DI SUSUN OLEH :
NIM : 17.082
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
a. Apa pengertian obesitas ?
b. Apa saja tipe-tipe obesitas ?
c. Bagaimana etiologi timbulnya obesitas ?
d. Apa saja gejala – gejala timbulnya obesitas ?
e. Apa saja klasifikasi dari obesitas ?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi obesitas ?
g. Apa saja risiko yang ditimbulkan obesitas ?
h. Bagaimana cara pencegahan obesitas ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan
sebagai makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan
adalah kondisi kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan
normal.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat
mengganggu kesehatan (WHO).
Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak
faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan
kombinasi dari kedua faktor tersebut (James, et al ., 2011: dalam Oetomo ,2011;5).
Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasilgliserol
berlebihan pada jaringan adipose karena imbance (ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan penggunaannya), (Bays et al, 2008; dalam Oetomo 2011;3).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu
sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Kegemukan (obesitas) sebenarnya tidak identik dengan kelebihan berat badan,
melainkan terkait dengan komposisi tubuh di mana terjadi kelebihan
lemak. Obesitas dan overweight mempunyai pengertian yangberbeda. Obesitas adalah
suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita
masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan
kesehatan. Sementaraoverweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan
dimana berat badan seseorang melebihi beratbadan normal. Kelebihan tubuh lemak
inilah yang berkaitan dengan kejadian metabolic syndrome, yang merupakan risiko
gangguan kesehatan pada obesitas. Telah diketahui bahwa obesitas terkait
dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi seperti
hipertensi, diabetes mellitus,dislipidemia, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan ketidakseimbangan
jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
C. Etiologi Obesitas
a. Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan
oleh orang tua kandung.
b. Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan sebagai hadiah,
tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis.
Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
c. Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,
berduka atau depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar.
d. Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini
sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi
kalori yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Mary Coutney Moore, 1994).
Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas.
Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam
tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih
belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk
mengelakkan obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70%
dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik.
D. Gejala Obesitas
Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas antara lain :
a. Kebiasaan tidur dengan mendengkur, penumpukan lemak di leher juga memicu
seseorang mendengkur.
b. Sesak napas, rata-rata orang yang tubuhnya gemuk akan merasakan napasnya lebih
berat. Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas.
c. Sleep apne, gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea), sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.
d. Sering merasa ngantuk dan lelah
e. Nyeri pada persendian lutut, dikarenakan faktor kelebihan berat badan yang dapat
menambah beban atau tekanan pada lutut dan pergelangan kaki.
f. Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya memperburuk
osteoartritis, banyak dari penderita obesitas mengeluhkan akan sakit punggung. Hal
ini disebabkan penambahan beban tulang belakang oleh penumpukan lemak. Risiko
fatal jika berat badan tidak kunjung diturunkan, pada tulang punggung dapat
meningkatkan risiko patah tulang dari dalam.
g. Mudah depresi, lebih mudah tertekan pikirannya karena keadaan fisiknya.
h. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit, orang dengan obesitas lebih mungkin memiliki
kulit gelap dan terjadi lipatan-lipatan kulit. Mudah mengalami infeksi jamur dan
bakteri di kulit dengan tanda adanya ruam.
i. Berkeringat secara berlebihan, seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat
yang lebih banyak.
E. Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa,
dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan
dalam ukuran meter (Arisman, 2007).
Rumus menentukan IMT : IMT = BB
TB²
Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka
prevalensi secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada
lingkar tubuh juga digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio
lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan
indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak tubuh seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)a dan lingkar perutb
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9
Berat badan lebih (overweight) yang moderat 25,0-29,9
Berat badan lebih (overweight) ≥25
Preobese 25-29,9
Obesitas ≥30
Obese kelas I 30-34,9
Obese kelas II 35-39,9
Obese kelas III ≥40
Lingkaran Pinggang
Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang
dapat dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah
jika IMT 25 hingga 29 sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga
lebih. Sedangkan batasan overweight dan obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun
2010 untuk overweight yakni dengan IMT 25 hingga 27 sedangkan IMT diatas 27
digolongkan sebagai obesitas.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu
menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan
menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly,
2007).
Berat Badan Relatif = Berat badan x 100 %
Tinggi badan – 100
Keteragan :
90% - 110% : normal 120% - 130% : obesitas ringan
< 90% : kurang dari normal 130% - 140% : obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal >140% : obesitas berat
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat
badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan
tingkatan :
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat
tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, dan hiperlipidemia.
b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30%
dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60%
dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk
menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal
lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal
jantung, dan kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi
(infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-
onset obesity), dan masa lansia.
a. Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari
jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih
dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi
antara lain; keturunan, ibu yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil
yang berlebihan, ibu penyakit obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat
terungkap bahwa obesitas diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung dan juga diabetes di kemudian hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata
dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi perempuan yang obesitas (terlalu
gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi
dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa ditemukan di dalam darah), juga kadar
kolestrol baik “HDL” yang sangat rendah. Dr. Haslam, seorang dokter yang juga
anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity) menyebutkan bahwa untuk
menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung harus menjaga pola
makan dengan baik.
b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya
aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja
(pubertas). Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau
tidak sehat dan kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak
dalam badan, era yang telah canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan
jadi makin lebih gampang akan menyebabkan anak malas lakukan gerakan
fisik, dankurangnya bimbingan dan dukungan orang lanjut usia terhadap kesehatan anak.
Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk
menjaga dan mengatur pola makan anak dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan
dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan atau obesitas. Secara umum obesitas pada
anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas. Obesitas pada anak juga mempengaruhi
organ lain seperti saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang menopang
tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan minder. Yang paling parah adalah
komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga karena faktor genetik.
c. Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan
yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk
paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena
kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga,
maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini (Wirakusumah,
1994). Orang dewasa yang memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak
miliki waktu untuk berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini
konsisten dibiarkan sehingga penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan lain
sebagainya yang berisiko lebih parahdan berujung kepada kematian mendadak.
d. Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin
meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli
mengatakan jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas
pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya menggunakan ukuran lingkar
pinggang dan panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang
signifikan pada lansia. Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami
obesitas jika lingkar pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk
pria). Ketika terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa
banyak sekali masalah yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa
kecenderungan bahayanya adalah sebagai berikut :
a) Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian
dalam rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.
b) Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk
bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra
untuk bekerja. Hal inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-
orang obesitas.
c) Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang
terjadi akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak
menumpuk di arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
d) Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker
payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal.
Sedangkan bagi pria, obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan
lemak sudah mencapai organ reporduksi tersebut
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan
oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme
tubuh menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta
menurunkan usia harapan hidup.
g. Faktor psikologi
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
h. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama
yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
G. Risiko Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut ini
risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas antara lain :
a. Gangguan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan
yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua
(Purwati, 2010). Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban
kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus
bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan
kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya
adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
H. Pencegahan Obesitas
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas
tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat
badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah
didapat. Kurangi makan makanan berlemak, terutama lemak jenuh, karena lemak
jenuh akan mempermudah terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada dinding
pembuluh darah. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori
yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan
upayakan agar berat badan berada dalam batas IMT normal. .
b. Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam
penatalaksanaanoverweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian
perubahan baik fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam
mengendalikan berat badan. Olahraga diperlukan untuk membakar kalori dan
membuang lemak.
c. Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau
memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu
dengan overweight dan obese. Hindarilah atau lakukan upaya untuk menurunkan
kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan makanan. Untuk ini
sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat
mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat
dan olahraga. Modifikasi kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan
nasihat personal semata tetapi harus pula menangani komponen lingkungan fisik,
ekonomi dan sosialkultural.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan
sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan
meningkatkan aktifitas fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat
meminimalkan risiko obesitas yang merupakan cara alami yang murah meskipun tidak
mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA