelum dan sesudah pemberian keadaan umum klien
analgesik setelah pemberian

32
analgesik

-Monitor efektivitas analgesik -Mengetahui dampak


setelah pemberian analgesik yang ditimbulkan setelah
pemberian analgetik
Terapeutik :
-Diskusikan jenis analgesik -Agar memberikan klien
yang disukai untuk mencapai pilihan lain dalam
analgesik optimal,jika perlu memilih analgesik sesuai
kemauan klien

-Pertimbangkan penggunaan -Untuk Mempelancar


infus kontinu,atau bolus opioid sirkulasi darah untuk
untuk mempertahankan kadar metabolisme
dalam serum setiap 8 jam

-Tetapkan target efektiftas -Untuk mengetahui


analgesik untuk dampak pemberian
mengoptimalkan respon pasien analgesik yang optimal
saat pengkajian

-dokumentasikan respon -Mengetahui respon


terhadap efek analgesik dan efek klien terhadap efek
yang tidak diinginkan saat analgesik
pengkajian

Edukasi :
-Jelaskan efek terapi dan efek -Agar klien memahami
samping obat saat sebelum efek dari pemberian
pemberian terapi atau obat terapi dan obat

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian dosis dan -Untuk memberikan
jenis analgesik sesuai indikasi analgesik dengan tepat Commented [an7]: Paraf dan nama jelas harus ada
saat sebelum pemberian Commented [an8]:
analgesik

Rabu, 6 2.Ganggun an Tujuan Perawatan Integritas kulit


Maret 2019 Integritas kulit Klien mampu Observasi :
b.d Penurunan meningkatkan -Identifikasi penyebab gangguan -Untuk mengetahui apa
Mobilitas, kesembuhan integritas kulit (mis.perubahan yang menyebabkan
Neuropati luka selama 8 sirkulasi,perubahan status kerusakan jaringan kulit
perifer d.d jam setelah nutrisi,penurunan kelembapan
kerusakan dilakukan suhu lingkungan

33
jaringan, nyeri, asuhan ekstrim,penurunan mobilitasi)
kemerahan keperawatan saat pengkajian terapeutik
pada plantar -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah -Meningkatkan rasa
pedisdextra Kriteria Hasil : baring nyaman klien
1.Mencegah
terjadinya -Lakukan pemijatan pada area -Meningkatkan rasa
infeksi pada penonjolan tulang,jika perlu nyaman klien
luka klien
2.Timbulnya -bersihkan pariental dengan air -Mengurangi risiko
jaringan baru hangat terutama jika perlu infeksi pada luka akibat
pada luka dan verban yang lembab
tidak ada pus -Gunakan produk berbahan -Mengurangi risiko kulit
seta kemerahan petrolium/minyak pada kulit kering
kering selama periode kerusakan
kulit

-Gunakan produk ringan/alami -Mengurangi risiko


hipoalergi pada kulit sensitif infeksi pada kulit sensitif
saat periode kerusakan kulit

-Hindari produk berbahan -Mengurangi terjadinya


alkohol pada kulit kering saat infeksi pada kulit yang
periode kerusakan kulit sensitif

Edukasi:
-Anjurkan menggunakan -Mengurangi terjadinya
pelembab (mis.lotion,serum) infeksi pada kulit yang
saat periode kerusakan kulit kering

-Anjurkan minum air yang -Memenuhi kebutuhan


cukup minimal 3 gelas /harian cairan dan mineral pada
klien
-Anjurkan meningkatkan asupan -Memenuhi kebutuhan
nutrisi yang bergizi seimbang 3 nutrisi seimbang sebagai
kali sehari (sesuai diet) kebutuhan dasar manusia

-Anjurkan meningkatkan asupan -Memenuhi kebutuhan


buah dan sayur sesuai diet vitamin yang alami dari
buah dan sayur
-Anjurkan menghindari terpapar -Mengurangi resiko
suhu ektrem kerusakan kulit yang
semakin parah
-Anjurkan menggunakan tabir -Mengurangi resiko
surya SPF minimal 30 saat kerusakan kulit yang

34
berada di luar rumah,jika perlu semakin parah

-Anjurkan mandi dan -Menjaga kebersihan


menggunakan sabun secukupnya tubuh klien dan
saat mandi memenuhi rasa nyaman

Perawatan Luka
Observasi :
-Monitor karakteristik luka -Pengenalan adanya
(mis.drainase,warna,ukuran,bau) kegagalan proses
saat pengkajian penyembuhan luka atau
mencegah kondisi yang
lebih serius
-Monitor tanda-tanda infeksi -Mengetahui
saat periode integritas terjadi perkembangan
Terapeutik karakteristik dari luka

-Lepaskan balutan pada plester -Mengurangi risiko


secara perlahan saat melakukan trauma kulit dan
tindakan gangguan pada luka

-Bersihkan dengan cairan -Agar tidak terjadi reaksi


NACL/pembersih non toksik inflamasi akibat dari
saat tindakan cairan pembersih luka

-Bersihkan jaringan nekrotik -Mencegah resiko infeksi


saat melakukan tindakan pada luka

-Berikan salep yang sesuai ke -Melindungi luka dari


kulit/lesi saat pemberian obat perlukaan mekanis dan
kontaminasi
-Pasang balutan sesuai jenis luka -Mencegah akumulasi
saat tindakan cairan yang dapat
menyebabkan ekskariasi
-Pertahankan teknik steril saat -Mencegah terjadinya
melakukan perawatan luka kontaminasi

-Ganti balutan sesuai jumlah -Mencegah akumulasi


eksudat dan dramage saat cairan yang dapat
tindakan menyebabkan ekskoriasi

Edukasi :
-Jelaskan tanda dan gejala -Menghindari resiko
infeksi saat sebelum melakukan infeksi

35
tindakan

-Anjurkan mengkonsumsi -Membantu


makanan tinggi protein dan mengeringkan luka
kalori saat pemberian gizi
-Ajarkan prosedur perawatan -Agar pasien mengetahui
luka secara mandiri saat proses penyembuhan
pengkajian luka

Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian -Agar meningkatkan
antibiotik saat klien mengeluh penyembuhan
nyeri

-Kolaborasi prosedur -Agar menghindari


debridemen saat periode terjadinya resiko infeksi
pengobatan pada klien

Rabu, 6 3. Hipotermia Tujuan : Manajemen hipotermia


Maret 2019 b.d terpapar Klien akan Observasi :
suhu mampu -monitor suhu tubuh setiap 2 -Perubahan suhu yang
lingkungan menurunkan jam sekali signifikan dapat
rendah suhu tubuh mengacu dalam
kembali normal pemberian intervensi
setelah -Identifikasi penyebab hipotermi -Membantu
dilakukan setelah dilakukan prosedur mengidentifikasi
tindakan pembedahan pemberian intervensi
keperawatan yang tepat
Kriteria hasil : -Monitor tanda dan gejala akibat -Agar mengetahui
Suhu tubuh hipotermi setiap 6 jam keadaan klien serta
klien kembali intervensi yang tepat
normal Terapeutik :
-Sediakan lingkungan yang -Menjaga suhu
hangat selama periode hipotermi lingkungan agar tetap
konstan

-Ganti pakaian dan linen yng -Meningkatkan rasa


basah minimal 1 kali sehari nyaman klien dan
mencegah penurunan
suhu tubuh yang
signifikan
-Lakukan penghangatan pasif. -Dapat mengurangi
Selama periode hipotermi evaporasi dan radiasi
sehingga dapat

36
mempertahankan suhu
tubuh
-Lakukan penghangatan aktif -Memberikan rangsangan
eksternal selama periode panas dari luar untuk
hipotermi membantu menjaga suhu
tubuh tetap optimal
Edukasi :
-Anjurkan makan/minum hangat -Meningkatkan rasa
3 kali sehari nyaman klien

Terapi paparan panas


Observasi :
-Identifikasi kontra indikasi -Mengetahui
penggunaan terapi kontraindikasi dari
(mis.penurunan/tidak adanya penggunaan terapi
sensasi penurunan sirkulasi)
Saat pengkajian

-Monitor suhu alat terapi saat -Mengontrol suhu alat


akan melakukan tindakan terapi agar berfungsi
dengan optimal
-Monitor kondisi kulit selama -Mengurangi risiko
terapi kerusakan kulit selama
terapi
- Monitor respons pasien -Menjaga rasa nyaman
terhadap terapi selama dan keamanan klien
melakukan tindakan selama terapi

Terapeutik :
-Pilih metode stimulasi yang -Mempermudah proses
nyaman dan mudah didapatkan stimulasi agar masalah
saat pengkajian dapat teratasi

- Pilih lokasi stimulasi yang -Agar proses stimulasi


sesuai saat pengkajian yang dilakukan efektif

-Bungkus alat terapi dengan -Agar alat terapi tidak


menggunakan kain selama terapi terlalu panas dan
merusak kulit
-Gunakan kain lembab disekitar -Dapat mengurangi efek
area terapi terapi yang diberikan

37
-Tentukan durasi terapi sesuai -Agar mencapai suhu
dengan respon terapi normal/hangat

-Hindari melakukan terapi pada -Menghindari efek


daerah yang mendapatkan terapi samping dari terapi yang
radiasi ditambahkan

Edukasi :
-Ajarkan cara mencegah -Agar klien memahami
kerusakan jaringan cara mencegah
kerusakan jaringan
secara mandiri

-Ajarkan cara menyesuaikan -Agar klien memahami


suhu secara mandiri cara menyesuaikan suhu

38
Nama anggota :

5. Annisya Rachmawati Azis


6. Fitria Mutiara Dharma Putri
7. Nur Azizah
8. Shela Kamila Rotsa
Kelompok : 4

Mata Kuliah : Metodologi

Jurusan : Keperawatan 1 B

Nama : Ny. S Diagnosa : Osteomyelisis DM with ascending infection


Umur : 40 tahun No. RM : 01593352

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No. Dx Catatan kepeerawatan TTD/ Nama jelas

Rabu, 6 Maret Dx 1 Nur azizah


2019
- Mengidentfikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

RH/

S: pasien mengatakan nyeri luka diabetes kaki


kanan batas sendi engkel sampai telapak kaki
yang terus menerus dengan skala 5, nyeri
semakin hebat saat sedang dibersihkan

O : skala nyeri 5

- Pasien meringis kesakitan


- Pasien terlihat mengusap bagian atas kakinya
yang sakit

Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentifikasi pengetahuan dan Nur azizah


2019 keyakinan tentang nyeri

RH/

S : Pasien mengatakan untuk menghilangkan

39
nyeri maka pasien akan mengusap bagian atas
luka yang sakit

O : Pasien meringis kesakitan menahan nyeri


sambil mengusap bagian atas luka

Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada Fitria Mutiara D


2019 kualitas hidup Putri

RH/

S : Pasien mengatakan bahwa sudah tidak dapat


melakukan aktivitas seperti biasanya karena Commented [an10]: Kalua ungkapan pasien : pasien
mengatakan ….
nyeri yang tidak tertahankan

O : Pasien terlihat tirah baring dengan meringis


kesakitan

Rabu, 6 Maret Dx.2 Memonitor karakteristik luka Annisya


2019 Rachmawati
RH/

S : Klien mengatakan lukanya berbau dan elastic


verban terdapat rembesan

O:

- Luka pasien terlihat kemerahan Commented [an11]: Apalagi ? nyeri di daerah luka ?

- Luka pasien terdapat pus dan jaringan


nekrotik
- Luka pasien terlihat dengan panjang
sekitar 8cm dan lebar 5cm

Rabu, 6 Maret Dx.1 Menjelaskan strategi meredakan nyeri saat Shela kamila
2019 pengkajian rotsa

RH/

S : Pasien mengatakan mengerti cara meredakan


nyeri dengan cara menarik nafas dari hidung lalu
buang melalui mulut

O : Pasien mempraktikan tarik nafas dalam


dengan benar dengan cara menarik nafas dalam
dari hidung lalu buang melalui mulut

40
Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentifikasi skala nyeri pasien Fitria Mutiara D
2019 Putri
RH/

S : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang


skala nyeri 4 (0-10)

O : Skala nyeri 4

Pasien terlihat lebih rileks

Rabu, 6 Maret Dx.2 Mengganti balutan luka Anissya


2019 rachmawati
RH/

S ; Pasien mengatakan lebih nyaman ketika di


ganti balutan dan merasa sedikit lebih percaya
diri

O:

- Terlihat luka diabetes di kaki kanan


kanan batas sendi engkel sampai telapak
kaki dengan panjang sekitar 8cm dan
lebar 5cm yang sudah bersih pus dan
jaringan nekrotiknya
- Luka tidak lagi tercium bau tidak sedap
- Luka diabetes ditutup elastik verban baru
sehingga tidak adalagi rembesan luka

Rabu, 6 Maret Dx.2 Mempertahankan teknik steril saat Nur azizah


2019 melakukan perawatan luka

RH/

Membersikah luka dengan kassa steril dan


intrumen yang steril serta memakai apd berupa
handscoen dan masker

Rabu, 6 Maret Dx.2 Membersihkan lukadengan cairan NaCl / Shela kamila


2019 pembersih non toksik saat melakukan tindakan rotsa

RH/

S : Pasien mengatakan lukanya bersih dan lebih

41
nyaman

O : Luka di bersihkan dengan cairan NaCl


dengan kassa steril serta instrumen steril

Rabu, 6 Maret Dx.2 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi saat Shela kamila
2019 melakukan tindakan rotsa

RH/

S : Pasien mengerti bahwa luka yang tidak


mengalami infeksi yaitu luka yang tidak berbau,
tidak ada pus dan jaringan nekrotik serta tidak
lagi berbau

O : Tidak adalagi pus dan jaringan nekrotik pada


luka diabetes serta tidak ada lagi bau karena
balutan telah diganti

Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentifikasi riwayat alergi obat Nur


2019 azizahannisya
S : pasien mengatakan tidak punya alergi obat rachmawati
O:

- pasien terlihat yakin saat menjawab tidak


ada tanda alergi dalam pemberian obat Commented [an12]: Tidak ada tanda alergi set pemberian obat
…tidak ada kemerahan …dsb
- Pasien tidak terlihat tanda alergi sesudah
pemberian obat ( kemerahan, ruam dan
demam )

Rabu, 6 Maret Dx.2 Menganjurkan meningkatkan asupan Fitria mutiara d


2019 nutrisi yang bergizi seimbang 3kali sehari putri

RH/

S : Pasien mengerti bahwa perlu memakan


makanan bergizi seimbang mulai dari
karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dan
mulai mengikuti sesuai diit yang diberikan

O : Terlihat sisa makan pagi pasien yaitu ½


pirang nasi dan lauk dihabiskan, tetapi sayur
hanya dihabiskan ¼ piring serta buah yang

42
tersisa 2 potong

Rabu, 6 Maret Dx.2 Menganjurkan meningkatkan asupan sayur Fitria mutiara d


2019 dan buah sesuai diet putri

RH/

S : Pasien mengatakan akan menghabiskan sayur


dan buah yang telah diberikan sesuai diet pasien
karena tahu manfaatnya

O : Pasien terlihat mengangguk dan mengerti


pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai
diet yang telah diberikan

Rabu, 6 Maret Dx.2 Mengubah posisi tiap 2 jam Shela kamila


2019 rotsa
RH/

S : Pasien mengerti perlunya mengubah posisi


tubuh tiap 2 jam saat tirah baring guna
menghindari terjadinya luka dekubitus

Pasien dibant perawat mempraktikan miring


kanan dan kiri

O : Menjelaskan pada klien tujuan mengubah


posisi tiap 2 jam

Membantu pasien memposisikan miring ke


kanan

Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentikfikasi skala nyeri setiap pasien Annisya


2019 mengeluh nyeri rachmawati

RH/

S : Pasien mengatakan luka diabetes nya kembali


terasa nyeri dengan skala 5 (0-10)

O : Pasien terlihat meringis menahan nyeri

Skala nyeri 5

43
Rabu, 6 Maret Dx.1 Memonitor efek samping analgesik saat Fitria mutiara d
2019 klien mengeluh nyeri putri

RH/

S : Pasien mengatakan saat sesudah diberikan


analgesik nyeri mulai sedikit berkurang

O : Pasien terlihat lebih rileks

Tidak terlihat tanda tanda pasien mengalami


alergi obat

Rabu, 6 Maret Dx.1 Mengidentikfikasi skala nyeri setiap pasien Nur azizah
2019 mengeluh nyeri

RH/

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan


skala 3 (0-10)

O:

- Pasien terlihat lebih rileks


- Skala nyeri 3

Rabu, 6 Maret Dx.3 Memonitor tanda dan gejala akibat Nur azizah
2019 hipotermi setiap 6 jam

O : Akral pasien dingin

Suhu 35,7°C

Rabu, 6 Maret Dx.3 Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam Annisya


2019 rachmawati
RH/

O : Suhu 35,7°C

Rabu, 6 Maret Dx.3 Mengganti pakaian dan linen yang basah Fitria mutiara d
2019 putri
S : Pasien mengatakan lebih nyaman ketika linen
telah diganti

O : Pasien terlihat nyaman dan tidak lagi terlihat


menggigil

44
Rabu, 6 Maret Dx.3 Menyediakan lingkungan hangat selama Fitria mutiara d
2019 periode hipotermi putri

S : Pasien mengatakan tubuh terasa lebih hangat


saat menggunakan selimut

O : Pasien terlihat menyelimuti tubuh sampai


dada

Pasien lebih nyaman dan tidak lagi terlihat


menggil

Rabu, 6 Maret Dx.3 Menganjurkan makan/minum hangat 3 kali Shela kamila


2019 sehari rotsa

S : Klien mengatakan mengerti alasan mengapa


harus mengkonsumsi makanan masih hangat

O:

- Klien terlihat mengangguk mengerti


- Makan pasien habis 1 porsi dengan diet
tinggi protein

Rabu, 6 Maret Dx. 3 Memonitor kondisi kulit selama terapi Annisya


2019 rachmawati
RH/

Kulit klien berwarna kemarahan dan elastis

Rabu, 6 Maret Dx.3 Mengajarkan cara menyesuaikan suhu Shela kamila


2019 secara mandiri rotsa

RH/

S : Pasien mengatakan mengerti cara


menghangatkan diri secara pribadi

O:

- Pasien mengangguk dan mengenakan baju


tebal guna mengembalikan suhu tubuh
normal
- Pasien terlihat menggosokan ke dua
tangannya dan menutup tubuh dengan

45
selimut sampai dada

Rabu, 6 Maret Dx.3 Melakukan penghangatan aktif eksternal Fitria mutiara d


2019 putri
S : Pasien mengatakan tubuhnya sudah lebih
terasa hangat

O : Pasien memakai baju tebal dan selimut


sampai dada

Rabu, 6 Maret Dx.3 Menentukan durasi terapi selama dengan Fitria mutiara d
2019 responterapi putri

S : Pasien mengatakan setelah memakai baju


tebal dan selimut selama 2 jam klien tidak lagi
merasakan kedinginan

O:

- Pasien tidak terlihat menggigil


- Warna kulit kemarahan dan elastis
- Mukosa bibir lembab
- Suhu tubuh 36,8°C

Rabu, 6 Maret dx.3 Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam Nur azizah
2019
RH/

Suhu tubuh 36,8°C

46
Nama anggota :

1. Annisya Rachmawati Azis


2. Fitria Mutiara Dharma Putri
3. Nur Azizah
4. Shela Kamila Rotsa
Kelompok : 4

Mata Kuliah : Metodologi

Jurusan : Keperawatan 1 B

Nama : Ny. S Diagnosa : Osteomyelisis DM with ascending infection


Umur : 40 tahun No. RM : 01593352

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD&Paraf

Rabu, 6 1. Nyeri akut S : Pasien Mengatakan nyeri pada


Maret 2019 kakinya sudah berkurang

O : pasien tidak lagi terlihat meringis


kesakitan karena skala nyeri menjadi
3 setelah diberikan obat analgesik Commented [an13]: Ekspresi saat nyeri ?

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan Commented [an14]: Kalua itervensinya sama tidak perlu ditulis
ulang

Rabu, 6 2. Gangguan integritas kulit S : Pasien mengatakan luka tidak lagi


Maret 2019 kemerahan dan tidak ada lagi
rembesan pada luka

O : Luka gangren dengan derajat 3


pada plantar pedisdextra dengan
panjang 8cm dan lebar 5cm masih
berwarna kemerahan tetapi tidak ada
lagi pus serta tidak tercium bau
kurang sedap. Commented [an15]: Diameter luka , tanda infeksi

A : Masalah belum teratasi

47
P : Intervensi dilajutkan Commented [an16]: idem

Rabu, 6 3. Hipotermi S : Pasien mengatakan suhu tubuh


Maret 2019 sudah lebih hangat (S : 36,8 )

O : Akral hangat

Suhu tubuh pasien (S : 36,8)

Mukosa bibir lembab

Kesadaran compos mentis

Kulit kemerahan

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dihentikan

48
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metodologi merupakan suatu cara mengkaji perihal langkah langkah yang bisa
ditempuh untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Metodologi diperlukan agar kegitan yang
bersifat praktis dapat terlaksana secara rasional dan terarah sehingga mencapai hasil
optimal.
Metodologi keperawatan memiliki lima tahap pendekatan pengambilan keputusan klinis
yang mencakup pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Jadi metodologi keperawatan merupakan suatu variasi dari penjelasan ilmiah yang
membantu perawat dalam mengantur sistematisasi praktik keperawatan

B. Saran
agar penulis dan pembaca makalah ini dapat meningkatkan pemahaman tentang
proses keperawatan serta tahap-tahap asuhan keperawatan sehingga dapat
dikembangankan dalam tatanan layanan keperawatan. Diharapkan penulis dan pembaca
dapat memahami tentang tahapan asuhan keperawatan dan hasil penulisan makalh ini
dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.

49
DAFTAR PUSTAKA

hendarsih, s., & induniasih. (t.thn.). metodologi keperawatan. PUSTAKA BARU PRESS.

hutahean, S. (2010). konsep dan dokumentasi proses keperawatan. jakarta: penerbit TIM.

Internasional, N. (2015). diagnosa keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. jakarta: EGC.

kabir, i. (2017, desember 1). scribd. Diambil kembali dari makalah metodologi keperawatan:
https://id.scribd.com/document/366022057/Metodologi-Keperawatan-Makalah

NANDA. (n.d.). standar diagnosa keperawatan. 2005.

patricia, p. A., & Perry, a. G. (2005). fundamental keperawatan buku 1 edisi 7. singapore: elseviser.

50

Anda mungkin juga menyukai