Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makul : Keperawatan Gerontik

Oleh Dosen : Pak Laode Peli SKM, M,Sc

OBESITA PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SRI PUTRI MELANDARI

NIM : 17.082

TINGKAT : III (B)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE


2019/2020
BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah


banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi
lingkungannya. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap
terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit
tidak menular. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 juga menunjukkan adanya
peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia
mempunyai beban ganda. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai
indikator, salah satunya status gizi masyarakat. Masalah gizi merupakan masalah yang
ada di tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara
miskin dan negara berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi)
dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif). Negara
berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah
gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui tetapi pada tahun 1997 WHO
secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. WHO menyatakan bahwa
obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-
15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Hingga 2005, WHO memperkirakan secara global ada sekitar 1,6
miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta (9,8 %) di
antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan
meningkat dua kali lipat dari angka itu. Angka kegemukan juga naik dengan
bertambahnya usia setidaknya hingga usia 50 sampai 60  tahun  dan kegemukan berat di
Amerika Serikat, Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka
kegemukan secara keseluruhan.
Di seluruh dunia, prevalensi kegemukan telah mengalami  peningkatan lebih dari
dua kali lipat antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008, 10% pria dan 14 % wanita
di dunia mengalami obesitas. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan 297 juta wanita di atas
usia 20 tahun mengalami obesitas. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Amerika yaitu
62% untuk overweight dan 26% untuk obesitas dan prevalensi terendah di wilayah Asia
Tenggara yaitu 14% overweight dan 3% obesitas. Di semua daerah perempuan cenderung
lebih gemuk daripada laki-laki. Di daerah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara,
perempuan memiliki dua kali lipat prevalensi obesitas dari laki-laki.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak,
dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan
laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).  Masalah obesitas meluas ke
negara-negara berkembang misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun
anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO,
2003).
Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat
sejak tahun 1960-an (WHO, 2003).
Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik, obesitas
meningkat pesat dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat pertumbuhan obesitas
tercepat dari tahun 2010 hingga 2020 yakni, Vietnam 225 persen, Hong Kong 178 persen,
India 100 persen, Korea Selatan 80,7 persen, Selandia Baru 52 persen, dan Indonesia 50
persen.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk Indonesia berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3%
terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan
berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%.
Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di
Indonesia sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada wanita
6,9%. Survei sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk Indonesia yang obesitas
hanya 4,7% (±9,8 juta jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di
Indonesia telah meningkat dua kali lipatnya. Indonesia masuk urutan 10 besarobesitas di
dunia dengan orang kegemukan berjumlah 40 juta orang. Kegemukan, baik pada
kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya.
Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi
peningkatan yang bermakna dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu
12,2% (Balitbangkes, 2010).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, secara nasional masalah gemuk
pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi, yakni, 18,8 persen, terdiri atas gemuk 10,8 persen
dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen, sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur
13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8 %, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk
atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja 16-18 tahun mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3 % pada tahun 2013 (Depkes, 2013).
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan, angka kegemukan
cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median
baku WHO-NCHS.  Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun
berdasarkan Riskesdar 2007 di Sulawesi Selatan terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8%
perempuan. Di provinsi Sulawesi Selatan, untuk prevalensi obesitas sentral, Jeneponto
merupakan urutan pertama kabupaten (22,5%) setelah kota Pare-Pare (23,9%) dan kota
Makassar (23,8%) lebih tinggi dari angka nasional (18,8%) (Riskesdas, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa obesitas telah menjadi masalah diberbagai negara salah
satunya di Indonesia.Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi,
maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin  bertambah
(Kanwil Depkes, 1998).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
a. Apa  pengertian obesitas ?
b. Apa saja tipe-tipe obesitas ?
c. Bagaimana etiologi timbulnya obesitas ?
d. Apa saja gejala – gejala timbulnya obesitas ?
e. Apa saja klasifikasi dari obesitas ?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi obesitas ?
g. Apa saja risiko yang ditimbulkan obesitas ?
h. Bagaimana cara pencegahan obesitas ?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian obesitas.


b. Untuk mengetahui apa saja tipe – tipe obesitas.
c. Untuk mengetahui etiologi timbulnya obesitas.
d. Untuk mengetahui gejala – gejala timbulnya obesitas.
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari obesitas.
f. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi obesitas.
g. Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan obesitas.
h. Untuk mengetahi cara pencegahan obesias.

BAB  II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Obesitas
Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan
sebagai makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan
adalah kondisi kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan
normal.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat
mengganggu kesehatan (WHO).
Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak
faktor termasuk genetik  dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan 
kombinasi dari kedua faktor tersebut (James, et al ., 2011: dalam Oetomo ,2011;5).
Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasilgliserol
berlebihan pada jaringan adipose karena imbance (ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan penggunaannya), (Bays et al, 2008; dalam Oetomo 2011;3).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu
sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Kegemukan (obesitas) sebenarnya tidak identik dengan kelebihan berat badan,
melainkan terkait dengan komposisi tubuh di mana terjadi kelebihan
lemak. Obesitas dan overweight mempunyai pengertian yangberbeda. Obesitas adalah
suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita
masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan
kesehatan. Sementaraoverweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan
dimana berat badan seseorang melebihi beratbadan normal. Kelebihan tubuh lemak
inilah yang berkaitan dengan kejadian metabolic syndrome, yang merupakan risiko
gangguan kesehatan pada obesitas. Telah diketahui bahwa obesitas terkait
dengan metabolic syndrome  yang merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi seperti
hipertensi, diabetes mellitus,dislipidemia, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan ketidakseimbangan
jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.

B. Tipe - Tipe Obesitas


Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tipe obesitas
berdasarkan kondisi selnyadan tipe obesitas berdasarkan penyebaran lemak di dalam
tubuh. Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
(Purwati, 2001) yaitu :
a. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran
sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi
normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
b. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan
tipe hiperplastik.
c. Tipe Hiperplastik  dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan
terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada
tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat berisiko terjadinya komplikasi
penyakit, seperti penyakit degeneratif.
d. Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe obesitas yaitu:
e. Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe
ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang
menumpuk adalah lemak jenuh.
f. Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah,
yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh
perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
g. Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di seluruh bagian
badan. Tipe ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

C. Etiologi Obesitas
a. Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan
oleh orang tua kandung.
b. Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan sebagai hadiah,
tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis.
Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
c. Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,
berduka atau depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar.
d. Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini
sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi
kalori yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Mary Coutney Moore, 1994).
Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas.
Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam
tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih
belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk
mengelakkan obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70%
dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik.

D. Gejala Obesitas
Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas antara lain :
a. Kebiasaan tidur dengan mendengkur, penumpukan lemak di leher juga memicu
seseorang mendengkur.
b. Sesak napas,  rata-rata orang yang tubuhnya gemuk akan merasakan napasnya lebih
berat. Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas.
c. Sleep apne, gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea), sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.
d. Sering merasa ngantuk dan lelah
e. Nyeri pada persendian lutut, dikarenakan faktor kelebihan berat badan yang dapat
menambah beban atau tekanan pada lutut dan pergelangan kaki.
f. Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya memperburuk
osteoartritis, banyak dari penderita obesitas mengeluhkan akan sakit punggung. Hal
ini disebabkan penambahan beban tulang belakang oleh penumpukan lemak. Risiko
fatal jika berat badan tidak kunjung diturunkan, pada tulang punggung dapat
meningkatkan risiko patah tulang dari dalam.
g. Mudah depresi, lebih mudah tertekan pikirannya karena keadaan fisiknya.
h. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit, orang dengan obesitas lebih mungkin memiliki
kulit gelap dan terjadi lipatan-lipatan kulit. Mudah mengalami infeksi jamur dan
bakteri di kulit dengan tanda adanya ruam.
i. Berkeringat secara berlebihan, seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat
yang lebih banyak.

E. Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa,
dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan
dalam ukuran meter (Arisman, 2007). 
Rumus menentukan IMT :       IMT =  BB
                                                       TB²
Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka
prevalensi secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada
lingkar tubuh juga digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio
lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan
indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak tubuh seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)a dan lingkar perutb
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9
Berat badan lebih (overweight) yang moderat 25,0-29,9
Berat badan lebih (overweight) ≥25
Preobese 25-29,9
Obesitas ≥30
        Obese kelas I 30-34,9
       Obese kelas II 35-39,9
       Obese kelas III ≥40
Lingkaran Pinggang

Klasifikasi Laki-laki Perempuan


Di atas action level 1   ≥ 80 cm (~ 32 inci) ≥ 94 cm (~ 37 inci)
Di atas action level 2 ≥ 88 cm (~ 35 inci) ≥ 100 cm (~ 40 inci)
             a
Kategori IMT didefinisikann menurut pedoman WHO.
b
          Kategori lingkar pinggang diusulkan oleh Lean et al

Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang
dapat dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah
jika IMT 25 hingga 29 sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga
lebih. Sedangkan batasan overweight dan obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun
2010 untuk overweight yakni dengan IMT 25 hingga 27 sedangkan IMT diatas 27
digolongkan sebagai obesitas.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu
menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan
menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly,
2007).
          Berat Badan Relatif =      Berat badan     x 100 %
                                              Tinggi badan – 100
Keteragan :
90% - 110%       : normal                       120% - 130%                  : obesitas ringan
< 90%                : kurang dari normal    130% - 140%                  : obesitas sedang
110% - 120%     : lebih dari normal       >140%                 : obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat
badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan
tingkatan :
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat
tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, dan hiperlipidemia.  
b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30%
dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60%
dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk
menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal
lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal
jantung, dan kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi
(infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-
onset obesity), dan masa lansia.
a. Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari
jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih
dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi
antara lain; keturunan, ibu yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil
yang berlebihan, ibu penyakit obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat
terungkap bahwa obesitas diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung dan juga diabetes di kemudian hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata
dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi perempuan yang obesitas (terlalu
gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi
dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa ditemukan di dalam darah), juga kadar
kolestrol baik “HDL” yang sangat rendah. Dr. Haslam, seorang dokter yang juga
anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity) menyebutkan bahwa untuk
menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung harus menjaga pola
makan dengan baik.
b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya
aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja
(pubertas). Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau
tidak sehat dan kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak
dalam badan, era yang telah canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan
jadi makin lebih gampang akan menyebabkan anak malas lakukan gerakan
fisik, dankurangnya bimbingan dan dukungan orang lanjut usia terhadap kesehatan anak.
Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk
menjaga dan mengatur pola makan anak dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan
dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan atau obesitas. Secara umum obesitas pada
anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas. Obesitas pada anak juga mempengaruhi
organ lain seperti saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang menopang
tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan minder. Yang paling parah adalah
komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga karena faktor genetik. 
c. Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan
yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk
paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena
kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga,
maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini (Wirakusumah,
1994). Orang dewasa yang memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak
miliki waktu untuk berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini
konsisten dibiarkan sehingga penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan lain
sebagainya yang berisiko lebih parahdan berujung kepada kematian mendadak.
d. Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin
meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli
mengatakan jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas
pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya menggunakan ukuran lingkar
pinggang dan panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang
signifikan pada lansia. Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami
obesitas jika lingkar pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk
pria). Ketika terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa
banyak sekali masalah yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa
kecenderungan bahayanya adalah sebagai berikut :
a) Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian
dalam rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.
b) Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk
bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra
untuk bekerja. Hal inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-
orang obesitas.
c) Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang
terjadi akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak
menumpuk di arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
d) Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker
payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal.
Sedangkan bagi pria, obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan
lemak sudah mencapai organ reporduksi tersebut
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan
oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme
tubuh menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta
menurunkan usia harapan hidup.

F. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas


Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak
faktor yaitu  faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak
langsung. Faktor yang menyebabkan secara langsung yaitu antara lain :
a. Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang
tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor
genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut
penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata
mempunyai 10 % risiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita
kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang
tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan menjadi 70–80%
(Purwati, 2001).
b. Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal
tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya
(Wirakusumah, 1997).
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini
dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam
sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin, maka timbunan
lemak di dalam tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh
adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari, sebab hormon ini
berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalamus
yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).
c. Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan
Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat
badan lebih (overweight), dan obesitas. Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan
makan, yaitu kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam
keluarga.  
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989
adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir
semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas,
berat badan, tinggi badan, genetik, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi
yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996).
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara
berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan
meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat
mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
Karbohidrat merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah sumber
energi pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme
lemak, membantu pengeluaran feses (altemaster, 2003). Dalam diet seimbang,
dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat, kegunaan utama
energi. Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan
sumber serat (Sayogo, 2006).
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam
ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kebutuhan
protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan
umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan
remaja (Suandi, 2003).
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber
energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu
pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan
pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak
kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo, 2006).
d. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk perilaku atau pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali
seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
e. Aktivitas fisik
Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi, yaitu
pola gaya hidup tanpa banyak bergerak. Beberapa hal yang mempengaruhi
berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas dan kemajuan
teknologi yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik
menurun. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang
yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.  
f. Faktor obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.

g. Faktor psikologi
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.   
h. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama
yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
G. Risiko Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut ini
risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas antara lain :
a.  Gangguan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat  penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan  bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan
yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua
(Purwati, 2010).  Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban
kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus
bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan
kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya
adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.

Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi)


karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada  usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai
risiko dua kali lebih besar  terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang
mempunyai berat badan normal (Wirakusumah, 1994). Kombinasi obesitas dan
hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada
dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat
timbulnya gagal jantung.
b.  Gangguan fungsi paru-paru
Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan
terjadinya henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat
menyebabkan gagal jantung juga akan berujung pada kematian.
c. Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya
penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas
dianggap sebagai bagian dalam kelompok faktor risiko utama yang sering terlihat untuk
penyakit kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok faktor risiko ini sering
digambarkan sebgai sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Faktor-faktor
lainnya yang terdapat dalam sindrom ini adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan
kadar trigliserida, kadara HDL-kolestrol yang rendah, dan hipertensi.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan
timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon
yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah
ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan
fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga tetap beredar dalam darah.
Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat. Gangguan
fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak
(dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinyapeningkatan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan kolesterol
HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar
kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis).
Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menyebabkan
penyakit jantung koroner dan seranganstroke.
d. Gangguan persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga
berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan
persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan
pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita
tidak sanggup berjalan lagi. Osteoartritis lebih sering ditemukan diantara kaum
perempuan daripada laki-laki.
e. Gangguan sistem hormon
Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis,
obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita
dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal
(hiperandrogenisme, hirsutisme) dan gangguan siklus
menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat.
Akibatnya terjadihirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu-
bulu di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara
lelaki.
f. Meningkatkan risiko penyakit ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause,
obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker
payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang
kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC
dan WHO menyimpulkan adanya cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan
menghindari kenaikan berat badan mempunyai efek preventif terhadap kanker.

H. Pencegahan Obesitas
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
a.    Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas
tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat
badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah
didapat. Kurangi makan makanan berlemak, terutama lemak jenuh, karena lemak
jenuh akan mempermudah terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada dinding
pembuluh darah. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori
yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan
upayakan agar berat badan berada dalam batas IMT normal. .
b.   Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam
penatalaksanaanoverweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian
perubahan baik fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam
mengendalikan berat badan. Olahraga diperlukan untuk membakar kalori dan
membuang lemak.
c.   Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau
memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu
dengan overweight dan obese. Hindarilah atau lakukan upaya untuk menurunkan
kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan makanan. Untuk ini
sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat
mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat
dan olahraga. Modifikasi kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan
nasihat personal semata tetapi harus pula menangani komponen lingkungan fisik,
ekonomi dan sosialkultural.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

a. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding


dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang
jauh melebihi kebutuhannya.
b. Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada sendi
lutut, nyeri pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan, mudah
depresi, dan sering ngantuk.
c. Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.
d. Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya
penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke,
kanker, dan lain-lain.
e. Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara langsungseperti
faktor lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan faktor
secara tidak langsung seperti faktor pengetahuan gizi serta pengaturan makan.
f. Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola makan,
perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.

B.   Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan
sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan
meningkatkan aktifitas fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat
meminimalkan risiko obesitas yang merupakan cara alami yang  murah meskipun tidak
mudah untuk mempertahankan  dalam jangka waktu   lama.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S.,.(2005). Obesitas dalam Masyarakat. Jakarta: Yudisthira.


Guyton & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 12. Jakarta: EGC.
Isnaini, Sartono, A.,. & Winaryati, E.,.(2012). Hubungan Pengetahuan Obesitas dengan
Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Ibu Rumah Tangga di Desa Pepe Krajan
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan vol. 1 no. 1. Diakses pada tanggal 2
Desember 2014 dari http://jurnal.unimus.ac.id
Octari, C.,. Liputo. N.,. I.,. & Edison.(2014). Hubungan Status Sosial dan Ekonomi dan Gaya
Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SDNegeri 08 Alang Lawas Padang.
Diakses pada tanggal 2 Desember 2014 dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
Rimbawan & Siagian, A.,.(2004). Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya
Sudoyo, A.,W., et al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wong & Whaley’s. (2002). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Ed 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai